SKRIPSI
i
PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS
TIDUR KLIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSUD
Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
SKRIPSI
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ILMIAH
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS
TIDUR KLIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
Penulis
FICTOR YUSMAN AGUNG
Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing skripsi Program Diploma IV-Ners
Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua jurusan keperawatan tanjungkarang
Politeknik kesehatan tanjungkarang
iv
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Penulis
FICTOR YUSMAN AGUNG / 1614301032
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang Kemenkes RI Tahun Akademik 2019/2020 sebagai
persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma IV-Ners Keperawatan.
Tim Penguji
Penguji Utama
Penguji Anggota
Moderator
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
RIWAYAT PENDIDIKAN
TK :-
SD (2004-2010) : SDN 02 Kotabumi
SMP (2010-2013) : SMPN 04 Kotabumi
SMA (2013-2016) : SMAN 01 Kotabumi
DIV KEPERAWATAN : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
(2016 – Sekarang)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur telah terselesaikanya skripsi ini, saya mengucapkan terima
kasih kepada tuhan yang maha esa yang selalu memberikan berkah dan karunia-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam persembahan ini,
saya persembahkan pada pihak-pihak yang berjasa:
1. Terimakasih Mamak dan Bapak dan adik yang selau mendukung dan
mendoakan akan kesuksesan saya serta memberikan kasih sayang yang
melimpah kepada saya.
2. Terimakasih Kepada Kaprodi D-VI-Ners keperawatan, karna sudah sangat
memberikan perhatian dan dukungan yang yang luar biasa kepada kami
mahasiswa D-VI-Ners sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Seluruh bapak ibu dosen jurusan keperawatan Tanjungkarang yang telah
memberikan ilmunya kepada kami.
4. Terimakasih untuk teman seperjuangan skripsiku bro Nofa, Anggun kalian
teman yang luar biasa, dan juga terimakasih Untuk teman-teman saya yang
lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu serta keluarga saya yang
menjadi suport sistem saya sampai saat ini saya menyelesaikan skripsi.
5. Terimakasih untuk teman-teman D-VI-Ners angkatan 2016 yang sudah
menjadi keluarga dan mengisi 4 tahun yang sangat luar biasa
vii
MOTTO
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI Berhak menyimpan,
mengalih media/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya sel;ama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
(materai 6000)
ix
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
SKRIPSI, JUNI 2020
ABSTRAK
x
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
ABSTRACT
The health survey of the republic of Indonesia's department of health in
2009 declared the based on the tabutation data provided by the indonesia
departmenst of health, surgery on the 11th floor was considered to be the highest
level. The operations in indonesia in 2012 amounted to 1.2 milion people.
A problem that often appears during surgery is sleep disorders. Foot massage is
one of the effective ways to tackle clients' sleep disorders. This study aims to
identify the impact foot massage have on the sleep quality of clients post
operations in RSUD Dr. H. abdul moeloek of lampung province.
This research catagorized into quasi experimental design with the pre test
and post test in control group design. The type of this study is quantitative using
consecutive of sampling. The population in this study is a client with post
operations. The analysis used was a dependent, independent t-test. This study was
conducted on March 1 through March 30 in RSUD Dr. H. abdul moeloek
province lampung as operating room.
The results of this study were the average score of sleep quality in the
control group of 9.12 interventions. Whereas sleep quality on intervention groups
is obtained at the 4.78 post intervention. There's also a p-value 0,000 that shows
the differences in sleep quality scores between the two control groups and
interventions such as foot massage. It is expected that the client's family use their
foot therapy at the time of the patient's sleep disorder. And there was demand for
such studies to use massage therapy. It is expected that the hospital will use foot
therapy as an alternative to sleep disorders in post operations clients
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Sains Terapan Keperawatan Prodi Diploma IV-Ners
Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes
RI. Penulis menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsil ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Warjidin,Aliyanto, SKM.,M.Kes. Selaku Direktur poltekkes Tanjung karang
Kemenkes RI.
2. Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI.
3. Dr. Ns. Anita, M.Kep., Sp.Mat. Ketua Program Studi DIV Keperawatan
Tanjungkarang, Poltekkes Tanjungkarang.
4. Dr. Aprina, S.Kp., M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini;
5. Ns. Titi Astuti, M.Kep., Sp.Mat. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Pihak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung yang telah
memberikan izin penelitian.
7. Rekan rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung
xii
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR....................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORIENTASI................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v
BIODATA PENULIS..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vii
MOTTO........................................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... ix
ABSTRAK....................................................................................................... x
ABSTRACT..................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR.................................................................................... xii
DAFTAR ISI................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 5
DAFTAR,PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional........................................................................ 30
Tabel 4.1. Gambaran Responden menurut Jenis Kelamin................................ 39
Tabel 4.2. Skor Kualitas Tidur Kelompok Kontrol ......................................... 39
Tabel 4.3 Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi....................................... 40
Tabel 4.4. Perbedaan Skor Kualitas Tidur Post Intervensi Kelompok
Kontrol dan Intervensi....................................................................... 41
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Prosedur Foot Massage............................................................... 22
Gambar 2.2. Kerangka Teori ........................................................................... 25
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 27
Gambar 3.1. Pretest Post Test With Control Group Design ............................ 28
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan ditangani atau dilakukan tindakan operasi
(Sjamsuhidajat & Wim de Jing, 2005). Pembedahan merupakan pengalaman
unik perubahan terencana pada tubuh yang terdiri dari tiga fase pre operatif,
intraoperatif, dan pasca operatif (Koizzer, Erb, Berman & Snyder, 2011).
Data yang diperoleh,dari (WHO dalam Angraini, 2018), menyebutkan
bahwa jumlah pasien bedah/operasi meningkat pada setiap tahunnya. Tahun
2011 yang lalu 140 juta pasien tercatat sebagai penerima tindakan bedah di
seluruh dunia, dan satu tahun berikutnya, yakni 2012, angka tersebut
meningkat menjadi 148 juta jiwa. Sedangkan Tindakan operasi di Indonesia
pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa. Bahkan, tahun 2009 lalu, berdasarkan
data tabulasi Depkes RI menyebutkan bahwa tindakan bedah dan operasi adalah
urutan ke-11 yang sering dilakukan (DEPKES RI 2009 dalam Angraini, 2018).
Post operatif ,merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima diruang pemulihan (recovery
room) sampai berakhir di evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau
rumah. Selama fase pasca operasi tindakan keperawatan mengkaji respon
klien fsikologi dan fisiologi terhadap pembedahan. Kondisi post operasi
biasanya dapat menimbulkan ketidaknyamanan fisik pada klien, diantaranya
adalah timbul nyeri dan nyeri tersebut diikuti dengan kegelisahan dan
mengakibatkan sulit untuk tidur (Caroline Bumker rosdahl 2012), selain nyeri
dan kegelisahan yang menyebabkan klien sulit tidur ada juga faktor
lingkungan yang tidak nyaman (Kozier et all, 1995). Penelitian Nuraini (2003)
menemukan data keluhan terbanyak pasien post operasi adalah nyeri sebesar
(34,5%) pada pasien dewasa awal serta sebesar (32,8%) pada pasien dewasa
1
menengah (Erna Melastuti, 2010). Nyeri yang dirasakan individu menjadi
salah satu stimulan gangguan kualitas tidur (Scott, Jane, James et al, 2010).
Menurut World health Organization (WHO) menyatakan bahwa sebesar
18% penduduk didunia mengalami gangguan tidur dan setiap tahunnya selalu
meningkat. Berdasarkan data riset international yang telah dilakukan US
Census Bureau international Data Base tahun 2004 terhadap penduduk
indonesia menyatakan bahwa dari 238,452 juta jiwa penduduk indonesia,
sebanyak 28,035 juta jiwa (11,7%) terjangkit insomnia atau gangguan tidur.
Angka tersebut merupakan salah satu gangguan paling banyak yang
dikeluhkan masyarakat indonesia (Mading 2015).
Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada pasien pasca operasi Tidur
sangatlah penting, karena tidur merupakan bagian dari penyembuhan dan
perbaikan, mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk kesehatan, sama
halnya dengan sembuh dari penyakit (Mariani, 2016). Kualitas tidur seseorang
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaiman Pengaruh Pemberian Foot Massage Terhadap
Kualitas Tidur Klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui Pengaruh Pemberian Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur
Klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui tingkat kualitas tidur klien post operasi sebelum diberikan
pemberian Foot Massage.
b. Diketahui tingkat kualitas tidur klien post operasi setelah diberikan
pemberian Foot Massage.
c. Diketahui Ada pengaruh pemberian Foot Massage terhadap kualitas
tidur klien post operasi.
d. Diketahui perbedaan kualitas tidur klien post operasi sebelum dan
sesudah diberikan Foot Massage
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi penambahan ilmu
dan wawasan dalam bidang pengetahuan teknologi dibidang keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam meningkatkan kualitas
tidur klien post operasi dengan melakukan pemberian Foot Massage.
b. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat menjadi bermanfaat bagi masyarakat dan dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur setelah dilakukan tindakan
post operasi, khususnya pada klien post operasi, sehingga dapat
menjadikan pemberian Foot Massage sebagai salah satu metode untuk
memenuhi kualitas tidur pada klien post operasi.
