Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH DISTORSI TEGANGAN CATU PADA EFISIENSI

MOTOR INDUKSI 1,5 KW


Lukman Subekti1, Ma’un Budiyanto2
1
Dosen, Program Diploma Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
lukmansubekti@yahoo.com
2
Dosen, Program Diploma Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
m.budiyanto@ugm.ac.id

Abstrak

Pengoperasian motor induksi saat ini banyak menggunakan tegangan catu dengan bentuk
gelombang sinusoidal terdistorsi. Pengoperasian dalam kondisi tersebut mengakibatkan
unjuk kerja motor induksi dapat berubah dari aslinya. Sumber tegangan terdistorsi yang
mengandung harmonik dapat menyebabkan rugi-rugi tambahan pada motor. Penelitian ini
dilaksanakan untuk menyelidiki pengaruh bentuk gelombang tegangan terdistorsi catu daya
pada efisiensi motor induksi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengubah bentuk
gelombang terdistorsi pada frekuensi 25 Hz pada catu daya, sementara torsi mekanik motor
dipertahankan konstan. Hasil penelitian pada motor induksi 1.5 kW berbeban 0.5 N-m,
memperlihatkan bahwa kenaikan distorsi harmonik total tegangan dari 7,89 % sampai
dengan 55,56 % menyebabkan efisiensinya menurun dari 60 % hingga 48 %.

Kata kunci : pengaruh, distorsi harmonik total, efisiensi, motor induksi

1. PENDAHULUAN
Kecepatan putar motor induksi sangat dipengaruhi oleh frekuensi tegangan sumber. Jika
tegangan sumber terdapat harmonik dengan frekuensi yang bermacam-macam tentu saja
unjuk kerja motor induksi tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna seperti yang
tertulis pada papan nama (name plate). Akibatnya efisiensi motor juga akan berubah tidak
sesuai dengan rancangan aslinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi motor
induksi 1,5 kW yang dicatu oleh sumber tegangan dengan berbagai bentuk gelombang
sinusoidal terdistorsi.

Tinjauan Pustaka
Banyak pengoperasian motor induksi yang melibatkan catu tegangan bentuk gelombang
sinusoidal terdistorsi [1]. Tegangan sinusoidal tidak murni yang diberikan pada mesin-mesin
listrik dapat menyebabkan panas yang berlebihan, dan kebisingan. Rugi daya dalam motor
listrik bergantung pada spektrum frekuensi tegangan terpasang [2]. Arus harmonik dalam
motor induksi akan menimbulkan panas tambahan yang akhirnya dalam rangkaian motor
tersebut tidak dapat bekerja mencapai beban penuh [3].
Komponen harmonik baik tegangan maupun arus dalam motor induksi menyebabkan
kenaikan panas dan timbulnya torsi harmonik pada rotor. Torsi harmonik akan menghasilkan
osilasi pada putaran rotor, sehingga menaikkan kebisingan [4].
Pengaruh bentuk gelombang tegangan yang terdistorsi terhadap rugi daya, diamati oleh
Klinghsirn dan Jordan (1968) pada motor induksi 16 kW yang dioperasikan pada beban
penuh dengan frekuensi 60 Hz. Bila sumber tegangannya berupa gelombang sinusoidal, rugi
totalnya adalah 1303 W dan bila sumber tegangannya berupa gelombang kotak, maka rugi
totalnya menjadi 1600 W [5].
Motor induksi berkapasitas kecil (kurang dari 5 HP) lebih banyak dipengaruhi oleh
harmonik dari pada motor induksi yang berkapasitas lebih besar [6].

