Anda di halaman 1dari 6

PENGURUSAN JENAZAH, TA’ZIYAH, ZIARAH

KUBUR DAN PENGAJARANNYA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Merawat jenazah adalah hukumnya wajib kifayah, namun setiap orang tentunya
wajib mengetahui tatacara bagaimana merawat jenazah yang sesuai dengan tuntunan agama
Islam. Karena kewajiban merawat jenazah yang pertama adalah keluarga terdekat, apalagi
kalau yang meninggal adalah orangtua atau anak kita. Kalau kita tidak bisa merawatnya
sampai menguburkannya berarti kita tidak (birrul walidaini) berbakti kepada kedua orangtua
kita.
Rasulullah SAW telah bersabda: Apabila telah mati anak Adam, maka terputuslah
amalnya. Kecuali tiga perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh
yang mau mendoakan kedua orangtuanya. Disinilah kita harus menunjukkan bakti kita yang
terakhir apabila orangtua kita meninggal, yaitu dengan merawat sampai menguburkan serta
mendoakannya.
Permasalahan yang lain dan mungkin bisa saja terjadi adalah, karena ajal bila sudah
tiba saatnya, pastilah tidak bisa ditunda kapanpun dan dimanapun. Bagaimana kalau kita
seandainya sementara kita di tengah hutan belantara jauh dari pemukiman dan kita punya
teman cuma beberapa orang saja, sementara kita tidak tahu mayat ini harus diapakan, pastilah
kita akan berdosa. Fenomena lain yang banyak terjadi sekarang, terutama di kota-kota besar.
Pengurusan jenazah kebanyakan tidak dilakukan oleh keluarga dekat, bahkan keluarga
tinggal terima bersih karena sudah membayar orang untuk merawatnya, bahkan samapi
mendoakannya juga minta orang lain yang mendoakan.
 Inilah yang perlu kita pikirkan sepertinya di millist ini belum pernah ada yang
memberikan pencerahan. Mungkin diantara kita masih banyak yang belum tahu tentang
tatacara merawat jenazah dan kalaupun sudah tahu, semoga bias mengingatkannya kembali.
Dan ini harus kita tanamkan pada diri kita masing-masing dan juga anak-anak kita untuk jadi
anak yang sholeh dan sholehah, bila kita menghendaki kalau kita mati nanti anak kita dan
keluarga dekat kita yang merawatnya.
Jadi yang jelas pengurusan jenazah adalah menjadi kewajiban keluarga terdekat si
mayit, kalau keluarga yang terdekat tidak ada, barulah orang muslim yang lainnya
berkewajiban untuk merawatnya.

B.     Rumusan masalah
1.       Bagaimana ketentuan pengurusan jenazah?
2.       Bagaimana ketentuan takziyah?
3.       Bagaimana ketentuan ziarah kubur?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui ketentuan pengurusan jenazah
2.      Mengetahui ketentuan takziyah
3.      Mengetahui ketentuan ziarah kubur
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengurusan Jenazah
1.       Memandikan jenazah
Adapun hal-hal yang  perlu diperhatikan dalam memandikan jenazah adalah:
a.        Syarat memandikan jenazah
1)      Mayat adalah seorang muslim
2)      Didapati tubuhnya walaupun hanya sebagian
3)      Mayat bukan mati syahid, karena menurut Imam Syafi’i, orang yang mati syahidakan
menemui Allah dengan segala luka dan darahnya sebagai bukti.
b.       Orang yang berhak memandikan jenazah
Para ahli fiqih sepakat bahwa yang akan memandikan jenazah laki-laki adalah laki-
laki, dan yang memandikan jenazah perempuan adalah perempuan pula.
Jika jenazah itu seorang laki-laki maka yang lebih utama adalah laki-laki yang
tergolong ‘asabahnya, yaitu bapak, nenek, anak, cucu, saudara kandung, anak saudara,
paman, dan anak paman.
Dan yang lebih utama memandikan jenazah perempuan adalah kerabatnya yang
mahramah seperti ibu, putri, saudara kandung, putri dari saudara, putri saudara laki-laki,
tante, dan bibi.
c.        Cara memandikan jenazah
Sebelum mulai memandikan jenazah, lebih dahlu membersihkan tubuhnya dari
najis dan kotorandengan cara sebagai berikut:
1)       Menutupi sekujur tubuhnya dengan kain basahan atau kain panjang
2)       Memasang kain sarung tangan bagi yang memandikan, kemudian mulai membersihkan
tubuh jenazah drai semua kotoran dan najis
3)       Selama membersihkan tubuhnya, sebaiknya air terus dialirkan mulai dari bagian kepala
kebagian kaki
4)       Jika sudah dianggap bersih semua, lalu jenazah diwudhukan.
5)       Selanjutkan mamandikannya dengan cara berikut:
6)       Mengalirkan air kesekujur tubuhnya dari bagian kepala kebagian kaki
7)       Membersihkannya dengan air bersih yang dicampur dengan wewangian
8)       Sebaiknya dilakukan tiga kali atau lebih dengan cara yang sama sehingga diyakini
kebersihannya
9)       Setelah itu lalu mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu kemudian menutupinya dengan
kain.