5
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini peniliti ingin mengetahui Pengaruh
Pemberian Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur klien Post Operasi di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019,
dengan area keperawatan medika bedah. Subjek yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah pasien post operasi. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan januari tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
analitik pendekatan Quasy Experiment
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembedahan
1. Definisi Pembedahan
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jing, 2005).
Sedangkan menurut Smeltzer and Bare (2002), operasi merupakan
tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh. Sedangkan menurut
Caroline Bumker rosdahl (2012), pembedahan adalah proses invasif
karena insisi dilakukan pada tubuh atau dilakukan pada tubuh yang
diangkat.
7
2. Komplikasi pasca operasi
Menurut Caroline Bumker rosdahl (2012), terdapat beberapa komplikasi
pasca bedah yaitu
a. Hemoragi
Hemoragi (keluarnya darah dari pembuluh darah yang robek), selama
atau setelah pembedahan memicu syok, sehingga memerlukan transfusi
darah atau penganti cairan lain.
b. Hipotensi dan syok
Hipotensi dan syok disebabkan oleh kehilangan darah, tetapi dapat
juga terjadi akibat menunda pemberian makanan, minuman, dan obat
sebelum pembedahan.
c. Hipoksia dan Hipoksemis
Anastesik dan obat praoperasi, terkadang menekan pernafasan dan
mengganggu oksigenasi darah. Ini dapat memicu kurangnya oksigen
dijaringan, suatu yang dikenal sebagai hipoksia.
d. Hipotermia
Hipotermi terjadi dikarenakan obat anastesi, dan juga dikarenakan
suhu ruangan operasi yang dingin.
e. Komplikasi Neurologis
Komplikasi Neurologis mencakup keterlambatan terjaga, yang
disebabkan oleh hipoksia, hipotermia, dan ketidakseimbangan
elektrolit.
f. Ketidaknyamanan pasca operasi
Pada saat klien kembali dari PACU ke area penerimaan rawat jalan
atau keunit perawatan, klien biasanya terjaga (sulit tidur) dan
menyadari sejumlah ketidaknyamanan. Antara lain ketidaknyamanan
tersebut adalah
1) Nyeri
Nyeri dikarenakan luka bekas pembedahan, dan nyeri merupakan
ketidaknyamanan pertama pasca operasi. Jika klien menerima
8
medikasi lebih awal dan dosis diberikan secara tepat, maka nyeri
akan menghilangkan dan dapat menghilang.
2) Haus
Haus dikarenakan penurunan cairan praoperasi, dan kekeringan
yang disebabkan oleh agens pengering (misal, atropin). Biasanya
untuk mengatasi haus pasien diberi cairan IV selama pembedahan
dan sesaat setelah operasi. Cairan ini membantu mencegah haus,
dan juga membilas mulut.
3) Distensi Abdomen
Penghentian peristaltik usus secara sementara sehingga
memungkinkan gas terakumulasai didalam usus klien sehingga
menyebabkan distensi abdomen.
4) Mual
Jika klien mual berikan obat yang telah diberikan atau
diprogamkan untuk mencegah emesis. Dapam laporan, mual
dan muntah pasca operasi dapat disingkat sebagai PONV
(postoperative nausea and vomiting)
5) Retensi Urine
Banyak pasien setalah meninggalkan ruang operasi terpasang
kateter urine. Setelah dilepaskan, pasien mungkin mengalami
kesulitan untuk berkemih karena efek anestesi.
6) Gelisah dan sulit tidur
Klien mungkin akan gelisah dan sulit tidur pasca operasi. Lakukan
setiap upaya untuk melakukan tindakan agar pasien mudah tertidur.
Biasanya melalui tindakan keperawatan bisa meningkatkan kualitas
tidur klien seperti melakukan tindakan hygine bagi klien yang
melakukan tirah baring, melakukan posisi semi duduk, kudapan
menjelang tidur, dan melakukan pijat. Kemudian tindakan
medikasi juga dapat meningkatkan tidur dan meredakan nyeri pada
pasien, Medikasi farmakologi seperti obat-obatan Antihistamin,
9
Amitripilin, Tradozon, Klonazepam, antihistamin, chloral dan
Zolpidem (Bain, 2006). Pada pengobatan non farmakologi
memiliki kelebihan dibandingkan farmakologi, pengobatan
farmakologi seperti obat-obatan memiliki efek samping
yaitu ketergantungan akan obat, penurunan metabolisme,
penurunan fungsi ginjal, dan menyebabkan kerusakan fungsi
kognitif (Stanley, 2007).
C. Konsep Tidur
1. Pengertian Tidur
Guyton (1986) mendifiniskan tidur sebagai kondisi tidak sadar,
dimana persepsi reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang
dapat dibangunkan kembali dengan stimulus dan sensori yang cukup.
Tidur juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, namun
merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktifitas
yang minim saat tidur, seseorang memiliki kesadaran yang bervariasi serta
terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dimana
kepentingannya sama dengan kebutuhan dasar lainnya. Tidur yang
berkualitas baik dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan sangat
penting untuk penyembuhan dan kelangsungan hidup pasien dengan
penyakit kritis (Kozier,Erb, Berman, & Snyder, 2010).
2. Fungsi Tidur
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson,1991). Tidur
dipercaya mengkontrubusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald,
1984; Anch dkk, 1988). Tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk
periode terjaga berikutnya.
10
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis
secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4),
tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk mem-
perbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti otak
(Horne, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm 1988)
3. Jenis Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tidur NREM dan tidur REM
a. Tidur NREM (NoRapid Eye Movement) Tidur Gelombang Lambat
Tidur NREM adalah tidur yang nyaman dan dalam. Saat tidur
seperti ini, gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang
yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tandanya yaitu mimpi berkurang,
keadaan istirahat, tekanan darah turun, percepatan nafas turun,
metabolisme turun dan gerakan bola mata lambat. Ada empat tahapan
tidur NREM:
Tahap I
Tahap I merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur. Hal ini
dicirkan dengan perasaan santai, masih sadar dengan lingkungan,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun. Pada tahap I seseorang dapat
bangun dengan segera, selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Ciri-cirinya antara lain, mata menetap/diam, denyut jantung
dan frekuensi nafas menurun, termperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 5-10 menit.
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur. Ciri-cirinya yaitu denyut nadi dan
frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat karena disebabkan
oleh dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit bangun.
11
Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dengan ciri-ciri antara lain kecepatan
jantung dan pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan,
gerak bola mata cepat, seksresi lambung turun, dan tonus otot turun.
.
12
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus REM yang dilaluinya.
Setelah berisitirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur di watu yang tepat.
e. Stres emosional
Ansietas dan depresi seringkali menganggu tidur seseorang, kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulus
sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur Rem serta seringnya terjaga saat tidur.
f. Stimulan dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat menganggu siklus tidur REM.
g. Diet
Pennurunan BB dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga dimalam hari. Sebaliknya penambahan BB dikaitkan
dengan naiknya total tidur dan sedikitnya terjaga periode dimalam hari.
h. Merokok
Nikotin yang ada didalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya perokok sulit tidur, dan sering terbangun pada malam hari.
i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak ada motivasi terjaga
seringkali dapat mendatangkan kantuk.
13
5. Tindakan Yang Memperbaiki Tidur
Menurut Petter & Perry (2006), ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kualitas tidur seseorang.
a. Kontrol lingkungan
Semua klien memerlukan lingkungan tidur dengan temperatur yang
nyaman dan ventilasi yang baik, sumber bising yang minimal, tempat
tidur yang nyaman, dan pencahayaan yang tepat.
Tindakan kontrol lingkunga dirumah sakit yang bisa membuat nyaman
antara lain, tutup pintu kamar, kurangi volume telfon, gunakan sepatu
beralas karet, matikan tv dan radio, melakukan percakapan dengan
suara rendah dan yang lainnya
b. Meningkatkan rutinitas menjelang tidur
Rutinitas menjelang tidur merilekskan klien dalam persiapan untuk
tidur. Rutinas yang dapat dilakukan menjelang tidur seperti memakan
kudapan atau melakukan hal yang disenangi misal menonton,
membaca atau mendengarkan musk
c. Meningkatkan kenyamanan
Seseorang akan tidur hanya jika ia telah merasa nyaman dan rileks.
