Anda di halaman 1dari 124

PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS

TIDUR KLIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSUD


Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2020

SKRIPSI

FICTOR YUSMAN AGUNG


NIM: 1614301032

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIPLOMA IV-Ners KEPERAWATAN
BANDARLAMPUNG TAHUN 2020

i
PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS
TIDUR KLIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSUD
Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Keperawatan

FICTOR YUSMAN AGUNG


NIM: 1614301032

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIPLOMA IV-Ners KEPERAWATAN
BANDARLAMPUNG TAHUN 2020

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ILMIAH

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Fictor Yusman Agung
Alamat : Jln Abrati Gg lestari no 26 Kotabumi Lampung utara
Email : Fictoryusmanagung@gmail.com
No. Hp : 081278150032
Dengan ini menyatakan bahwa naskah ilmiah dengan judul :
“Pengaruh pemberian Foot Massage terhadap kualitas tidur klien post
operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung”
adalah observasi, pemikiran, dan pemaparan asli yang merupakan hasil karya saya
sendiri yang belum pernah dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun
sebagian, dalam bentuk jurnal, working paper, atau bentuk lain yang dapat
dipublikasikan secara umum. Naskah ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya
intelektual saya dan seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini
telah saya sebutkan sesuai kaidah akademik yang berlaku umum, termasuk para
pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran pada isi, kecuali yang
menyangkut ekspresi kalimat dan desain penulisan.
Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh tanggung
jawab dan integritas.

Bandar Lampung, Juni 2020


Yang menyatakan,

Fictor Yusman Agung


NIM. 1614301032

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS
TIDUR KLIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG

Penulis
FICTOR YUSMAN AGUNG

Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing skripsi Program Diploma IV-Ners
Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Bandar Lampung, Juni 2020


Tim Pembimbing Skripsi

Pembimbing Utama

Dr. APRINA, S.Kp., M.Kes


NIP.196404291988032001

Pembimbing Pendamping

Ns. TITI ASTUTI, M.Kep., Sp.Mat


NIP.196501161988032003

Mengetahui,
Ketua jurusan keperawatan tanjungkarang
Politeknik kesehatan tanjungkarang

GUSTOP AMATIRIA, S.Kp., M.Kes


NIP.196607251988032001

iv
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS


TIDUR KLIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG

Penulis
FICTOR YUSMAN AGUNG / 1614301032

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang Kemenkes RI Tahun Akademik 2019/2020 sebagai
persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma IV-Ners Keperawatan.

Tim Penguji

Penguji Utama

DWI AGUSTANTI, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom


NIP.197108111994022001

Penguji Anggota

Ns. TITI ASTUTI, M.Kep., Sp.Mat


NIP.196501161988032003

Moderator

Dr. APRINA, S.Kp.M.Kes


NIP. 196902101992122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

GUSTOP AMATIRIA, S,Kp.,M.Kes


NIP. 197008071993031002
v
BIODATA PENULIS

Nama : Fictor Yusman Agung


NIM : 1614301032
Tempat & Tanggal Lahir : Kotabumi, 21 Juli 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Abrati Gg lestari no 26 Kotabumi Lampung
..utara

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK :-
SD (2004-2010) : SDN 02 Kotabumi
SMP (2010-2013) : SMPN 04 Kotabumi
SMA (2013-2016) : SMAN 01 Kotabumi
DIV KEPERAWATAN : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
(2016 – Sekarang)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur telah terselesaikanya skripsi ini, saya mengucapkan terima
kasih kepada tuhan yang maha esa yang selalu memberikan berkah dan karunia-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam persembahan ini,
saya persembahkan pada pihak-pihak yang berjasa:
1. Terimakasih Mamak dan Bapak dan adik yang selau mendukung dan
mendoakan akan kesuksesan saya serta memberikan kasih sayang yang
melimpah kepada saya.
2. Terimakasih Kepada Kaprodi D-VI-Ners keperawatan, karna sudah sangat
memberikan perhatian dan dukungan yang yang luar biasa kepada kami
mahasiswa D-VI-Ners sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Seluruh bapak ibu dosen jurusan keperawatan Tanjungkarang yang telah
memberikan ilmunya kepada kami.
4. Terimakasih untuk teman seperjuangan skripsiku bro Nofa, Anggun kalian
teman yang luar biasa, dan juga terimakasih Untuk teman-teman saya yang
lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu serta keluarga saya yang
menjadi suport sistem saya sampai saat ini saya menyelesaikan skripsi.
5. Terimakasih untuk teman-teman D-VI-Ners angkatan 2016 yang sudah
menjadi keluarga dan mengisi 4 tahun yang sangat luar biasa

vii
MOTTO

“Jangan sesali apa yang sudah terjadi, jadikanlah semua pembelajaran


Untuk kedepannya, dan mengubah dirimu menjadi lebih baik lagi”

viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fictor Yusman Agung
NIM : 1614301032
Program Studi : DIV Keperawatan
Jurusan : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusif Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS
TIDUR KLIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSUD DR. H.
ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI Berhak menyimpan,
mengalih media/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya sel;ama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandar Lampung, Juni 2020


Mengetahui
Ketua Prodi D IV Keperawatan Yang menyatakan

(materai 6000)

Dr. Anita, M. Kep., Sp. Mat Fictor Yusman Agung


NIP. 196902101992122001 NIM . 1614301032

ix
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
SKRIPSI, JUNI 2020

Fictor Yusman Agung

PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS


TIDUR KLIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSUD DR. H.
ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020
ix + 52 halaman, 5 tabel, 4 gambar, 9 lampiran

ABSTRAK

Survei kesehatan Depkes RI pada tahun 2009 lalu, berdasarkan data


tabulasi Depkes RI menyebutkan bahwa tindakan bedah dan operasi berada di
urutan ke-11 . Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta
jiwa. Masalah yang sering muncul setelah operasi adalah gangguan tidur. Foot
massage adalah salah satu cara yang efektif untuk mengatasi gangguan tidur yang
dialami oleh klien. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh pemberian
foot massage terhadap kualitas tidur tidur klien post operasi di Ruang Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi.Lampung.
Desain penelitian ini quasy experiment dengan rancangan pre test post test
with control group desain. Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik
consecutive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah klien dengan post
operasi. analisis yang digunakan adalah uji t test dependen dan independen.
Waktu penelitian mulai 1 maret sampai 30 maret di Ruang Bedah RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata skor kualitas tidur pada
kelompok kontrol post intervensi 9,12. Sedangkan kualitas tidur pada kelompok
intervensi didapatkan saat post intervensi 4,78. Didapatkan p-valeu 0,000 yang
menunjukkan adanya perbedaan skor kualitas tidur pada kedua kelompok kontrol
dan intervensi yang diberikan terapi foot massage. Diharapkan keluarga klien
menggunakan terapi foot massage pada klien pada saat klien mengalami gangguan
tidur. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan terapi
massage yang lainnya. Diharapkan agar rumah sakit dapat memasukkan terapi
foot massage sebagai terapi alternatif dalam mengatasi gangguan tidur pada klien
post operasi.

Kata kunci : Foot Massage, Post Operasi, Kualitas Tidur


Daftar bacaan : 26 (1999-2018)

x
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN

Thesis, JUNE 2020

Fictor Yusman Agung

THE INFLUENCE OF FOOT MASSAGE ON SLEEP QUALITY OF POST


OPERATING CLIENTS IN SURGICAL ROOMS, DR. H. ABDUL MOELOEK
LAMPUNG PROVINCE IN 2020
ix + 52 pages, 5 tables, 4 drawings, 9 attachments

ABSTRACT
The health survey of the republic of Indonesia's department of health in
2009 declared the based on the tabutation data provided by the indonesia
departmenst of health, surgery on the 11th floor was considered to be the highest
level. The operations in indonesia in 2012 amounted to 1.2 milion people.
A problem that often appears during surgery is sleep disorders. Foot massage is
one of the effective ways to tackle clients' sleep disorders. This study aims to
identify the impact foot massage have on the sleep quality of clients post
operations in RSUD Dr. H. abdul moeloek of lampung province.
This research catagorized into quasi experimental design with the pre test
and post test in control group design. The type of this study is quantitative using
consecutive of sampling. The population in this study is a client with post
operations. The analysis used was a dependent, independent t-test. This study was
conducted on March 1 through March 30 in RSUD Dr. H. abdul moeloek
province lampung as operating room.
The results of this study were the average score of sleep quality in the
control group of 9.12 interventions. Whereas sleep quality on intervention groups
is obtained at the 4.78 post intervention. There's also a p-value 0,000 that shows
the differences in sleep quality scores between the two control groups and
interventions such as foot massage. It is expected that the client's family use their
foot therapy at the time of the patient's sleep disorder. And there was demand for
such studies to use massage therapy. It is expected that the hospital will use foot
therapy as an alternative to sleep disorders in post operations clients

Keywords : Massage Therapies, Post Operation, Sleep Quality


reading list : 26 (1999-2018)

xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Sains Terapan Keperawatan Prodi Diploma IV-Ners
Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes
RI. Penulis menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsil ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Warjidin,Aliyanto, SKM.,M.Kes. Selaku Direktur poltekkes Tanjung karang
Kemenkes RI.
2. Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI.
3. Dr. Ns. Anita, M.Kep., Sp.Mat. Ketua Program Studi DIV Keperawatan
Tanjungkarang, Poltekkes Tanjungkarang.
4. Dr. Aprina, S.Kp., M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini;
5. Ns. Titi Astuti, M.Kep., Sp.Mat. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Pihak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung yang telah
memberikan izin penelitian.
7. Rekan rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung

xii
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bandar Lampung, Juni 2020

Penulis Fictor Yusman Agung

xiii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR....................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORIENTASI................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v
BIODATA PENULIS..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vii
MOTTO........................................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... ix
ABSTRAK....................................................................................................... x
ABSTRACT..................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR.................................................................................... xii
DAFTAR ISI................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pembedahan.............................................................................. 6
B. Post Operasi/Pasca Operasi....................................................... 6
C. Konsep Tidur............................................................................. 9
D. Kualitas Tidur............................................................................ 17
E. Massage..................................................................................... 18
F. Penelitian Terkait...................................................................... 24
G. Kerangka Teori.......................................................................... 25
H. Kerangka Konsep...................................................................... 26
I. Hipotesis Penelitian................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.......................................................................... 28
B. Desain Dan Rancangan Penelitian............................................ 28
C. Subyek Penelitian...................................................................... 29
D. Populasi dan Sampel ................................................................ 29
xiv
E. Besar Sample dan Teknik Samepl............................................. 30
F. Variabel Penelitian.................................................................... 31
G. Definisi Operasional................................................................. 31
H. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 32
I. Tahap Pelaksanaan Penelitian................................................... 33
J. Etika Penelitian......................................................................... 33
K. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 35
L. Analisa Data.............................................................................. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum RSUD Dr. H. Abdul Moeloek..................... 37
B. Hasil Penelitian......................................................................... 39
C. Pembahasan............................................................................... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan............................................................................... 48
...................................................................................................
B. Saran.......................................................................................... 48

DAFTAR,PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional........................................................................ 30
Tabel 4.1. Gambaran Responden menurut Jenis Kelamin................................ 39
Tabel 4.2. Skor Kualitas Tidur Kelompok Kontrol ......................................... 39
Tabel 4.3 Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi....................................... 40
Tabel 4.4. Perbedaan Skor Kualitas Tidur Post Intervensi Kelompok
Kontrol dan Intervensi....................................................................... 41

xvi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Prosedur Foot Massage............................................................... 22
Gambar 2.2. Kerangka Teori ........................................................................... 25
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 27
Gambar 3.1. Pretest Post Test With Control Group Design ............................ 28

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Laik Etik Penelitian


Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 : SOP Foot Massage
Lampiran 4 : Lembar Quisoner PSQI
Lampiran 5 : Lembar Penjelasan
Lampiran 4 : Lembar Informed Consent
Lampiran 5 : Lembar Observasi Kontrol
Lampiran 6 : Lembar Observasi Intervensi
Lampiran 7 : Jadwal Pelaksanaan
Lampiran 8 : Catatan Konsultasi
Lampiran 9 : Hasil Uji Statistik

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan ditangani atau dilakukan tindakan operasi
(Sjamsuhidajat & Wim de Jing, 2005). Pembedahan merupakan pengalaman
unik perubahan terencana pada tubuh yang terdiri dari tiga fase pre operatif,
intraoperatif, dan pasca operatif (Koizzer, Erb, Berman & Snyder, 2011).
Data yang diperoleh,dari (WHO dalam Angraini, 2018), menyebutkan
bahwa jumlah pasien bedah/operasi meningkat pada setiap tahunnya. Tahun
2011 yang lalu 140 juta pasien tercatat sebagai penerima tindakan bedah di
seluruh dunia, dan satu tahun berikutnya, yakni 2012, angka tersebut
meningkat menjadi 148 juta jiwa. Sedangkan Tindakan operasi di Indonesia
pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa. Bahkan, tahun 2009 lalu, berdasarkan
data tabulasi Depkes RI menyebutkan bahwa tindakan bedah dan operasi adalah
urutan ke-11 yang sering dilakukan (DEPKES RI 2009 dalam Angraini, 2018).
Post operatif ,merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima diruang pemulihan (recovery
room) sampai berakhir di evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau
rumah. Selama fase pasca operasi tindakan keperawatan mengkaji respon
klien fsikologi dan fisiologi terhadap pembedahan. Kondisi post operasi
biasanya dapat menimbulkan ketidaknyamanan fisik pada klien, diantaranya
adalah timbul nyeri dan nyeri tersebut diikuti dengan kegelisahan dan
mengakibatkan sulit untuk tidur (Caroline Bumker rosdahl 2012), selain nyeri
dan kegelisahan yang menyebabkan klien sulit tidur ada juga faktor
lingkungan yang tidak nyaman (Kozier et all, 1995). Penelitian Nuraini (2003)
menemukan data keluhan terbanyak pasien post operasi adalah nyeri sebesar
(34,5%) pada pasien dewasa awal serta sebesar (32,8%) pada pasien dewasa

