Isu-isu sosial budaya yang beragam dan bersifat lintas sektoral memerlukan
suatu koordinasi yang efektif sehingga program badan-badan sektoral dapat berjalan
dengan baik.
Pada akhir dekade 1990-an, wabah penyakit SARS menjalar ke kawasan Aia
Tenggara. Sementara sejak awal tahun 2000-an kawasan Asia Tenggara juga dilanda
wadah penyakit flu burung. Untuk itu, ASEAN perlu mengantisipasi terjadinya
ancaman pandemi penyakit menular. Selain itu, kekhawatiran terhadap meningkatnya
penderita HIV/AIDS di kawasan telah mendorong para pemimpin ASEAN untuk
menyepakati ASEAN Commitment on HIV/AIDS.
SADAR bahwa perempuan merupakan setengah dari total populasi kawasan ASEAN; dan
Dibuat di Bangkok, Thailand, tanggal 5 Mei 1988 di copytunggal dalam bahasa Inggris.
Deklarasi ini ditandangani oleh Menteri Luar Negeri Brunei Darussalam, Menteri Luar
Negeri Republik Indonesia, Menteri Luar Negeri Malaysia, Menteri Luar Negeri Republik
Filipina, Menteri Luar Negeri Republik Singapura, dan Menteri Luar Negeri Kerajaan
Thailand.
Dalam KTT ASEAN ke-11 di kuala lumpur Desember 2005, Menteri Pendidikan Negara-
negara di ASEAN bersepakat untuk mengadakan pertemuan secara regular , dengan
penekanan pentinganya pendidikan sebagai elemen inti dari bidang social-budaya. Hal ini
untuk meningkatkan kesadarab tentang ASEAN, membangkitkan perasaan kekitaan atau
kesolidan serta kepemilikan kepada Komunitas ASEAN . pengembangan text-book,
penjurusan ASEAN dan asia Tenggara di sekolah dan universitas untuk berbagai tingkatan ,
serra penerapannya akan merupakan langkah awal yang strategis. Identitas simbolik lain yang
perlu didorong adalah pembentukan ASEAN studies centre atau Southeast Asian Studies.
Ironisnya justru kajian ini berada di Negara-negara Non-ASEAN.
Dan juga untuk mengetahui epidemic HIV dengan budaya masyarakat, bagaimana harus
menyikapi, serta pentingnya pemuda ASEAN untuk menginisiasi kerjasama dalam
menanggulangi persoalan HIV dan AIDS ini. persebaran HIV dan AIDS yang meluas ini
juga merupakan pengaruh dari budaya dan perilaku seks bebas yang berkembang di
masyarakat. Isu HIV dan AIDS pun sesungguhnya merupakan salah satu permasalahn
bersama yang penting untuk segera ditangani di kawasan ASEAN. Sebagai kawasan
dengan tingkat pengidap HIV dan AIDS tertinggi setelah Afrika, sub-sahara, ASEAN
sebagai suatu komunitas harus dapat menanggulangi aids karena penyakit ini bukan
hanya sekedar masalah sosdia-kesehatan, tapi juga jadi persoalan ketahanan sumber daya
manusia di Asia Tenggara.
Para menteri Informasi ASEAN diminta agar dapat mempublikasi seluruh aktivitas
ASEAN yang mencakup kedalam tiga pilar, yaitu kemanan, ekonomi dan social budaya
akan tetapi biaya yang dibutuhkan sangat besar. Memang semangat untuk ini sangat besar
namun pengaplikasiannya yang tergolong kurang dan tindak lanjutannya menjadi
masalah.
Dengan salah satu pilar ASEAN ini, maka ASEAN akan mengupayakan persiapan angkatan
kerja yang mendukung integrasi ekonomi. Itu berarti setiap penduduk harus memperoleh
pendidikan, pelatihan, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai.
Lapangan kerja yang diperlukan harus tersedia dan tersedia perlindungan sosial bagi
penduduk. Negara-negara ASEAN juga harus mengintensifkan kerja sama dalam bidang
pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk penanganan penyakit menular.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di ASEAN adalah kunci keberhasilan bagi
penanganan pengangguran, penghapusan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesetaraan
pertumbuhan ekonomi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, ASEAN telah dan sedang melakukan beberapa hal penting,
diantaranya:
Dilihat dari konteks waktu, keseluruhan gagasan komunitas ASEAN dan agenda kerja yang
telah dicanangkan itu tampaknya tidak dapat dilepaskan dari krisis yang melanda kawasan
Asia Tenggara tahun 1998. Krisis itu telah menyampaikan beberapa pesan pada
ASEAN.Pertama, kapasitas institusional ASEAN secara kolektif tak mampu mengatasi krisis
yang melanda anggotanya. Kedua, konsolidasi internal melalui pembuatan dan penguatan
norma-norma bersama menjadi jauh lebih penting daripada menjalin hubungan lebih luas ke
luar. Ketiga, penguatan kapasitas kolektif ASEAN diyakini akan menjadi jauh lebih baik dan
solid jika kerja sama tidak hanya di bidang ekonomi saja, tetapi juga kerja sama dalam bidang
keamanan dan sosio- kebudayaan. Keempat, pelibatan masyarakat menjadi sama pentingnya
dalam seluruh kerja sama ASEAN tersebut.
Refrensi : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0412/01/opini/1407756.htm