Anda di halaman 1dari 8

Komunitas Sosial-Budaya ASEAN

Kerjasama sosial budaya mencakup kerjasama dibidang kepemudaan, wanita, kepegawaian,


penerangan, kebudayaan, pendidikan, teknologi, penanggulangan bencana alam, kesehatan,
pembangunan sosial, pengentasan kemiskinan, dan ketenagakerjaan serta Yayasan ASEAN.
Dalam mewujudkan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN 2015, terdapat beberapa tantangan
dan peluang yang dihadapi, antara lain:

a. Koordinasi antar badan-badan sektoral ASEAN

Isu-isu sosial budaya yang beragam dan bersifat lintas sektoral memerlukan
suatu koordinasi yang efektif sehingga program badan-badan sektoral dapat berjalan
dengan baik.

b. ASEAN Awareness dikalangan masyarakat ASEAN

ASEAN perlu melakukan upaya untuk menumbuhkan ASEAN awareness dan


rasa kepemilikan ASEAN oleh masyarakatnya. Upaya peningkatan ASEAN
awareness perlu dilaksanakan dengan:

i. Menjadikan kalangan muda sebagai sasaran utama mengingat”rasa kekitaan”


ASEAN (we feeling) harus ditumbuhkan sejak dini. Generasi muda akan
mewarisi dan merasakan manfaat terbentuknya Komunitas Sosial Budaya
ASEAN 2015

ii. Menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang berorientasi pada masyarakatnya


(people-centered organization), sehingga kegiatannya dapat langsung
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Selain itu, ASEAN perlu
mempertimbangkan aspirasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

c. Kawasan ASEAN bebas narkoba 2015 (A drug free ASEAN 2015)

Pada akhir dekade 1990-an, para pemimpin ASEAN melihat adanya


kecenderungan yang mengkhawatirkan dan bersifat jangka panjang mengenai bahaya
peningkatan peredaran dan penyalahgunaan narkoba di kawasan ASEAN. Dalam
kaitan ini, perlu dilakukan upayabersama dalam menyelaraskan strategi dan langkah
nasional di negara anggota ASEAN.

d. Penanggulangan bahaya wabah penyakit menular

Pada akhir dekade 1990-an, wabah penyakit SARS menjalar ke kawasan Aia
Tenggara. Sementara sejak awal tahun 2000-an kawasan Asia Tenggara juga dilanda
wadah penyakit flu burung. Untuk itu, ASEAN perlu mengantisipasi terjadinya
ancaman pandemi penyakit menular. Selain itu, kekhawatiran terhadap meningkatnya
penderita HIV/AIDS di kawasan telah mendorong para pemimpin ASEAN untuk
menyepakati ASEAN Commitment on HIV/AIDS.

e. Kesetaraan Gender, Pemajuan dan Perlindungan Wanita

Negara-negara anggota ASEAN perlu berupaya untuk membentuk persamaan


persepsi dan prinsip-prinsip dasar dalam pemajuan kerjasama regional di bidang
wanita. Sejauh ini, ASEAN telah memiliki 4 Deklarasi terkait isu wanita. Salah
satunya yaitu, Deklarasi kemajuan perempuan di Asean yang isinya sebagai berikut;

Deklarasi Kemajuan Perempuan di Wilayah ASEAN


Bangkok, Thailand, 5 Juli 1988

BERKEINGINAN untuk lebih mengintensifkan maksud dan tujuan


dari Deklarasi Bangkok tahun 1967, Deklarasi ASEAN Concord tahun
1976, dan Deklarasi Manila tahun 1987;

MENGAKUI pentingnya partisipasi aktif dan integrasi perempuan di


wilayah tersebut dalam berbagi pembangunan masa depan dankemajuan ASEAN
dan perlunya memenuhi kebutuhan dan aspirasi perempuan di Negara Anggota ASEAN;

SADAR bahwa perempuan merupakan setengah dari total populasi kawasan ASEAN; dan

MENGAMBIL kesadaran tentang peran ganda wanita dalam


keluarga, di masyarakat dan di negara dan kebutuhan untuk memberikan dukungan
penuh dan memberikan fasilitas dan
kesempatan untuk memungkinkan mereka untuk melakukan tugas-tugas secara efektif;

