Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

KARAKTERISTIK GELOMBANG DI PERAIRAN SELAT TIWORO DITINJAU DARI


PERSPEKTIF DINAMIKA METEOROLIGI
Kecamatan Tiworo Kepulauan Kabupaten Muna Barat

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara geografis Selat Tiworo dan pulau-pulau kecil disekitarnya terletak pada posisi

geografis 04035'00,48" - 04043'58,97" LS dan 122014'48,59" - 122026'33,32" BT memiliki luas

kawasan sekitar 27.936 Ha. Secara administratif, Selat Tiworo termasuk ke dalam wilayah

Kecamatan Tiworo Kepulauan, Kabupaten Muna Barat. Adapun secara geografis, Selat Tiworo

berbatasan dengan Kabupaten Kendari di sebelah utara, sebelah selatan dengan Kabupaten

Muna, sebelah barat dengan perairan Selat Buton, dan sebelah timur dengan perairan Kabupaten

Kendari.

Dinamika Meteorogi merupakan suatau kajian alam yang selalu terjadi di atmosfer bumi.

Kata dinamika merupakan suatu bentuk perubahan yang bersifat cepat atau lambat, kecil atau

besar, yang sifatnya nyata dan berhubungan dengan kondisi suatu perubahan (Kartono, 2007). .

Katameteorologi memiliki pengertian sebagai ilmu yang mendalami kajian tentang fenomena di

atmosfer seperti radiasi matahari, suhu, kelembaban, angin, tekanan udara (Adlrian, 2008). Kata

dinamika meteorologi memiliki pengertian suatu bentuk perubahan yang sifatnya kecil maupun

besar, cepat atau lambat di atmosfer bumi yang berhubungan dengan fenomena radiasi matahari,

suhu, kelembaban, angin dan tekanan udara (Kartono, 2007).

Gelombang/ombak yang terjadi dilautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam

bergantung kepada pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan angin

(gelombang angin), gaya tarik menarik bumi, gravitasi bulan dan matahari (gelombang pasang–
surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di laut (gelombang tsunami), atau gelombang yang

disebabkan gerakan kapal (Adlrian, 2008) dalam (Muliddin, 2017). Angin yang bertiup di atas

permukaan laut merupakan pembangkit arus dan juga pembangkit utama gelombang. Ada dua

istilah untuk menggambarkan gelombang di laut yaitu "Sea wave" dan "Swell". Sea wave

merupakan gelombang laut yang masih berada di dalam pengaruh angin dan bentuknya sangat

tidak teratur sedangkan swell adalah gelombang yang lebih panjang dari sea wave dan sudah

keluar dari pengaruh angin serta bentuknya sudah teratur. Swell dibentuk oleh gelombang-

gelombang frekuensi atau panjang gelombangnya hampir sama (Aziz, 2006).

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena

adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara

tinggi ke bertekanan udara rendah. Perubahan angin musim (musim barat dan musim timur)

mengakibatkan perubahan lingkungan perairan dalam satu kawasan. Umumnya kondisi air laut

tenang pada masa transisi karena terjadi pergantian dominasi angin baratan menjadi angin

timuran atau sebaliknya (Nontji, 1987). Pergerakan angin dapat mengakibatkan karakteristik

massa air di laut salah satunya adalah terjadinya perubahan arah arus permukaan dan gelombang

laut.

Informasi gelombang laut di manfaatkan untuk menunjang berbagai kegiatan kelautan,

baik informasi gelombang untuk kegiatan kelautan jangka pendek maupun jangka panjang.

Informasi gelombang untuk kegiataan kelautan jangka pendek dapat di manfaatkan untuk operasi

kegiataan di pantai dan lepas pantai, seperti operasi pelabuhan dan pengeboran minyak, efisiensi

dan keselamatan pelayaran, sarana olah raga dan penangkapan ikan. Sedangkan informasi

gelombang untuk kegiataan kelautan jangka panjang dapat di manfaatkan sebagai perencanaan

pembangunan atau desain bangunan pelabuhan, bangunan untuk pengoboran minyak ataupun
bangunan pembangkit tenaga listrik, serta menentukan transpor sedimen yang terjadi di pantai

dan perubahan garis pantai.