1
menengah (Erna Melastuti, 2010). Nyeri yang dirasakan individu menjadi
salah satu stimulan gangguan kualitas tidur (Scott, Jane, James et al, 2010).
Menurut World health Organization (WHO) menyatakan bahwa sebesar
18% penduduk didunia mengalami gangguan tidur dan setiap tahunnya selalu
meningkat. Berdasarkan data riset international yang telah dilakukan US
Census Bureau international Data Base tahun 2004 terhadap penduduk
indonesia menyatakan bahwa dari 238,452 juta jiwa penduduk indonesia,
sebanyak 28,035 juta jiwa (11,7%) terjangkit insomnia atau gangguan tidur.
Angka tersebut merupakan salah satu gangguan paling banyak yang
dikeluhkan masyarakat indonesia (Mading 2015).
Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada pasien pasca operasi Tidur
sangatlah penting, karena tidur merupakan bagian dari penyembuhan dan
perbaikan, mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk kesehatan, sama
halnya dengan sembuh dari penyakit (Mariani, 2016). Kualitas tidur seseorang

yang buruk dapat mengganggu keseimbangan fisiologis dan psikologis


(Bukit, 2003 dalam Erna Melastuti, 2010). Ditambah lagi dengan lingkungan
rumah sakit atau fasilitas perawatan dan aktivitas pemberi layanan seringkali
menambah masalah tidur klien akibat rawat inap (Potter & Perry, 2010). Hasil
survey Melastuti & Avianti (2010) didapatkan 6 dari 8 pasien post operasi
mengalami penurunan kualitas tidur dengan penyebab utama nyeri. Tindakan
yang dilakukan perawat untuk mengatasi penurunan kualitas tidur pasien di
antaranya mematikan sebagian lampu ruangan ketika jam malam diluar jam
besuk, serta membatasi jumlah pengunjung.
Terdapat berbagai macam terapi farmakologi dan non farmakologi yang
dapat digunakan untuk mengurangi gangguan masalah tidur. Penanganan
secara farmakologi seperti obat-obatan Antihistamin, Amitripilin, Tradozon,
Klonazepam, antihistamin, chloral dan Zolpidem (Bain, 2006). Sedangkan
penanganan secara non farmakologi seperti terapi imajinasi terbimbing,
membaca, mendengarkan musik, pijat atau massage (Petter & Perry, 2006).
2
Pada pengobatan non farmakologi memiliki kelebihan dibandingkan
farmakologi, pengobatan farmakologi seperti obat-obatan memiliki efek
samping yaitu ketergantungan akan obat, penurunan metabolisme, penurunan
fungsi ginjal, dan menyebabkan kerusakan fungsi kognitif (Stanley, 2007).
Sedangkan dalam pengobatan non farmakologi ada beberapa opsi teknik
pengobatan, diantaranya adalah massage therapy.
Massage therapy merupakan suatu teknik yang dapat meningkatkan
pergerakan beberapa struktur dari kedua otot dan jaringan subkutan, dengan
menerapkan kekuatan mekanik ke jaringan. Pergerakan ini dapat
meningkatkan aliran getah bening dan aliran balik vena, mengurangi
pembengkakan dan memobilisasi serat otot, tendon dengan kulit. Oleh
karena itu, massage therapy dapat digunakan untuk meningkatkan relaksasi
otot untuk mengurangi rasa sakit, stres, dan kecemasan yang membantu
pasien meningkatkan kualitas tidur dan kecepatan pemulihan. Massage
therapy dapat juga meningkatkan pergerakan pasien dan pemulihan setelah
operasi, yang memungkinkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
(Anderson & Cutshall, 2007 dalam jurnal Afianti, Mardhiyah, Keperawatan,
& Padjadjaran, n.d. tahun 2017)
Dalam penerapan terapi massage, banyak dikembangkan jenis-jenis
massage. Diantaranya adalah foot massage. Foot Massage adalah tindakan
pijat yang dilakukan di daerah kaki. Foot Massage mampu memberikan
efek relaksasi yang mendalam, mengurangi kecemasan, mengurangi rasa
sakit, ketidaknyamanan secara fisik, dan meningkatkan tidur seseseorang
(Aslani 2003, dalam jurnal Fitriani, 2015).
Menurut penelitian Nurlaily Afianti, Ai Mardhiyah, dengan judul
Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICU di
rumah sakit Hasan Sadikin tahun 2017, terdapat perbedaan pada kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol Diketahui bahwa
nilai p = 0,150 (p value > 0,05). Nilai ini menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur pada kelompok kontrol.
3
Sedangkan pada kelompok intervensi diketahui bahwa nilai significancy 0,002
(p<0,05) hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor kualitas
tidur yang bermakna pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah
diberikan intervensi Foot Massage menjelang tidur selama 2 hari berturut-
turut dengan lama pemijatan masing-masing kaki 10 menit.
Berdasarkan hasil data pre survey pada tanggal 5 Maret 2020 di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada tahun 2020, didapatkan informasi
kejadian pembedahan pada 3 bulan oktober-desember berjumlah 132 orang,
dan sekitar 80% orang yang menjalani operasi mengalami kualitas tidur buruk,
dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat
melakukan Praktek Klinik Keperawatan di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung, klien yang mengalami tindakan setelah
pembedahan mengalami sulit tidur, dan ketika bertanya pada Perawat ruangan,
perawat ruangan mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan metode
farmakologi berupa obat-obatan, dan tidak ada metode non farmakologi yag
dilakukan untuk mengatasi masalah klien tersebut.
Alasan peniliti menggunakan terapi foot massage pada penilitian ini
dikarenakan foot massage mampu meningkatkan kualitas tidur seseorang,
dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, dimana foot massage pada penelitian ini digunakan pada klien
pasca operasi yang berada diruang perawatan, responden dalam penilitian ini
dalam kondisi sadar, sedangkan pada penelitian sebelumnya foot massage
digunakan untuk mengatasi masalah gangguan tidur pada klien diruang
Intensive Care Unit (ICU).
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh Pemberian Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur Klien
Post Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2020.

4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaiman Pengaruh Pemberian Foot Massage Terhadap
Kualitas Tidur Klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui Pengaruh Pemberian Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur
Klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahui tingkat kualitas tidur klien post operasi sebelum diberikan
pemberian Foot Massage.
b. Diketahui tingkat kualitas tidur klien post operasi setelah diberikan
pemberian Foot Massage.
c. Diketahui Ada pengaruh pemberian Foot Massage terhadap kualitas
tidur klien post operasi.
d. Diketahui perbedaan kualitas tidur klien post operasi sebelum dan
sesudah diberikan Foot Massage

D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi penambahan ilmu
dan wawasan dalam bidang pengetahuan teknologi dibidang keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam meningkatkan kualitas
tidur klien post operasi dengan melakukan pemberian Foot Massage.
b. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat menjadi bermanfaat bagi masyarakat dan dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur setelah dilakukan tindakan
post operasi, khususnya pada klien post operasi, sehingga dapat
menjadikan pemberian Foot Massage sebagai salah satu metode untuk
memenuhi kualitas tidur pada klien post operasi.

5
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini peniliti ingin mengetahui Pengaruh
Pemberian Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur klien Post Operasi di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019,
dengan area keperawatan medika bedah. Subjek yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah pasien post operasi. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan januari tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
analitik pendekatan Quasy Experiment

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembedahan
1. Definisi Pembedahan
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jing, 2005).
Sedangkan menurut Smeltzer and Bare (2002), operasi merupakan
tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh. Sedangkan menurut
Caroline Bumker rosdahl (2012), pembedahan adalah proses invasif
karena insisi dilakukan pada tubuh atau dilakukan pada tubuh yang
diangkat.

B. Post Operasi / Pasca Operasi


1. Definisi Post Operasi / Pasca Operasi
Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima diruang pemulihan
(recovery room / pasca anastesi) dan berakhir sampai evaluasi tindakan
lanjut pada tatanan klinik atau rumah.
Terdapat tiga fase operasi yaitu, pre operasi adalah periode sebelum
dilakukan pembedahan, intra operasi periode dilakukan saat pembedahan
sedangkan Pase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien keruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatan klinik
atau dirumah. Pada fase post operasi langsung, fokus termaksud mengkaji
efek dari anastesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Kondisi post operasi atau sesudah tindakan operasi dapat menimbulkan
ketidaknyamanan fisik pada pasien, diantaranya adalah timbul mual
muntah,nyeri,gelisah dan sulit tidur (Caroline Bumker rosdahl 2012).

7
2. Komplikasi pasca operasi
Menurut Caroline Bumker rosdahl (2012), terdapat beberapa komplikasi
pasca bedah yaitu
a. Hemoragi
Hemoragi (keluarnya darah dari pembuluh darah yang robek), selama
atau setelah pembedahan memicu syok, sehingga memerlukan transfusi
darah atau penganti cairan lain.
b. Hipotensi dan syok
Hipotensi dan syok disebabkan oleh kehilangan darah, tetapi dapat
juga terjadi akibat menunda pemberian makanan, minuman, dan obat
sebelum pembedahan.
c. Hipoksia dan Hipoksemis
Anastesik dan obat praoperasi, terkadang menekan pernafasan dan
mengganggu oksigenasi darah. Ini dapat memicu kurangnya oksigen
dijaringan, suatu yang dikenal sebagai hipoksia.
d. Hipotermia
Hipotermi terjadi dikarenakan obat anastesi, dan juga dikarenakan
suhu ruangan operasi yang dingin.
e. Komplikasi Neurologis
Komplikasi Neurologis mencakup keterlambatan terjaga, yang
disebabkan oleh hipoksia, hipotermia, dan ketidakseimbangan
elektrolit.
f. Ketidaknyamanan pasca operasi
Pada saat klien kembali dari PACU ke area penerimaan rawat jalan
atau keunit perawatan, klien biasanya terjaga (sulit tidur) dan
menyadari sejumlah ketidaknyamanan. Antara lain ketidaknyamanan
tersebut adalah
1) Nyeri
Nyeri dikarenakan luka bekas pembedahan, dan nyeri merupakan
ketidaknyamanan pertama pasca operasi. Jika klien menerima

8
medikasi lebih awal dan dosis diberikan secara tepat, maka nyeri
akan menghilangkan dan dapat menghilang.
2) Haus
Haus dikarenakan penurunan cairan praoperasi, dan kekeringan
yang disebabkan oleh agens pengering (misal, atropin). Biasanya
untuk mengatasi haus pasien diberi cairan IV selama pembedahan
dan sesaat setelah operasi. Cairan ini membantu mencegah haus,
dan juga membilas mulut.
3) Distensi Abdomen
Penghentian peristaltik usus secara sementara sehingga
memungkinkan gas terakumulasai didalam usus klien sehingga
menyebabkan distensi abdomen.
4) Mual
Jika klien mual berikan obat yang telah diberikan atau
diprogamkan untuk mencegah emesis. Dapam laporan, mual
dan muntah pasca operasi dapat disingkat sebagai PONV
(postoperative nausea and vomiting)
5) Retensi Urine
Banyak pasien setalah meninggalkan ruang operasi terpasang
kateter urine. Setelah dilepaskan, pasien mungkin mengalami
kesulitan untuk berkemih karena efek anestesi.
6) Gelisah dan sulit tidur
Klien mungkin akan gelisah dan sulit tidur pasca operasi. Lakukan
setiap upaya untuk melakukan tindakan agar pasien mudah tertidur.
Biasanya melalui tindakan keperawatan bisa meningkatkan kualitas
tidur klien seperti melakukan tindakan hygine bagi klien yang
melakukan tirah baring, melakukan posisi semi duduk, kudapan
menjelang tidur, dan melakukan pijat. Kemudian tindakan
medikasi juga dapat meningkatkan tidur dan meredakan nyeri pada
pasien, Medikasi farmakologi seperti obat-obatan Antihistamin,

9
Amitripilin, Tradozon, Klonazepam, antihistamin, chloral dan
Zolpidem (Bain, 2006). Pada pengobatan non farmakologi
memiliki kelebihan dibandingkan farmakologi, pengobatan
farmakologi seperti obat-obatan memiliki efek samping
yaitu ketergantungan akan obat, penurunan metabolisme,
penurunan fungsi ginjal, dan menyebabkan kerusakan fungsi
kognitif (Stanley, 2007).

C. Konsep Tidur
1. Pengertian Tidur
Guyton (1986) mendifiniskan tidur sebagai kondisi tidak sadar,
dimana persepsi reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang
dapat dibangunkan kembali dengan stimulus dan sensori yang cukup.
Tidur juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, namun
merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktifitas
yang minim saat tidur, seseorang memiliki kesadaran yang bervariasi serta
terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dimana
kepentingannya sama dengan kebutuhan dasar lainnya. Tidur yang
berkualitas baik dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan sangat
penting untuk penyembuhan dan kelangsungan hidup pasien dengan
penyakit kritis (Kozier,Erb, Berman, & Snyder, 2010).

2. Fungsi Tidur
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson,1991). Tidur
dipercaya mengkontrubusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald,
1984; Anch dkk, 1988). Tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk
periode terjaga berikutnya.

10
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis
secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4),
tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk mem-
perbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti otak
(Horne, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm 1988)

3. Jenis Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tidur NREM dan tidur REM
a. Tidur NREM (NoRapid Eye Movement) Tidur Gelombang Lambat
Tidur NREM adalah tidur yang nyaman dan dalam. Saat tidur
seperti ini, gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang
yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tandanya yaitu mimpi berkurang,
keadaan istirahat, tekanan darah turun, percepatan nafas turun,
metabolisme turun dan gerakan bola mata lambat. Ada empat tahapan
tidur NREM:
Tahap I
Tahap I merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur. Hal ini
dicirkan dengan perasaan santai, masih sadar dengan lingkungan,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun. Pada tahap I seseorang dapat
bangun dengan segera, selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Ciri-cirinya antara lain, mata menetap/diam, denyut jantung
dan frekuensi nafas menurun, termperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 5-10 menit.
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur. Ciri-cirinya yaitu denyut nadi dan
frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat karena disebabkan
oleh dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit bangun.

11
Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dengan ciri-ciri antara lain kecepatan
jantung dan pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan,
gerak bola mata cepat, seksresi lambung turun, dan tonus otot turun.

b. Tidur REM (Rapid Eye Movement)


Tidur REM (Rapid Eye Movement) berlangsung pada tidur malam
selama 5-20 menit atau rata-rata 90 menit. Periode pertamaa terjadi
selama 80-100 menit, namun jika kondisi seseorang sangat lelah, maka
awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Tidur ini
memiliki ciri antara lain disertai dengan mimpi aktif dan lebih sulit
dibangunkan. Selain itu tonus otot selama tidur tidak teratur, frekuensi
jantung dan pernafasan terjadi gerakan otot yang tidak terartur. Pada
otot perifer nadi cepat dan inreguler, tekanan darah meningkat dan
berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolisme meningkat.
Selain itu mata cepat tertutup dan cepat terbuka. Tidur seperti ini sangat
penting untuk keseimbangan mental, emosi, dan adaptasi.