Modern Electrical Engineering Technology and Its Applications Seminar (MEETAS 2010)
20 Maret 2010, Bandung
Landasan Teori
Distorsi bentuk gelombang sinusoidal diukur dengan nilai Total Harmonic Distortion
(THD). THD bentuk gelombang tegangan sinusoidal tidak murni (Vthd) adalah perbandingan
semua nilai tegangan efektif frekuensi bukan fundamental terhadap nilai efektif tegangan
frekuensi fundamental [7]. Rumus (1) berikut adalah dengan anggapan tidak ada komponen
arus searah.
∑ V 2k
Vthd = k (1)
V12
dengan k = 2, 3, 4, 5, …
V1 = nilai efektif gelombang fundamental
Vk = nilai efektif gelombang harmonik ke-k.
Pada penelitian ini, nilai V1, V2, V3, … , Vk diperoleh dari hasil pengukuran.
Berdasarkan deret Fourier, bentuk tegangan sinusoidal tidak murni diekspresikan
dengan persamaan :
 n 
V(t) = 2 V1Sinωt + ∑ V kSin (kωt + θk ) (2)
 k =2 
dengan V(t) = sinusoidal tidak murni
V1 = tegangan fundamental
Vk = tegangan harmonik orde-k
θk = sudut fase harmonik
ω = kecepatan sudut
f = frekuensi
Tegangan fundamental dan tegangan harmonik orde ke-4, 7, 10, 13,... [3n + 1], untuk n
= 0,1,2,…, menghasilkan gaya gerak putar (magneto motive force, mmf) dengan arah yang
sama dengan putaran rotor, sehingga komponen harmonik tersebut kontribusinya adalah
torsi positif. Tegangan harmonik orde ke-2, 5, 8, 11,… , [3n + 2], untuk n = 0,1,2,… ,
menghasilkan mmf yang berputar dengan arah berlawanan dari putaran rotor, sehingga
komponen harmonik tersebut kontribusinya adalah torsi negatif.
Pada sistem 3 fase, 3 kawat, tegangan harmonik orde ke-3, 6, 9, 12, 15, ... , [3n + 3],
untuk n = 0,1,2,.., tidak menghasilkan mmf karena bentuk gelombangnya identik bernilai
sama dan sudut fasenya juga sama, sehingga komponen harmonik tersebut tidak
menimbulkan torsi. Demikian pula untuk komponen harmonik genap arusnya tidak mengalir,
sehingga tidak menimbulkan torsi.
Motor induksi yang dicatu oleh sumber gelombang tegangan sinusoidal tidak murni
dapat dihitung dengan superposisi sebagaimana motor induksi yang disuplai dengan
generator AC yang diseri. Hal ini dapat diilustrasikan seperti Gambar 1 untuk contoh salah
satu fasenya [8]. Setiap generator AC mewakili sebuah sumber tegangan sebagaimana
dirumuskan pada persamaan (2). Setiap tegangan tersebut akan menghasilkan arus pada
stator dan rotor.

√2V1 sin ωt MOTOR


1
V2w
V

INDUKSI
√2 V5 sin5ωt
fase
√2V7 sin7ωt
Netral

√2 Vk sinkωt

Gambar 1. Ilustrasi motor induksi disuplai tegangan terdistorsi dengan superposisi (tiap fase)