Perawat dapat menganjurkan dan menggunakan beberapa tindakan
untuk meningkatkan kualitas tidur klien, antara lain tindakan yang
dapat meningkatkan tidur
1) Lakukan tindakan hiegine bagi pasien yang melakukan tirah
baring.
2) Anjurkan klien memakai pakaian yang longgar.
3) Singkirkan atau ganti adanya iritan pada kulit klien seperti balutan
yang lembab atau selang drainase.
4) Berikan topi dan kaus kaki bagi klien lansia, dan klien yang
cenderung kedinginan.
5) Anjurkan berkemih sebelum tidur.
6) Berikan analgesik.
14
7) Berikan massage tepat sesaat sebelum tidur, massage yang dapat
diberikan antara lain foot massage.
8) Berikan matras yang nyaman dan jaga agar tempat tidur tetap
bersih.
d. Menetapkan periode istirahat dan tidur
Dirumah sakit atau dilingkungan perawaan menyediakan waktu
istirahat dan tidur merupakan hal yang sulit, tetapi perawat membuat
rencana asuhan agar tidak membangunkan klien untul tugas tugas yang
tidak penting. Perawat dapat membantu dengan membuat jadwal
pengkajian , pengobatan, dan rutinitas disaat klien terjaga.
e. Pengendalian gangguan fisiologis
Untuk klien dengan penyakit fisik, perawat dapat membantu
mengendalikan gejala-gejala yang mengganggu tidur, sebagai contoh
pasien dengan abnormalitas pernafasan harus tidur dengan dua bantal
atau dengan posisi semi duduk untuk mempermudah pernafasan.
f. Pengurangan stress
Klien dengan stress yang cukup berat akan kesusahn untuk tidur, maka
dari itu pada klien yang mengalami stress dapat dibantu dengan
melakukan aktivitas yang merilekskan, seperti menjahit atau membaca.
Pada perawat yang dinas malam bisa dengan cara perawat mendatangi
klien dan bercerita tentang perasaan klien, hal itu bisa membuat klien
menjadi nyaman dan lega.
g. Kudapan menjelang tidur
Beberapa orang menyukai kudapan menjelang tidur, sedangkan yang
lain tidak dapat tidur sebelum makan. Kudapan seperti susu coklat
hangat yang mengandung L-triptofan dapat membantu meningkatkan
kualitas tidur.
15
h. Pendekatan farmakologi
Obat tidur dapat digunakan jika klien mengalami kesulitam tidur,
tetapi penggunaan jangka panjang dapat mengganggu tidur dan
menyebabkan masalah yang cukup serius.
i. Promosi kesehatan melalui penyuluhan klien
Untuk membentuk kebiasaan tidur dirumah, klien dan pasangan
tidurnya harus mempelajari teknik-teknik yang meningkatkan tidur dan
kondisi-kondisi yang menganggu tidur. Instruksi-instruksi berdasarkan
informasi tentang rumah dan gaya hidup klien merupakan hal yang
bermanfaat bagi klien. Klien akan cenderung menerapkan informasi
yang bermanfaat.
16
c. Todler
Pada usia 2 tahun, anak anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur
siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Tidur siang dapat
hilang pada usia 3 tahun.
d. Prasekolah
Rata-rata tidur anak usia pra sekolah adalah 12 jam semalam (sekitar
20% adalah REM). Pada usia 5 tahun anak pra sekolah jarang tidur
saing (Wong, 1999). Kecuali pada kebudayaan atau kebiasaan.
e. Anak usia sekolah
Jumlah tidur pada anak usia sekolah bersifat individual dikarenakan
status dan tingkat kesehatan yang bervariasi. Anak usia sekolah
biasanya tidak membutuhkan tidur saing. Pada usia 6 tahun akan tidur
malam rata-rata 11-12 jam, sementara anak usia 11 tahun sekitar 9
sampai 10 jam (Wong,1995). Anak usia 7 atau tahun biasanya dapat
dibujuk untuk tidur dengan mendorong melakukan aktivitas yang
tenang.
f. Remaja
Remaja memperoleh sekiat 71/2 jam untuk tidur setiap malam
(Carskadon, 1990). Pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat,
remaja umumnya mengalami sejumlah perubahan yang seringkali
mengurangi waktu tidur (Carskadon, 1990).
g. Dewasa muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata rata 6 sampai 8 jam,
tetapi hal itu bervariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang.
h. Dewasa tengah
Selama masa dewasa tengah total waktu yang digunakan untuk tidur
malam hari adalah 7 jam. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu
penurunan yang berlanjut dengan bertambahnya usia, gangguan tidur
seringkali mulai didiagnosa diantara orang-orang pada rentang usia ini.
17
i. Lansia
Pada usia lansia jumlah yang dibutuhkan untuk tidur malam rata-rata 6
jam perhari.
D. Kualitas Tidur
1. Definisi
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseroang itu dapat dengan
mudah dalam memulai tidur dan unstuck mempertahankan tidur.
Kualitas tidur seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu tidur,
dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun setelah bangun
tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentkan oleh faktor kualitas tidur
dan jumlah jam tidur. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
tidur dan kuantitas tidur. Adalah faktor psikologis dan fisiologis. Dari
faktor fisiologis berdampak dengan penurunan aktivitas sehari-hari,
rasa lemah dan lelah, penurunan daya tahan tubuh, dan ketidakstabilan
tanda-tanda vital, sedangkan dari tanda faktro psikologis berdampak
depresi, cemas, dan sulit untuk berkonsentrasi (Potter & Perry, 2010)
2. Alat Ukur
Aspek-aspek dari kualitas tidur diukur dengan skala Pittsburgh
Sleep Quality Indeks (PSQI) versi bahasa Indonesia. Instrumen ini
telah baku dan banyak digunakan dalam penelitian kualitas tidur
seperti dalam penelitian Majid (2014). Skala Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) versi bahasa Indonesia ini terdiri dari,9,pertanyaan.
Pada,variabel,ini menggunakan skala ordinal dengan skor
keseluruhan dari Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah 0
sampai dengan nilai 21 yang diperoleh dari 7 komponen penilaian
diantaranya kualitas tidur secara subjektif (subjective sleep quality),
waktu yang diperlukan untuk memulai tidur (sleep latency) lamanya
waktu tidur (sleep duration), efisiensi tidur (habitual sleep
efficiency), gangguan tidur yang sering dialami pada malam hari (sleep
18
disturbance), penggunaan obat untuk membantu tidur (using
medication), dan gangguan tidur yang sering dialami pada siang hari
(daytime disfunction). (Curcio et al, 2012)
Apabila semakin tinggi skor yang didapatkan, maka akan
semakin buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI
ini adalah memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun
ada juga kekurangan dari kuesioneir PSQI ini yaitu dalam
pengisian memerlukan pendampingan untuk mengurangi kesulitan
respoden saat mengisi kuesioneir. Masing-masing komponen yang
mempunyai rentang skor 0 – 3 dengan 0 = tidak pernah dalam sebulan
terakhir, 1 = 1 kali seminggu, 2 = 2 kali seminggu dan 3 = lebih dari 3
kali seminggu. Skor dari ketujuh komponen tersebut dijumlahkan
menjadi 1 (satu) skor global dengan kisaran nilai 0 – 21. Ada
dua interpretasi pada PSQI versi bahasa Indonesia ini adalah
kualitas tidur baik jika skor < 5 dan kualitas tidur buruk jika skor > 5.
(Curcio, 2012; Contreras, Vicens, 2014 dalam jurnal Jumiarni, 2018)
E. Massage
1. Definisi
Massage therapy adalah suatu teknik yang meningkatkan pergerakan
beberapa struktur dari kedua otot dan jaringan subkutan, dengan
menerapkan kekuatan mekanik ke jaringan. Pergerakan ini dapat
meningkatkan aliran getah bening dan aliran balik vena, mengurangi
pembengkakan dan memobilisasi serat otot, tendon dengan kulit. Dengan
demikian, massage therapy dapat digunakan untuk meningkatkan relaksasi
otot untuk mengurangi rasa sakit, stres, dan kecemasan yang membantu
pasien meningkatkan kualitas tidur dan kecepatan pemulihan. Selain itu,
massage therapy dapat meningkatkan pergerakan pasien dan pemulihan
setelah operasi, yang memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas
(Anderson & Cutshall, 2007 dalam jurnal Afianti et al., n.d, 2019).
19
2. Foot Massage
(Aslani 2003, dalam jurnal Fitriani, 2015). Foot Massage adalah
tindakan pijat yang dilakukan didaerah kaki. Melakukan massage pada
otot-otot besar pada kaki dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran
getah bening serta membantu mencegah varises. Pada saat melakukan
massage pada otot-otot kaki maka tingkatkan tekanan ke otot ini secara
bertahap untuk mengendurkan ketegangan sehingga membantu
memperlancar aliran darah ke jantung. Massage pada kaki diakhiri dengan
massage pada telapak kaki yang akan merangsang dan menyegarkan
kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan
membantu relaksasi.