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA:


Dalam konteks memperkuat kerjasama kolaborasi, regional dan
koordinasi untuk tujuan memajukan peran dan kontribusi wanita
dalam kemajuan daerah, setiap Negara anggota, baik secara individu maupun
kolektif, di ASEAN harus berusaha:
1. Untuk mempromosikan dan melaksanakan partisipasi yang adil dan efektif bila
memungkinkan perempuan di semua bidang danpada berbagai
tingkat kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat di
tingkat nasional, regional dan internasional.
2. Untuk mengaktifkan perempuan di wilayah tersebut untuk
melakukan peran penting mereka sebagai agen yang aktif dan penerima manfaat
dari pembangunan nasional dan daerah,khususnya
dalam meningkatkan pemahaman dan kerjasamaregional dan dalam membangun
masyarakat yang lebih adil dan damai.
3. Untuk mengintegrasikan dalam rencana nasional perhatian
khusus perempuan dan peran mereka sebagai agen aktif dalam dan penerima manfaat
dari pembangunan, khususnya mengingat peran
mereka sebagai kekuatan produktif untuk mencapai
pengembangan penuh dari kepribadian manusia.
4. Untuk merancang dan mempromosikan program-program yang
melibatkan partisipasi masyarakat dan organisasi nonpemerintah perempuan untuk
memperkuat ketahanan nasional dan regional.
5. Untuk memperkuat solidaritas di kawasan dan internasional
forum perempuan dengan mempromosikan harmonisasi pandangan dan posisi.

Dibuat di Bangkok, Thailand, tanggal 5 Mei 1988 di copytunggal dalam bahasa Inggris.
Deklarasi ini ditandangani oleh Menteri Luar Negeri Brunei Darussalam, Menteri Luar
Negeri Republik Indonesia, Menteri Luar Negeri Malaysia, Menteri Luar Negeri Republik
Filipina, Menteri Luar Negeri Republik Singapura, dan Menteri Luar Negeri Kerajaan
Thailand.

ASEAN Selayang Pandang. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Departemen Luar


Negeri Negara Republik Indonesia. 2007. Halaman 144-146.

f. ASEAN dan generasi muda

Dalam KTT ASEAN ke-11 di kuala lumpur Desember 2005, Menteri Pendidikan Negara-
negara di ASEAN bersepakat untuk mengadakan pertemuan secara regular , dengan
penekanan pentinganya pendidikan sebagai elemen inti dari bidang social-budaya. Hal ini
untuk meningkatkan kesadarab tentang ASEAN, membangkitkan perasaan kekitaan atau
kesolidan serta kepemilikan kepada Komunitas ASEAN . pengembangan text-book,
penjurusan ASEAN dan asia Tenggara di sekolah dan universitas untuk berbagai tingkatan ,
serra penerapannya akan merupakan langkah awal yang strategis. Identitas simbolik lain yang
perlu didorong adalah pembentukan ASEAN studies centre atau Southeast Asian Studies.
Ironisnya justru kajian ini berada di Negara-negara Non-ASEAN.

Dalam kenyataannya kita telah mempunyai ASEAN University Network dan


memperkenalkan ASEAN akan melakukan kemungkinan upaya apapun untuk
meningkatkan kesadaran tersebut. Sebagai contoh Universitas Indonesia telah melakukan
kegiatan dalam rangka pembangunan Komunitas ASEAN sodial-budaya, antara lain;
membuka dan memberikan mata kuliah dengan topic-topik ASEAN di FISIP dan menjadi
anggota ASEAN University Network. Sedangkan dalam proses pembentukan pusat
tamadun melayu, dibentuk pusat kajian Asia-Tenggara meskipun masih dalam pemikiran.
Disamping itu juga dengan saling belajar bahasa tetangga, seminar bersama dan ASEAN
youth.