Modern Electrical Engineering Technology and Its Applications Seminar (MEETAS 2010) 2
20 Maret 2010, Bandung
Frekuensi aktual dari arus dalam stator adalah [k. f1 ], sedangkan di dalam rotor adalah
[k.f1.s k ] dengan f1 adalah frekuensi fundamental dan s k adalah slip untuk harmonik ke-k.
Kecepatan sinkron sebanding dengan frekuensi yang ada [ k.f1 ], yakni [ k.Ns ], N s adalah
kecepatan sinkron medan putaran di stator per menit untuk frekuensi fundamental.
Frekuensi f1 adalah frekuensi fundamental dan sk adalah slip untuk harmonik ke-k.
Kecepatan sinkron Ns adalah 120.f1/p , p adalah jumlah kutub. Sehingga slip untuk harmonik
ke-k dapat diperoleh dengan :
kNs + N r
sk = (3)
kNs
Tanda plus digunakan jika pada kenyataannya beberapa harmonik menghasilkan arah
yang sama dengan putaran rotor, sementara tanda yang lain menghasilkan arah yang
berlawanan dengan arah putaran rotor. Dalam hal ini slip berhubungan dengan nilai
fundamental, sehingga putaran rotor Nr dapat diperoleh dengan :
Nr = (1 – s) Ns (4)
Slip pada harmonik ke-k dapat ditulis :
kN s + (1 − s) N s = k + (1 − s) (5)
sk =
kN s k
Daya keluaran (Poutput) motor induksi adalah berupa putaran rotor (Nr) dan torsi (σ) yang
merupakan komponen daya mekanik. Putaran pada poros motor umumnya dinyatakan
dengan rotasi per menit (rpm), sedangkan torsi dinyatakan dengan Newton-meter (Nm).
2πN r σ
Poutput = (watt) (6)
60
Daya masukan (Pinput) adalah berupa tegangan (V) dan arus (A) serta faktor daya (cos ϕ)
yang merupakan komponen daya elektris.
Efisiensi (η) dari motor induksi dinyatakan sebagai perbandingan daya keluaran mekanik
pada poros rotor terhadap daya masukan elektris pada stator.
Poutput
η= × 100 % (7)
Pinput

Bahan atau Materi Penelitian


a. Motor induksi 3 fase, 1.5 kW, 220/380 V, 6.1/3.5 A1420 rpm.
b. Sumber tegangan dari inverter.
c. Universal Power Analyzer PM3000A

Gambar 2. Rangkaian Alat dan Bahan Penelitian

Modern Electrical Engineering Technology and Its Applications Seminar (MEETAS 2010) 3
20 Maret 2010, Bandung
Langkah Penelitian
Universal Power Analyzer disetel sesuai dengan sumber inverter dan dirangkaikan
dengan komputer pribadi, kemudian dilanjutkan langkah-langkah sebagai berikut:
a) peralatan ukur dikalibrasi terlebih dahulu,
b) motor induksi 3 fase dihubungkan dengan inverter,
c) potensio PWM diputar, frekuensi dan tegangan inverter dapat diatur,
d) voltage boost diatur, distorsi gelombang sinus modulasi dapat divariasikan, tetapi
frekuensi modulasi dan torsi keluaran dipertahankan pada nilai konstan.

2. PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan menjadi valid dengan beberapa asumsi:


a) alat ukur terkalibrasi standar,
b) torsi keluaran motor dapat dipertahankan konstan,
c) distorsi tegangan catu didasarkan pada bentuk gelombang tegangan masukan
motor dari fase 1 (channel 1),
d) analisis data dilakukan secara linear.

Distorsi Tegangan (Vthd) 12,57 %


1.5

1
Tegangan x 100 Volt

0.5

0
0 50 100 150 200 250 300 350
-0.5

-1

-1.5
Sudut (derajat)

Gambar 3. Distorsi Tegangan 12,57 % dengan Frekuensi 15 Hz.


Tampak pada Gambar 3. dengan frekuensi 15 Hz yang berasal dari inverter
menghasilkan bentuk gelombang tegangan yang tidak sinusoidal murni, tetapi terdistorsi
dengan nilai Total Harmonic Distortion (THD) 12,57 %.
Distorsi Tegangan (Vthd) 36,45 %
200

150

100
Tegangan (Volt)

50

0
0 50 100 150 200 250 300 350
-50

-100

-150
Sudut (derajat)

Gambar 4. Distorsi Tegangan 36,45 % dengan frekuensi 25 Hz


Pada Gambar 4 dengan frekuensi 25 Hz terlihat distorsi tegangan meningkat menjadi
36,45 % sehingga makin jauh dari sinusoidal. Pada bentuk gelombang tersebut sebenarnya
tersusun atas gelombang fundamental dengan frekuensi 25 Hz dan gelombang-gelombang
harmonik ke-2, harmonik ke-3 dan seterusnya. Gelombang harmonik-2 memiliki frekuensi
dua kali lipat frekuensi fundamentalnya, demikian pula harmonik-3 memiliki frekuensi tiga kali
lipatnya dan seterusnya.