4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tidur


Menurut Petter & Perry (2006), terdapat faktor faktor yang dapat
mempengaruhi tidur antara lain
a. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distres fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat fungsi
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing
dapat menghambat upaya tidur

.
12
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus REM yang dilaluinya.
Setelah berisitirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur di watu yang tepat.
e. Stres emosional
Ansietas dan depresi seringkali menganggu tidur seseorang, kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulus
sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur Rem serta seringnya terjaga saat tidur.
f. Stimulan dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat menganggu siklus tidur REM.
g. Diet
Pennurunan BB dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga dimalam hari. Sebaliknya penambahan BB dikaitkan
dengan naiknya total tidur dan sedikitnya terjaga periode dimalam hari.
h. Merokok
Nikotin yang ada didalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya perokok sulit tidur, dan sering terbangun pada malam hari.
i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak ada motivasi terjaga
seringkali dapat mendatangkan kantuk.

13
5. Tindakan Yang Memperbaiki Tidur
Menurut Petter & Perry (2006), ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kualitas tidur seseorang.
a. Kontrol lingkungan
Semua klien memerlukan lingkungan tidur dengan temperatur yang
nyaman dan ventilasi yang baik, sumber bising yang minimal, tempat
tidur yang nyaman, dan pencahayaan yang tepat.
Tindakan kontrol lingkunga dirumah sakit yang bisa membuat nyaman
antara lain, tutup pintu kamar, kurangi volume telfon, gunakan sepatu
beralas karet, matikan tv dan radio, melakukan percakapan dengan
suara rendah dan yang lainnya
b. Meningkatkan rutinitas menjelang tidur
Rutinitas menjelang tidur merilekskan klien dalam persiapan untuk
tidur. Rutinas yang dapat dilakukan menjelang tidur seperti memakan
kudapan atau melakukan hal yang disenangi misal menonton,
membaca atau mendengarkan musk
c. Meningkatkan kenyamanan
Seseorang akan tidur hanya jika ia telah merasa nyaman dan rileks.
Perawat dapat menganjurkan dan menggunakan beberapa tindakan
untuk meningkatkan kualitas tidur klien, antara lain tindakan yang
dapat meningkatkan tidur
1) Lakukan tindakan hiegine bagi pasien yang melakukan tirah
baring.
2) Anjurkan klien memakai pakaian yang longgar.
3) Singkirkan atau ganti adanya iritan pada kulit klien seperti balutan
yang lembab atau selang drainase.
4) Berikan topi dan kaus kaki bagi klien lansia, dan klien yang
cenderung kedinginan.
5) Anjurkan berkemih sebelum tidur.
6) Berikan analgesik.

14
7) Berikan massage tepat sesaat sebelum tidur, massage yang dapat
diberikan antara lain foot massage.
8) Berikan matras yang nyaman dan jaga agar tempat tidur tetap
bersih.
d. Menetapkan periode istirahat dan tidur
Dirumah sakit atau dilingkungan perawaan menyediakan waktu
istirahat dan tidur merupakan hal yang sulit, tetapi perawat membuat
rencana asuhan agar tidak membangunkan klien untul tugas tugas yang
tidak penting. Perawat dapat membantu dengan membuat jadwal
pengkajian , pengobatan, dan rutinitas disaat klien terjaga.
e. Pengendalian gangguan fisiologis
Untuk klien dengan penyakit fisik, perawat dapat membantu
mengendalikan gejala-gejala yang mengganggu tidur, sebagai contoh
pasien dengan abnormalitas pernafasan harus tidur dengan dua bantal
atau dengan posisi semi duduk untuk mempermudah pernafasan.
f. Pengurangan stress
Klien dengan stress yang cukup berat akan kesusahn untuk tidur, maka
dari itu pada klien yang mengalami stress dapat dibantu dengan
melakukan aktivitas yang merilekskan, seperti menjahit atau membaca.
Pada perawat yang dinas malam bisa dengan cara perawat mendatangi
klien dan bercerita tentang perasaan klien, hal itu bisa membuat klien
menjadi nyaman dan lega.
g. Kudapan menjelang tidur
Beberapa orang menyukai kudapan menjelang tidur, sedangkan yang
lain tidak dapat tidur sebelum makan. Kudapan seperti susu coklat
hangat yang mengandung L-triptofan dapat membantu meningkatkan
kualitas tidur.

15
h. Pendekatan farmakologi
Obat tidur dapat digunakan jika klien mengalami kesulitam tidur,
tetapi penggunaan jangka panjang dapat mengganggu tidur dan
menyebabkan masalah yang cukup serius.
i. Promosi kesehatan melalui penyuluhan klien
Untuk membentuk kebiasaan tidur dirumah, klien dan pasangan
tidurnya harus mempelajari teknik-teknik yang meningkatkan tidur dan
kondisi-kondisi yang menganggu tidur. Instruksi-instruksi berdasarkan
informasi tentang rumah dan gaya hidup klien merupakan hal yang
bermanfaat bagi klien. Klien akan cenderung menerapkan informasi
yang bermanfaat.

6. Kebutuhan Tidur Dan Pola Tidur Normal


a. Neonatus
Neonatus samapi usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Bayi
yang baru lahir dari ibu tanpa medikasi lahir dalam keadaan terjaga.
Mata terbuka lebar dan mengisap kencang. Setelah sekitar hampir satu
jam bayi baru lahir menjadi diam dan kurang responsip terhadap
stimulasi internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit
sampai 2 jam-4jam setelahnya (Wong, 1995). Kemudian bayi terbangun
lagi dan sering sekali menjadi terlalu responsif terhadap stimulus.
Stimulus lapar, nyeri, dingin, atau yang lain sering sekali menyebabkan
tangisan
b. Bayi
Pada umumnya bayi mengalami pola tidur pada malam hari pada usia 3
bulan. Bayi tertidur beberapa kali pada siang hari tetapi biasanya tidur
rata-rata 8 sampai 10 jam pada malam hari. Pada bayi yang menyusi
sering kali tidur lebih pendek dibandingkan dengan bayi yang
meminum susu botol (Wong, 1995).

16
c. Todler
Pada usia 2 tahun, anak anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur
siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Tidur siang dapat
hilang pada usia 3 tahun.
d. Prasekolah
Rata-rata tidur anak usia pra sekolah adalah 12 jam semalam (sekitar
20% adalah REM). Pada usia 5 tahun anak pra sekolah jarang tidur
saing (Wong, 1999). Kecuali pada kebudayaan atau kebiasaan.
e. Anak usia sekolah
Jumlah tidur pada anak usia sekolah bersifat individual dikarenakan
status dan tingkat kesehatan yang bervariasi. Anak usia sekolah
biasanya tidak membutuhkan tidur saing. Pada usia 6 tahun akan tidur
malam rata-rata 11-12 jam, sementara anak usia 11 tahun sekitar 9
sampai 10 jam (Wong,1995). Anak usia 7 atau tahun biasanya dapat
dibujuk untuk tidur dengan mendorong melakukan aktivitas yang
tenang.
f. Remaja
Remaja memperoleh sekiat 71/2 jam untuk tidur setiap malam
(Carskadon, 1990). Pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat,
remaja umumnya mengalami sejumlah perubahan yang seringkali
mengurangi waktu tidur (Carskadon, 1990).
g. Dewasa muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata rata 6 sampai 8 jam,
tetapi hal itu bervariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang.
h. Dewasa tengah
Selama masa dewasa tengah total waktu yang digunakan untuk tidur
malam hari adalah 7 jam. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu
penurunan yang berlanjut dengan bertambahnya usia, gangguan tidur
seringkali mulai didiagnosa diantara orang-orang pada rentang usia ini.

17
i. Lansia
Pada usia lansia jumlah yang dibutuhkan untuk tidur malam rata-rata 6
jam perhari.

D. Kualitas Tidur
1. Definisi
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseroang itu dapat dengan
mudah dalam memulai tidur dan unstuck mempertahankan tidur.
Kualitas tidur seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu tidur,
dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun setelah bangun
tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentkan oleh faktor kualitas tidur
dan jumlah jam tidur. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
tidur dan kuantitas tidur. Adalah faktor psikologis dan fisiologis. Dari
faktor fisiologis berdampak dengan penurunan aktivitas sehari-hari,
rasa lemah dan lelah, penurunan daya tahan tubuh, dan ketidakstabilan
tanda-tanda vital, sedangkan dari tanda faktro psikologis berdampak
depresi, cemas, dan sulit untuk berkonsentrasi (Potter & Perry, 2010)

2. Alat Ukur
Aspek-aspek dari kualitas tidur diukur dengan skala Pittsburgh
Sleep Quality Indeks (PSQI) versi bahasa Indonesia. Instrumen ini
telah baku dan banyak digunakan dalam penelitian kualitas tidur
seperti dalam penelitian Majid (2014). Skala Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) versi bahasa Indonesia ini terdiri dari,9,pertanyaan.
Pada,variabel,ini menggunakan skala ordinal dengan skor
keseluruhan dari Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah 0
sampai dengan nilai 21 yang diperoleh dari 7 komponen penilaian
diantaranya kualitas tidur secara subjektif (subjective sleep quality),
waktu yang diperlukan untuk memulai tidur (sleep latency) lamanya
waktu tidur (sleep duration), efisiensi tidur (habitual sleep
efficiency), gangguan tidur yang sering dialami pada malam hari (sleep

18
disturbance), penggunaan obat untuk membantu tidur (using
medication), dan gangguan tidur yang sering dialami pada siang hari
(daytime disfunction). (Curcio et al, 2012)
Apabila semakin tinggi skor yang didapatkan, maka akan
semakin buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI
ini adalah memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun
ada juga kekurangan dari kuesioneir PSQI ini yaitu dalam
pengisian memerlukan pendampingan untuk mengurangi kesulitan
respoden saat mengisi kuesioneir. Masing-masing komponen yang
mempunyai rentang skor 0 – 3 dengan 0 = tidak pernah dalam sebulan
terakhir, 1 = 1 kali seminggu, 2 = 2 kali seminggu dan 3 = lebih dari 3
kali seminggu. Skor dari ketujuh komponen tersebut dijumlahkan
menjadi 1 (satu) skor global dengan kisaran nilai 0 – 21. Ada
dua interpretasi pada PSQI versi bahasa Indonesia ini adalah
kualitas tidur baik jika skor < 5 dan kualitas tidur buruk jika skor > 5.
(Curcio, 2012; Contreras, Vicens, 2014 dalam jurnal Jumiarni, 2018)

E. Massage
1. Definisi
Massage therapy adalah suatu teknik yang meningkatkan pergerakan
beberapa struktur dari kedua otot dan jaringan subkutan, dengan
menerapkan kekuatan mekanik ke jaringan. Pergerakan ini dapat
meningkatkan aliran getah bening dan aliran balik vena, mengurangi
pembengkakan dan memobilisasi serat otot, tendon dengan kulit. Dengan
demikian, massage therapy dapat digunakan untuk meningkatkan relaksasi
otot untuk mengurangi rasa sakit, stres, dan kecemasan yang membantu
pasien meningkatkan kualitas tidur dan kecepatan pemulihan. Selain itu,
massage therapy dapat meningkatkan pergerakan pasien dan pemulihan
setelah operasi, yang memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas
(Anderson & Cutshall, 2007 dalam jurnal Afianti et al., n.d, 2019).

19
2. Foot Massage
(Aslani 2003, dalam jurnal Fitriani, 2015). Foot Massage adalah
tindakan pijat yang dilakukan didaerah kaki. Melakukan massage pada
otot-otot besar pada kaki dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran
getah bening serta membantu mencegah varises. Pada saat melakukan
massage pada otot-otot kaki maka tingkatkan tekanan ke otot ini secara
bertahap untuk mengendurkan ketegangan sehingga membantu
memperlancar aliran darah ke jantung. Massage pada kaki diakhiri dengan
massage pada telapak kaki yang akan merangsang dan menyegarkan
kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan
membantu relaksasi.

3. Mekanisme Foot Massage


Pemberian Foot Massage yang dimulai dari pemijatan kaki dan
diakhiri dengan pemijatan telapak kaki merespon sensor syaraf kaki yang
kemudian pijatan pada kaki ini meningkatkan neurotransmiter serotonin
dan dopamin yang rangsangannya diteruskan ke hipotalamus dan
menghasilkan Cortocotropin Releasing Factor (CRF) yang merangsang
kelenjar pituary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin
(POMC) dan merangsang medula adrenal meningkatkan sekresi endorfin
yang mengaktifkan parasimpatik sehingga terjadi vasodilatasi pada
pembuluh serta memperlancar aliran darah sehingga membantu otot-otot
yang tegang menjadi relaks sehingga RAS (Retikuler Aktivating System)
terstimulasi untuk melepaskan serotonin dan membantu munculnya
rangsangan tidur serta meningkatkan kualitas tidur seseorang
(Aditya, Sukarendra & Putu, 2013;Guyton, 2014; Aziz, 2014;
Pisani, Friese, Gehlbach, Schwab,Weiunhouse & Jones, 2015).

20
4. Manfaat Foot Massage
Manfaat Foot Massage adalah sebagai berikut :
a. Menimbulkan relaksasi yang dalam sehingga meringankan kelelahan
jasmani dan rohani dikarenakan sistem saraf simpatis mengalami
penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan turunnya tekanan
darah (Kaplan, 2006).
b. Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi nyeri dan
inflamasi dikarenakan Massage meningkatkan sirkulasi baik darah
maupun getah bening (Price, 1997).
c. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap
organ internal berdasarkan filosofi aliran energi meridian Massage
mampu memperbaiki aliran peredaran energi (meridian) didalam tubuh
menjadi positif sehingga memperbaiki energi tubuh yang sudah lemah
(Dalimartha, 2008).
d. Mendorong kepada postur tubuh yang benar dan membantu
memperbaiki mobilitas. otot yang tegang menyebabkan nyeri dan
bergesernya tulang belakang keluar dari posisi normal sehingga
postur tubuh mengalami perubahan, Massage berfungsi untuk
menstimulasi saraf otonom yang dapat mengendurkan ketegangan otot
(Perry & Potter, 2005).
e. Sebagai bentuk dari suatu latihan pasif yang sebagian akan
mengimbangi kurangnya latihan yang aktif karena Massage
meningkatkan sirkulasi darah yang mampu membantu tubuh
meningkatkan energi pada titik vital yang telah melemah
(Dalimartha, 2008).
f. Foot Massage mampu memberikan efek relaksasi yang mendalam,
mengurangi kecemasan, mengurangi rasa sakit, mengurangi
ketidaknyamanan secara fisik, dan meningkatkan tidur pada seseorang
(Puthusseril, 2006).

