128
Gilbreth mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Pada tahun berikutnya
jumlah lambang tersebut disederhanakan sehingga hanya tinggal 4 macam saja.
Namun, pada tahun 1947 American Society of Mechanical Engineers (ASME)
membuat standar lambang-lambang yang terdiri atas 5 macam lambang yang
merupakan modifikasi dari yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Gilbreth.
Gambar 2.1 mengilustrasikan hal ini (Sutalaksana, dkk, 2006).
1. Operasi
Kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat,
baik fisik maupun kimiawi. Mengambil infomasi maupun memberikan informasi
pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan kegiatan yang
paling banyak terjadi dalam suatu proses. Dan biasanya terjadi pada suatu mesin
atau sistem kerja, contohnya:
a. pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut.
b. pekerjaan mengeraskan logam.
c. pekerjaan merakit.
129
Praktiknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan aktivitas
administrasi, misalnya: aktivitas perencanaan atau perhitungan.
2. Pemeriksaan
Kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan
mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini
digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau
membandingkan objek tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak
menjuruskan bahan ke arah menjadi suatu barang jadi, contohnya:
a. Mengukur dimensi benda.
b. Memeriksa warna benda.
c. Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap.
3. Transportasi
Kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau
perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari
suatu operasi, contohnya:
a. Benda kerja diangkut dari mesin bubut ke mesin skrap untuk mengalami
operasi berikutnya.
b. Suatu objek dipindahkan dari lantai atas lewat elevator.
Pergerakan yang merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh
petugas pada tempat bekerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung,
bukanlah merupakan transportasi, contohnya:
a. Keramik yang mengalami pemanasan suhu tinggi sambil bergerak di atas ban
berjalan, merupakan kegiatan operasi. Walaupun keramik tersebut mengalami
perpindahan tempat tetapi perpindahan tersebut merupakan bagian dari
kegiatan pemanasan.
4. Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja ataupun
perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya
sebentar). Kejadian ini menunjukkan bahwa suatu objek ditinggalkan untuk
sementara waktu tanpa pencatatan sampai diperlukan kembali, contohnya:
130
a. Objek menunggu untuk diproses atau diperiksa.
b. Peti menunggu untuk dibongkar.
c. Bahan menunggu untuk diangkut ke tempat lain.
5. Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka
waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali, biasanya
memerlukan suatu prosedur perizinan tertentu. Lambang ini digunakan untuk
menyatakan suatu objek yang mengalami penyimpanan permanen, yaitu ditahan
atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu. Prosedur perizinan dan
lamanya waktu adalah dua hal yang membedakan antara kegiatan menunggu dan
penyimpanan, contohnya:
a. Dokumen-dokumen/catatan-catatan disimpan dalam brankas.
b. Bahan baku disimpan dalam gudang.
Selain kelima lambang standar di atas, kita bisa menggunakan lambang
lain apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktivitas yang memang terjadi
selama proses berlangsung dan tidak terungkapkan oleh lambang-lambang tadi.
6. Aktivitas gabungan
Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.
2.9.3. Macam-macam Peta Kerja
Menurut Sutalaksana, dkk (2006), pada dasarnya peta-peta bisa dibagi
dalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:
1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan.
2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat.
Kita harus bisa membedakan antara kegiatan kerja keseluruhan dan
kegiatan kerja setempat. Disebut keseluruhan bila melibatkan sebagian besar atau
semua sistem kerja yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan.
Sementara yang dimaksud dengan kagiatan kerja setempat apabila hal itu
menyangkut hanya satu sistem kerja saja yang biasanya melibatkan orang dan
fasilitas dalam jumlah terbatas. Hubungan antara kedua macam kegiatan di atas
terlihat bila untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa sistem kerja
131
dimana satu sama lainnya saling berhubungan. Misalnya di suatu perusahaan
perakitan yang mempunyai bermacam-macam mesin dalam berproduksi. Dalam
hal ini kelancaran proses produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung
pada kelancaran setiap sistem kerja. Suatu hal yang bijaksana apabila dalam
praktiknya nanti, si pelaksana pertama-tama berusaha untuk memperbaiki atau
menyempurnakan setiap sistem kerja yang ada sedemikian rupa sehingga
didapatkan suatu urutan kerja yang paling baik untuk saat itu. Barulah kemudian
menyempurnakan proses secara keseluruhan (Sutalaksana, dkk, 2006).
Secara garis besarnya cara penerapan yang baik kedua jenis peta itu dapat
dijelaskan berikut ini. Pertama, dimulai dengan membuat peta-peta kerja yang
menggambarkan kegiatan secara keseluruhan berdasarkan keadaan sekarang.
Setiap kegiatan yang berlangsung, yang terjadi dalam sistem-sistem kerja terpisah
dan telah digambarkan pada peta kegiatan keseluruhan diamati serinci mungkin.
Penganalisisan ini dilakukan dengan terlebih dahulu menggambarkan peta-peta
kerja setempat bagi setiap sistem kerja yang ada untuk menunjukkan keadaan
sekarang. Keadaan sekarang inilah yang dipelajari untuk diusahakan perbaikan-
perbaikannya. Hasil perbaikannya dinyatakan juga dalam peta-peta kerja
setempat, tetapi yang menggambarkan keadaan yang diusulkan. Setiap sistem
kerja yang telah diperbaiki rancangannya inilah yang lalu dipetakan dalam peta
kerja keseluruhan. Dengan begitu terpetakanlah secara keseluruhan semua sistem
kerja itu dalam kaitan satu sama lain. Barulah analisis keseluruhan dilakukan dan
sudah tentu diperbaiki. Hasil akhirnya dinyatakan dalam peta-peta kerja
keseluruhan untuk keadaan yang diusulkan (Sutalaksana, dkk, 2006).
Diagram alir dari langkah-langkah untuk melakukan perbaikan kerja
tersebut diperlihatkan pada Gambar 2.2. Masing masing peta kerja yang akan
dibahas dalam buku ini semuanva termasuk dalam kedua kelompok di atas
menurut Sutalaksana, dkk (2006) yaitu:
1. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan
a. Peta Proses Operasi
b. Peta Aliran Proses
c. Peta Proses Kelompok Kerja
132
d. Diagram Alir
2. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat
a. Peta Pekerja dan Mesin
b. Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri
Keenam macam peta kerja diatas merupakan peta-peta yang paling banyak
digunakan. dan keenam peta kerja tersebut juga yang akan dibahas berikut ini.
PPKK
rancangan sekarang
PPKS
rancangan sekarang
tidak
PPKS Analisis dan perbaikan
baik
baik
PPKS
rancangan baru
PPKK
dengan rancangan sistem-
sistem kerja yang telah
diperbaik
tidak
PPKK Analisis dan perbaikan
baik
baik
STOP
133
Keterangan:
PPKK = Peta-peta Kerja Keseluruhan
PPKS = Peta-peta Kerja Setempat
2.9.4. Peta Proses Operasi
Telah diuraikan bahwa sebelum dilakukan penelitian secara terperinci di
setiap sistem kerja, terlebih dahulu perlu diketahui proses yang tcrjadi sekarang
secara keseluruhan. Keadaan ini bisa diperoleh dengan menggunakan Peta Proses
Operasi. Suatu peta proses operasi (lihat contohnya pada Gambar 2.3)
menggambarkan langkah langkah operasi dan pemeriksaan yang dialami bahan
(atau bahan-bahan) dalam urut-urutannya sejak awal sampai menjadi produk jadi
utuh maupun sebagai bagian setengah jadi. Peta ini juga memuat infomasi-
informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut, seperti waktu yang
dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang
dipakai. Sesuai dengan relevansinya, pada akhir keseluruhan proses dinyatakan
keberadaan penyimpanan (Sutalaksana, dkk, 2006).
2.9.4.1 Kegunaan Peta Proses Operasi
Menurut Sutalaksana, dkk (2006), dengan adanya informasi-informasi
yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, kita bisa memperoleh banyak
manfaat di antaranya:
a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan
efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).
c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
d. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.
e. Sebagai alat untuk pelatihan kerja.
f. dan Iain-lain.
2.9.4.2 Prinsip-prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi
Menurut Sutalaksana, dkk (2006), untuk bisa menggambarkan peta proses
operasi dengan baik, beberapa pokok berikut ini perlu diperhatikan:
1. Pada baris paling atas, pada bagian “kepala“ ditulis jelas jenis peta, yaitu peta
proses operasi yang diikuti oleh identifikasi lain seperti nama objek, nama
134
pembuat peta, tanggal dipetakan, apakah itu memetakan keadaan sekarang atau
yang diusulkan, nomor peta dan nomor gambar.