2.       Mengkafani jenazah
a.        Cara mengkafani jenazah laki-laki:
1)       Menyiapkan 2 lembar kain kafan
2)       Lalu membentangkan kain kafan yang telah disediakan sebelumnya sehelai demi sehelai,
kemudian menaburinya dengan wewangian
3)       Setelah itu, secara perlahan-lahan mayat diletakkan diatas kain-kain tersebut dalam posisi
membujur
4)       Selanjutnya menyelimutkan kain kafan dari kanan kekiri
5)       Jika semua kain telah membalut jasad jenazah, baru diikatkan tali-tali yang sudah disiapkan

b.       Cara mengkafani jenazah perempuan


1)       Menyediakan 5 lembar kain kafan
2)       Sebelumnya taltali pengikat telah disediakan dibawah jasadnya. Jenazah yang sudah
diletakkan diatas kain-kain tersebut mulai dibungkus dengan cara:
a)      Pertama, terletak dibagian pinggul dibagian rok
b)      Kedua, sebagai kain sarung
c)      Ketiga, sebagai baju kurung
d)     Keempat, sebagai kerudung
e)      Kelima, membungkuskan kain paling bawah keseluruh tubuhnya dengan cara
mempertemukan kedua tepi kain yang sebelah kanan dan sebelah kiri. Kemudian
menggulungkan kearah kanan dan kebagian dalam.
3)       Setelah semua kain dipakaikan menurut fungsinya. Baru mengikatkan tali-tali yang telah
disediakan dibawahnya.
3.       Menshalatkan jenazah
a.        Syarat-syarat shalat jenazah
1)       Seperti pada shalat wajib yaitu menutup aurat, suci badan, tempat, dan pakaian dari najis,
suci dari hadas besar dan kecil, serta menghadap kiblat
2)       Jenazah telah dimandikan dan dikafani
3)       Meletakkan jenazah disebelah kiblat yang mengshalatkan
b.       Rukun shalat jenazah
1)       Niat
2)       Berdiri selama shalat
3)       Takbir sebanyak 4x
4)       Membaca surat al-Fatihah
5)       Membaca shalawat atas Nabi SAW setelah takbir kedua
6)       Membaca doa bagi mayit pada takbir ketiga
ِِ ِ
)‫(ها‬
َ ُ‫ف َعْنه‬
ُ ‫(ها) َو ْع‬
َ ‫(ها) َو َعا فه‬ َ ُ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَه‬
َ ُ‫(ها) َو ْار مَح ْه‬
7)       Membaca doa bagi mayit pada takbir keempat
ِ ِ
ُ‫(ها) َوا ْغف ْر لَنَا َولَه‬ َ ُ‫اَللَّ ُه َّم الَحَتْ ِر ْمنَا اَ ْجَره‬
َ ُ‫(ها) َوالََت ْفتنَّا َب ْع َده‬
8)       Salam
4.       Menguburkan  Mayat
a.       Mula-mula dibuatkan liang lahat kira-kira tidak bisa dibongkar oleh binatang buas atau dapat
menimbulkan bau busuk.
b.      Jenazah dimasukkan kedalam liang lahat dengan posisi miring kekanan dan menghadap
kiblat. Saat meletakkan jenazah hendak membaca :
ِ ‫اهلل وعلَى ِملَّ ِة رسو ِل‬
ِ
)‫اهلل (رواه الرتمذى و أبو داود‬ ُْ َ َ َ ‫بِ ْس ِم‬
Artinya: "Dengan  menyebut Asma  Allah dan atas agama Rasulullah". (HR. Tirmidzi
dan   Abu  Daud)
c.       Tali-tali kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki ditempatkan pada tanah.
d.      Setelah ditutup dengan bambu/papan/kayu di atasnya ditimbun dengan tanah sampai rata.
e.       Mendoakan dan memohonkan ampun kepada jenazah. Rasulullah saw., bersabda :
)‫ت فَِإنَّهُ اْآل َن يُ ْسئَ ُل (متفق عليه‬ ِ ِ
َ ‫إِ ْسَت ْغف ُر ْوا ِألَخْي ُك ْم َو ْسَئلُ ْوا لَهُ التَّثْبِْي‬
Artinya: "Mohonkan ampun untuk saudaramu  dan mintakanlah keteguhan iman  baginya,
karena ia  sekarang   sedang diperiksa".  (HR. Bukhori dan Muslim)
‫ إِ ْس َت ْغ ِف ُر ْوا‬: ‫ال‬
َ ‫ف َعلَْي ِه َف َق‬ ِ ِ َ ‫ص لَّى اهلل علَي ِه وس لَّم إِذَا َف ر‬  ‫ا َن النَّيِب‬
َ َ‫غ م ْن َدفْ ِن الْ َميِّت َوق‬ َ َ َ َ َْ ُ َ َّ
ِ ‫ِأل‬
)‫يُ ْسئَ ُل (رواه ابو داود‬ ‫َخْي ُك ْم َو ْسَئلُ ْوا لَهُ فَِإنَّهُ اْآل َن‬
Artinya: "Bahwa Nabi saw, apabila telah selesai  menguburkan  jenazah, beliau berdiri
diatasnya dan bersabda: mohonkanlah ampun untuk saudaramu dan mintakanlah untuknya
supaya di beri ketabahan karena sesungguhnya  ia sekarang  sedang ditanya". (HR.
Abu   Daud)

