Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOSEROLOGI DASAR

PEMERIKSAAN ANTIBODI TERHADAP BAKTERI SALMONELLA


ENTERICA SEROTYPE TYPHI MENGGUNAKAN METODE IMBI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Imunoserologi Dasar


Dosen Pengampu: Bapak Roni Afriansya, S.T.,M.Si

disusun oleh
Muhammad Naufal Nurfadhillah

( P1337434319010 )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
I. Judul : Pemeriksaan antibody terhadap bakteri Salmonella enterica serotype Typhi
II. Metode : laboratorium Immunoassay Magnetic Binding Inhibition (IMBI).
III. Tujuan : Untuk mendeteksi demam typoid akut yang disebabkan Salmonella enterica
serotype Typhi

IV. Prinsip
Prinsip kerja dari IMBI adalah sebagai berikut yaitu ketika partikel magnet yang
diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan dengan blue latex antibody-coated
indicator particle yang diselimuti oleh anti-s typhi LPS (O9) antibody, maka kedua jenis
partikel ini akan berikatan satu dengan yang lain. Ketika pada akhir eksperimen tabung
berbentuk V tempat terjadinya proses reaksi diatas diletakan diatas magnet stand, maka
antigen-coated magnetic particle akan tersedimentasi dibawa tabung. Begitu juga blue
latek particle yang telah berikatan dengan antigen-coated magnetic particle akan ikut
tersedimentasi pada bagian bawah tabung. Sehingga terjadi perubahan warna dari biru
menjadi merah. Hal ini menunjukan tidak adanya anti-s typhi O9 antibody pada serum
milik pasien dan hasil reaksi dikatakan negative (pasien tidak terindikasi menderita
demam tifoid)

V. Alat dan bahan


a. Alat
- Mikropipet (40 dan 90 µl)
- Yellow tip
b. Bahan
- Sampel serum
- Tubex TF reagen
- Reagen biru
- Reagen coklat
- Kontrol positif dan negative
- Skala warna strip wall reaction
- Tape sealing

VI. Cara kerja


 Masukkan 45 µl antigen coated magnetic particle (brown reagent) pada reaction
caontainer yang disediakan (satu set yang terdiri dari enam tabung berbentuk V). Reagen
dimasukkan ke sumur 1,2 dan 3.
 Masukan 45µl serum sampel (serum harus jernih) ke dalam sumur yang sudah berisi
reagen, lalu campurkan keduanya dengan menggunakan pipette tip.
 Inkubasi dalam 2 menit.
 Tambahan 90 µl antibody coated indikator partikel (blue reagent)
 Tutup tempat reaksi tersebut dengan menggunakan strip, lalu ubah posisi tabung dari
vertical menjadi horizontal dengan sudut 90º.
 Goyang-goyangkan tabung kedepan dan kebelakang selama 2 menit.
 Pada akhir proses reaksi ini tabung berbentuk V ini diletakkan diatas magnet stand.
 Didiamkan 5 menit untuk terjadi proses pemisahan (pengendapan).
 Pembacaan skor hasil dari reaksi ini dilakukan dengan cara mencocokkan warna yang
terbentuk pada akhir reaksi dengan skor yang tertera pada color scale.

VII. Interpretasi hasil


≤2 : Negatif (tidak menunjukkan indikasi demam tifoid)
3 : Border line skor (tidak meyakinkan, analisis perlu diulang)
4 : Positif lemah (indikasi demam tifoid)
6-10 : Positif kuat (indikasi kuat demam tifoid)

VIII. Hasil pengamatan

Gambar Keterangan
 pada sisi paling kiri gambar merupakan reagen
berwarna coklat
 pada sisi tengah gambar merupakan reagen
berwarna biru
 pada sis kanan gambar merupakan gambar
sampel yang akan dianalisis

 pemipetan reagen coklat 45 µL

 pemipetan reagen biru 45 µL


 Penghomogenisasian antara reagen dan sampel

 Tubex Colour Scale

 Pada sampel B didapatkan skala titer demam


typhoid yaitu 10 yang mengindikasikan kuat
demam typhoid
IX. Pembahasan

Tes TUBEX yang bernilai positif disertai tanda gejala demam tifoid, merupakan
indikasi sangat kuat adanya demam tifoid. Secara imunologi, antigen O9 bersifat
imunodominan. Antigen ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap
timus, pada bayi, dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-
sifat ini, respon terhadap antigen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9
dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3
untuk infeksi sekunder.