21
g. Dengan memberikan massage pada area kaki dapat memperlancar
sistem peredaran darah, karena pijatan memberikan efek kenyamanan,
sedatif dan mampu merangsang sistem syaraf dan meningkatkan
aktifitas otot, sehinggapijatan pada kaki dapat mengendurkan otot-otot
yang membuat pasien menjadi relaks (Trisnowiyanto, 2012).

5. Persiapan Sebelum Foot Massage


Menurut Aslani (2003), terdapat beberapa langkah sebelum melakukan
Foot Massage.
a. Menyediakan tempat yang nyaman
Lingkungan tempat Massage harus membuat suasana rileks dan
nyaman, suhu ruangan yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin, penerangan yang cukup, permukaan tempat Massage yang
rata dan nyaman.
b. Menyeimbangkan diri
Ketenangan dan kenyamanan diri adalah hal yang penting jika
ingin memberikan pijatan yang baik. Kenakan pakaian yang tidak
membatasi gerak saat memijat, rilekskan diri dengan meletakkan
kedua tangan dibawah pusar dan rasakan hangat tangan masuk
memasuki daerah pusar kemudaian bukalah mata perlahan-lahan.
c. Effleurage
Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan
menenangkan saat memulai dan mengakhiri massage, gerakan
bertujuan untuk meratakan minyak esensial dan menghangatkan
otot agar lebih rileks.
d. Massage pada klien
Setelah persiapan diatas dilakukan maka klien telah siap untuk
dilakukan Massage (pijat). Prosedur Massage ini dilakukan dengan
posisi berbaring dengan menutup bagian klien dengan handuk besar
mulai dari pinggang sampai kaki. Teknik pelaksanaan Massage ini
terdapat dalam lampiran.

22
6. Prosedur Foot Massage
No Metode Prosedur Foot Massage
Mulai memijat salah satu kaki dan pijat
1. kaki masing masing selama 2 menit. Dengan
menggunakan bagian tumit telapak tangan
peneliti, peneliti menggosok dan memijat
telapak kaki pasien secara perlahan dari arah
dalam ke arah sisi luar kaki pada bagian terluas
kaki kanan.
Dengan menggunakan tumit telapak tangan
2. peneliti di bagian yang sempit dari kaki kanan,
peneliti menggosok dan memijat secara
perlahan bagian telapak kaki pasien dari arah
dalam ke sisi luar kaki.

Pegang semua jari-jari kaki oleh tangan kanan,


3. dan tangan kiri menopang tumit pasien,
kemudian peneliti memutar pergelangan kaki
tiga kali searah jarum jam dan tiga kali ke arah
berlawanan arah jarum jam.

Tahan kaki di posisi yang menunjukkan ujung


4. jari kaki mengarah keluar (menghadap
peneliti), gerakan maju dan mundur tiga kali.
Untuk mengetahui fleksibilitas.

Tahan kaki di area yang lebih luas bagian atas


5. dengan menggunakan seluruh jari (ibu jari di
telapak kaki dan empat jari di punggung kaki)
dari kedua belah bagian kemudian kaki
digerakkan ke sisi depan dan ke belakang tiga
kali selama.
Tangan kiri menopang kaki kemudian tangan
6. kanan memutardan memijat masing-masing jari
kaki sebanyak tiga kali di kedua arah, untuk
memeriksa ketegangan.

Pegang kaki kanan dengan kuat dengan


7. menggunakan tangan kanan pada bagian
punggung kaki sampai ke bawah jari-jari kaki
dan tangan kiri yang menopang tumit. genggam
bagian punggung kaki berikan pijatan lembut.

23
Posisi tangan berganti, tangan kanan menopang
8. tumit dan tangan kiri yang menggenggang
punggung kaki sampai bawah jari kaki
kemudian di pijat dengan lembut.

Pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan


9. tangan kanan seseorang di bagian punggung
kaki hingga ke bawah jari-jari kaki dan
gunakan tangan kiri umtuk menopang di tumit
dan pergelangan kaki dan berikan tekanan
lembut.
Menopang tumit menggunakan tangan kiri dan
10. dengan menggunakan tangan kanan untuk
memutar setiap searah jarum jam kaki dan
berlawanan arah jarum jam serta menerapkan
tekanan lembut.

Menopang tumit dengan menggunakan tangan


11. kiri dan memberikan tekanan dan pijatan
dengan tangan kanan pada bagian sela-sela jari
bagian dalam dengan gerakan ke atas dan ke
bawah gerakan lembut.
Tangan kanan memegang jari kaki dan tangan
12. kiri memberikan tekanan ke arah kaki bagian
bawah kaki menggunakan tumit tangan dengan
memberikan tekanan lembut.

Gambar 2.1 Prosedur Foot Massage

24
F. Penelitian Terkait
1. Afianti, Mardhiyah (2017), Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
Tidur Pasien di Ruang ICU di rumah sakit Hasan Sadikin. Menunjukkan
pada kelompok intervensi diketahui bahwa nilai significancy 0,002
(p<0,05) hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor
kualitas tidur yang bermakna pada kelompok intervensi sebelum dan
sesudah diberikan intervensi Foot Massage menjelang tidur selama 2
hari berturut-turut dengan lama pemijatan masing-masing kaki 10 menit.
2. Fitriani (2015), Pengaruh Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Bontomarannu
Kabupaten Gowa, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
Setelah dilakukan uji wilcoxon test didapatkan p-value pada kelompok
perlakuan (pre-post sistol) sebesar 0.004 atau p<0.05, kelompok
perlakuan (pre-post diastol) sebesar 0.005 atau p<0.05 berarti ada
pengaruh variabel (kelompok perlakuan) terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Dapat disimpulkan bahwa setelah
dilakukan uji wilcoxon test dapat diketahui bahwa Massage kaki
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.
3. Yanti, Rahayuningrum, Arman (2018), Efektifitas Massage Punggung
dan kaki terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi Diwilayah
Puskesmas Andalas, Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan Hasil
analisa bivariat didapatkan ada pengaruh massage punggung dengan
nilai sistole p=0,000, diastole p= 0,001 . dan rata-rata tekanan darah
pada kelompok masase kaki sistole dengan nilai p= 0,001 dan diastole
dengan nilai p =0,000. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah
pemberian masase kaki lebih efektif dari pada dan masase punggung
dilihat dari nilap value diastolenya terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi.

25
G. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Berdasarkan teori maka dapat dibuat kerangka teori
sebagai berikut.

Tindakan yang memperbaiki tidur


1. Kontrol lingkungan
2. Meningkatkan rutinitas
menjelang tidur
3. Meningkatkan kenyamanan
(terapi foot massage)
4. Menetapkan periode istirahat
dan tidur
5. Pengendalian gangguan Kualitas tidur
fisiologis
6. Pengurangan stress
7. Kudapan menjelang tidur
8. Pendekatan farmakologi
9. Promosi kesehatan melalui
penyuluhan klien

Gambar 2.2. Kerangka Teori


(Potter & Perry, 2006)

26
H. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah
penelitianan merupakan refleksi dari hubungan-hubungan variabel yang
diteliti. Kerangka konsep dibuat berdasarkan literatur dan teori yang sudah
ada. Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk mensintesa dan membimbing
atau mengarahkan penelitian, serta panduan untuk analisis intervensi. Fungsi
kritis dari kerangka konsep adalah menggambarkan hubungan-hubungan
antara variabel-variabel dan konsep-konsep yang diteliti (Shi, 2008)
Kerangka konsep pada penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemberian Foot
Massage Terhadap Kualitas Tidur klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung”.

Post
Pre Intervensi Intervensi
Intervensi
Kualitas
Kualitas tidur
tidur Terapi Kualitas
Kualitas
Kelompok 1 Foot Massage
klien
klien post
post op
op Tidur
tidur

Kualitas tidur
Kualitas tidur Kualitas
Kualitas
Kelompok 2 klien post op Tidur
klien post op tidur

Gambar 2.3. Kerangka Konsep

27
H. Hipotesis Penelitian
Menurut Kothari 2009, hipotesis penelitian adalah sebuat steatment
prediksi yang menghubungkan independen variable terhadap dependen
variabel.
Hipotesis penelitian ini adalah
Ada pengaruh pemberian Foot Massage terhadap kualitas tidur klien post
operasi

28
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini
menggunakan metode ilmiah yang memiliki kriteria seperti berdasarkan fakta,
bebas prasangka, menggunakan prinsip analisa, menggunakan hipotesa,
menggunakan ukuran objektif dan menggunakan data kuantitatif atau yang di
kauntitatifkan (Aprina & Anita, 2018).

B. Desain dan Rancangan Penelitian


Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode analitik
pendekatan quasi experiment. Quasi experiment merupakan penelitian yang
memberikan manipulasi terhadap independent variabel, tetapi tanpa
randomisasi dalam penelitian antara kelompok perlakukan dan kelompok
kontrol (Varkevisser, 2003). Rancangan yang digunakan adalah pretest post
test with control group design. Peneliti memilih jenis penelitian ini
dikarenakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian Foot
Massage terhadap kualitas tidur klien post operasi dengan menggunakan
kelompok pembanding.
Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

01 X 02
01 02

Gambar 3.1
Rancangan pretest post test with control group design

Penjelasan : gambar tersebut menunjukan bahwa terdapat dua kelompok


sampel ( treatment dan control group ). Kedua kelompok tersebut sama sama
dilakukan pengukuran, tetapi hanya sesudah perlakuan. Namun, hanya
treatment yang mendapatkan perlakukan.

29
C. Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Diruang Bedah di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
2. Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 27 Febuari - 27 Maret 2020

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah target dimana peneliti meghasilkan hasil peneliti
(Shi,.2008). Populasi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan objek
dengan kriteria yang sama (Aprina & Anita, 2018). Populasi dalam
penelitian ini adalah klien post operasi diruang bedah Rumah Sakit Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung.

2. Sampel
Sampel dalam penilitian ini adalah pasien post operasi di ruang bedah
Rumah Sakit Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. Kriteria inklusi adalah
karakter umum subyek peneliti dari suatu populasi target dan terjangkau
yang akan diteliti (Nursalam dan Pariani, 2001).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Klien post operasi dengan general anastesi
b. Dalam kondisi sadar
c. Kooperatif
d. Bersedia menjadi responden
e. Klien usia 18 sampai 50 tahun
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :
a. Dalam kondisi tidak sadar penuh dan tidak bisa berkomunikasi
b. Terdapat fraktur pada pergelangan kaki (tibia, talus, fibula, heel bone,
sesamoid bone, toe bones, metatarsals)
c. Klien yang menunjukan ketidaknyamanan saat dilakukan tindakan

30
E. Teknik Pengambilan Sampel dan Besar Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik Consecutive sampling, pengambilan sampel
penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria inklusi
maupun eksklusi (Daniel, 2011). Diketahui data Pre Survey selama bulan
oktober sampai desember 2019 berjumlah 132 orang. Maka rumus yang
digunakan untuk besar sampel yang akan diambil menggunakan rumus
Lemeshow,dkk (1990) dalam (Aprina & Anita 2015). Adapun besar sampel
dihitung dengan rumus besar sampel estimasi proporsi.

Z 2 ı−αP ( 1−P ) N
n=
d 2( N −1)+ Z 2 ı−α /2 P( 1−P)
1,96 . 0,5 ( 1−0,5 ) 132
n= 2
( 0,05 ) ( 132−1 ) +1,96 . 0,5 ( 1−0,5 )
126,7728
n=
0,3275+ 0,9604
126,7728
n= ¿
1,2879
98
n=
3
n=32
¿

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini yang diambil sebanyak 64 responden,
dengan 32 responden kontrol dan 32 responden intervensi.
Keterangan:
d = tingkat penyimpangan yang diinginkan 0,05 atau 0,01
Z21-a/2 =.standar devisiasi normal pada derajat kepercayaan (kemaknaan
...95% adalah 1,96)
P = proporsi sifat populasi misalnya preferensi. Bila tidak deketahui
....guankan 0,5 (50%)
N = besarnya populasi
n = besarnya sampel

31
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Dalam kata lain variabel adalah gejala/objek (titik perhatian suatu
penelitian) yang bervariasi, misalnya jenis kelamin, berat badan, suhu, tekanan
darah (Sutrisno Hadi).
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen)
1. Variabel bebas (independen)
Merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Terapi Foot Massage.
2. Variabel terikat (dependen)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akhir,
karena adanya variabel independen (bebas). Vaiabel terikat penilitian
ini adalah kualitas tidur.

G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah fenomenal observasional yang
memungkinkan peneliti untuk mengujinnya secara empiric, apakah outcome
yang diprediksi tersebut benar atau salah (Thomas et al., 2010). Definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Alat Cara


No Variabel Hasil ukur Skala
operasional ukur ukur
ukur

Dependent

1 Kualitas Kualitas PSQI Kuesioner 1. 0 = Baik Ordinal


tidur tidur jika skor
responden total (≤ 5)
yang baik
ditandai
dengan 2. 1=Buruk
32
tidur yang jika skor
tenang, total ( >5)
merasa ( Buysse et all
segar pada 1998)
pagi hari
dan merasa
semangat
untuk
melakukan
aktivitas
Independent

2 Terapi Suatu - - - -
Foot kegiatan
Massage yang
dilakukan
tindakan
pijat pada
responden
yang
dilakukan
didaerah
kaki dengan
cara
melakukan
prosedur
sesuai
dengan sop

H. Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dilakukan dengan menggunakan alat ukur PSQI (Pitsburg sleep
quality Indeks). Pengkajian dilakukan sebelum dilakukan intervensi
dan post intervensi setelah klien diberikan terapi Foot Massage hari ke
3.