Modern Electrical Engineering Technology and Its Applications Seminar (MEETAS 2010) 4
20 Maret 2010, Bandung
40

35

30

Distorsi Tegangan (%)


25

20

15

10

0
10 15 20 25 30 35 40 45 50
Frekuensi (Hz)

Gambar 5. Distorsi Tegangan akibat kenaikan frekuensi


Ada hubungan antara kenaikan frekuensi dengan tingkat kecacatan tegangan dalam
catu daya. Bila hubungan tersebut diasumsikan linear, maka distorsi tegangan memiliki
koefisien korelasi positif sebesar 0,2. Karena itu dalam penelitian ini tidak dilakukan dengan
cara mengubah-ubah frekuensi untuk mendapatkan perubahan distorsi tegangan. Sebab
perubahan frekuensi berbanding lurus dengan putaran motor induksi yang pada akhirnya
akan mempengaruhi karakteristik kerja motor.
740

735

730

725
Putaran (RPM)

720

715

710

705

700
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Vboos t (%)

Gambar 6. Pengaruh Tegangan Penguat (Vboost) terhadap Putaran Motor


Pengaruh tegangan penguatan nampaknya tidak signifikan terhadap putaran motor,
tetapi dengan pengaturan Vboost diharapkan dapat mempengaruhi distorsi tegangan catu.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pengamatan seperti pada Gambar 7.
60

50
Distorsi Tegangan (%)

40

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Vboos t (%)

Gambar 7. Pengaruh Tegangan Penguat (Vboost) terhadap Distorsi Tegangan Catu


Dari Gambar 7 menunjukkan ada korelasi positif antara tegangan penguat terhadap
distorsi tegangan catu, hal ini dapat digunakan sebagai cara untuk mengubah distorsi
tegangan catu tanpa mengubah frekuensi. Kelemahan dari cara ini adalah bahwa
pengubahan distorsinya hanya dapat diperoleh dengan rentang yang sempit. Demikian pula
cara tersebut tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai distorsi dengan pasti.

Modern Electrical Engineering Technology and Its Applications Seminar (MEETAS 2010) 5
20 Maret 2010, Bandung
0.215

0.21

0.205

aya
0.2

FaktorD
0.195

0.19

0.185

0.18

0.175
5 15 25 35 45 55 65
Dis tor s i Te gangan (%)

Gambar 8. Pengubahan Distorsi Tegangan sebagai Fungsi Faktor Daya


Dari kurva Gambar 8 tampak bahwa pengubahan distorsi tegangan dengan
frekuensi 25 Hz dan torsi beban 0,5 Nm, hampir tidak mempengaruhi faktor daya, karena
koefisien korelasinya hanya ─0.001. Dengan kata lain dari data tersebut menyatakan bahwa:
bila distorsi tegangan catu daya ke motor dinaikkan, maka faktor dayanya akan sedikit
menurun.
740

735

730

725
Putaran(RPM)

720

715

710

705

700
5 15 25 35 45 55
Dis tors i Te gangan (%)

Gambar 9. Pengaruh Distorsi Tegangan Catu terhadap Putaran Motor pada Frekuensi 25 Hz dan
Torsi Beban 0,5 Nm.
Dengan frekuensi tegangan catu dan torsi beban dipertahankan konstan, maka
tampak ada korelasi negatif terhadap putaran motor induksi. Koefisien korelasinya adalah -
0.1862. Artinya bila motor disuplai dari sumber tegangan yang makin terdistorsi, maka
putarannya akan menurun. Hal inilah yang kelak akan mempengaruhi daya keluaran (Pout put)
motor, karena daya keluaran motor berbanding lurus dengan putarannya. Pada akhirnya bila
putaran motor menurun dengan torsi beban tetap, maka berakibat efisiensi motor juga akan
menurun.
65

60
Efisiensi (%)

55

50

45

40
5 15 25 35 45 55
Dis tors i Te gangan (%)

Gambar 10. Pengaruh Distorsi Tegangan Catu terhadap Efisiensi Motor pada Frekuensi 25 Hz dan
Torsi Beban 0,5 Nm.