2. Material yang akan diproses dinyatakan tepat di atas garis horizontal yang
sesuai, yang menunjukkan ke dalam urut-urutan tempat material tersebut
kemudian diproses.
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal dari atas ke bawah sesuai
urut-urutan prosesnya.
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan berurutan sesuai dengan
urutan operasi terkait.
5. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri
dan prinsipnva sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
Agar diperoleh gambar peta operasi yang baik, bagian produk yang paling
banyak memerlukan operasi, dipetakan terlebih dahulu, dan ini dilakukan pada
bgaian peta sebelah kanan. Secara sketsa, prinsip-prinsip pembuatan peta proses
operasi diperlihatkan pada Gambar 2.110 (Sutalaksana, dkk, 2006).
Arah material yang masuk dari proses
MI MI MI MI
O-N
W N
Pro
du
W -N N k
uta
MI
135
Keterangan :
W = Waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi atau pemeriksaan, biasanya
dalam jam.
O-N = Nomor urut kegiatan operasi tersebut.
I-N = Nomor urut kegiatan pemeriksaan tersebut.
M = Menunjukkan mesin atau tempat dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.
Semua operasi telah digambarkan dengan lengkap, pada akhir halaman
dicatat tentang ringkasannya yang memuat informasi-informasi seperti: jumlah
operasi, jumlah pemeriksaan, dan jumlah waktu yang dibutuhkan.
2.9.4.3. Contoh Peta Proses Operasi
Sekarang kita ikuti contoh pembuatan suatu peta proses operasi untuk
pembuatan sejenis kursi kuliah yang dipakai ITB. Agar pembaca bisa memahami
cara pembuatan peta proses operasinya, adapun gambar kursi kuliah pada Gambar
2.111.
136
diberikan waktu tertentu. Dalam hal ini para pemeriksa dianggap sudah mmapu
bekerja secara tetap/biasa (Sutalaksana, dkk, 2006).
Menurut Sutalaksana, dkk (2006) keterangan yang lebih lengkap tentang
operasi dan pemeiksaan untuk pembuatan kursi kuliah adalah sebagai berikut:
a. Operasi 1
Besi profil yang panjangnya rata-rata 6 meter diukur sesuai ukuran rangka-
rangka untuk kursi tesebut.
b. Operasi 2
Setelah ukurannya sesuai, kemudian profil tersebut dipotong dengan
menggunakan gergaji besi.
c. Operasi 3
Untuk keperluan penggabungan nanti, ada beberapa bagian dari profil
tesebut yang perlu dilubangi sesuai dengan ukuran baut, dengan menggunakan
mesin bor.
d. Operasi 4
Bagian profil yang dipotong dan yang dilubangi, dihaluskan oleh gerinda
dan secara keseluruhan profil tersebut disisihkan dari kotoran terutama karat oleh
amplas.
e. Pemeriksaan 1
Profil-profil yanga telah dipotong diperiksa ukuannya, agar pada saat
disambungkan dengan las, satu sama lain bertemu secara pas.
f. Operasi 5
Profil-profil tersbut yang telah dipotong disambungkan dengan las karbit,
membentuk rangka kursi.
g. Pemeriksaan 2
Hasil pengelasan diperiksa untuk menemukan jika ada bagian yang belum
tersambung dengan baik.
Langkah-langkah proses pembuatan rangka besi dipetakan di bagian
paling kanan dari kertas, komponen-komponen lainnya dipetakan berturut-turut di
sebelah kirinya.
137
h. Operasi 7
Kayu jati yang dibentuk papan diserut sehingga permukaan cukup halus
dan mencapai ketebelan yang sesuai.
i. Operasi 8
Papan digambar dengan menggunakan mal untuk membuat tempat duduk
sesuiai yang dengan bentuk yang diinginkan.
j. Operasi 9
Setelah diukur, kemudian dipotong dengan gegaji.
k. Pemeriksaan 3
Hasi pemotongan diperiksa untuk ketepatan ukurannya.
l. Operasi 10
Agar kursi tersebut nyaman dipakainya, tempat duduk tersebut dibentuk
dengan menggunakan serutan supaya sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
m. Operasi 11
Setelah tebentuk, dihaluskan dengan amplas dan dempul berulang-ulang
sampai betul-betul halus.
n. Operasi 12
Tempat duduk yang sudah halus, dibersihkan dari kotoran kemudian
dipenis sampai mengkilap.
o. Pemeriksaan 4
Sambil diperiksa baik warna maupun kualitas hasil penisnya.
Cara-cara mencantumkan masuknya bahan ke dalam proses, misalnya:
besi profil, papan, dempul, amplas, dan lain-lain. Digambarkan dengan garis
horizontal yang masuk ke dalam garis vertikal tepat di atas proses yang
menggambarkan pemanfaatan bahan-bahan (Sutalaksana, dkk, 2006).
Adakalanya dalam membuat peta proses operasi suatu objek, kita perlu
melakukan modifikasi agar peta proses operasi tersebut bisa lebih luas
pemakaiannya. Beberapa modifikasi yang sudah biasa digunakan dalam membuat
peta proses operasi dapat dilihat pada gambar 2.113 (Sutalaksana, dkk, 2006).
138
Komponen tambahan Komponen utama
O-2 O1
O-3
O-4
O-5
-2
Ulangi 3 kali
Menggambarkan
3 ulangan
(perhatikan urutan nomor) O-12
O-14 O-13
Alternatif lain
139
Gambar tersebut menunjukan bahwa setelah proses perakitan antara
komponen utama dengan komponen tambahan pada operasi 3 yang bersamaan
dengan pemeriksaan 1, proses dilanjutkan dengan operasi 4, operasi 5 dan
pemeriksaan 2, masing-masing diulangi 3 kali, perhatikan bahwa operasi setelah
ulangan-ulangan tersebut bernomor 0-12, bukan 0-6. Setelah operasi 12
dipelihatkan kemungkinan modifikasi cara memetakan yang lain. Dalam hal ini
terdapat pilihan proses yang dapat diikuti selanjutnya. Dicontohkan pada gambar
adanya dua pilihan (Sutalaksana, dkk, 2006).
2.9.4.4. Analisis Suatu Peta Proses Operasi
Pemetaan selesai dilakukanlah, maka analisis data keadaan sekarang dari
sistem-sistem kerja yang dipetakan. Maksudnya adalah mencari kelemahan-
kelemahannya untuk kemudian dikoreksi. Sedangkan tujuannya adalah
mendapatkan rancangan yang lebih baik (Sutalaksana, dkk, 2006).
Menurut Sutalaksana, dkk (2006) ada empat hal yang perlu diperhatikan
aga hal-hal tersebut telaksana dengan baik, yaitu melalui analisis sistematik dan
kritis tehadap bahna-bahan, operasi, pemeriksaan dan waktu penyelesaian suatu
proses yaitu:
a. Bahan-bahan
Kita harus mempertimbangkan semua alternatif dari bahan yang
digunakan, proses penyelesaian dan toleransi sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan tuntutan fungsi, keandalan dan waktunya.
b. Operasi
Dipertimbangkan semua alternatif yang mungkin untuk proses
pengolahan, pembuatan, pengejaan dengan mesin atau metoda perakitannya.
Demikian juga dengan alat-alat dan pelengkapan yang digunakan. Perbaikan yang
mungkin bisa dilakukan misalnya dengan menghilangkan, menggabungkan,
mengubah atau menyederhanakan opersai-operasi yang terjadi.
c. Pemeriksaan
Objek dikatakan kualitasnya telah memenuhi syarat jika telah
dibandingkan dengan acuannya tenyata bemutu lebih baik atau sekurang-
kurangnya sama. Poses pemeriksaan bisa dilakukan satu per satu atau dengan
140
teknik sampling. Tentunya cara yang pertama umumnya cocok apabila jumlah
produk yang diperiksanya sedikit.
d. Waktu
Mempersingkat waktu penyelesaian, kita harus mempertimbangkan semua
altenatif mengenai metode, peralatan dan tentunya penggunaan pelengkapan-
perlengkapan khusus.
2.9.4.5. Penutup untuk Peta Proses Operasi
Diuraikan bahwa peta proses operasi berfungsi untuk melihat keadaan
proses secara lengkap atau keseluruhan, untuk keperluan pada tingkat lebih
rincian dapat digunakan peta aliran proses.
141