B.     Takziyah
1.       Pengertian takziyah
Takziyah berasal dari kata 'azza-yu'azzi yang artinya berduka cita atau berbela
sungkawa atas musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam, takziyah adalah
mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud menyabarkannya dengan
ungkapan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan.
Orang yang melakukan takziyah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan
atau duka yang dialami saudaranya. Hal ini jelas termasuk dalam kategori amar ma'ruf nahi
munkar yang merupakan salah satu fundamen ajaran Islam. Lebih dari itu, takziyah adalah
aplikasi dari sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah
SWT berfirman, ''Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan.''
(QS Al-Maidah: 2)
Dalam pandangan Rasulullah SAW, takziyah mempunyai nilai dan keutamaan tinggi
bagi yang melakukannya. Beliau bersabda, ''Tidaklah seorang Mukmin yang melakukan
takziyah atas musibah yang menimpa saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya
permata kemuliaan pada hari kiamat.'' (HR Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).
Tak ada satu pun manusia yang bisa menolak kematian. Singkatnya, selain sebagai
wujud hubungan baik antarmanusia, takziyah juga merupakan media untuk mengingatkan
manusia terhadap sesuatu yang pasti, yaitu kematian.
Dengan sering melakukan takziyah, seseorang terdorong untuk ber-muhasabah
(introspeksi) atas semua aktivitas yang telah dilakukannya. Semakin sering takziyah
dilakukan, semakin kuat pula keyakinan akan datangnya kematian. Jika demikian, akan
semakin tumbuh semangat mengisi hidup dengan perbuatan baik dan amal saleh. Pendek
kata, takziyah adalah sumber inisiatif positif yang mengarahkan manusia menjadi hamba
Allah yang saleh dan bertakwa.
Sebagai manusia, kita diperintahkan untuk selalu sadar bahwa kematian adalah
sebuah kepastian. Apa pun yang kita cari dan usahakan hendaknya tidak melupakan kita dari
kematian. Rasulullah SAW telah menunjukkan kepada kita bahwa takziyah adalah media
efektif dalam meringankan beban sesama dan mengingat kematian. Kita tidak boleh segan
meluangkan waktu sejenak untuk bertakziyah kepada saudara kita.
2.       Adab bertakziyah
Penetapan tarjih mengenai hal takziyah dan pelawatan kematian seseorang diawali
dengan seseorang diawali dengan pernyataan “Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raaji’un”.
Sebagaimana hal ini dapat dipahami dari firman surat al-Baqarah ayat 156 sebagai berikut:
‫صيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّ ِه َوإِنَّا إِلَْي ِه َر ِاجعُو َن‬
ِ ‫الَّ ِذين إِ َذا أَصابْتهم م‬
ُ ُْ ََ َ
“Bilamana mereka mendapatkan malapetaka, berkatalah: “Innalillahi Wa Inna Ilaihi
Raaji’un” .” (Q.S al-Baqarah:156)
a.       Memberikan anjuran sabar
b.      Tidak meratapi jenazah
Setiap orang yang ditinggalkan oleh orang yang dikasihi pasti bersedih. Diantara
mereka ada yang kesedihannya menyebabkan meratapi kematian tersebut, sehingga
menimbulkan penyesalan yang berlebihan. Mengenai ini tarjih menyatakan “janganlah kamu
meratapi mayat, menampar pipi, merobek pakaian, dan meretap ratapan jahiliyah, tetapi tidak
mengapa menangisinya.”
c.       Membutkan makanan kerabat jenazah
Bagi keluarga yang ditimpa musbah karena salah satu diantara anggota keluarganya
meninggal, kaum muslimin lain dianjurkan untuk membuatkan makana bagi mereka.