20
4. Manfaat Foot Massage
Manfaat Foot Massage adalah sebagai berikut :
a. Menimbulkan relaksasi yang dalam sehingga meringankan kelelahan
jasmani dan rohani dikarenakan sistem saraf simpatis mengalami
penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan turunnya tekanan
darah (Kaplan, 2006).
b. Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi nyeri dan
inflamasi dikarenakan Massage meningkatkan sirkulasi baik darah
maupun getah bening (Price, 1997).
c. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap
organ internal berdasarkan filosofi aliran energi meridian Massage
mampu memperbaiki aliran peredaran energi (meridian) didalam tubuh
menjadi positif sehingga memperbaiki energi tubuh yang sudah lemah
(Dalimartha, 2008).
d. Mendorong kepada postur tubuh yang benar dan membantu
memperbaiki mobilitas. otot yang tegang menyebabkan nyeri dan
bergesernya tulang belakang keluar dari posisi normal sehingga
postur tubuh mengalami perubahan, Massage berfungsi untuk
menstimulasi saraf otonom yang dapat mengendurkan ketegangan otot
(Perry & Potter, 2005).
e. Sebagai bentuk dari suatu latihan pasif yang sebagian akan
mengimbangi kurangnya latihan yang aktif karena Massage
meningkatkan sirkulasi darah yang mampu membantu tubuh
meningkatkan energi pada titik vital yang telah melemah
(Dalimartha, 2008).
f. Foot Massage mampu memberikan efek relaksasi yang mendalam,
mengurangi kecemasan, mengurangi rasa sakit, mengurangi
ketidaknyamanan secara fisik, dan meningkatkan tidur pada seseorang
(Puthusseril, 2006).
21
g. Dengan memberikan massage pada area kaki dapat memperlancar
sistem peredaran darah, karena pijatan memberikan efek kenyamanan,
sedatif dan mampu merangsang sistem syaraf dan meningkatkan
aktifitas otot, sehinggapijatan pada kaki dapat mengendurkan otot-otot
yang membuat pasien menjadi relaks (Trisnowiyanto, 2012).
22
6. Prosedur Foot Massage
No Metode Prosedur Foot Massage
Mulai memijat salah satu kaki dan pijat
1. kaki masing masing selama 2 menit. Dengan
menggunakan bagian tumit telapak tangan
peneliti, peneliti menggosok dan memijat
telapak kaki pasien secara perlahan dari arah
dalam ke arah sisi luar kaki pada bagian terluas
kaki kanan.
Dengan menggunakan tumit telapak tangan
2. peneliti di bagian yang sempit dari kaki kanan,
peneliti menggosok dan memijat secara
perlahan bagian telapak kaki pasien dari arah
dalam ke sisi luar kaki.
23
Posisi tangan berganti, tangan kanan menopang
8. tumit dan tangan kiri yang menggenggang
punggung kaki sampai bawah jari kaki
kemudian di pijat dengan lembut.
24
F. Penelitian Terkait
1. Afianti, Mardhiyah (2017), Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
Tidur Pasien di Ruang ICU di rumah sakit Hasan Sadikin. Menunjukkan
pada kelompok intervensi diketahui bahwa nilai significancy 0,002
(p<0,05) hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor
kualitas tidur yang bermakna pada kelompok intervensi sebelum dan
sesudah diberikan intervensi Foot Massage menjelang tidur selama 2
hari berturut-turut dengan lama pemijatan masing-masing kaki 10 menit.
2. Fitriani (2015), Pengaruh Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Bontomarannu
Kabupaten Gowa, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
Setelah dilakukan uji wilcoxon test didapatkan p-value pada kelompok
perlakuan (pre-post sistol) sebesar 0.004 atau p<0.05, kelompok
perlakuan (pre-post diastol) sebesar 0.005 atau p<0.05 berarti ada
pengaruh variabel (kelompok perlakuan) terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Dapat disimpulkan bahwa setelah
dilakukan uji wilcoxon test dapat diketahui bahwa Massage kaki
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.
3. Yanti, Rahayuningrum, Arman (2018), Efektifitas Massage Punggung
dan kaki terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi Diwilayah
Puskesmas Andalas, Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan Hasil
analisa bivariat didapatkan ada pengaruh massage punggung dengan
nilai sistole p=0,000, diastole p= 0,001 . dan rata-rata tekanan darah
pada kelompok masase kaki sistole dengan nilai p= 0,001 dan diastole
dengan nilai p =0,000. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah
pemberian masase kaki lebih efektif dari pada dan masase punggung
dilihat dari nilap value diastolenya terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi.
25
G. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Berdasarkan teori maka dapat dibuat kerangka teori
sebagai berikut.
26
H. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah
penelitianan merupakan refleksi dari hubungan-hubungan variabel yang
diteliti. Kerangka konsep dibuat berdasarkan literatur dan teori yang sudah
ada. Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk mensintesa dan membimbing
atau mengarahkan penelitian, serta panduan untuk analisis intervensi. Fungsi
kritis dari kerangka konsep adalah menggambarkan hubungan-hubungan
antara variabel-variabel dan konsep-konsep yang diteliti (Shi, 2008)
Kerangka konsep pada penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemberian Foot
Massage Terhadap Kualitas Tidur klien Post Operasi di Ruang Bedah RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung”.
Post
Pre Intervensi Intervensi
Intervensi
Kualitas
Kualitas tidur
tidur Terapi Kualitas
Kualitas
Kelompok 1 Foot Massage
klien
klien post
post op
op Tidur
tidur
Kualitas tidur
Kualitas tidur Kualitas
Kualitas
Kelompok 2 klien post op Tidur
klien post op tidur
27
H. Hipotesis Penelitian
Menurut Kothari 2009, hipotesis penelitian adalah sebuat steatment
prediksi yang menghubungkan independen variable terhadap dependen
variabel.
Hipotesis penelitian ini adalah
Ada pengaruh pemberian Foot Massage terhadap kualitas tidur klien post
operasi
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini
menggunakan metode ilmiah yang memiliki kriteria seperti berdasarkan fakta,
bebas prasangka, menggunakan prinsip analisa, menggunakan hipotesa,
menggunakan ukuran objektif dan menggunakan data kuantitatif atau yang di
kauntitatifkan (Aprina & Anita, 2018).
01 X 02
01 02
Gambar 3.1
Rancangan pretest post test with control group design
29
C. Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Diruang Bedah di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
2. Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 27 Febuari - 27 Maret 2020
2. Sampel
Sampel dalam penilitian ini adalah pasien post operasi di ruang bedah
Rumah Sakit Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. Kriteria inklusi adalah
karakter umum subyek peneliti dari suatu populasi target dan terjangkau
yang akan diteliti (Nursalam dan Pariani, 2001).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Klien post operasi dengan general anastesi
b. Dalam kondisi sadar
c. Kooperatif
d. Bersedia menjadi responden
e. Klien usia 18 sampai 50 tahun
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :
a. Dalam kondisi tidak sadar penuh dan tidak bisa berkomunikasi
b. Terdapat fraktur pada pergelangan kaki (tibia, talus, fibula, heel bone,
sesamoid bone, toe bones, metatarsals)
c. Klien yang menunjukan ketidaknyamanan saat dilakukan tindakan
30
E. Teknik Pengambilan Sampel dan Besar Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik Consecutive sampling, pengambilan sampel
penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria inklusi
maupun eksklusi (Daniel, 2011). Diketahui data Pre Survey selama bulan
oktober sampai desember 2019 berjumlah 132 orang. Maka rumus yang
digunakan untuk besar sampel yang akan diambil menggunakan rumus
Lemeshow,dkk (1990) dalam (Aprina & Anita 2015). Adapun besar sampel
dihitung dengan rumus besar sampel estimasi proporsi.
Z 2 ı−αP ( 1−P ) N
n=
d 2( N −1)+ Z 2 ı−α /2 P( 1−P)
1,96 . 0,5 ( 1−0,5 ) 132
n= 2
( 0,05 ) ( 132−1 ) +1,96 . 0,5 ( 1−0,5 )
126,7728
n=
0,3275+ 0,9604
126,7728
n= ¿
1,2879
98
n=
3
n=32
¿
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini yang diambil sebanyak 64 responden,
dengan 32 responden kontrol dan 32 responden intervensi.