2. Alat dan Bahan Penelitian


Alat dan bahan dalam penelitian ini adalah
a. Instrumen PSQI
33
b. SOP Foot Massage

3. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian melakukan pendeketan dengan cara melakukan
perkenalan diri kepada klien. Setelah berkenalan kemudian peneliti
meminta persetujuan kepada klien. Secara umum pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah, pada hari pertama peniliti memilih klien
yang sudah dilakukan tindakan post operasi hari pertama kemudian
pada hari kedua post operasi pada pagi hari peneliti meminta klien
mengisi kuesioner PSQI, kemudian setelah mengisi kuesioner peneliti
melakukan prosedur foot massage pada malam harinya sebelum klien
tidur, kemudian pada hari ke 3 peneliti melakukan prosedur foot
massage sebelum klien tidur. Kemudian dihari ke 4 pada pagi hari
peneliti menanyakan kembali kepada responden dengan cara mengisi
kuesioner, kemudian peneliti melihat dampak pada responden yang
telah diberikan terapi Foot Massage. Terapi Foot Massage dilakukan
selama 24 menit pada malam hari 2 hari berturut-turut.

I. Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Tahapan Pelaksanaan Penelitian adalah sebagai berikut :
1. Peneliti melakukan permohonan izin penelitian dari institusi kepada
direktur RSUD DR. H.abdul Moeloek, selanjutnya peneliti menentukan
waktu penelitian.
2. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari direktur RSUD DR. H.abdul
Moeloek, selanjutnya peneliti menentukan waktu penelitian.
3. Kemudian peneliti menemui kepala ruangan ruang bedah dan meminta
bantuan dan kerja sama untuk melakukan pelaksaan penelitian dan
pengumpulan data tentang klien post operasi.
4. Peneliti kemudian menemui calon responden dan keluarga, dan
menjelaskan tujuan, dan manfaat dari penelitian kemudian memberikan
informed consent.
34
5. Responden menyetujui untuk dijadikan klien, responden kemudian
dimintakan tanda tangan.
6. Jumlah responden dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama
kelompok kontrol dan kelompok satunya kelompok perlakuan.
7. Peneliti melakukan intervensi pada kelompok perlakukan dengan
melakukan pemberian Foot Massage selama 24 menit selama 2
hari,selama 1 hari peneliti melakukan sekali intervensi.
8. Peneliti melakukan pretest dengan menggunakan lembar PSQI yang diisi
oleh peneliti dengan menanyakan kepada responden, kemudian setelah
diberikan intervensi, akan dilakukan posttest dengan menggunakan PSQI
9. Pada kelompok kontrol hanya dilakukan perawatan sesuai prosedur di
rumah sakit dan tidak berikan massage terapi atau intervensi. Peneliti
melakukan pretest pada hari pertama kemudian posttest pada hari ketiga
dipagi hari,dengan mengisi lembar PSQI

J. Etika Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan kaji etik di politeknik kesehatan
tanjungkarang dengan nomor kode etik No. 026/KEPK-TJK/II/2020.
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan izin penelitian dari
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung untuk melakukan
penelitia. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menekankan
masalah etika yang meliputi
Menurut Hidayat (2007), dalam penelitian seorang peneliti harus
menerapkan etika sebagai berikut :
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan merupakan lembar yang diberikan kepada
responden untuk menyatakan bahwa responden setuju untuk dilakukan
penelitian sebagai responden, sebelum memberikan lembar persetujuan
akan dijelaskan tujuan, dan manfaat dari penilitian serta memberi tahu
judul penilitian.
2. Tanpa nama (Anonymity)

35
Peneliti tidak menuliskan nama pada responden melainkan inisial atau
kode-kode demi menjaga kerahasian identitas responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin penliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.
4. Benficience
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur peneliti guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi
responden penelitian dan dapat digeneralisasikan ditingkat populasi.
5. Nonmaleficience
Dalam penelitian ini tidak tidak ada dampak yang merugikan bagi
responden
6. Keadilan
Dalam prinsip ini menyatakan bahwa yang sederajat harus diperlakukan
sederajat, dan yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak sederajat
sesuai dengan kebutuhan. Jadi dalam penelitian ini peneliti harus
bersikap adil dan tidak membeda-bedakan derajat pekerjaan, stastus
sosial, dan kaya ataupun miskin terhadap kelompok kontrol maupun
intervensi

K. Teknik Pengumpulan Data


1. Tahap Pengelolaan Data
Menurut Sutanto (2007), Tahap-tahap Pengelolaan Data adalah sebagai
berikut :
a. Editing
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner tersebut, apakah sudah lengkap, jelas,
relevan, dan konsisten.
b. Coding

36
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau koding, yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Processing
Peneliti memasukan data dalam bentuk kode (angka atau huruf)
kedalam program software komputer.
d. Cleaning
Peneliti mengecek kembali data yang telah di entry valid atau tidak,
jika data tidak valid dan terdapat missing pada data yang telah
dientry, kemudian dilakukan analisis.

L. Analisa Data
Menurut (Notoatmodjo 2010), analisa data dilakukan untuk
memperoleh gambaran dari hasi penelitian yang telah dirumuskan dalam
tujuan penelitian, membuktikan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan,
memperoleh kesimpulan secara umum dari peneliti, yang merupakan
konstribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan. Analisa data
suatu penelitian, biasanya memalalui prosedur bertahap yaitu
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeksipsikan
karakteristik setiap penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian Foot
Massage terhadap kualitas tidur klien post operasi. Dalam penelitian ini
dilakukan untuk menguji validitas item dan komperatif antar faktor
digunakan uji t dependent dan independen

37
1) Probabilitas (p-value) < (0.05) artinya bermakna atau signifikan,
yaitu ada pengaruh yang bermakna antara variabel independent
dengan variabel dependent atau hipotisi (Ho) ditolak.
2) Probilitas (p-value) > (0.05) artinya tidak bermakna atau signifikan,
yaitu tidak ada pengaruh yang bermakna antara variabel independen
dengan variabel dependent atau hipotesis (Ho) diterima
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung


1. Sejarah singkat berdirinya RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung mulai didirikan
pada tahun 1914 oleh perkebunan (ondermening) pemerintah Hindia
Belanda. Kemudian pada tahun 1942-1945 nama rumah sakit dirubah
menjadi Rumah Sakit Tentara Jepang. Lalu pada tahun 1945-1950
rumah sakit umum dikelola oleh Pemerintah Pusat RI dan pada tahun
1950-1964 rumah sakit umum diambil alih oleh Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan untuk dikelola. Namun pada tahun 1964-1965 rumah
sakit umum diambil alih lagi oleh Kodya Tanjungkarang dan pada
tahun 1965-sekarang rumah sakit umum akhirnya menjadi RSUD
Pemerintah Daerah Provinsi Lampung.

2. Visi, Misi dan Motto RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi


Lampung
a. Visi
Visi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah rumah
sakit unggul dalam pelayanan pendidikan dan penelitian kesehatan di
sumatera.
b. Misi

38
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,
profesional dengan mengutamakan keselamatan pasien.
2) Menyelenggarakan proses pendidikan dan penelitian yang
mengarahah pada pengembangan ilmu dan teknologi di bidang
kedokteran dan perumahsakitan yang menunjang pelayanan
kesehatan prima berdasar standar nasional dan internasional
3. Motto
Motto RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah ASRI
(aktif, segera, ramah, dan inovatif)

4. Kapasaitas dan pelayanan


Berdasarkan surat keputusan Derektur RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Nomor 800/139/1.3/1/ 2008 tanggal 14
januari 20008 tentang relokasi tempat tidur di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung, maka kapasitas ditetapkan menjadi 600
tempat tidur, yang terdistribusi sebagai berikut
Fasilitas pelayanan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung meliputi instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan, instalasi
rawat inap, instalasi bedah central, instalasi radiologi, instalasi patologi
klinik, instalasi patologi anatomi, bank darah, instalasi intensif terpadu
(ICU, ICCU, PICU), instalasi pelayanan perinatologi, instalasi
rehabilitasi medik, instalasi farmasi, instalasi gizi, instalasi kamar
jenazah, instalasi laundry, instalasi senitasi, instalasi penunjang
pemeliharaan sarana rumah sakit (IPSRS), pendidikan dan pelatihan
(Diklat), dan sistem informasi manajemen (SIM).

5. Gambaran Ruang Bedah


Ruang Bedah terdiri dari 2 ruangan yaitu ruang Mawar dan
Kutilang. Ruang mawar terdiri dari 28 tempat tidur, 19 tempat tidur
kelas III dan 3 kamar kelas II. Ruang Kutilang terdiri dari 28 tempat
tidur, 19 tempat tidur kelas III dan 3 kamar kelas II

39
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data tentang pengaruh pemberian foot
massage terhadap kualitas tidur klien post operasi diruang bedah RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020, peneliti menyajikan
karakteristik responden, analisis univariat, dan analisis bivariat sebagai
berikut :
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Gambaran Responden Menurut Jenis Kelamin di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung

Jenis kelamin Jumlah Persentase %


Laki-laki 36 56,25
Perempuan 28 43,75
Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah responden laki-laki


berjumlah 36 responden (56,25%), dan diikuti oleh perempuan dengan
jumlah 28 responden (43,75%).

b. Usia
Tabel 4.2
Gambaran Responden Menurut Usia di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung

Usia Jumlah Persentase %


Dewasa muda (18-25 tahun) 12 18,75

40
Dewasa awal (26-35) 7 10,94
Dewasa akhir (36-45) 12 18,75
Lansia awal (46-55) 15 23,43
Lansia akhir(56-65) 18 28,13
Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa jumlah responden


berdasarkan usia sebanyak, Dewasa muda 12 responden (18,75 %),
dewasa awal 7 responden (10,94%), Dewasa akhir 12 responden (18,75%),
Lansia awal 15 responden (23,43%), dan lansia akhir 18 responden
(28,13%).

c. Pendidikan
Tabel 4.3
Gambaran Responden Menurut Pendidikan di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung

Pendidikan Jumlah Persentase %


SD 21 32,81
SMP 19 29,69
SMA 24 37,5
Jumlah 64 100

41
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah responden
berdasarkan pendidikan, SD 21 responden (32,81%), SMP 19 responden
(29,69%), dan SMA 24 responden (37,5 %)

d. Kenyamanan
Tabel 4.4
Gambaran Responden Menurut kenyamanan Ruangan di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung

Kenyaman ruang Jumlah Persentase %


Nyaman 26 40,63
Tidak nyaman 38 59,37
Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa jumlah responden


berdasarkan kenyamanan, nyaman 26 responden (40,63%), tidak nyaman
38 responden(59,37%)

e. Penyakit
Tabel 4.5
Gambaran Responden Menurut Penyakit di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung

Penyakit Jumlah Persentase


Ca thyroid 6 9,38

42
Appendiktomi 8 12,5
Batu ginjal 6 9,38
Fibrom granuloma 1 1,56
Tumor recti 2 3,13
Hernia 2 3,13
Seluitis 1 1,56
Hmp ec sponditis 1 1,56
Ulcus pedis 1 1,56
Hil 2 3,13
Sol 1 1,56
CKR 1 1,56
Tumor otak 1 1,56
Uretrolitiosis 1 1,56
Nefrolithiasis 2 3,13
Peritonitis 6 9,38
Sponilitis Tb 1 1,56
Ca mamae 4 6,25
Subdural tigroma 1 1,56
Snnt 2 3,13
Miningioma 1 1,56
Impacted 2 3,13
Tumor testis 1 1,56
Edh 2 3,13
Tumor medula spinalis 1 1,56
Oa Hip 1 1,56
Ca colon 1 1,56
Ca recti 1 1,56
Nefrocutar 1 1,56
Osteosarcoma 1 1,56
Colitis 1 1,56
Depres frontal 1 1,56
Jumlah 64 100

43
B Berdsarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa jumlah responden
berdasarkan penyakit, ca thyriud responden (9,38%), appendiktomi 8
responden (12,5%), batu ginjal 6 responden (9,38%), fibrom granuloma 1
responden (1,56%), tumor recti 2 responden (3,13%), hernia 2 responden
(3,13%), seluitis 1 responden (1,56%), hmp ec sponditis 1 responden
(1,56%), ulkus pedis 1 responden (1,56%), hil 2 responden (3,13%), sol 1
responden (1,56%), ckr 1 responden (1,56%), tummor otak 1 responden
(1,56%), uretrolitiolisi 1 responden (1,56%), nefrolithiasis 2 responden
(3,13%), peritonitis 6 responden (9,38%), sponilitis TB 1 responden
(1,56%), ca mamae 4 responden (6,25%), subdurak tigroma 1 responden
(1,56%), snnt 2 responden (3,13%), mingioma 1 responden (1,56%),
impacted 2 responden (,3,13%), tumor testis 1 responden (1,56%), edh 2
reponden (3,13%), tumor medula spinalis 1 responden (1,56%), oa hip 1
responden (1,56%), ca colon 1 responden (1,56%), ca recti 1 responden

44
(1,56%), nefrocutar 1 responden (1,56%), osteosarcoma 1 responden
(1,56%), colitis 1 responden (1,56%), depres frontal 1 responden (1,56%).