Ketika partikel magnet yang diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan
dengan blue latex antibody-coated indicator particle yang diselimuti oleh anti-s typhi LPS
(O9) antibody, maka kedua jenis partikel ini akan berikatan satu dengan yang lain. Ketika
pada akhir eksperimen tabung berbentuk V tempat terjadinya proses reaksi diatas
diletakan diatas magnet stand, maka antigen-coated magnetic particle akan tersedimentasi
dibawa tabung. Begitu juga blue latek particle yang telah berikatan dengan antigen-
coated magnetic particle akan ikut tersedimentasi pada bagian bawah tabung. Sehingga
terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Hal ini menunjukan tidak adanya anti-s
typhi O9 antibody pada serum milik pasien dan hasil reaksi dikatakan negative (pasien
tidak terindikasi menderita demam tifoid). Hasil tes TUBEX akan bernilai positive
(pasien terindikasi menderita penyakit demam tifoid) apabila tidak terjadi perubahan
warna (tetap berwarna biru). Hal ini menunjukan terdapatnya anti-s typhi O9 antibody
yang mampu menghambat ikatan antara antigen-coated magnetic particle dengan blue
latex antibody-coated indicator particle (lihat gambar 3, sebelah kanan). Sehingga pada
akhir reaksi blue latex particle tidak ikut tersedimentasi pada dasar tabung, sehingga
warna tabung tetap berwarna biru.

Sederhananya pemeriksaan ini adalah jika serum tidak mengandung antibodi


terhadap O9, reagen B (blue) akan bereaksi dengan reagen A (brown)dan ketika
diletakkan di magnet stand, komponen magnet di reagen A akan tertarik pada magnet
stand dengan membawa pewarna yang dikandung oleh reagen B sehingga terlihat warna
merah pada tabung. Sedangkan jika dideteksi adanya antibodi O9, antibodi pasien akan
berikatan dengan reagen A dan menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet stand
sehingga memberikan warna biru pada larutan. Jadi, adanya endapan dan warna larutan
jingga sampai merah muda karena sampel serum tidak terdapat antibodi O9. 

X. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini didapatkan kadar tubex pada pasien ini Sampel yang
diperiksa berwarna ungu pekat yang berada direntang no 10 menandakan serum yang
diuji positif 10 (+10). Hasil positif terbentuk karena serum pasien mengandung
salmonella O9, antibody tersebut akan berikatan dengan partikel magnetic untuk
mencegah partikel indikator berikatan dengan partikel magnetik. Partikel-partikel
indikator biru yang tidak berikatan tersebut melayang-layang sehingga menimbulkan
warna biru pada larutan tersebut. Rentang warnanya dan biru kemerahan jika konsentrasi
antibodi rendah, sampai biru tua jika konsentrasi antibodi tinggi.

XI. Daftar pustaka

Afifi, Salma, et al. Hospital-Based Surveillance for Acute Febrile Illness in Egypt:
A Focus on Community-Acquired Bloodstream Infections. Am. J. Trop. Med. Hyg.
2005:73(2):392-399.

Dimitrov, Tsonyo. Clinical and Microbiological Investigation of Typhoid Fever in


an Infectious Disease Hospital in Kuwait. Journal of Medical Microbiology.
2007:56:538-544.

Kelly-Hope, Louise A, et al. Geographical Distribution and Risk Factor


Associeted with Enteric Disease in Vietnam. Am. J. Trop. Med. Hyg. 2007:76(4):706-
712.

Olsen, Sonja J, et al. Evaluation of Rapid Diagnostic Tests for Typhoid Fever.
Journal of Medical Microbiology. 2004:1885-1889.

Parry, M Christopher, et al. A Rivew of Thyphoid Fever. N Engl J Med. Vol. 347.
2002: 22;1770-1782.

Anda mungkin juga menyukai