Keterangan:
d = tingkat penyimpangan yang diinginkan 0,05 atau 0,01
Z21-a/2 =.standar devisiasi normal pada derajat kepercayaan (kemaknaan
...95% adalah 1,96)
P = proporsi sifat populasi misalnya preferensi. Bila tidak deketahui
....guankan 0,5 (50%)
N = besarnya populasi
n = besarnya sampel
31
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Dalam kata lain variabel adalah gejala/objek (titik perhatian suatu
penelitian) yang bervariasi, misalnya jenis kelamin, berat badan, suhu, tekanan
darah (Sutrisno Hadi).
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen)
1. Variabel bebas (independen)
Merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Terapi Foot Massage.
2. Variabel terikat (dependen)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akhir,
karena adanya variabel independen (bebas). Vaiabel terikat penilitian
ini adalah kualitas tidur.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah fenomenal observasional yang
memungkinkan peneliti untuk mengujinnya secara empiric, apakah outcome
yang diprediksi tersebut benar atau salah (Thomas et al., 2010). Definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Dependent
2 Terapi Suatu - - - -
Foot kegiatan
Massage yang
dilakukan
tindakan
pijat pada
responden
yang
dilakukan
didaerah
kaki dengan
cara
melakukan
prosedur
sesuai
dengan sop
J. Etika Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan kaji etik di politeknik kesehatan
tanjungkarang dengan nomor kode etik No. 026/KEPK-TJK/II/2020.
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan izin penelitian dari
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung untuk melakukan
penelitia. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menekankan
masalah etika yang meliputi
Menurut Hidayat (2007), dalam penelitian seorang peneliti harus
menerapkan etika sebagai berikut :
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan merupakan lembar yang diberikan kepada
responden untuk menyatakan bahwa responden setuju untuk dilakukan
penelitian sebagai responden, sebelum memberikan lembar persetujuan
akan dijelaskan tujuan, dan manfaat dari penilitian serta memberi tahu
judul penilitian.
2. Tanpa nama (Anonymity)
35
Peneliti tidak menuliskan nama pada responden melainkan inisial atau
kode-kode demi menjaga kerahasian identitas responden.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin penliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.
4. Benficience
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur peneliti guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi
responden penelitian dan dapat digeneralisasikan ditingkat populasi.
5. Nonmaleficience
Dalam penelitian ini tidak tidak ada dampak yang merugikan bagi
responden
6. Keadilan
Dalam prinsip ini menyatakan bahwa yang sederajat harus diperlakukan
sederajat, dan yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak sederajat
sesuai dengan kebutuhan. Jadi dalam penelitian ini peneliti harus
bersikap adil dan tidak membeda-bedakan derajat pekerjaan, stastus
sosial, dan kaya ataupun miskin terhadap kelompok kontrol maupun
intervensi
36
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau koding, yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Processing
Peneliti memasukan data dalam bentuk kode (angka atau huruf)
kedalam program software komputer.
d. Cleaning
Peneliti mengecek kembali data yang telah di entry valid atau tidak,
jika data tidak valid dan terdapat missing pada data yang telah
dientry, kemudian dilakukan analisis.
L. Analisa Data
Menurut (Notoatmodjo 2010), analisa data dilakukan untuk
memperoleh gambaran dari hasi penelitian yang telah dirumuskan dalam
tujuan penelitian, membuktikan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan,
memperoleh kesimpulan secara umum dari peneliti, yang merupakan
konstribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan. Analisa data
suatu penelitian, biasanya memalalui prosedur bertahap yaitu
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeksipsikan
karakteristik setiap penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian Foot
Massage terhadap kualitas tidur klien post operasi. Dalam penelitian ini
dilakukan untuk menguji validitas item dan komperatif antar faktor
digunakan uji t dependent dan independen
37
1) Probabilitas (p-value) < (0.05) artinya bermakna atau signifikan,
yaitu ada pengaruh yang bermakna antara variabel independent
dengan variabel dependent atau hipotisi (Ho) ditolak.
2) Probilitas (p-value) > (0.05) artinya tidak bermakna atau signifikan,
yaitu tidak ada pengaruh yang bermakna antara variabel independen
dengan variabel dependent atau hipotesis (Ho) diterima
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
38
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,
profesional dengan mengutamakan keselamatan pasien.
2) Menyelenggarakan proses pendidikan dan penelitian yang
mengarahah pada pengembangan ilmu dan teknologi di bidang
kedokteran dan perumahsakitan yang menunjang pelayanan
kesehatan prima berdasar standar nasional dan internasional
3. Motto
Motto RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah ASRI
(aktif, segera, ramah, dan inovatif)
39
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data tentang pengaruh pemberian foot
massage terhadap kualitas tidur klien post operasi diruang bedah RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020, peneliti menyajikan
karakteristik responden, analisis univariat, dan analisis bivariat sebagai
berikut :
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Gambaran Responden Menurut Jenis Kelamin di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
b. Usia
Tabel 4.2
Gambaran Responden Menurut Usia di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
40
Dewasa awal (26-35) 7 10,94
Dewasa akhir (36-45) 12 18,75
Lansia awal (46-55) 15 23,43
Lansia akhir(56-65) 18 28,13
Jumlah 64 100
c. Pendidikan
Tabel 4.3
Gambaran Responden Menurut Pendidikan di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
41
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah responden
berdasarkan pendidikan, SD 21 responden (32,81%), SMP 19 responden
(29,69%), dan SMA 24 responden (37,5 %)
d. Kenyamanan
Tabel 4.4
Gambaran Responden Menurut kenyamanan Ruangan di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
e. Penyakit
Tabel 4.5
Gambaran Responden Menurut Penyakit di
Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
42
Appendiktomi 8 12,5
Batu ginjal 6 9,38
Fibrom granuloma 1 1,56
Tumor recti 2 3,13
Hernia 2 3,13
Seluitis 1 1,56
Hmp ec sponditis 1 1,56
Ulcus pedis 1 1,56
Hil 2 3,13
Sol 1 1,56
CKR 1 1,56
Tumor otak 1 1,56
Uretrolitiosis 1 1,56
Nefrolithiasis 2 3,13
Peritonitis 6 9,38
Sponilitis Tb 1 1,56
Ca mamae 4 6,25
Subdural tigroma 1 1,56
Snnt 2 3,13
Miningioma 1 1,56
Impacted 2 3,13
Tumor testis 1 1,56
Edh 2 3,13
Tumor medula spinalis 1 1,56
Oa Hip 1 1,56
Ca colon 1 1,56
Ca recti 1 1,56
Nefrocutar 1 1,56
Osteosarcoma 1 1,56
Colitis 1 1,56
Depres frontal 1 1,56
Jumlah 64 100
43
B Berdsarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa jumlah responden
berdasarkan penyakit, ca thyriud responden (9,38%), appendiktomi 8
responden (12,5%), batu ginjal 6 responden (9,38%), fibrom granuloma 1
responden (1,56%), tumor recti 2 responden (3,13%), hernia 2 responden
(3,13%), seluitis 1 responden (1,56%), hmp ec sponditis 1 responden
(1,56%), ulkus pedis 1 responden (1,56%), hil 2 responden (3,13%), sol 1
responden (1,56%), ckr 1 responden (1,56%), tummor otak 1 responden
(1,56%), uretrolitiolisi 1 responden (1,56%), nefrolithiasis 2 responden
(3,13%), peritonitis 6 responden (9,38%), sponilitis TB 1 responden
(1,56%), ca mamae 4 responden (6,25%), subdurak tigroma 1 responden
(1,56%), snnt 2 responden (3,13%), mingioma 1 responden (1,56%),
impacted 2 responden (,3,13%), tumor testis 1 responden (1,56%), edh 2
reponden (3,13%), tumor medula spinalis 1 responden (1,56%), oa hip 1
responden (1,56%), ca colon 1 responden (1,56%), ca recti 1 responden
44
(1,56%), nefrocutar 1 responden (1,56%), osteosarcoma 1 responden
(1,56%), colitis 1 responden (1,56%), depres frontal 1 responden (1,56%).
2. Analisa Univariat
a. Distibusi kualitas tidur klien post operasi pretest dan post test
Tabel 4.6
Distribusi Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada Pretest
dan Posttest di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
b. Distibusi kualitas tidur klien post operasi pretest dan post test
Tabel 4.7
45
Distribusi Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest
dan Posttest di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung
3. Analisa Bivariat
Tabel 4.8
Analisis Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Pada Responden
Kelompok Intervensi dan Kontrol Ruang Bedah RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung
46
Kualitas tidur 4,78 1,184 209
sesudah terapi foot 0.00 64
massage (intervensi)
C. Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Distibusi kualitas tidur klien post operasi pretest dan post test
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Dapat dilihat pada tabel 4.6 diperoleh rata-
47
rata skor kualitas tidur pada kelompok kontrol didapatkan hasil saat pre
intervensi adalah 10,41 dengan standar deviasi (SD) 3,573 dan skor
kualitas tidur terendah adalah 4 dan skor tertinggi adalah 17 sedangkan
pada post intervensi yang tidak mendapatkan perlakuan didapatkan hasil
9,12 dengan standar deviasi (SD) 2,959 dan skor kualitas tidur terendah
adalah 4 dan skor tertinggi adalah 17. Berdasarkan hasil tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan bermakna pada kelompok
kontrol pre intervensi dan post intervensi yang tidak diberikan terapi foot
massage.