Modern Electrical Engineering Technology and Its Applications Seminar (MEETAS 2010) 6
20 Maret 2010, Bandung
Dengan mempertahankan frekuensi tegangan catu dan torsi beban tetap konstan, maka
tampak ada korelasi negatif terhadap efisiensi motor induksi. Koefisien korelasinya adalah
─0.1701. Maksudnya dengan meningkatnya distorsi tegangan, mengakibatkan efisiensi
motor menurun. Pada pengoperasian motor induksi dengan frekuensi 25 Hz dan torsi 0,5
Nm, kenaikan distorsi tegangan catu dari 7,89 % sampai dengan 55,56 % mengakibatkan
efisiensi motor turun dari 60 % sampai dengan 48 %.

3. PENUTUP
Kesimpulan
1. Distorsi tegangan tidak signifikan mempengaruhi faktor daya, koefisien korelasinya
hanya -0,001.
2. Pada pengoperasian motor induksi dengan frekuensi 25 Hz dan torsi 0,5 Nm, putaran
motor dipengaruhi oleh distorsi tegangan catu dengan koefisien korelasi ─0.1862.
3. Bertambahnya distorsi tegangan catu akan mengakibatkan efisiensi motor induksi
menurun, koefisien korelasinya adalah -0,1701.
4. Pada pengoperasian motor induksi dengan frekuensi 25 Hz dan torsi 0,5 Nm,
kenaikan distorsi tegangan catu dari 7,89 % sampai dengan 55,56 % mengakibatkan
efisiensi motor turun dari 60 % sampai dengan 48 %.
Saran
1. Perlu pemasangan stabilisator tegangan sumber sebelum masuk rangkaian
penelitian.
2. Perlu torsi-meter dan tacho-meter yang dapat terekam langsung, sehingga
pengukuran dapat diperoleh secara real time.

4. DAFTAR PUSTAKA

[1] Vamvakari, Kandianis, Klades, Manias, and J.Tegopoulus, 2001, Analysis of supply
Voltage Distortion Effect on Induction Motor Operation , IEEE Transactions on Energy
Conversion, Vol. 16, No. 3, Sept., 209-213.
[2] Wagner, VE., Balda, J.C., Barnes, T.M., Emanuel, A.E., Ferraro, R.J., Griffith, D.C.,
Hartman, D.P., Horton, W.F., Jewell, W.T., Mc. Eachern, A., Philleggi, D.J., Reid, W.E.,
1993, Effects of Harmonics on Equipment, IEEE Tranactions on Power Delivery, Vol.8,
April,. 672-680, New York.
[3] Wildi, T., 1997, Electrical Machines, Drives, and Power System, 3 ed., 23- 25, Prentice
Hall International Editions, New Jersey.
[4] Lipo, T. A., Krause, P. C., Jordan, H. E., 1969, Harmonic Torque and Speed Pulsations in
a Rectifier-Inverter Induction Motor Drive, IEEE Trans. Power App. and Syst, vol. PAS-88
(5),. 579-587.
[5] Arrillaga, 1985, Power System Harmonics, John Wiley & Son Ltd. New Delhi.
[6] Sen, P.K., Landa, H. A., 1990, Derating of Induction Motor Due to Waveform Distortion,
IEEE Trans. on Industry Applications, 26(6). Nov-Dec., 1102-1107.
[7] Hart, D. W., 1997, Introduction To Power Electronics, 1 ed, 38 - 43, Prentice-Hall
International, London.
[8] Klingshirn, E.A. and Jordan, 1968, Polyphase Induction Motor Performance and Losses
on Non Sinusoidal Voltage Source, IEEE, Trans. Power App. and Syst. PAS-87(3), 624-
631.

Modern Electrical Engineering Technology and Its Applications Seminar (MEETAS 2010) 7
20 Maret 2010, Bandung

Anda mungkin juga menyukai