2. Analisa Univariat
a. Distibusi kualitas tidur klien post operasi pretest dan post test
Tabel 4.6
Distribusi Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada Pretest
dan Posttest di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung

Skor kualitas tidur responden post operasi sebelum dan sesudah


mendapatkan terapi foot massage (kontrol)

Sebelum Mean Median SD Min-Max


10,41 10,00 3,573 4-17
Setelah 9,12 9,00 2,959 4-17

Berdasarkan table 4.6 dapat diketahui bahwa rata-rata skor kualitas


tidur kelompok kontrol pre test adalah 10,41 dengan standar deviasi (SD)
3,573 dan skor kualitas tidur terendah adalah 4 (kualitas tidur baik) dan
skor kualitas tidur tertinggi adalah 17 (kualias tidur buruk). Kemudian
setelah dilakukan post intervensi diketahui rata-rata skor kualitas tidur
responden adalah 9,12 dengan standar deviasi (SD) 2,959 dan skor kualitas
tidur terendah adalah 4 (kualitas tidur baik) dan skor kualitas tidur
tertinggi adalah 17 (kualitas tidur buruk). Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perubahan yang signifikan pada kelompok kontrol yang
tidak diberikan terapi foot massage dengan rata rata skor pre intervensi
10,41 dan rata-rata skor post intervensi 9,12.

b. Distibusi kualitas tidur klien post operasi pretest dan post test
Tabel 4.7

45
Distribusi Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest
dan Posttest di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung

Skor kualitas tidur responden post operasi sebelum dan sesudah


mendapatkan terapi foot massage (intervensi)

Sebelum Mean Median SD Min-Max


9,06 10,00 2,285 5-13
Setelah 4,78 5,00 1,184 3-7

Berdasarkan table 4.7 dapat diketahui bahwa rata-rata skor kualitas


tidur kelompok intervensi pre test adalah 9,06 dengan standar deviasi (SD)
2,285 dan skor kualitas tidur terendah adalah 5 (kualitas tidur baik) dan skor
kualitas tidur tertinggi adalah 13 (kualias tidur buruk). Kemudian setelah
dilakukan post intervensi diketahui rata-rata skor kualitas tidur responden
adalah 4,78 dengan standar deviasi (SD) 1,184 dan skor kualitas tidur
terendah adalah 3 (kualitas tidur baik) dan skor kualitas tidur tertinggi
adalah 7 (kualitas tidur buruk). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perubahan yang signifikan pada kelompok intervensi yang diberikan terapi
foot massage dengan rata rata skor pre intervensi 9,06 dan rata-rata skor
post intervensi 4,78.

3. Analisa Bivariat
Tabel 4.8
Analisis Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Pada Responden
Kelompok Intervensi dan Kontrol Ruang Bedah RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Variabel Mean SD SE P-valeu N


Kualitas tidur 9,12 2,959 523
sesudah terapi foot
massage (kontrol)

46
Kualitas tidur 4,78 1,184 209
sesudah terapi foot 0.00 64
massage (intervensi)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata skor


kualitas tidur responden pada kelompok kontrol adalah 9,12 dan pada
pengukuran skor rata-rata kualitas tidur responden kelompok intervensi
adalah 4,78. Nilai perbedaan rata-rata skor indeks kualitas tidur pada
kelompok kontrol dan pada kelompok intervensi adalah 4,34. Hasil uji
statistik dengan uji t independen didapatkan hasil p-valeu sebesar 0,000 <
(0,5). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh foot massage
terhadap kualitas tidur klien post operasi dengan dibuktikan perubahan
penurunan nilai rata-rata kualitas tidur dengan klien kelompok kontrol dan
kelompok intervensi dengan nilai rata-rata pada kelompok kontrol 9,12 dan
kelompok intervensi 4,78 dengan nilai perbedaan 4,78.

C. Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Distibusi kualitas tidur klien post operasi pretest dan post test
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Dapat dilihat pada tabel 4.6 diperoleh rata-
47
rata skor kualitas tidur pada kelompok kontrol didapatkan hasil saat pre
intervensi adalah 10,41 dengan standar deviasi (SD) 3,573 dan skor
kualitas tidur terendah adalah 4 dan skor tertinggi adalah 17 sedangkan
pada post intervensi yang tidak mendapatkan perlakuan didapatkan hasil
9,12 dengan standar deviasi (SD) 2,959 dan skor kualitas tidur terendah
adalah 4 dan skor tertinggi adalah 17. Berdasarkan hasil tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan bermakna pada kelompok
kontrol pre intervensi dan post intervensi yang tidak diberikan terapi foot
massage.
Tidak adanya perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol
mungkin saja dipengaruhi oleh kenyamanan pada klien, ,misal cahaya
yang terlalu terang, suhu yang panas atau dingin, dan jumlah pengujung
yang ramai. Asmadi (2008) mengutarakan bahwa lingkungan dapat
meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan
yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang bising dan gaduh akan menghambat
seseorang untuk tidur.
Sejalan dengan teori diatas yang dikemukakan, peneliti berpendapat
bahwa faktor yang paling mendasari dalam terciptanya rasa kenyamanan
ruang perawatan adalah bagaimana klien dapat beradaptasi dengan
keadaan kamar perawatan. Lingkungan yang baik dapat meciptakan
kenyamanan ruang perawatan dan sebaliknya, akan tetapi jika klien tidak
dapat beradaptasi dengan lingkungan ruang perawatan (II dan III) maka
tidak dapat dihindarkan dari suasana yang tidak nyaman.
Berdasarkan karakteristik responden dengan pendidikan.
Sebanyakan SD 21 responden (32,81%), SMP 19 responden (29,69%),
dan SMA 24 responden (37,5 %), dan dapat disimpulkan bahwa banyak
responden yang berada ditahap pendidikan yang menengah kebawah.
Sehingga hal ini berpengaruh kepada kenyamanan responden. Responden
dengan tingkat pendidikan rendah lebih cenderung untuk memiliki

48
pengetahuan yang kurang, sehingga tidak begitu peka mengenai kondisi
kamar perawatan. Karena hal yang menjadi fokus utama dari responden
adalah kesembuhan pasca operatif, sehingga persepsi nyaman tidak
nyaman mengenai ruang perawatan tidak menjadi perhatian yang spesifik
dari responden. Namun kenyamanan bukanlah salah satu faktor yang
membuat responden menjadi sulit tidur, akan tetapi tindakan pembedahan
atau penyakit meruapakan faktor yang membuat responden menjadi sulit
tidur. Hal ini sejalan dengan teori Smeltzer & Bare (2002) bahwa nyeri
pasca operasi muncul disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang
menyebabkan tubuh menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri.
Intesitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun
menurun sejalan dengan proses penyembuhan (Potter & Perry, 2006
dalam Nurhafizah, dkk.,2012). Kemudian Brunner dan Suddarth (2002)
menambahkan bahwa nyeri akut biasanya awalnya tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Hal ini menarik perhatian
pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kita untuk
menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri.
Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri
akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan, dan
menurut Brunner dan Suddarth (2002) bahwa tingkat dan keparahan
nyeri pascaoperatif tergantung pada anggapan fisiologi dan psikologi
individu, toleransi yang ditimbulkan oleh nyeri, letak insisi, sifat
prosedur pembedahan, kedalaman trauma bedah, dan jenis agens
anastesia dan bagaimana agens tersebut diberikan.
Hal-hal diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Melastuti & Avianti (2010) didapatkan 6 dari 8 pasien post operasi
mengalami penurunan kualitas tidur dengan penyebab utama nyeri.
Menurut peneliti kualitas tidur yang kurang baik yang ditunjukan oleh
responden diruang bedah diantarannya adalah nyeri pasca operasi,
lingkungan, dan kecemasan.

49
Begitu pula dengan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Afianti, Mardhiyah (2017), Pengaruh Foot Massage
terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICU di rumah sakit Hasan
Sadikin menunjukkan menunjukan pada kelompok kontrol tidak terdapat
perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur (p = 0,150),
sedangkan pada kelompok perlakuan, terdapat perbedaan yang bermakna
rerata skor kualitas tidur (p=0,002). Adapun selisih skor kualitas tidur
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terdapat perbedaan
secara bermakna (p= 0,026).
Ada pula penelitian Hasil ini juga mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Puji Raharjo (2008), tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya insomnia pada lanjut usia di Kabupaten
Demak, yang menunjukkan bahwa sakit fisik lebih mempengaruhi
terjadinya insomnia.

b. Distibusi kualitas tidur klien post operasi pretest dan post test
Penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Foot Massage Terhadap
Kualitas Tidur Klien Post Operasi di Ruang Bedah, didapatkan hasil pada
kelompok intervensi dilihat pada tabel 4.7 diperoleh rata-rata skor
kualitas tidur pada kelompok intervensi didapatkan hasil saat pre
intervensi adalah 9,06 dengan standar deviasi (SD) 2,285 dan skor
kualitas tidur terendah adalah 5 dan skor tertinggi adalah 13 sedangkan
pada post intervensi yang mendapatkan perlakuan didapatkan hasil 4,78
dengan standar deviasi (SD) 1,184 dan skor kualitas tidur terendah adalah
3 dan skor tertinggi adalah 7. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perubahan bermakna pada kelompok
perlakukan pre intervensi dan post intervensi yang diberikan terapi foot
massage.
Pemberian foot massage dilakukan dikarenakan foot massage
dilakukan dengan kemudahan akses yaitu dilakukan didaerah kaki yang

50
mudah dijangkau dan pasien tidak perlu dilakukan reposisi sehingga
tidak akan mempengaruhi peralatan yang digunakan oleh responden,
selain itu pemberian foot massage banyak sekali manfaatnya, manfaat
foot massage antara lain. Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga
mengurangi nyeri dan inflamasi dikarenakan Massage meningkatkan
sirkulasi baik darah maupun getah bening (Price, 1997). Foot Massage
mampu memberikan efek relaksasi yang mendalam, mengurangi
kecemasan, mengurangi rasa sakit, mengurangi ketidaknyamanan secara
fisik, dan meningkatkan tidur pada seseorang (Puthusseril, 2006).
Dengan memberikan massage pada area kaki dapat memperlancar sistem
peredaran darah, karena pijatan memberikan efek kenyamanan, sedatif
dan mampu merangsang sistem syaraf dan meningkatkan aktifitas otot,
sehinggapijatan pada kaki dapat mengendurkan otot-otot membuat pasien
menjadi relaks (Trisnowiyanto, 2012). Adapun mekanisme Foot
Massage yang dimulai dari pemijatan kaki dan diakhiri dengan pemijatan
telapak kaki merespon sensor syaraf kaki yang kemudian pijatan pada
kaki ini meningkatkan neurotransmiter serotonin dan dopamin yang
rangsangannya diteruskan ke hipotalamus dan menghasilkan
Cortocotropin Releasing Factor (CRF) yang merangsang kelenjar pituary
untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) dan
merangsang medula adrenal meningkatkan sekresi endorfin yang
mengaktifkan parasimpatik sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh
serta memperlancar aliran darah sehingga membantu otot-otot yang
tegang menjadi relaks sehingga RAS (Retikuler Aktivating System)
terstimulasi untuk melepaskan serotonin dan membantu munculnya
rangsangan tidur serta meningkatkan kualitas tidur seseorang
(Aditya, Sukarendra & Putu, 2013;Guyton, 2014; Aziz, 2014;
Pisani, Friese, Gehlbach, Schwab,Weiunhouse & Jones, 2015).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Afianti, Mardhiyah (2017), Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
51
Tidur Pasien di Ruang ICU di rumah sakit Hasan Sadikin terdapat
perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur (p=0,002). Adapun
selisih skor kualitas tidur pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan terdapat perbedaan secara bermakna (p= 0,026).
Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh ariani dan
suryanti (2019), Pengaruh Food Massage Terhadap Kualitas Tidur Pada
Lansia Di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta didapatkan hasil
pada kelompok intervensi setelah dilakukan foot massage dan
perendaman kaki dengan air hangat, hasilnya mengalami peningkatan
yang signifikan dengan niali P= 0.001 (<0.005). artinya ada pengaruh
rendam kaki dan food massage terhadap kualitas tidur pada lansia.
Ada pula dengan penelitian yang dilakukan oleh ariani dan suryanti
(2019), Pengaruh Food Massage Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia
Di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta didapatkan hasil pada
kelompok intervensi setelah dilakukan foot massage dan perendaman
kaki dengan air hangat, hasilnya mengalami peningkatan yang signifikan
dengan niali P= 0.001 (<0.005). artinya ada pengaruh rendam kaki dan
food massage terhadap kualitas tidur pada lansia.

2. Analisis Bivariat
Berdasarkan uji statistik skor kualitas tidur pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi dengan uji t independen didapatkan hasil
dengan nilai α (<0.05) didapatkan nilai p-value (0,000), berarti Ho
ditolak dan hal ini menunjukan ada pengaruh yang signifikan antara
pemberian foot masagge sebelum dan sesudah terhadap kualitas tidur
klien post operasi.
Rasa sakit yang dirasakan post operasi atau sesudah tindakan
operasi dapat menimbulkan ketidaknyamanan fisik pada pasien,
diantaranya adalah timbul mual muntah,nyeri,gelisah dan membuat
kualitas tidur seseorang menjadi buruk. Kualitas tidur yang buruk dapat

52
mengakibatkan terganggu proses penyembuhan dan akibatnya terjadinya
gangguan psikologis dan fisiologis pada responden. Rasa sakit yang
dirasakan oleh pasien dapat dikurangi dengan menggunakan massage
dimana rangsangan pijitan mampu mencapai otak lebih cepat dari rasa
sakit itu sendiri dampaknya terjadi peningkatan serotonin, dopamin dan
penurunan substansi serta peningkatan produksi endorfin selama
pemijatan yang menghasilkan efek relaksasi dan peningkatan tidur (Field,
Hernandez-Reif, Diego, Fraser, 2007).
Menurut (Anderson & Cutshall, 2007), massage therapy dapat
digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot, untuk mengurangi rasa
sakit, stres, dan kecemasan yang membantu pasien meningkatkan
kualitas tidur dan kecepatan pemulihan. Selain itu, massage therapy
dapat meningkatkan pergerakan pasien dan pemulihan setelah operasi,
yang memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas
Massage therapy banyak sekali macam-macamnya salah satunya
foot massage, Foot Massage adalah tindakan pijat yang dilakukan
didaerah kaki. Melakukan foot massage mampu memberikan efek
relaksasi yang mendalam, mengurangi kecemasan, mengurangi rasa
sakit, mengurangi ketidaknyamanan secara fisik, dan meningkatkan tidur
pada seseorang (Puthusseril, 2006).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian ariani, suryanti
(2018) tentang Pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur pada lansia
dipanti werdha dharma bakti surakarta. Dengan hasil uji wilcoxson nilai
0,003 dengan kriteria P<0,05 sehingga terjadi perubahan kualitas tidur
pada lansia ditunjukkan oleh angka 0,003<0,05 yang artinya Ha diterima
dan Ho ditolak.
Begitu pula dengan penelitian Santi Varisella (2016), Pengaruh
Terapi Relaksasi Massage Terhadap Skor Insomnia Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rs. Pku Muhammadiyah
I Yogyakarta, menunjukkan adanya perubahan skor insomnia kearah