Tidak adanya perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol
mungkin saja dipengaruhi oleh kenyamanan pada klien, ,misal cahaya
yang terlalu terang, suhu yang panas atau dingin, dan jumlah pengujung
yang ramai. Asmadi (2008) mengutarakan bahwa lingkungan dapat
meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan
yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang bising dan gaduh akan menghambat
seseorang untuk tidur.
Sejalan dengan teori diatas yang dikemukakan, peneliti berpendapat
bahwa faktor yang paling mendasari dalam terciptanya rasa kenyamanan
ruang perawatan adalah bagaimana klien dapat beradaptasi dengan
keadaan kamar perawatan. Lingkungan yang baik dapat meciptakan
kenyamanan ruang perawatan dan sebaliknya, akan tetapi jika klien tidak
dapat beradaptasi dengan lingkungan ruang perawatan (II dan III) maka
tidak dapat dihindarkan dari suasana yang tidak nyaman.
Berdasarkan karakteristik responden dengan pendidikan.
Sebanyakan SD 21 responden (32,81%), SMP 19 responden (29,69%),
dan SMA 24 responden (37,5 %), dan dapat disimpulkan bahwa banyak
responden yang berada ditahap pendidikan yang menengah kebawah.
Sehingga hal ini berpengaruh kepada kenyamanan responden. Responden
dengan tingkat pendidikan rendah lebih cenderung untuk memiliki
48
pengetahuan yang kurang, sehingga tidak begitu peka mengenai kondisi
kamar perawatan. Karena hal yang menjadi fokus utama dari responden
adalah kesembuhan pasca operatif, sehingga persepsi nyaman tidak
nyaman mengenai ruang perawatan tidak menjadi perhatian yang spesifik
dari responden. Namun kenyamanan bukanlah salah satu faktor yang
membuat responden menjadi sulit tidur, akan tetapi tindakan pembedahan
atau penyakit meruapakan faktor yang membuat responden menjadi sulit
tidur. Hal ini sejalan dengan teori Smeltzer & Bare (2002) bahwa nyeri
pasca operasi muncul disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang
menyebabkan tubuh menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri.
Intesitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun
menurun sejalan dengan proses penyembuhan (Potter & Perry, 2006
dalam Nurhafizah, dkk.,2012). Kemudian Brunner dan Suddarth (2002)
menambahkan bahwa nyeri akut biasanya awalnya tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Hal ini menarik perhatian
pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kita untuk
menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri.
Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri
akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan, dan
menurut Brunner dan Suddarth (2002) bahwa tingkat dan keparahan
nyeri pascaoperatif tergantung pada anggapan fisiologi dan psikologi
individu, toleransi yang ditimbulkan oleh nyeri, letak insisi, sifat
prosedur pembedahan, kedalaman trauma bedah, dan jenis agens
anastesia dan bagaimana agens tersebut diberikan.
Hal-hal diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Melastuti & Avianti (2010) didapatkan 6 dari 8 pasien post operasi
mengalami penurunan kualitas tidur dengan penyebab utama nyeri.
Menurut peneliti kualitas tidur yang kurang baik yang ditunjukan oleh
responden diruang bedah diantarannya adalah nyeri pasca operasi,
lingkungan, dan kecemasan.
49
Begitu pula dengan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Afianti, Mardhiyah (2017), Pengaruh Foot Massage
terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICU di rumah sakit Hasan
Sadikin menunjukkan menunjukan pada kelompok kontrol tidak terdapat
perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur (p = 0,150),
sedangkan pada kelompok perlakuan, terdapat perbedaan yang bermakna
rerata skor kualitas tidur (p=0,002). Adapun selisih skor kualitas tidur
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terdapat perbedaan
secara bermakna (p= 0,026).
Ada pula penelitian Hasil ini juga mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Puji Raharjo (2008), tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya insomnia pada lanjut usia di Kabupaten
Demak, yang menunjukkan bahwa sakit fisik lebih mempengaruhi
terjadinya insomnia.
b. Distibusi kualitas tidur klien post operasi pretest dan post test
Penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Foot Massage Terhadap
Kualitas Tidur Klien Post Operasi di Ruang Bedah, didapatkan hasil pada
kelompok intervensi dilihat pada tabel 4.7 diperoleh rata-rata skor
kualitas tidur pada kelompok intervensi didapatkan hasil saat pre
intervensi adalah 9,06 dengan standar deviasi (SD) 2,285 dan skor
kualitas tidur terendah adalah 5 dan skor tertinggi adalah 13 sedangkan
pada post intervensi yang mendapatkan perlakuan didapatkan hasil 4,78
dengan standar deviasi (SD) 1,184 dan skor kualitas tidur terendah adalah
3 dan skor tertinggi adalah 7. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perubahan bermakna pada kelompok
perlakukan pre intervensi dan post intervensi yang diberikan terapi foot
massage.
Pemberian foot massage dilakukan dikarenakan foot massage
dilakukan dengan kemudahan akses yaitu dilakukan didaerah kaki yang
50
mudah dijangkau dan pasien tidak perlu dilakukan reposisi sehingga
tidak akan mempengaruhi peralatan yang digunakan oleh responden,
selain itu pemberian foot massage banyak sekali manfaatnya, manfaat
foot massage antara lain. Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga
mengurangi nyeri dan inflamasi dikarenakan Massage meningkatkan
sirkulasi baik darah maupun getah bening (Price, 1997). Foot Massage
mampu memberikan efek relaksasi yang mendalam, mengurangi
kecemasan, mengurangi rasa sakit, mengurangi ketidaknyamanan secara
fisik, dan meningkatkan tidur pada seseorang (Puthusseril, 2006).
Dengan memberikan massage pada area kaki dapat memperlancar sistem
peredaran darah, karena pijatan memberikan efek kenyamanan, sedatif
dan mampu merangsang sistem syaraf dan meningkatkan aktifitas otot,
sehinggapijatan pada kaki dapat mengendurkan otot-otot membuat pasien
menjadi relaks (Trisnowiyanto, 2012). Adapun mekanisme Foot
Massage yang dimulai dari pemijatan kaki dan diakhiri dengan pemijatan
telapak kaki merespon sensor syaraf kaki yang kemudian pijatan pada
kaki ini meningkatkan neurotransmiter serotonin dan dopamin yang
rangsangannya diteruskan ke hipotalamus dan menghasilkan
Cortocotropin Releasing Factor (CRF) yang merangsang kelenjar pituary
untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) dan
merangsang medula adrenal meningkatkan sekresi endorfin yang
mengaktifkan parasimpatik sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh
serta memperlancar aliran darah sehingga membantu otot-otot yang
tegang menjadi relaks sehingga RAS (Retikuler Aktivating System)
terstimulasi untuk melepaskan serotonin dan membantu munculnya
rangsangan tidur serta meningkatkan kualitas tidur seseorang
(Aditya, Sukarendra & Putu, 2013;Guyton, 2014; Aziz, 2014;
Pisani, Friese, Gehlbach, Schwab,Weiunhouse & Jones, 2015).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Afianti, Mardhiyah (2017), Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
51
Tidur Pasien di Ruang ICU di rumah sakit Hasan Sadikin terdapat
perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur (p=0,002). Adapun
selisih skor kualitas tidur pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan terdapat perbedaan secara bermakna (p= 0,026).
Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh ariani dan
suryanti (2019), Pengaruh Food Massage Terhadap Kualitas Tidur Pada
Lansia Di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta didapatkan hasil
pada kelompok intervensi setelah dilakukan foot massage dan
perendaman kaki dengan air hangat, hasilnya mengalami peningkatan
yang signifikan dengan niali P= 0.001 (<0.005). artinya ada pengaruh
rendam kaki dan food massage terhadap kualitas tidur pada lansia.
Ada pula dengan penelitian yang dilakukan oleh ariani dan suryanti
(2019), Pengaruh Food Massage Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia
Di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta didapatkan hasil pada
kelompok intervensi setelah dilakukan foot massage dan perendaman
kaki dengan air hangat, hasilnya mengalami peningkatan yang signifikan
dengan niali P= 0.001 (<0.005). artinya ada pengaruh rendam kaki dan
food massage terhadap kualitas tidur pada lansia.