Kerangka kerja “ASEAN University Network” tetap dilaksanakan meskipun


barangkali perlu diintensifkan. Disamping adanya lembaga atau institusi yang
memonitornya sehingga masyarakat dapat lebih mengetahui tentang apa yang telah
dikerjakan oleh ASEAN University Network ini. dalam hal kurikulum pendidikan dasar,
kementrian pendidikan ASEAN telah menyetujui kurikulum ASEAN ersebut untuk
diterapkan dalam kurikulum pendidikan dasar nasional masing-masing Negara. Namun
demikian pelaksanaannya belum sebagaimana direncanakan sehingga permasalahan ini
masih perlu dibahas bersama dan apabila kita dapat membentuk task forcr kemungkinan
dapat mencari jalan keluarnya. Akan tetapi sebagai informasi, proyek ini merupakan
tugas dari Kementrian Pendidikan ASEAN.

Implementasi untuk memasyarakatkan ASEAN telah dilakukan Departemen Luar


Negeri RI bekerjasama dengan Strengthen Marketing communication Agency dan
sponsor lain mengadakan pemilihan duta muda ASEAN-indonesia atau PDMAI 2007
dalam rangka memperingatu HUT ke-40 ASEAN 8 Agustus 2007. Tujuannya adalah
untuk menjaring mahasiswa/I berprestasi untuk diberikan arahan yang nantinya akan
memiliki tugas untuk memberikan pengetahuan mengenai ASEAN kepada para pemuda-
pemudi dalam dan luar negeri. Selain itu ada juga kegiatan ASEAN LOGICS (ASEAN
Student Engaging Action For Local and Regional Comtribution to society) yang
merupakan program dengan tujuan meningkatkan hubungan “people to people”,
menjebatani perbedaan antar bangsa, dan meningkatkan kerjasama fungsionalis
masyarakat ASEAN. Salah satu tema ASEAN LOGICS ini bertemakan HIV and AIDS.
Kegiatan ASEAN LOGICS ini salah satunya adalah mengirim beberapa perwakilan
mahasiswa yang tergabung dalam ASEAN LOGICS ke beberapa lembaga
penanggulangan AIDS di jayapura dan sekitarnya. Tujuannya untuk mengetahui dinamika
isu HIV dan AIDS ini dan juga untuk member petunjuk tentang kompleksitas tentang
virus ini yang berkembnag di Papua.

Dan juga untuk mengetahui epidemic HIV dengan budaya masyarakat, bagaimana harus
menyikapi, serta pentingnya pemuda ASEAN untuk menginisiasi kerjasama dalam
menanggulangi persoalan HIV dan AIDS ini. persebaran HIV dan AIDS yang meluas ini
juga merupakan pengaruh dari budaya dan perilaku seks bebas yang berkembang di
masyarakat. Isu HIV dan AIDS pun sesungguhnya merupakan salah satu permasalahn
bersama yang penting untuk segera ditangani di kawasan ASEAN. Sebagai kawasan
dengan tingkat pengidap HIV dan AIDS tertinggi setelah Afrika, sub-sahara, ASEAN
sebagai suatu komunitas harus dapat menanggulangi aids karena penyakit ini bukan
hanya sekedar masalah sosdia-kesehatan, tapi juga jadi persoalan ketahanan sumber daya
manusia di Asia Tenggara.

Masih dipercaya bahwa pemerintah merupakan fasilitator guna mewujudkan


kesadaran akan ASEAN. Sejauh ini topic yang kita tempatkan dalam program masih
mengenai demokrasi, HAM, dan masalah gender. Untuk kaum muda sendiri kita memiliki
banyak program akan tetapi tindak lanjutnya sangat sedikit. Setelah mereka saling
bertukar pandangan, lalu berhenti dan tiddak ada kelanjutan. Karena itu perlu dipikirkan
apa yang akan dilakukan setelah pertukaran itu, karena itu hanya merupakan sebuah
awalan. Diperlukan usaha untuk peserta dari pertukaran itu ertemu kembali dan mulai
melakukan brainstorming mengenai apa yang mereka harapka dari adanya ASEAN
sehingga kita memperoleh sejumlah opini dari para generasi muda secara bottom up.

Para menteri Informasi ASEAN diminta agar dapat mempublikasi seluruh aktivitas
ASEAN yang mencakup kedalam tiga pilar, yaitu kemanan, ekonomi dan social budaya
akan tetapi biaya yang dibutuhkan sangat besar. Memang semangat untuk ini sangat besar
namun pengaplikasiannya yang tergolong kurang dan tindak lanjutannya menjadi
masalah.