53
positif pada kelompok eksperimen dengan p value 0,000 , α = 0,05.
Analisi data selanjutnya menggunakan Idependent t-test menunjukkan
perbedaan bermakna secara statistika antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan p value 0,000 , α = 0,05. Hal tesebut
menunjukan terdapat pengaruh terapi relaksasi massage terhadap skor
insomnia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Menurut peneliti, jika melihat dari analisis univariat dan bivariat
terdapat perbedaaan skor pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol
dan intervensi. Pada kelompok kontrol saat dilakukan pre intervensi
didapatkan nilai 10,41 dan setelah dilakukan post intervensi didapatkan
nilai 9,12. Sedangkan pada kelompok intervensi didapatkan nilai saat pre
intervensi adalah 9,06 dan post intervensi didapatkan nilai 4,78. Dan
kemudian setelah dilakukan uji t independen didapatkan hasil p-valeu
sebesar 0,000 < (0,5). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pemberian foot massage terhadap kualitas tidur klien post operasi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

54
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti diruang Bedah
RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020, dapat disimpulkan
bahwa :
a. Responden yang mengalami kualitas tidur buruk adalah kelompok kontrol
dengan nilai mean 10,41 saat pre intervensi dan 9,12 post intervensi, artinya
tidak banyak perubahan yang bermakna pada kelompok kontrol di ruang
Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020
b. Responden yang mengalami kualitas tidur baik adalah kelompok intervensi
dengan nilai mean 9,06 saat pre intervensi dan 4,78 post intervensi, artinya t
terdapat perubahan yang bermakna pada kelompok intervensi di ruang
Bedah RSUD Dr .H .Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020
c. Responden yang diberikan terapi foot massage memiliki kualitas tidur lebih
baik dibandingkan dengan yang tidak diberikan terapi foot massage dengan
nilai mean pada kelompok intervensi 4,78 dan nilai mean pada kelompok
kontrol adalah 9,12 dengan hasil p-value 0,000 < (0,05) di ruang Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020

B. Saran
a. Bagi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Diharapkan rumah sakit dapat menyediakan sarana dan prasarana yang
dapat mendukung upaya penurunan tingkat insomnia pada klien.
Penurunan tingkat insomnia berarti kualitas tidur klien meningkat
sehingga kesehatan meningkat.

b. Bagi Perawat di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi


Lampung
Diharapkan agar memberikan kenyamanan seperti massage atau yang
lainnya sehingga memperbaiki kualitas tidur pada klien pasca operasi.
c. Bagi peneliti selanjutnya

55
Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian
dengan menggunakan metode massage lainnya, seperti massage
punggung, atau hand massage.

DAFTAR PUSTAKA

Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
Tidur Pasien di Ruang ICU The effect of Foot Massage on Sleep Quality of
in ICU Rooms ’ Patients.
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/353/154

56
Andika, V S,. & Yuni, F. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta Bantul: Kamus
Kesehatan.

Angraini, R., (2018). pengaruh penyuluhan manfaat mobilisasi dini terhadap


pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca pembedahan laparatomi.

http://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntaxliterate/article/download/32
5/454

Anik, M. (2005). Asuhan Keperawatan Perioperatif-Pre Operasi Menjelang


Pembedahan. Jakarta : Buku Mahasiswa Kesehatan.

Aprina & Anita., (2018). Riset Keperawatan.

Dwi, A, S. (2019). Pengaruh Food Massage Terhadap Kualitas Tidur Pada


Lansia Di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta
http://jurnalinterest.com/index.php/int/article/view/122/118

Edi, R. (2016), Statiska Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS) Edisi I.
Yogyakarta : Andi.

Erna, M, & Lia, A. (2010). Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage (Ssbm)
Terhadap Kualitas Tidur Pasien Post Operasi di RSI Sultan Agung
Semarang.
http://e-journal.akesrustida.ac.id/index.php/jikr/article/view/37

Etri Y, & Dwi, C, ,R & Eliza, A. (2018). Efektifitas Massase punggung dan Kaki
Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/article/view/305/128

Fitriani. (2015). Pengaruh Masase Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah


Pada Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Bontorannu
Kabupaten Gowa.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1691/1/Fitriani.pdf

Hidayat, A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data


Jakarta : Salemba Medika.
I Ketut Swarjana (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).
Yogyakarta : CV. Andi, Anggota IKAPI.

Jane C. Rothtock (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif.


Jakarta: EGC

Jumiarni. (2018). Perbandingan Kualitas Tidur Menggunakan Skala Pittsburgh


57
Sleep Quality Index (Psqi)Pada Pasien Gangguan Cemas Yang Mendapat
Terapi Benzodiazepin Jangka Panjang Dan Jangka Pendek.
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTk4Zj
g5MmI4MWU1ZWZiMWVjODdiZGEwYmM4NmFlYWEwOTM0NGE3Z
A==.pdf

Khasanah, U. (2017). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Pola Tidur Pada Bayi Usia
3 – 6 Bulan. 1–13.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12215/12.NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf?sequence=12&Allowed=y

Mariani, R. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur anak yang


menjalani hospitalisasi diruang rawat inap anak RSD. Mayjend. HM.
Ryacudu Kotabumi
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/624/426/

Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nurul, A, L. (2003). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemenuhan


Kebutuhan Istirahat Tidur Klien Post Operasi Di Ruang Perawatan Bedah
Rsud Labuang Baji Makassar

Patricia, Haryani (2019). Pengaruh Masase Kaki Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Kelompok Dewasa Yang Mengalami Hipertensi
http://ejournal.pancabhakti.ac.id/index.php/jkpbl/article/view/60/52

Potter & Perry (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
Dan Praktik Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Potter & Perry (2009). Fundamental Nursing Fundamental Keperawatan Buku 1


Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Rosdahl, Caroline Bunker (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar : Kenyamanan


& Nyeri Edisi 10. Jakarta : EGC

Santi, V. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Massage Terhadap Skor Insomnia


Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rs. Pku
Muhammadiyah I Yogyakarta
http://digilib.unisayogya.ac.id/2260/1/Naskah%20Publikasi.pdf

Sari & Nugroho. (2014). Persepsi Pasien Puteri Physical Therapy Clinic
Terhadap Efektivitas Sport Massage Dalam Mengatasi Penyebab Kesulitan
Tidur
https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/view/4586/3938
58
Setiadi (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Wahid, I, M, & Nurul C, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori &
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : Buku kedokteran EGC.

Wildan, F, A, A. (2016) Pengaruh Massage Kaki dan Aromateapi Sereh


Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia di Panti Werdha Daerah
Surakarta
http://eprints.ums.ac.id/44707/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

59
LAMPIRAN

60
61
62
63
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAKSANAAN FOOT MASSAGE

1
Pengertian Foot Massage adalah tindakan pijat yang dilakukan didaerah kaki.
Melakukan massage pada otot-otot besar pada kaki dapat memperlancar
sirkulasi darah dan saluran getah bening serta membantu mencegah
varises.
Tujuan 1. Memberikan rasa rileks dan nyaman
2. Meningktakan kualitas tidur
3. Melancarkan sirkulasi darah
4. Mengurangi kecemasan
5. Menurunkan tekanan darah tinggi
Ruang lingkup 1. Standar Operasional Prosedur (SOP) ini mencakup proses
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan meningkatkan
kualitas tidur klien post operasi yang digunakan dilahan praktik
(rumah sakit)
2. SOP ini mengatur tentang pemberian terapi foot massage pada
klien post operasi
Hal – hal yang perlu 1. Klien yang mengalami gangguan ekstremitas bawah
diperhatikan
Persiapan Alat dan 1. Lotion atau kream massage
bahan 2. Kain lap
3. Air
Persiapan Klien 1. Mengidentifikasi pasien
2. Informed consent
3. Pastikan pasien menandatangani persetujuan menjadi responden
4. Atur posisi senyaman mungkin
5. Menjaga privasi klien
Waktu ± 22 menit
Tata ruang 1. Ruang rawat klien dengan penerangan yang cukup baik
Prosedur tindakan 1. Mencuci tangan
2. Mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan
5. Sebelum melakukan tindakan food massage klien sudah dikaji
kualitas tidurnya dengan PSQI
6. Ambil lotion kemudian usap pada kaki klien kemudian,
7. Mulai memijat salah satu kaki dan pijat
kaki masing masing selama 2 menit. Dengan menggunakan bagian
tumit telapak tangan peneliti, peneliti menggosok dan memijat
telapak kaki pasien secara perlahan dari arah dalam ke arah sisi
luar kaki pada bagian terluas kaki kanan. Dengan menggunakan
tumit telapak tangan peneliti di bagian yang sempit dari kaki
kanan, peneliti menggosok dan memijat secara perlahan bagian
telapak kaki pasien dari arah dalam ke sisi luar kaki selama 15
detik.
8. Dengan menggunakan tumit telapak tangan peneliti di bagian yang
sempit dari kaki kanan, peneliti menggosok dan memijat secara
2
perlahan bagian telapak kaki pasien dari arah dalam ke sisi luar
kaki.
9. Pegang semua jari-jari kaki oleh tangan kanan, dan tangan kiri
menopang tumit pasien, kemudian peneliti memutar pergelangan
kaki tiga kali searah jarum jam dan tiga kali ke arah berlawanan
arah jarum jam.
10. Tahan kaki di posisi yang menunjukkan ujung jari kaki mengarah
keluar (menghadap peneliti), gerakan maju dan mundur tiga kali.
Untuk mengetahui fleksibilitas.
11. Tahan kaki di area yang lebih luas bagian atas dengan
menggunakan seluruh jari (ibu jari di telapak kaki dan empat jari
di punggung kaki) dari kedua belah bagian kemudian kaki
digerakkan ke sisi depan dan ke belakang tiga kali selama.
12. Tangan kiri menopang kaki kemudian tangan kanan memutardan
memijat masing-masing jari kaki sebanyak tiga kali di kedua arah,
untuk memeriksa ketegangan.
13. Pegang kaki kanan dengan kuat dengan menggunakan tangan
kanan pada bagian punggung kaki sampai ke bawah jari-jari kaki
dan tangan kiri yang menopang tumit. genggam bagian punggung
kaki berikan pijatan lembut
14. Posisi tangan berganti, tangan kanan menopang tumit dan tangan
kiri yang menggenggang punggung kaki sampai bawah jari kaki
kemudian di pijat dengan lembut.
15. Pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan tangan kanan
seseorang di bagian punggung kaki hingga ke bawah jari-jari kaki
dan gunakan tangan kiri umtuk menopang di tumit dan
pergelangan kaki dan berikan tekanan lembut.
16. Menopang tumit menggunakan tangan kiri dan dengan
menggunakan tangan kanan untuk memutar setiap searah jarum
jam kaki dan berlawanan arah jarum jam serta menerapkan
tekanan lembut.
17. Menopang tumit dengan menggunakan tangan kiri dan
memberikan tekanan dan pijatan dengan tangan kanan pada bagian
sela-sela jari bagian dalam dengan gerakan ke atas dan ke bawah
gerakan lembut
18. Tangan kanan memegang jari kaki dan tangan kiri memberikan
tekanan ke arah kaki bagian bawah kaki menggunakan tumit
tangan dengan memberikan tekanan lembut.
19. Kemudian lap kaki klien menggunakan handuk yang sudah
direndam dengan air
20. Cuci tangan

Evaluasi 1. Evaluasi respon klien


2. Berikan reinforcement positif
3. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
Sumber Nurlaily Afianti, Ai Mardhiyah (2017)

3
KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI)

1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam?


2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam?
3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi?
4. Berapa lama anda tidur dimalam hari?
5 Seberapa sering masalah-masalah Tidak Sekali 2 kali ≥ 3 kali
dibawah ini mengganggu tidur anda? pernah
a) Tidak mampu tertidur selama 30
menit sejak berbaring
b) Terbangun ditengah malam atau terlalu dini

c) Terbangun untuk ke kamar mandi

d) Tidak mampu bernafas dengan leluasa

e) Batuk atau mengorok

f) Kedinginan dimalam hari

g) Kepanasan dimalam hari

h) Mimpi buruk

i) Terasa nyeri

j) Alasan lain ………

Tidak pernah 1 kali 2 kali 3 kali

6 Seberapa sering anda meminum obat tidur


anda
tidak pernah 1 kali 2 kali ≥ 3 kali

7 Seberapa sering anda


mengantuk ketika melakukan
aktifitas disiang hari
Tidak Kecil Sedang Besar
Antusias
8 Seberapa antusias anda ingin
menyelesaikan masalah yang
anda hadapi
Sangat Cukup Cukup Sangat
baik baik buruk Buruk
9 Bagaimana anda menilai kualitas tidur
anda

Keterangan Cara Skoring


4
Komponen :

1. Kualitas tidur subyektif à Dilihat dari pertanyaan nomer 9


0 = sangat baik
1 = cukup baik
2 = cukup buruk
3 = sangat buruk
2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur) à total skor dari pertanyaan nomer 2
dan 5a
Pertanyaan nomer 2:
≤ 15 menit = 0
16-30 menit = 1
31-60 menit = 2
> 60 menit = 3
Pertanyaan nomer 5a:
Tidak pernah = 0
Sekali = 1
2 kali =2
>3 kali = 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 2 dan 5a, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3
3. Lama tidur malam à Dilihat dari pertanyaan nomer 4
> 7 jam = 0
6-7 jam = 1
5-6 jam = 2
< 5 jam = 3
4. Efisiensi tidur à Pertanyaan nomer 1,3,4
Efisiensi tidur= (# lama tidur/ # lama di tempat tidur) x 100%
# lama tidur – pertanyaan nomer 4
# lama di tempat tidur – kalkulasi respon dari pertanyaan nomer 1 dan 3
Jika di dapat hasil berikut, maka skornya:
> 85 % = 0
75-84 % = 1
65-74 % = 2
< 65 % = 3
5. Gangguan ketika tidur malam à Pertanyaan nomer 5b sampai 5j
Nomer 5b sampai 5j dinilai dengan skor dibawah ini:
Tidak pernah = 0
Sekali = 1
5
2 kali =2
>3 kali = 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 5b sampai 5j, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 =0
Skor 1-9 =1
Skor 10-18 =2
Skor 19-27 =3
6. Menggunakan obat-obat tidur à Pertanyaan nomer 6
Tidak pernah = 0
Sekali =1
2 kali =2
>3 kali =3
7. Terganggunya aktifitas disiang hari à Pertanyaan nomer 7 dan 8
Pertanyaan nomer 7:
Tidak pernah = 0
Sekali =1
2 kali =2
>3 kali =3
Pertanyaan nomer 8:
Tidak antusias = 0
Kecil =1
Sedang =2
Besar =3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 7 dan 8, dengan skor di bawah ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3

Skor akhir: Jumlahkan semua skor mulai dari komponen 1 sampai 7


Kualitas tidur baik ≤ 5
Kualitas tidur buruk ≥ 5

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANGJURUSAN


KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

6
JL. SOEKARNO-HATTA NO.01 HAJIMENA BANDAR LAMPUNG TELP (0721) 703580 FAX (0721)
783580

INFORMED CONSENT

Yang bersedia betanda tangan dibawah ini


Nama Initial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Setelah mendapatkan keterangan yang secukupnya serta mengetahaui menfaat
penelitian yang berjudu “Pengaruh Pemberian Food Massage Terhadap
Kualitas Tidur Pasien Post Operasi Diruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020”, saya menyatakan (bersedia/tidak
bersedia) di ikut sertakan dalam penelitian ini. Saya percaya apa yang
disampaikan ini dijamin kerahasiaannya.