Untuk memeperoleh informasi perairan jangka panjang atau iklim maritim perlu di

lakukan kajian-kajian yang mendalam tentang berbagai interaksi antara atmosfer, laut dan

daratan. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengkaji bagaimana karakteristik

gelombang laut dan sebaran pola angin baik pada musim timur ataupun musim barat.

1.2. Rumusan Masalah

Informasi gelombang maupun pola angin merupakan bagian terpenting untuk informasi

cuaca kelautan. Pada bulan-bulan tertentu terjadi gelombang tinggi sehingga mengakibatkan

kecelakaan atau tenggelamnya kapal yang menelan korban jiwa maupun harta benda, disampimg

itu nelayan sulit melaut dikarenakan gelombang tinggi. Sering terjadi gelombang tinggi dapat

mengganggu kelancaran transportasi antar pulau yang berdampak pada kehidupan di darat,

seperti kelangkaan bahan pangan di beberapa pulau kecil serta pelayanan kesehatan di pulau-

pulau kecil dan terganggunya berbagai aktifitas pembangunan karena terhambatnya suplai bahan

kontruksi.

Dampak tinggi gelombang seperti yang telah di uraikan dapat di cegah atau di kurangi

jika karakteristik gelombang serta pola angin disetiap wilayah penelitian di pahami dengan baik,

Sehingga kegiatan-kegiatan dapat direncanakan sesuai dengan karakter gelombang wilayah

penelitian.

Perilaku gelombang tinggi dan tingkat kerawanannya di wilayah indonesia umumnya dan

wilayah penelitian khususnya saat ini belum di pahami dengan baik, oleh karena itu perlu di

lakukan kajian.
1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mendapatkan arah dan kecepatan angin dominan yang membangkitkan gelombang pada kedua

periode angin musim.

b. Mengetahui secara sapasial maupun temporal temporal/ bulanan arah dan tinggi gelombang

laut (gelombang signifikan dan gelombang maksmum) di sekitar perairan Selat Tiworo.

c. Mendeteksi secara spasial wilayah-wilayah perairan yang mengalami kejadian gelombang

tinggi pada masing-masing bulan selama periode 2018-2019.

d. Mengetahui secara spasial maupun temporal frekuensi tinggi gelombang 2 meter atau lebih

(gelombang berbahaya bagi nelayan) pada masing-masing bulan periode 2018-2019.faat

1.4. Manfaat

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Dapat dijadikan referensi untuk menentukan pola iklim (terutama iklim laut) di sekitar wilayah

selat tiworo

b. Memberika informasi kepada masyarakat maupun pengguna jasa lainnya, kapan terjadi

gelombang laut maksimum disekitar wilayah penelitian agar dapat mengambil keputusan dala

perencanaan.

c. Meningkatkan ilmu penegetahuan khususnya tentang pengaruh angin musim (Monsun)

terhadap gelombang laut sehingga dapat menjadi inspirasi dalam penelitian lebih lajut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Angin Muson

Pergerakan semu matahari setiap tiga bulan menyebabkan perpindahan lokasi pemanasan

permukaan bumi. Dampak dari fenomena ini menyebabkan perbedaan tekanan udara pada

Belahan Bumi Utara (BBU) dan Belahan Bumi Selatan (BBS). Indonesia yang berada pada garis

katulistiwa merupakan daerah lintasan pergerakan udara sebagai akibat dari perbedaan tekanan

udara pada kedua belahan bumi ini yang dikenal sebagai angin muson. Angin muson secara

bergantian bergerak melintasi wilayah Indonesia sepanjang tahun dengan periode enam bulan

yakni bulan April hingga September (angin muson timur) dan Oktober hingga maret (angin

muson barat) . Akibat dari angin muson ini wilayah Indonesia mengalami dua musim dalam satu

tahun yaitu musim hujan pada saat muson barat dan musim kemarau pada saat muson timur

(Dida,dkk.2016).