Komunitas Sosio-Kultural ASEAN


Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dalam Visi ASEAN 2020, komunitas sosio-kultur
ASEAN merupakan suatu kemitraan negara-negara Asia Tenggara yang saling peduli dan
membentuk identitas bersama. Komunitas ini bertujuan untuk memupuk kerja sama dalam
bidang pembangunan sosial sehingga dapat meningkatkan standar hidup kelompok
masyarakat yang kurang beruntung dan masyarakat pedesaan. Kecuali itu, komunitas ini juga
berupaya untuk meningkatkan keterlibatan secara aktif seluruh bidang kehidupan masyarakat,
termasuk peran serta wanita, generasi muda, dan masyarakat lokal.

Dengan salah satu pilar ASEAN ini, maka ASEAN akan mengupayakan persiapan angkatan
kerja yang mendukung integrasi ekonomi. Itu berarti setiap penduduk harus memperoleh
pendidikan, pelatihan, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai.
Lapangan kerja yang diperlukan harus tersedia dan tersedia perlindungan sosial bagi
penduduk. Negara-negara ASEAN juga harus mengintensifkan kerja sama dalam bidang
pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk penanganan penyakit menular.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di ASEAN adalah kunci keberhasilan bagi
penanganan pengangguran, penghapusan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesetaraan
pertumbuhan ekonomi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, ASEAN telah dan sedang melakukan beberapa hal penting,
diantaranya:

a. Program kesejahteraan sosial, keluarga, dan kependudukan.

b. Program penanganan HIV/AIDS.

c. Program perawatan kesehatan bagi penduduk usia lanjut.

d. Jaringan keamanan dan kesehatan kerja.

e. Program penyiapan generasi muda untuk menghadapi globalisasi.

f. Jaringan 17 universitas di negara-negara anggota ASEAN.

g. Pertukaran pelajar antarnegara anggota ASEAN, dan forum kepemudaan.

h. Pekan budaya tahunan, perkemahan pemuda, dan kuis ASEAN.

i. Program pertukaran media.


j. Kerangka kerja untuk pembangunan kota yang berwawasan lingkungan.

k. Kesepakatan penanganan pencemaran lintas batas negara.

Dalam gugus komunitas sosio-kebudayaan. Agendanya mulai dari upaya menghilangkan


kemiskinan dan meningkatkan kesetaraan (antara lain melalui pembukaan pendidikan dasar
seluas-luasnya dan kesetaraan jender), mengelola dampak sosial dari integrasi ekonomi
(misalnya melalui pembentukan pasar tenaga kerja yang efisien, memperkuat sistem asuransi,
menangani dampak liberalisasi pada kesehatan) mempromosikan sustainability lingkungan
hidup (antara lain melalui operasionalisasi ASEAN Center for Transboundary Haze Pollution
Control, memperlambat laju kerusakan keanekaragaman hayati), memperkuat kohesi sosial
regional (antara lain melalui dialog antarbudaya peradaban dan agama, dan mendorong
pembentukan sikap bersama ASEAN pada berbagai forum internasional).

Dilihat dari konteks waktu, keseluruhan gagasan komunitas ASEAN dan agenda kerja yang
telah dicanangkan itu tampaknya tidak dapat dilepaskan dari krisis yang melanda kawasan
Asia Tenggara tahun 1998. Krisis itu telah menyampaikan beberapa pesan pada
ASEAN.Pertama, kapasitas institusional ASEAN secara kolektif tak mampu mengatasi krisis
yang melanda anggotanya. Kedua, konsolidasi internal melalui pembuatan dan penguatan
norma-norma bersama menjadi jauh lebih penting daripada menjalin hubungan lebih luas ke
luar. Ketiga, penguatan kapasitas kolektif ASEAN diyakini akan menjadi jauh lebih baik dan
solid jika kerja sama tidak hanya di bidang ekonomi saja, tetapi juga kerja sama dalam bidang
keamanan dan sosio- kebudayaan. Keempat, pelibatan masyarakat menjadi sama pentingnya
dalam seluruh kerja sama ASEAN tersebut.

Refrensi : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0412/01/opini/1407756.htm

Anda mungkin juga menyukai