C.    Ziarah Kubur
1)      Pengertian Ziarah Kubur
Ziarah kubur ialah mengunjungi makam seseorang untuk memanjatkan doa dan
memintakan ampun dari Allah swt. Disyari’atkan ziarah kubur dengan maksud untuk
mengambil pelajaran (‘ibrah) dan ingat akan kehidupan akhirat, dengan syarat tidak
mengucapkan kata-kata yang mendatangkan murka Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagai
misal, meminta sesuatu kepada penghuni kubur (orang mati) dan memohon pertolongan
kepada selain Allah dan semisalnya. Hal tersebut merupakan perbuatan syirik.
Tujuannya adalah agar orang yang berziarah itu mengingat mati, mengingat akherat
sehingga tidak hanya mengejar duniawi saja tetapi seimbang antara dunia dan akherat. Ziarah
qubur pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw., sebagaimana sabdanya  :
‫لِم َح َّم ٍد ىِف‬ ‫ت َن َهْيتُ ُكم َع ْن ِزيَ ار ِة الْ َقرْبِ َف َق ْد أَ َذ َن‬ ِ
ُ ‫ قَ ْد ُكْن‬: ‫لى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‬
َّ ‫ص‬
ِ
َ ‫قَ ا َل َر ُس ْو ُل اهلل‬
ُ َ ْ
)‫ ابوداود والرت مذى‬,‫َخَر ِة (رواه مسلم‬ ِ ‫ِزيار ِة الْ َق ِ أ َُّم ِه َفزوروها فَِإنَّها تَ ْذكِر اْأل‬
َ َ َ ُُْ ‫َ َ رْب‬
Artinya: "Bersabda Rasulullah saw, telah melarang kamu berziarah kubur,
sekarang Muhammad telah mendapatkan izin untuk berziarah ke kubur ibunya, maka
ziarahlah kamu, karena sesungguhnya ziarah itu mengingat akherat".(HR. Muslim, Abu
Daud dan Tirmidzi) 
2)      Hukum ziarah kubur
Para ahli telah sepakat menetapkan bolehnya kaum laki-laki ziarah kubur. Namun
untuk kaum perempuan terdapat perbedaan pendapat para Ahli Fiqih. Ahli Fiqih dari
Hanafiyah, ziarah kubur disunnatkan bagi kaum laki-laki dan perempuan. Akan  tetapi bagi
kaum perempuan yang benar-benar ingin memperoleh ridho Allah dan untuk mempertebal
iman kepada Allah dan hari akhir. Namun jika untuk membangkitbangkitkan emosi
sebagaimana yang dilakukan kaum Jahiliyah, tidak dibolehkan bahkan haram.
Menurut jumhur ulama mengatakan bahwa ziarah kubur disunnahkan bagi kaum
laki-laki dan bagi perempuan hukumnya makruh karena ada dugaan kuat mereka akan
bersedih hati yang menyebabkan mereka menangis dan meratap.
3)      Hal-hal yang dianjurkan dalam ziarah kubur
Orang yang berziarah kubur dianjurkan membaca salam setelah sampai disana, dan
doa yang dianjurkan, yaitu doa untuk semua penghuni kubur, meskipun yang diziarahi itu
hanya satu ada dua kubur saja. Karena doa kepada semua umat Islam tidak mengurangi
manfaat terhadap arwah orang yang kita utamakan.
Adab Dalam Berziarah Kubur yang Baik dan Benar Menurut Islam :
a.    Berperilaku sopan dan ramah ketika mendatangi areal pemakaman.
b.    Niat dengan tulus dan ikhlas karena ingin mendapatkan Ridho dari Allah SWT, bukan untuk
meminta sesuatu pada orang yang sudah meninggal.
c.    Tidak duduk, menginjak-injak, tidur-tiduran, dll di atas makam orang mati.
d.   Tidak melakukan tindakan tidak senonoh seperti buang air besar, kencing, meludah, buang
sampah sembarangan, dan lain-lain.
e.    Mengucapkan salam kepada penghuni alam kubur.
Rasulullah SAW bersabda :
‫لى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يقو ل السال م‬
َّ ‫ص‬
ِ
َ ‫عن سليما ن بن بريد ة عن أبيه قَا َل َر ُس ْو ُل اهلل‬
‫عليكم أهل الد يار من املؤمنني واملسلمني وإنا إنشاء اهلل لال حقون أسأل اهلل لنا ولكم‬
)‫ امحد‬,‫العا فية (رواه مسلم‬
Artinya: “Dari Sulaiman ibn Buraidah dari ayahnya, Rasulullah saw, bersabda : Selamat
sejahtera pada mukminin dan muslimin yang ada disini. Kami insya Allah akan menyusul
kamu. Aku mohon kepada Allah semoga kami dan kamu mendapat keselamatan”. (HR.
Muslin dan Ahmad)
f.     Mendoakan arwah orang yang telah meninggal agar bahagia dan tenang di alam kubur sana
dengan ikhlas.

Anda mungkin juga menyukai