2.1.1. Musim Barat

Musim Barat (Muson Barat) terjadi pada bulan Oktober hingga Februari, pada periode ini

matahari berada di belahan bumi selatan, mengakibatkan belahan bumi Selatan khususnya

Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari daripada benua Asia. Akibatnya di

Australia bertemperatur tinggi dan tekanan udaranya rendah (minimum). Sebaliknya di Asia

yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya rendah dan tekanan udaranya tinggi

(maksimum). Oleh karena itulah terjadi pergerakan angin dari benua Asia ke benua Australia.

Angin dari benua Asia ini akan dibelokkan oleh gaya Coriolis pada saat melintasi Khatulistiwa

dan terbentuklah angin monsun baratan. Dikarenakan angin ini melewati Samudra Pasifik dan

Samudra Indonesia serta Laut Cina Selatan sehingga angin ini akan membawa banyak uap air
dan mengakibatkan adanya curah hujan yang cukup tinggi terutama di wilayah Indonesia bagian

Barat ( Yananto, 2017).

2.1.2. Musim Timur

Dalam bulan Juni-Juli-Agustus (JJA) terjadi sebaliknya, terdapat tekanan rendah di Asia

dan sel tekanan tinggi di Australia, maka pada periode JJA bertiup angin dari tekanan tinggi di

benua Australian menuju ke tekanan rendah di Asia, angin ini disebut Monsun Timur atau

Monsun Tenggara. Saat matahari berada di belahan bumi utara, menyebabkan benua australia

terjadi musim dingin, sehingga bertekanan tinggi. Sedangkan benua asia lebih panas, sehinnga

bertekanan rendah (Ramlan, 2012).

2.1.3. Musim Peralihan

Pada musim peralihan matahari bergerak melintasi khatulistiwa sehingga angin menjadi

lemah dan arahnya tidak menentu. Periode Maret sampai April dikenal sebagai Musim Peralihan

I (periode awal musim kemarau) sedangkan periode September hingga Oktober disebut sebagai

musim Peralihan II (periode awal musim penghujan). Pada musim peralihan ini matahari

bergerak melintasi khatulistiwa, sehingga angin melemah dan memiliki arah yang tidak tentu.

( Yananto, 2017).

2.2. Gelombang Laut

Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada gaya

pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan

angin di permukaan laut, gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda

langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan

gunung berapi atau gempa di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan

sebagainya(Triatmodjo, 1999).
Gelombang dapat membentuk dan merusak pantai dan berpengaruh pada bangunan-

bangunan pantai. Energi gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan

sedimen dalam arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar pantai (longshore). Pada

perencanaan teknis bidang teknik pantai, gelombang merupakan faktor utama yang

diperhitungkan karena akan menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai

(Hasriyanti, 2015).

perubahan angin musim (musim barat dan musim timur serta transisi keduanya) akan

mengakibatkan perubahan lingkunangan perairan dalam satu kawasan. Pada masa transisi

umumnya kondisi laut tenang karena terjadi pergantian dari dominasii angin angin barat menjadi

angin timuratau sebaliknya (Nontji, 1987). Pergerakan musiman air permukaan laut sangat erat

kaitannya dengan pola monstunal. Seperti diungkapkan (Hutabarat et al, 1985) angin

musiman( Monsun) mempunyai pengaruh yang dramastis terhadap arah pergerakan arus

permukaan laut dan gelombang laut (Ramlan, 2012).

Gelombang laut adalah satu fenomena alam yang sering terjadi di laut. Gelombang laut

merupakan peristiwa naik turunnya permukaan laut secara vertikal yang membentuk kurva/grafik

sinusoidal (Jasin, 2016). Energi angin yang bekerja di permukaan laut akan mengalami

sheltering effect yang disebabkan oleh pergesekan angin dengan permukaan laut sehingga

menyebabkan terjadinya variasi besaran gelombang laut yang acak (random waves) di

permukaan laut (Davis dan Dolan, 1993) dalam (Suhana, 2018).

pengurangan energi gelombang yang terbesar terjadi jika gelombang dan angin saling

berlawanan arah. Efek angin yang berlawanan arah hampir sebanding dengan efek angin pada

pertumbuhan gelombang.

Gelombang memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat di pengaruhi oleh 3 bentuk angin:
a. Kecepatan angin, makin kencang angin bertiup maka makin besar gelombang yang terbentuk

dan gelombang ini mempuyai kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.

b. Ketika angin sedang bertiup, tinggi, kecepatan panjang gelombang sekuruhnya cenderung

meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai

bertiup.

c. Jara tanpa rintangan ketika angin bertiup (Fetch). Fetch dilautan lebih besar dari pada fetch di

daearah selat sehingga panjang gelombang yang terbentuk di laut lebih panjang sehingga

ratusan meter.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Perairan Selat tiworo untuk memudahkan dalam analisis

maka wilayah penelitian dibagi (clustered) dalam beberapa wilayah pelayaran dan secara acak

ditentukan 8 titik pengamatan.

3.2. Tehnik Pengolahan Data

Metode pengolahan data adalah cara yang digunakan dalam pengolahan data hasil

penelitian. Tinggi gelombang laut dan arah kecepatan angin pada penelitian ini, didapat dengan

menggunakan aplikasi gelombang angin versi 05. Secara umum prinsip kerja aplikasi aplikasi

gelombang angin versi 05 adalah hasil inputan data angin permukaan pada titik kordinat diproses

atau running pada sistem komputersasi persamaan pemodelan. Hasil keluaran dari aplikasi ini

adalah data analisis gelombang yang sudah terjadi, data prakiraan satu hari dan data prakiraan

tiga hari kedepan. Namun penelitian ini hanya menggunakan hasil dari data analisis kejadian

yang sudah terjadi. Persamaan umum yang digunakan aplikasi model aplikasi gelombang angin

versi 05 adalah persamaan transfer energi gelombang.

Data hasil keluaran proses aplikasi aplikasi gelombang angin versi 05 dalam titik kordinat

digunakan dalam pembuatan peta tinggi gelombang dan arah kecepatan angin. Metode yang

digunakan adalah interpolasi spline. Salah satu metode interpolasi spasial yang mengestimasi

nilai dan fungsi matematika yang meminalisir total kelengkungan permukaan.

3.3. Prosedur Kerja

Langkah–langkah kerja (prosedur) yang dijalankan untuk menentukan nilai angin dan
tinggi gelombang di perairan Selat tiworo sebagai berikut:

1. Mendownload inputan data dari GFS (Global Forcast Sytem) NOAA (National Oceanic and

Athmospheric Administrasion) melalui link web BMKG dengan alamat link yaitu

ftp://maritim.bmkg.go.id atau ftp://172.19.1.120. Data-data yang telah didownload lalu

dikelompokan pertahun dan dibuatkan folder tersendiri.

2. Menyiapkan aplikasi aplikasi gelombang angin versi 05 untuk memproses data inputan. Seting

pada aplikasi untuk waktu, posisi kordinat, dan output yang dihasilkan. Data inputan

kemudian dimasukan pada aplikasi aplikasi gelombang angin versi 05 untuk running data.

Dibutuhkan sekitar 5 menit untuk mendapatkan hasil output datakecepatan angin dantinggi

gelombang. Data hasil Output masih dalam format grib setelah hasil running selesai. Data

tinggi gelombang dan kecepatan angin hasil running berformat grib dikonversi menjadi data

kecepatan angin dan tinggi gelombang.

3. Mengelompokan data, kemudian dihitung hasil rata-rata secara statistik. Hasil pengolahan data

statistik dikonversi menjadi format txt. Data siap dipetakan.

4. Menyiapkan peta perairan Selat Tiworo dalam format shp. Memetakan rata-rata tinggi

gelombang dan kecepatan angin secara spasial perbulan. Data kecepatan angin dan tinggi

gelombang hasil pengolahan data dalam format txt sebagai inputan pada aplikasi sistem

informasi geografis. Data kemudian dinterpolasi pada aplikasi sistem informasi geografis

untuk menghasilkan layout peta kecepatan angin dan tinggi gelombang perbulan.

5. Hasil layout berupa peta rata-rata tinggi gelombang dan kecepatan angin per bulan.

6. Menganalisis hasil layout berupa peta tinggi gelombang dan kecepatan angin perbulan.

7. Membuat kesimpulan hasil analisis tentang karakteristik tinggi gelombang dan angin.

Anda mungkin juga menyukai