Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :
NAMA : Gloria Natasya Sitompul
NIM : P07520118072
KELAS : III-B DIII KEPERAWATAN
DOSEN PENGAMPU : Afniwati,S.Kep,Ns,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2020/2021

1
Resume Trend dan Issue Keperawatan Jiwa
A. Trend curent issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap
ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam
tatanan regional maupun global.
Ada beberapa trend penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
2. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
3. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa
4. Kecenderungan situasi di era globalisasi
5. Perubahan Orientasi Sehat
6. Kecenderungan Penyakit
7. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder
8. Meningkatnya Masalah Psikososial
9. Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja
10. Masalah Napza dan HIV/AIDS
11. Pattern Of Parenting dalam Keperawata Jiwa
12. Masalah Ekonomi dan Kemiskinan

B. Trend dalam Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri


Sejarah Keperawatan mental psikiatri muncul sebagai sebuah profesi pada awal abad ke-
19. Kemudian sejak tahun 1940 keperawatan mental psikiatri mulai berkembang pesat,
tetapi pelayanan masih terpusat di Rumah Sakit (Antai Otong, 1994). Hal ini terjadi
sejalan dengan program deinstitusionalisasi. Deinstitusionalisasi adalah suatu program
pembebasan klien gangguan jiwa kronik dari institusi rumah sakit dan mengembalikan
mereka ke lingkungan rehabilitas di masyarakat (Lefley, 1996). Angka kejadian
gangguan jiwa dapat diminimalkan dengan menggunakan cara-cara preventif seperti
menemukan kasus-kasus secara dini, diagnosa dini da intervensi krisis (Gerald Kaplan
dikutip oleh Antai Otong, 1994).

2
C. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri Globalisasi
Leininger (1973) mengemukakan 3 kunci utama dalam proses tersebut : pengalaman dan
pendidikan perawat, peran, dan fungsi perawat serta hubungan perawat dengan profesi
lain di komunitas. Reformasi dalam pekayanan kesehatan ini te;ah menuntut perawat
untuk merendefenisi perannya. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek
pencegahan dan promosi kesehatan sudah saatnya mengembangkan “community based
care” (Lefley, 1996).
Kurangnya dukungan tenaga, biaya, dan fasilitas yang tersedia menantang perawat
mental psikiatri dan profesi lain untuk memaksimalkan sumber-sumber yang tersedia dan
mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam memenuhi kebuuhan masyarakat (Antai
Otong, 1994). Sehubungan dengan hal itu, adalah penting untuk mengembangkan
pendidikan keperawatan (Suhaemi, 1997), terutama keperawatan mental psikiatri yang
bekerja di rumah sakit jiwa maupun di komunitas paling rendah pada level universitas
(Jintana, 2002).

D. Issue Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri


1. Stuart Sundeen (1998) mengemukakan bahwa hasil riset Keperawatan Jiwa
masih sangat kurang.
2. Perawat psikiatri yang ada kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan
yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang bisa diakui secara
Internasional.
3. Perbedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali
tidak jelas dalam “Position Description,” job responsibility dan system reward di
dakam pelayanan keperawatan dimana mereka bekerja (Stuart Sudeen, 1998).
4. Di negara lain pun mempunyai kecenderungan yang sama, hasil penelitian di Ireland
menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai persepsi yang salah tentang peran
perawat psikiatri (Wells, 2000).

E. Upaya Profesi Keperawatan Mental Psikiatri di Indonesia


Dalam menghadapi trend dan issue yang berkembang, profesi keperawatan mental
psikiatri di Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti membuat standar praktek
keperawatan jiwa di rumah sakit, membuat model prakek keperawatan professional
(MPKP) di rumah sakit jiwa, dan mengadakan berbagai pelatihan seperti pelatihan
asuhan keperawatan jiwa dan pelatihan “clinical instructur” bagi perawat mental

3
psikiatri. Akan tetapi, mungkin masih banyak yang masih perlu dibenahi dan
ditingkatkan agar mampu menghadapi segala tantangan di masa depan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus menjadi perhatian profesi keperawatan
mental psikiatri dalam menghadapi trend dan issue pelayanan keperawatan mental
psikiatri di era globalisasi :
1. Fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas
(community based care) yang memberi penekanan pada preventif dan promotif.
2. Meningkatkan penelitian tentang keperawatan mental psikiatri, terutama
keperawatan jiwa klinik.
3. Seharusnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
4. Estin (1999), menekankan bahwa untuk membina trust dan hubungan terapeutik
dengan klien dan untuk mencegah penundaan dalam mendiagnosa kebutuhan klien,
perawat perlu memahami budaya, nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap klien terhadap
penyakitnya.
Tidak Punya Biaya Menyekolahkan Anak, Ibu Rumah Tangga Bunuh Diri
Bekasi, Kompas - Suwarni (34), ibu rumah tangga yang tengah hamil empat bulan,
menenggak racun cair serangga yang menewaskannya di kamar mandi rumah
kontrakannya di Kampung Pinggir Rawa RT 03 RW 03, Bekasi Jaya, Bekasi Timur,
Senin (2/8) malam.
Ibu dua anak ini ditemukan dalam keadaan tewas oleh suaminya, Supriyono (36), dan
warga yang mendobrak pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam. Suwarni sudah tak
bernyawa tatkala ditemukan.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi merupakan salah satu
masalah yang paling sering menyebabkan gangguan jiwa di Indonesia. Himpitan
ekonomi yang semakin besar dikarenakan penghasilan yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dapat menjadi salah satu pencetus untuk seseorang bunuh
diri. Saat ini masalah ganguan jiwa semakin meningkat. Beban hidup yang semakin
berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa.
Terutama karena meningkatnya harga-harga semua bahan pokok, BBM dan adanya era
globalisasi.
Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah karena gangguan
sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu masalah keuangan.
Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang yang merupakan kalangan
kelas bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat menyerang baik itu orang kalangan

4
bawah, menengah maupun kelas atas. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik
dalam lingkungan dan tidak dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam
hidupnya maka seseorang akan cenderung untuk mengalami gangguan jiwa. Dari
berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-tindakan yang
dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau pengingkaran diri akan kondisi atau
kenyataan yang ada. Pasien cenderung tidak mampu menerima kondisi yang ada
sehingga muncul suatu keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung
jawab tersebut. Dan dalam kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri
pasien adalah dengan melakukan bunuh diri.
Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang menjadi trend issue dalam keperawatan
jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi, tingkat pendidikan bahkan beban kerja yang
dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif terakhir dalam menyelesaikan masalah yang
dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir inilah yang seharusnya menjadi pusat garapan
perawat-perawat jiwa untuk meluruskan kembali persepsi yang berkembang di
masyarakat mengenai tindakan bunuh diri. Hal ini berguna untuk rehabilitasi pasien yang
pernah mencoba untuk melakukan tindakan tersebut dan juga untuk pencegahan
terjadinya tindakan ini yang semakin marak. Segala tindakan pencegahan dan rehabilitasi
ini tentu akan terlaksana dengan dukungan dari segala pihak baik pemerintah maupun
bidang kesehatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai