Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membuat keputusan-keputusan adalah fakta, bahwa pemimpin tingkat
pertama mengenal para pekerja dan situasi lokal dan 1a biasanya berada
dalam posisi terbaik untuk mengambil keputusan-keputusan yang paling tepat
sehubungan dengan kebutuhan kelompok khususnya. Juga tidak usah
diragukan lagi bahwa pemimpin pada puncak tangga berada dalam posisi
sebaiknya untuk mengetahui bagaimana keputusan tertentu akan
mempengaruhi kelompok-kelompok lain di dalam organisasi yang
bersangkutan atau persoalan-persoalan besar lainnnya di dalam jangkauan
kekuasaannya. Ia mengetahui bagaimana situasi yang sama telah diselesaikan
pada tempat-tempat lain dan bagaimana hasilnya. Ia berada dalam posisi
terbaik, untuk mengambil keputusan yang paling tepat ditinjau dari sudut
kedudukannya.
Apabila keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat
ditinjau dari kedua macam sudut pandangan, maka tidak akan ada konflik
opini. Tetapi, apabila dicapai keputusan yang berbeda dipandang dari sudut
kedua macam pandangan, maka kualitas-kualitas kepemimpinan dan kerja
sama team menemukan batu ujian mereka yang terberat. Keputusan yang tepat
mungkin mencapai bentuk yang salu atau yang lain, ataupun merupakan suatu
kompromis.1

1
Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm 103

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?
2. Apa sajakah dasar-dasar pengambilan keputusan?
3. Apa sajakah jenis-jenis pengambilan keputusan?
4. Bagaimana proses pengambilan keputusan?
5. Apa sajakah factor-factor yang memengaruhi pengambilan keputusan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengambilan Keputusan


Fokus bab ini adalah pengambilan keputusan, yang dideflnisikan
sebagai proses memilih tindakan tertentu dalam menghadapi masalah atau
menangani kesempatan yang ada. Kualitas keputusan yang diambil para
manajer adalah tolok ukur keefektifan mereka. Kadang-kadang, satu atau dua
keputusan yang baik atau buruk dapat sangat mempengaruhi kesuksesan
karier individu atau bahkan kesuksesan organisasi.
Pengambilan keputusan adalah hal yang sangat penting dan dapat
memberikan pengaruh yang sangat signifikan. Beberapa orang mengatakan
bahwa hakikat manajemen adalah ‘pengambilan keputusan’. Meskipun begitu,
sangat keliru jika kita menganggap hanya manajer yang melakukan
pengambilan keputusan. Karena itu, meskipun pengambllan keputusan adalah
proses manajerial yang penting, pada dasarnya pengambilan keputusan adalah
proses yang dijalani setiap individu. Bab ini menggambarkan dan
menganalisis pengambilan keputusan, yakni bagairnana seseorang mengambil
keputusan berdasarkan pemahaman mereka tentang tujuan dan target individu,
kelompok dan organisasi.2
B. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar
pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu:
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau
perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena

John M. Ivancevich, Robbert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan


2

Manajemen Organisasi Edisi Ketujuh, terj. Dharma Yuwono, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm.
158

3
pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki
manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang
dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan
untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang
yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam
membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama
dengan peristiwa yang terjadi kini.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan
keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat
kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi,
sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat
itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya
dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang
lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini
juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
5. Logika/Rasional
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu
studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam
proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang
berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif,
logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil
atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan

4
mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Kejelasan masalah
b. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin
dicapai
c. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya
dan konsekuensinya
d. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai
kriteria
e. Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik didasarkan
atas hasil ekonomis yang maksimal.3

C. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan


Manajer didalam setiap organisasi dapat dibedakan berdasarkan latar
belakang, gaya hidup atau jarak mereka dengan bawahan, tetapi cepat atau
lambat mereka semua harus melakukan pengambilan keputusan. Meskipun
pengambilan keputusan itu bersifat sangat partisipatif (dengan keterlibatan
penuh dari bawahan), manajerlah yang bertanggung jawab penuh terhadap
hasil keputusan. Pada bagian ini, kita akan melihat sistem klasitikasi yang
dapat membedakan berbagai jenis keputusan, terlepas apakah manajer
melakukan pengambilan keputusan tersebut sendiri, dengan berkonsultasi,
atau mendelegasikannya pada bawahan.
Para peneliti dalam bidang pengambilan keputusan telah
mengembangkan beberapa klasifikasi tipe keputusan. Kebanyakan klasifikasi
ini serupa satu sama lain; yang berbeda hanya terminologi atau istilah yang

3
Abu Bakar, “Pengambilan Keputusan dalam Organisasi”,
http://computeraddict13.blogspot.sg/2015/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html?m=1,
(diakses pada 24 April 2018)

5
digunakan. Kita akan menggunakan klasitikasi yang dikemukakan oleh
Herbert Simons. Simon membedakan dua tipe keputusan:
1. Keputusan terprogram, ketika situasi tertentu sering terjadi, sebuah
prosedur rutin akan dibuat untuk mengatasi situasi tersebut. Sebuah
keputusan disebut keputusan terprogam jika bersifat berulang, rutin,
dan memiliki prosedur penanganan yang baku. Sebagai contoh,
perusahaan Land’s End memiliki prosedur tenantu yang harus diikuti
ketika konsumen mengajukan keluhan tentang pemesanan mereka.
Setiap langkah sudah ditetapkan untuk merespons setiap keluhan
konsumen secara cepat.
2. Keputusan tidak terprogram, sebuah keputusan disebut keputusan
tidak terprogam ketika benar-benar baru dan tidak terstruktur. Tidak
ada prosedur yang pasti dalam menangani masalah tersebut, baik
karena belum pernah ditemukan situasinya yang sama sebelumnya
atau karena bersifat sangat kompleks atau sangat penting. Keputusan
seperti ini membutuhkan penanganan khusus. Individu yang mengikuti
kursus online pada perusahaan-perusahaan e-learning seperti
LearnKey, Digital Think, Skill Soft, NetG, dan HighTech Campus
kadang-kadang mengalami kesulitan dalam melakukan pendaftaran,
menyelesaikan tes kompetensi, atau men-download hard copy dari
dokumen dan bahan kursus yang ada pada situs web perusahaan
tersebut. Petugas pusat layanan teknis untuk konsumen di setiap
perusahaan ini harus memberi respons terhadap setiap “pengecualian”
ini. Pengecualian ini dapat berupa situasi, kejadian, atau problem yang
tidak rutin. Setiap perusahaan yang saling berkompetisi dalam bisnis
e-learning ini harus menangani dengan seefektif mungkin setiap
situasi keputusan tidak terprogram (pengecualian) ini. Meskipun
klasifikasi ini bersifat sangat luas dan umum, klasifikasi ini sudah
dapat menunjukkan pentingnya pembedaan antara keputusan

6
terprogram dan keputusan tidak terprogram. Pihak manajemen pada
kebanyakan organisasi menghadapi sangat banyak keputusan
terprogram dalam operasional sehari-hari mereka. Keputusan seperti
ini harus ditangani tanpa perlu menghabiskan sumber daya organisasi
yang tidak perlu.
Di sisi lain, keputusan yang tidak terprogram harus bisa
diidentinkasi dengan baik, karena untuk jenis keputusan yang seperti
inilah kita menghabiskan alokasi sumber daya bemilai milyaran dolar
dalam perekonomian kita setiap tahunnya. Sayangnya, pengetahuan
proses sumber daya manusia yang terlibat dalam jenis keputusan ini
masih sangat sedikit.4

D. Proses Pengambilan Keputusan


Keputusan harus dilihat sebagai alat dan bukan sebagai sebuah akhir.
Hal ini adalah sebuah mekanisme organisasi, dimana sebuah usaha dilakukan
untuk mencapai keadaan yang diinginkan. Karena itu, hal ini adalah respon
origanisasi terhadap sebuah masalah. Setiap keputusan adalah hasil dari
proses dinamis yang dipengaruhi oleh beberapa macam pengaruh. Proses
pengambilan keputusan yang rasional. Meskipun begitu, pembaca tidak boleh
menganganggap bahwa pengambilan keputusan adalah sebuah prosedur yang
pasti. Hal ini bersifat sekuensial dan tidak berwujud langkah-langkah serial.
Kita bisa melihat bahwa ini lebih tepat untuk diaplikasikan pada
keputusan tidak terprogram dibandingkan untuk keputusan terprogram.
Masalah yang sering muncul, dengan ketidak pastian yang tinggi mengenai
hasil, mengharuskan manajer melakukan keseluruhan proses. Sedangkan
untuk masalah yang sering muncul tidak ada keharusan ini. Jadi, jika sudah
ada kebijakan yang disusun untuk menangani masalah seperti ini, kita tidak
John M. Ivancevich, Robbert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan
4

Manajemen Organisasi Edisi Ketujuh, terj. Dharma Yuwono, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm.
159

7
perlu lagi mengembangkan dan mengevaluasi alternatif setiap kali masalah
serupa muncul. Proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Penetapan target dan tujuan spesifik serta pengukuran hasil
2. Identifikasi dan definisi masalah
3. Penetapan prioritas
4. Mempertimbangkan penyebab masalah
5. Pengembangan solusi alternatif
6. Evaluasi terhadap seluruh solusi alternatif
7. Memilih solusi
8. Implementasi
9. Tindak lanjut5

E. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan


1. Posisi/Kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang
dapat dilihat dalam hal berikut:
a. Letak posisi
Dalam hal ini apakah ia sebagai pembuat keputusan (decision
maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
b. Tingkatan posisi
Dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan,
organisasional, operasional, teknis.

2. Masalah

5
Ibid., hlm. 161-167

8
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi peng-halang untuk
tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa yang
diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus diselesaikan.
3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang
berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan
pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat. Faktor-
faktor itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak
berubah-ubah atau tetap keadaanya.
b. Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor
yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
4. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-
sama menentukan daya gerak, daya ber-buat atau kemampuan kita.
Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya-sumber
daya.6

6
Fitri Harsono, “Pengambilan Keputusan dalam Organisasi”,
http://fitriharsono.blogspot.sg/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html?m=1, (diakses
tanggal 7 Mei 2018)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengambilan keputusan adalah proses memilih tindakan tertentu dalam
menghadapi masalah atau menangani kesempatan yang ada.
2. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
Menurut George R.Terry dan Brinckloe:
a. Intuisi
b. Pengalaman
c. Fakta
d. Wewenang
e. Logika/Rasional
3. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
Simon membedakan dua tipe keputusan:
a. Keputusan terprogram, sering, terulang-ulang serta memiliki prosedur
penanganan yang baku.
b. Keputusan tidak terprogram, sebuah keputusan yang benar-benar baru
dan tidak terstruktur.
4. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Penetapan target dan tujuan spesifik serta pengukuran hasil
b. Identifikasi dan definisi masalah
c. Penetapan prioritas
d. Mempertimbangkan penyebab masalah
e. Pengembangan solusi alternative
f. Evaluasi terhadap seluruh solusi alternatif
g. Memilih solusi

10
h. Implementasi
i. Tindak lanjut
5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan
a. Posisi/Kedudukan
b. Masalah
c. Situasi
d. Kondisi

B. Saran
Kami sebagai penulis sadar betul bahwa makalah yang kami sajikan
tidaklah sempurna. Maka dari itu, kami mengharap pembaca sekalian mau
memberikan kritik dan saran yang membangun guna menyusun makalah yang
lebih baik untuk kedepannya dan bermanfaat bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Winardi. 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Rineka Cipta.


John M. Ivancevich, dkk. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi Edisi
Ketujuh. Dharma Yuwono (penerjemah). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Abu Bakar, “Pengambilan Keputusan dalam
Organisasi”,http://computeraddict13.blogspot.sg/2015/05/pengambilan-keputusan-
dalam-organisasi.html?m=1, (diakses pada 24 April 2018)

Fitri Harsono, “Pengambilan Keputusan dalam Organisasi”,


http://fitriharsono.blogspot.sg/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-
organisasi.html?m=1, (diakses tanggal 7 Mei 2018)

12

Anda mungkin juga menyukai