2. Analisis Bivariat
Berdasarkan uji statistik skor kualitas tidur pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi dengan uji t independen didapatkan hasil
dengan nilai α (<0.05) didapatkan nilai p-value (0,000), berarti Ho
ditolak dan hal ini menunjukan ada pengaruh yang signifikan antara
pemberian foot masagge sebelum dan sesudah terhadap kualitas tidur
klien post operasi.
Rasa sakit yang dirasakan post operasi atau sesudah tindakan
operasi dapat menimbulkan ketidaknyamanan fisik pada pasien,
diantaranya adalah timbul mual muntah,nyeri,gelisah dan membuat
kualitas tidur seseorang menjadi buruk. Kualitas tidur yang buruk dapat
52
mengakibatkan terganggu proses penyembuhan dan akibatnya terjadinya
gangguan psikologis dan fisiologis pada responden. Rasa sakit yang
dirasakan oleh pasien dapat dikurangi dengan menggunakan massage
dimana rangsangan pijitan mampu mencapai otak lebih cepat dari rasa
sakit itu sendiri dampaknya terjadi peningkatan serotonin, dopamin dan
penurunan substansi serta peningkatan produksi endorfin selama
pemijatan yang menghasilkan efek relaksasi dan peningkatan tidur (Field,
Hernandez-Reif, Diego, Fraser, 2007).
Menurut (Anderson & Cutshall, 2007), massage therapy dapat
digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot, untuk mengurangi rasa
sakit, stres, dan kecemasan yang membantu pasien meningkatkan
kualitas tidur dan kecepatan pemulihan. Selain itu, massage therapy
dapat meningkatkan pergerakan pasien dan pemulihan setelah operasi,
yang memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas
Massage therapy banyak sekali macam-macamnya salah satunya
foot massage, Foot Massage adalah tindakan pijat yang dilakukan
didaerah kaki. Melakukan foot massage mampu memberikan efek
relaksasi yang mendalam, mengurangi kecemasan, mengurangi rasa
sakit, mengurangi ketidaknyamanan secara fisik, dan meningkatkan tidur
pada seseorang (Puthusseril, 2006).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian ariani, suryanti
(2018) tentang Pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur pada lansia
dipanti werdha dharma bakti surakarta. Dengan hasil uji wilcoxson nilai
0,003 dengan kriteria P<0,05 sehingga terjadi perubahan kualitas tidur
pada lansia ditunjukkan oleh angka 0,003<0,05 yang artinya Ha diterima
dan Ho ditolak.
Begitu pula dengan penelitian Santi Varisella (2016), Pengaruh
Terapi Relaksasi Massage Terhadap Skor Insomnia Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rs. Pku Muhammadiyah
I Yogyakarta, menunjukkan adanya perubahan skor insomnia kearah
53
positif pada kelompok eksperimen dengan p value 0,000 , α = 0,05.
Analisi data selanjutnya menggunakan Idependent t-test menunjukkan
perbedaan bermakna secara statistika antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan p value 0,000 , α = 0,05. Hal tesebut
menunjukan terdapat pengaruh terapi relaksasi massage terhadap skor
insomnia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Menurut peneliti, jika melihat dari analisis univariat dan bivariat
terdapat perbedaaan skor pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol
dan intervensi. Pada kelompok kontrol saat dilakukan pre intervensi
didapatkan nilai 10,41 dan setelah dilakukan post intervensi didapatkan
nilai 9,12. Sedangkan pada kelompok intervensi didapatkan nilai saat pre
intervensi adalah 9,06 dan post intervensi didapatkan nilai 4,78. Dan
kemudian setelah dilakukan uji t independen didapatkan hasil p-valeu
sebesar 0,000 < (0,5). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pemberian foot massage terhadap kualitas tidur klien post operasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
54
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti diruang Bedah
RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020, dapat disimpulkan
bahwa :
a. Responden yang mengalami kualitas tidur buruk adalah kelompok kontrol
dengan nilai mean 10,41 saat pre intervensi dan 9,12 post intervensi, artinya
tidak banyak perubahan yang bermakna pada kelompok kontrol di ruang
Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020
b. Responden yang mengalami kualitas tidur baik adalah kelompok intervensi
dengan nilai mean 9,06 saat pre intervensi dan 4,78 post intervensi, artinya t
terdapat perubahan yang bermakna pada kelompok intervensi di ruang
Bedah RSUD Dr .H .Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020
c. Responden yang diberikan terapi foot massage memiliki kualitas tidur lebih
baik dibandingkan dengan yang tidak diberikan terapi foot massage dengan
nilai mean pada kelompok intervensi 4,78 dan nilai mean pada kelompok
kontrol adalah 9,12 dengan hasil p-value 0,000 < (0,05) di ruang Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2020
B. Saran
a. Bagi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Diharapkan rumah sakit dapat menyediakan sarana dan prasarana yang
dapat mendukung upaya penurunan tingkat insomnia pada klien.
Penurunan tingkat insomnia berarti kualitas tidur klien meningkat
sehingga kesehatan meningkat.
55
Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian
dengan menggunakan metode massage lainnya, seperti massage
punggung, atau hand massage.
DAFTAR PUSTAKA
Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
Tidur Pasien di Ruang ICU The effect of Foot Massage on Sleep Quality of
in ICU Rooms ’ Patients.
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/353/154
56
Andika, V S,. & Yuni, F. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta Bantul: Kamus
Kesehatan.
http://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntaxliterate/article/download/32
5/454
Edi, R. (2016), Statiska Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS) Edisi I.
Yogyakarta : Andi.
Erna, M, & Lia, A. (2010). Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage (Ssbm)
Terhadap Kualitas Tidur Pasien Post Operasi di RSI Sultan Agung
Semarang.
http://e-journal.akesrustida.ac.id/index.php/jikr/article/view/37
Etri Y, & Dwi, C, ,R & Eliza, A. (2018). Efektifitas Massase punggung dan Kaki
Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/article/view/305/128
Khasanah, U. (2017). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Pola Tidur Pada Bayi Usia
3 – 6 Bulan. 1–13.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12215/12.NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf?sequence=12&Allowed=y
Potter & Perry (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
Dan Praktik Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Sari & Nugroho. (2014). Persepsi Pasien Puteri Physical Therapy Clinic
Terhadap Efektivitas Sport Massage Dalam Mengatasi Penyebab Kesulitan
Tidur
https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/view/4586/3938
58
Setiadi (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Wahid, I, M, & Nurul C, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori &
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : Buku kedokteran EGC.
59
LAMPIRAN
60
61
62
63
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAKSANAAN FOOT MASSAGE
1
Pengertian Foot Massage adalah tindakan pijat yang dilakukan didaerah kaki.
Melakukan massage pada otot-otot besar pada kaki dapat memperlancar
sirkulasi darah dan saluran getah bening serta membantu mencegah
varises.
Tujuan 1. Memberikan rasa rileks dan nyaman
2. Meningktakan kualitas tidur
3. Melancarkan sirkulasi darah
4. Mengurangi kecemasan
5. Menurunkan tekanan darah tinggi
Ruang lingkup 1. Standar Operasional Prosedur (SOP) ini mencakup proses
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan meningkatkan
kualitas tidur klien post operasi yang digunakan dilahan praktik
(rumah sakit)
2. SOP ini mengatur tentang pemberian terapi foot massage pada
klien post operasi
Hal – hal yang perlu 1. Klien yang mengalami gangguan ekstremitas bawah
diperhatikan
Persiapan Alat dan 1. Lotion atau kream massage
bahan 2. Kain lap
3. Air
Persiapan Klien 1. Mengidentifikasi pasien
2. Informed consent
3. Pastikan pasien menandatangani persetujuan menjadi responden
4. Atur posisi senyaman mungkin
5. Menjaga privasi klien
Waktu ± 22 menit
Tata ruang 1. Ruang rawat klien dengan penerangan yang cukup baik
Prosedur tindakan 1. Mencuci tangan
2. Mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan
5. Sebelum melakukan tindakan food massage klien sudah dikaji
kualitas tidurnya dengan PSQI
6. Ambil lotion kemudian usap pada kaki klien kemudian,
7. Mulai memijat salah satu kaki dan pijat
kaki masing masing selama 2 menit. Dengan menggunakan bagian
tumit telapak tangan peneliti, peneliti menggosok dan memijat
telapak kaki pasien secara perlahan dari arah dalam ke arah sisi
luar kaki pada bagian terluas kaki kanan. Dengan menggunakan
tumit telapak tangan peneliti di bagian yang sempit dari kaki
kanan, peneliti menggosok dan memijat secara perlahan bagian
telapak kaki pasien dari arah dalam ke sisi luar kaki selama 15
detik.
8. Dengan menggunakan tumit telapak tangan peneliti di bagian yang
sempit dari kaki kanan, peneliti menggosok dan memijat secara
2
perlahan bagian telapak kaki pasien dari arah dalam ke sisi luar
kaki.
9. Pegang semua jari-jari kaki oleh tangan kanan, dan tangan kiri
menopang tumit pasien, kemudian peneliti memutar pergelangan
kaki tiga kali searah jarum jam dan tiga kali ke arah berlawanan
arah jarum jam.
10. Tahan kaki di posisi yang menunjukkan ujung jari kaki mengarah
keluar (menghadap peneliti), gerakan maju dan mundur tiga kali.
Untuk mengetahui fleksibilitas.
11. Tahan kaki di area yang lebih luas bagian atas dengan
menggunakan seluruh jari (ibu jari di telapak kaki dan empat jari
di punggung kaki) dari kedua belah bagian kemudian kaki
digerakkan ke sisi depan dan ke belakang tiga kali selama.
12. Tangan kiri menopang kaki kemudian tangan kanan memutardan
memijat masing-masing jari kaki sebanyak tiga kali di kedua arah,
untuk memeriksa ketegangan.
13. Pegang kaki kanan dengan kuat dengan menggunakan tangan
kanan pada bagian punggung kaki sampai ke bawah jari-jari kaki
dan tangan kiri yang menopang tumit. genggam bagian punggung
kaki berikan pijatan lembut
14. Posisi tangan berganti, tangan kanan menopang tumit dan tangan
kiri yang menggenggang punggung kaki sampai bawah jari kaki
kemudian di pijat dengan lembut.
15. Pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan tangan kanan
seseorang di bagian punggung kaki hingga ke bawah jari-jari kaki
dan gunakan tangan kiri umtuk menopang di tumit dan
pergelangan kaki dan berikan tekanan lembut.
16. Menopang tumit menggunakan tangan kiri dan dengan
menggunakan tangan kanan untuk memutar setiap searah jarum
jam kaki dan berlawanan arah jarum jam serta menerapkan
tekanan lembut.
17. Menopang tumit dengan menggunakan tangan kiri dan
memberikan tekanan dan pijatan dengan tangan kanan pada bagian
sela-sela jari bagian dalam dengan gerakan ke atas dan ke bawah
gerakan lembut
18. Tangan kanan memegang jari kaki dan tangan kiri memberikan
tekanan ke arah kaki bagian bawah kaki menggunakan tumit
tangan dengan memberikan tekanan lembut.
19. Kemudian lap kaki klien menggunakan handuk yang sudah
direndam dengan air
20. Cuci tangan
3
KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI)
h) Mimpi buruk
i) Terasa nyeri
6
JL. SOEKARNO-HATTA NO.01 HAJIMENA BANDAR LAMPUNG TELP (0721) 703580 FAX (0721)
783580
INFORMED CONSENT
Peneliti Responden
LEMBAR PENJELASAN
Judul Penelitian :
“Pengaruh pemberian foot massage terhaadap kualitas tidur klien post
operasi di ruang bedah RSUD DR. H. Abdul Moeloekk provinsi Lampung tahun
2020”
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan foot massage
kepada responden yang dapat diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pos
operasi. Selanjutnya peneliti menilai kualitas tidur dengan menggunakan
kuisioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality) kepada kalian intervensi sebelum dan
sesudah melakukan foot massage. Kemudian pada kelompok kontrol dilakukan
penilaian yang sama menggunakan kuisioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality)
namun pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan, kemudian dibandingkan
antara kedua kelompok apakah berpengaruh atau tidak. Selanjutnya data yang
diperoleh akan dilakukan pengolahan data. Penelitian dilakukan setelah responden
menandatangani lembar persetujuan. Semua data yang didapatkan di jamin
kerahasiaan nya.
Apabila dalam kegiatan penelitian responden menolak atau berhenti
menjadi responden berhak melakukan hak untuk diri dan responden tidak akan
mendapatkan sanksi apapun. Responden tidak diberikan imbalan apapun pada saat
kegiatan penelitian.
Demikian penjelasan singkat mengenai penelitian ini saya ucapkan terima
kasih.
Peneliti
LEMBAR OBSERVASI
8
PEMBERIAN FOOT MASSAGE PADA KELOMPOK KONTROL
No Nama Pasien No. RM Umur Jenis Kualiatas Tidur
Operasi
Sebelum Sesudah
Intervens Intervensi
i
LEMBAR OBSERVASI
9
PEMBERIAN FOOT MASSAGE PADA KELOMPOK INTERVENSI
No Nama Pasien No. RM Umur Jenis Kualitas Tidur
Operasi
Sebelum Sesudah
Intervens Intervensi
i
10
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
07/11/19Perbaiki bab II
tambahkan teori, kerangka teori, kerangka
kosep
27/11/09 Perbaiki bab II penelitian terkait
Lanjut bab III
03/12/19 Bab III,perbaiki besar sampling,
tambahkan populasi, DO perbaiki
04/12/19 Bab III, tambahkan SOP, Perbaiki
hipotesis, lengkapi Instrumen
05/12/19 ACC Seminar Proposal
Lanjut Pembimbing 2
JUDUL SKRIPSI :.PENGARUH PEMBERIAN FOOT MASSAGE
..................................TERHADAP KUALITAS TIDUR KLIEN POST
..................................OPERASI DIRUANG BEDAH RSUD DR. H ABDUL
..................................MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020
PEMBIMBING I : Dr. Aprina, S. Kp., M. Kes
Mengetahui
Ketua Prodi DIV Keperawatan Tanjungkarang
Mengetahui
Ketua Prodi DIV Keperawatan Tanjungkarang
12
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
13
LEMBAR CATATAN KONSULTASI
SKRIPSI
Mengetahui
Ketua Prodi DIV Keperawatan Tanjungkarang
14
LEMBAR CATATAN KONSULTASI
SKRIPSI
Mengetahui
Ketua Prodi DIV Keperawatan Tanjungkarang
15
T-TEST PAIRS=pre WITH post (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
[DataSet0]
N Correlation Sig.
1
Paired Samples Test
Paired Differences
T-TEST PAIRS=pre WITH post (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
[DataSet0]
2
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Paired Differences
T-TEST GROUPS=kelompok(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=pre post
3
/CRITERIA=CI(.9500).
T-Test
[DataSet0]
Group Statistics
4
Independent Samples Test
pre Equal variances assumed 5.237 .026 1.792 62 .078 1.344 .750 -.155 2.842
test
Equal variances not assumed 1.792 52.726 .079 1.344 .750 -.160 2.848
5
T-TEST GROUPS=kelompok(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
post Equal variances assumed 16.237 .000 7.709 62 .000 4.344 .563 3.217 5.470
test
Equal variances not assumed 7.709 40.678 .000 4.344 .563 3.206 5.482
/VARIABLES=post
/CRITERIA=CI(.9500).
T-Test
6
[DataSet0]
Group Statistics
EXAMINE VARIABLES=pre post
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
[DataSet0]
7
Case Processing Summary
Cases
Descriptives
Median 10.00
Variance 12.765
8
Minimum 4
Maximum 17
Range 13
Interquartile Range 6
Median 9.00
Variance 8.758
Minimum 4
Maximum 17
Range 13
Interquartile Range 4
9
Kurtosis .316 .809
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Frequency Stem & Leaf
,00 0 .
3,00 0 . 455
5,00 0 . 67777
5,00 0 . 89999
7,00 1 . 0000001
7,00 1 . 2223333
,00 1 .
5,00 1 . 66677
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
10
11
12
13
post test kelompok kontrol/ tidak diberikan intervensi
post test tidak diberikan intervensi Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
,00 0 .
3,00 0 . 455
8,00 0 . 66777777
7,00 0 . 8888999
8,00 1 . 00000011
3,00 1 . 233
2,00 1 . 44
1,00 Extremes (>=17)
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
14
15
16
17
UJI NORMALITAS KELOMPOK INTERVENSI
EXAMINE VARIABLES=pre post
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
[DataSet0]
Cases
18
Descriptives
Median 10.00
Variance 5.222
Minimum 5
Maximum 13
Range 8
Interquartile Range 4
19
5% Trimmed Mean 4.76
Median 5.00
Variance 1.402
Minimum 3
Maximum 7
Range 4
Interquartile Range 2
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
20
pre test kelompok intervensi
pre test kelompok intervensi Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
3,00 5 . 000
3,00 6 . 000
3,00 7 . 000
2,00 8 . 00
4,00 9 . 0000
9,00 10 . 000000000
3,00 11 . 000
4,00 12 . 0000
1,00 13 . 0
Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
21
22
23
24
post test kelompok intervensi
post test kelompok intervensi Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
4,00 3 . 0000
,00 3 .
11,00 4 . 00000000000
,00 4 .
8,00 5 . 00000000
,00 5 .
6,00 6 . 000000
,00 6 .
3,00 7 . 000
Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
25
26
27
28