Bandar Lampung, 2020

Peneliti Responden

Fictor Yusman Agung ( )


*): Coret yang tidak perlu

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
Website : www.bpps.depkes.go.id/poltekkestanjungkarang E-mail : poltekkestanjungkarang@yahoo.co.id
7
Jl. Soekarno – Hatta No. 01 Bandar Lampung
Telp : 0721-783852 Faxsimile : 0721-773918

LEMBAR PENJELASAN

Judul Penelitian :
“Pengaruh pemberian foot massage terhaadap kualitas tidur klien post
operasi di ruang bedah RSUD DR. H. Abdul Moeloekk provinsi Lampung tahun
2020”
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan foot massage
kepada responden yang dapat diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pos
operasi. Selanjutnya peneliti menilai kualitas tidur dengan menggunakan
kuisioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality) kepada kalian intervensi sebelum dan
sesudah melakukan foot massage. Kemudian pada kelompok kontrol dilakukan
penilaian yang sama menggunakan kuisioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality)
namun pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan, kemudian dibandingkan
antara kedua kelompok apakah berpengaruh atau tidak. Selanjutnya data yang
diperoleh akan dilakukan pengolahan data. Penelitian dilakukan setelah responden
menandatangani lembar persetujuan. Semua data yang didapatkan di jamin
kerahasiaan nya.
Apabila dalam kegiatan penelitian responden menolak atau berhenti
menjadi responden berhak melakukan hak untuk diri dan responden tidak akan
mendapatkan sanksi apapun. Responden tidak diberikan imbalan apapun pada saat
kegiatan penelitian.
Demikian penjelasan singkat mengenai penelitian ini saya ucapkan terima
kasih.
Peneliti

` Fictor Yusman Agung

LEMBAR OBSERVASI

8
PEMBERIAN FOOT MASSAGE PADA KELOMPOK KONTROL
No Nama Pasien No. RM Umur Jenis Kualiatas Tidur
Operasi
Sebelum Sesudah
Intervens Intervensi
i

LEMBAR OBSERVASI

9
PEMBERIAN FOOT MASSAGE PADA KELOMPOK INTERVENSI
No Nama Pasien No. RM Umur Jenis Kualitas Tidur
Operasi
Sebelum Sesudah
Intervens Intervensi
i

10
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

LEMBAR CATATAN KONSULTASI


SKRIPSI

NAMA : FICTOR YUSMAN AGUNG


NIM : 1614301032
TANGGAL HASIL KONSULTASI PARAF
18/09/19 Konsul judul
24/09/19 Acc judul, lanjut BAB I – BAB III

14/10/19 Perbaiki Bab I, tujuan, manfaat. Latar


belakang piramida terbalik
23/10/19 Acc Bab I, lanjut Bab II dan III

07/11/19Perbaiki bab II
tambahkan teori, kerangka teori, kerangka
kosep
27/11/09 Perbaiki bab II penelitian terkait
Lanjut bab III
03/12/19 Bab III,perbaiki besar sampling,
tambahkan populasi, DO perbaiki
04/12/19 Bab III, tambahkan SOP, Perbaiki
hipotesis, lengkapi Instrumen
05/12/19 ACC Seminar Proposal
Lanjut Pembimbing 2
JUDUL SKRIPSI :.PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE
..................................TERHADAP KUALITAS TIDUR KLIEN POST
..................................OPERASI DIRUANG BEDAH RSUD DR. H ABDUL
..................................MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020
PEMBIMBING I : Dr. Aprina, S. Kp., M. Kes

Mengetahui
Ketua Prodi DIV Keperawatan Tanjungkarang

Dr. Anita, M. Kep., Sp. Mat


NIP. 196902101992122001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
11
LEMBAR CATATAN KONSULTASI
SKRIPSI

NAMA : FICTOR YUSMAN AGUNG


NIM : 1614301032
TANGGAL HASIL KONSULTASI PARAF
29/11/2019 Perbaiki Penulisan,
Sesuaikan dengan pedoman yang sudah
ada
5/12/2019 Perbaiki tabel, spasi, dan daftar pustaka

8/12/2019 ACC maju Proposal

JUDUL SKRIPSI :.PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE


..................................TERHADAP KUALITAS TIDUR KLIEN POST
..................................OPERASI DIRUANG BEDAH RSUD DR. H ABDUL
..................................MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020
PEMBIMBING II : Titi Astuti, M. Kep., Sp. Mat

Mengetahui
Ketua Prodi DIV Keperawatan Tanjungkarang

Dr. Anita, M. Kep., Sp. Mat


NIP. 196902101992122001

12
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

13
LEMBAR CATATAN KONSULTASI
SKRIPSI

NAMA : FICTOR YUSMAN AGUNG


NIM : 1614301032
JUDUL SKRIPSI :.PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE
..................................TERHADAP KUALITAS TIDUR KLIEN POST
..................................OPERASI DIRUANG BEDAH RSUD DR. H ABDUL
..................................MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020
PEMBIMBING I : Dr. Aprina, S. Kp., M. Kes
TANGGAL HASIL KONSULTASI PARAF
1/4/2020 Perbaiki bab 4
Hasil penelitian dicek kembali karna
belum tergambar dihasil.
Pembahasan diperkaya dengan sitasi
artikel terkait dan dipertekan lagi
bahasanya.
Karakteristik responden masukan
dipembahasan dan dijelaskan

3/4/2020 ACC Seminar Hasil


Lanjut ke pembimbing 2

Mengetahui
Ketua Prodi DIV Keperawatan Tanjungkarang

Dr. Anita, M. Kep., Sp. Mat


NIP. 196902101992122001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

14
LEMBAR CATATAN KONSULTASI
SKRIPSI

NAMA : FICTOR YUSMAN AGUNG


NIM : 1614301032
JUDUL SKRIPSI :.PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE
..................................TERHADAP KUALITAS TIDUR KLIEN POST
..................................OPERASI DIRUANG BEDAH RSUD DR. H ABDUL
..................................MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020
PEMBIMBING II : Titi Astuti, M. Kep., Sp. Mat
TANGGAL HASIL KONSULTASI PARAF
6/4/2020 Perbaiki penulisan
misal : Kutipan harus satu baris tidak
boleh terputus, dicek lagi satu persatu
13/4/2020 ACC
Seminar Hasil

Mengetahui
Ketua Prodi DIV Keperawatan Tanjungkarang

Dr. Anita, M. Kep., Sp. Mat


NIP. 196902101992122001

15
T-TEST PAIRS=pre WITH post (PAIRED)
  /CRITERIA=CI(.9500)

  /MISSING=ANALYSIS.

T-Test

[DataSet0] 

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pre test kelompok kontrol 10.41 32 3.573 .632

post test kelompok kontrol 9.12 32 2.959 .523

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pre test kelompok kontrol &


32 .944 .000
post test kelompok kontrol

1
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference t Df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper

Pair 1 pre test kelompok kontrol- post


1.281 1.250 .221 .830 1.732 5.796 31 .000
test kelompok kontrol

T-TEST PAIRS=pre WITH post (PAIRED)
  /CRITERIA=CI(.9500)
  /MISSING=ANALYSIS.

T-Test
[DataSet0] 

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pre test kelompok intervensi 9.06 32 2.285 .404

post test kelompok intervensi 4.78 32 1.184 .209

2
Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pre test kelompok intervensi


& post test kelompok 32 .852 .000
intervensi

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper

Pair 1 pre test kelompok intervensi -


4.281 1.420 .251 3.769 4.793 17.061 31 .000
post test kelompok intervensi

T-TEST GROUPS=kelompok(1 2)
  /MISSING=ANALYSIS
  /VARIABLES=pre post

3
  /CRITERIA=CI(.9500).

T-Test
[DataSet0] 

Group Statistics

kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pre test kelompok kontrol 32 10.41 3.573 .632

kelompok intervensi 32 9.06 2.285 .404

post test kelompok kontrol 32 9.12 2.959 .523

kelompok intervensi 32 4.78 1.184 .209

4
Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper

pre Equal variances assumed 5.237 .026 1.792 62 .078 1.344 .750 -.155 2.842
test
Equal variances not assumed 1.792 52.726 .079 1.344 .750 -.160 2.848

pos Equal variances assumed 16.23


.000 7.709 62 .000 4.344 .563 3.217 5.470
t 7
test
Equal variances not assumed 7.709 40.678 .000 4.344 .563 3.206 5.482

5
T-TEST GROUPS=kelompok(1 2)
  /MISSING=ANALYSIS

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference


Std. Error
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Difference Lower Upper

post Equal variances assumed 16.237 .000 7.709 62 .000 4.344 .563 3.217 5.470
test
Equal variances not assumed 7.709 40.678 .000 4.344 .563 3.206 5.482
  /VARIABLES=post
/CRITERIA=CI(.9500).

T-Test

6
[DataSet0] 

Group Statistics

kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

post test kelompok kontrol 32 9.12 2.959 .523

kelompok intervensi 32 4.78 1.184 .209

UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL


(Tidak diberikan intervensi)

EXAMINE VARIABLES=pre post
  /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
  /COMPARE GROUP
  /STATISTICS DESCRIPTIVES
  /CINTERVAL 95
  /MISSING LISTWISE

  /NOTOTAL.

Explore

[DataSet0] 

7
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pre test kelompok kontrol 32 100.0% 0 .0% 32 100.0%

post test kelompok kontrol 32 100.0% 0 .0% 32 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pre test kelompok kontrol Mean 10.41 .632

95% Confidence Interval for Lower Bound 9.12


Mean
Upper Bound 11.69

5% Trimmed Mean 10.38

Median 10.00

Variance 12.765

Std. Deviation 3.573

8
Minimum 4

Maximum 17

Range 13

Interquartile Range 6

Skewness .251 .414

Kurtosis -.604 .809

post test kelompok kontrol Mean 9.12 .523

95% Confidence Interval for Lower Bound 8.06


Mean
Upper Bound 10.19

5% Trimmed Mean 9.01

Median 9.00

Variance 8.758

Std. Deviation 2.959

Minimum 4

Maximum 17

Range 13

Interquartile Range 4

Skewness .635 .414

9
Kurtosis .316 .809

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

pre test kelompok kontrol .139 32 .119 .958 32 .248

post test kelompok kontrol .134 32 .155 .961 32 .285

a. Lilliefors Significance Correction

pre test kelompok kontrol/ tidak diberikan intervensi


pre test tidak diberikan intervensi Stem-and-Leaf Plot

 Frequency    Stem &  Leaf

      ,00        0 .
     3,00        0 .  455
     5,00        0 .  67777
     5,00        0 .  89999
     7,00        1 .  0000001
     7,00        1 .  2223333
      ,00        1 .
     5,00        1 .  66677

 Stem width:        10
 Each leaf:       1 case(s)

10
11
12
13
post test kelompok kontrol/ tidak diberikan intervensi
post test tidak diberikan intervensi Stem-and-Leaf Plot

 Frequency    Stem &  Leaf

      ,00        0 .
     3,00        0 .  455
     8,00        0 .  66777777
     7,00        0 .  8888999
     8,00        1 .  00000011
     3,00        1 .  233
     2,00        1 .  44
     1,00 Extremes    (>=17)

 Stem width:        10
 Each leaf:       1 case(s)

14
15
16
17
UJI NORMALITAS KELOMPOK INTERVENSI

EXAMINE VARIABLES=pre post
  /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
  /COMPARE GROUP
  /STATISTICS DESCRIPTIVES
  /CINTERVAL 95
  /MISSING LISTWISE

  /NOTOTAL.

Explore

[DataSet0] 

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pre test kelompok intervensi 32 100.0% 0 .0% 32 100.0%

post test kelompok intervensi 32 100.0% 0 .0% 32 100.0%

18
Descriptives

Statistic Std. Error

pre test kelompok intervensi Mean 9.06 .404

95% Confidence Interval for Lower Bound 8.24


Mean
Upper Bound 9.89

5% Trimmed Mean 9.09

Median 10.00

Variance 5.222

Std. Deviation 2.285

Minimum 5

Maximum 13

Range 8

Interquartile Range 4

Skewness -.359 .414

Kurtosis -.836 .809

post test kelompok intervensi Mean 4.78 .209

95% Confidence Interval for Lower Bound 4.35


Mean
Upper Bound 5.21

19
5% Trimmed Mean 4.76

Median 5.00

Variance 1.402

Std. Deviation 1.184

Minimum 3

Maximum 7

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness .329 .414

Kurtosis -.719 .809

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

pre test kelompok intervensi .190 32 .005 .934 32 .049

post test kelompok intervensi .214 32 .001 .909 32 .010

a. Lilliefors Significance Correction

20
pre test kelompok intervensi
pre test kelompok intervensi Stem-and-Leaf Plot

 Frequency    Stem &  Leaf

     3,00        5 .  000
     3,00        6 .  000
     3,00        7 .  000
     2,00        8 .  00
     4,00        9 .  0000
     9,00       10 .  000000000
     3,00       11 .  000
     4,00       12 .  0000
     1,00       13 .  0

 Stem width:         1
 Each leaf:       1 case(s)

21
22
23
24
post test kelompok intervensi
post test kelompok intervensi Stem-and-Leaf Plot

 Frequency    Stem &  Leaf

     4,00        3 .  0000
      ,00        3 .
    11,00        4 .  00000000000
      ,00        4 .
     8,00        5 .  00000000
      ,00        5 .
     6,00        6 .  000000
      ,00        6 .
     3,00        7 .  000

 Stem width:         1
 Each leaf:       1 case(s)

25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai