Disusun Oleh :
1. Nabilah Putri
2. Noor Fadhilatul Junieta
3. Zuzun Rohmawati
Kelas : X – PKM A
DINAS PENDIDIKAN
SMKN 1 KALITENGAH
Website : www.smkn1kalitengah.sch.id
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
A. Kesimpulan ........................................................................................... 12
B. Saran ....................................................................................................... 12
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 15 Februari 1956, meletus Pemberontakan
PRRI/PERMESTA. Achmad Huesin memproklamasikan berdirinya
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PPRI) dengan Syarifuddin
Prawiranegara sebagai perdana menteri Proklamasi PPRI segera mendapat
sambutan di Indonesia Bagian Timur. Pada tanggal 17 Februari 1958,
Letkol D.J. Somba dengan Pemerintah Pusat mendukung sepenuhnya
PRRI. Gerakan di Sulawesi ini dikenal dengan gerakan Piagam Perjuangan
Semesta atau Perjuangan Semesta atau PERMESTA.
Dengan diproklamasikannya PRRI di Sumatera dan PERMESTA di
Sulawesi. Pemerintah memutuskan untuk tidak membiarkan masalah
tersebut berlarut-larut dan segera menyelesaikan dengan kekuatan senjata.
Untuk menumpas Pemberontakan PRRI segera disiapkan operasi
gabungan yang terdiri dari unsur darat, laut dan udara. Serangkaian operasi
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Operasi 17 Agustus dipimpin Kolonel Ahmad Yani untuk wilayah
Sumatra Tengah. Selain untuk menghancurkan kaum sparatis, operasi
ini juga dimaksudkan untuk mencegah agar gerakan tidak meluas,
serta mencegah turut campurnya kekuatan asing.
2. Operasi Tegas dipimpin Letkol Kaharudin Nasution. Tugasnya
mengamankan Riau, dengan pertimbangan mengamankan instalasi
minyak asing di daerah tersebut dan mencegah campur tangan asing
dengan dalih menyelamatkan negara dan miliknya.
3. Operasi Saptamarga untuk mengamankan daerah Sumatra Utara yang
dipimpin Brigjen Djatikusumo.
4. Operasi Sadar dipimpin Letkol Dr. Ibnu Sutowo untuk mengamankan
daerah Sumatra Selatan.Untuk menumpas Pemberontakan
PERMESTA dilancarkan operasi gabungan dengan nama Operasi
Merdeka di bawah pimpinan Letkol Hendraningrat.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa terjadi konflik di Indonesia?
2. Mengapa sehingga organisasi-organisasi tertentu ingin daerahnya
memisahkan diri dari NKRI?(contoh OPM)
3. Apa respon indonesia terhadap organisasi tersebut?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang
berdasarkan
Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu
yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di
Madiun. Untuk menumpas pemberontakan PKI, pemerintah melancarkan
operasi militer. Dalam hal ini peran Divisi Siliwangi cukup besar. Di
samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel
Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur
untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di
Madiun. Dengan dukungan rakyat di berbagai tempat, pada tanggal 30
September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara
Republik. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Aidit dan Lukman
melarikan diri ke Cina dan Vietnam. Sementara itu, tanggal 31 Oktober
1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan
Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa
Tengah.
Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka
selamatlah bangsa dan negara Indonesia dari rongrongan dan ancaman
kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan
pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa
bantuan apa pun dan dari siapa pun. Dalam kondisi bangsa yang begitu
sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar
oleh golongan komunis dalam waktu singkat.
4
pendukungnya. Pada tanggal 7 Agustus 1949, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Tentara
dan pendukungnya disebut Tentara Islam Indonesia (TII). Gerakan
Darul Islam yang didirikan oleh Kartosuwiryo mempunyai pengaruh
yang cukup luas. Pengaruhnya sampai ke Aceh yang dipimpin Daud
Beureueh, Jawa Tengah (Brebes, Tegal) yang dipimpin Amir Fatah
dan Kyai Somolangu (Kebumen), Kalimantan Selatan dipimpin Ibnu
Hajar, dan Sulawesi Selatan dengan tokohnya Kahar Muzakar.
2. Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil), Andi Azis, dan
Republik Maluku Selatan (RMS)
Pada masa pemerintahan RIS, muncul pemberontakan-
pemberontakan yang mengguncang stabilitas politik dalam negeri.
Pemberontakan-pemberontakan tersebut antara lain gerakan Angkatan
Perang Ratu Adil (APRA), pemberontakan Andi Azis, dan Gerakan
Republik Maluku Selatan (RMS).
3. Konflik onflik Internal Hubungan Pemerintah Pusat – Daerah dan
Dampaknya terhadap Munculnya Pergolakan dan Pemberontakan
Daerah
Sejak pemerintahan kabinet Ali II, muncul berbagai masalah
mengenai hubungan pusat dan daerah. Beberapa masalah yang timbul
yaitu sebagai berikut:
1. Sikap tidak senang terhadap pemerintah pusat, terutama di Sumatra
dan Sulawesi. Mereka merasa tidak puas dengan alokasi biaya
pembangunan yang diterima dari pusat.
2. Terjadinya krisis kepercayaan terhadap pemerintah pusat. Hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah sekitar tahun 1957 memang tidak
harmonis. Ketidakharmonisan ini terlihat dengan munculnya berbagai
pergolakan di daerah. Di samping itu ada beberapa daerah yang
berusaha melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Gerakan yang berusaha lepas dari NKRI disebut gerakan sparatis.
Beberapa contoh gerakan yang menentang pemerintah pusat misalnya,
5
Dewan Banteng, Dewan Gajah, dan Dewan Garuda, yang kemudian
berkembang menjadi PRRI/Permesta.
1. Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI)
Munculnya pemberontakan PRRI diawali dari ketidakharmonisan
hubungan pemerintah daerah dan pusat. Daerah kecewa terhadap
pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana
pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan
dewan-dewan daerah seperti berikut.
a. Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol
Ahmad Husein.
b. Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel
Maludin Simbolan.
c. Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol
Barlian.
d. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel
Ventje Sumual.
Tanggal 10 Februari 1958 Ahmad Husein menuntut agar Kabinet
Djuanda mengundurkan diri dalam waktu 5 x 24 jam, dan
menyerahkan mandatnya kepada presiden. Tuntutan tersebut jelas
ditolak pemerintah pusat. Setelah menerima ultimatum, maka
pemerintah bertindak tegas dengan memecat secara tidak hormat
Ahmad Hussein, Simbolon, Zulkifli Lubis, dan Dahlan Djambek yang
memimpin gerakan sparatis. Langkah berikutnya tanggal 12 Februari
1958 KSAD A.H. Nasution membekukan Kodam Sumatra Tengah dan
selanjutnya menempatkan langsung di bawah KSAD.
Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein
memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI). Sebagai perdana menterinya adalah Mr. Syafruddin
Prawiranegara. Agar semakin tidak membahayakan negara, pemerintah
melancarkan operasi militer untuk menumpas PRRI. Berikut ini
operasi militer tersebut.
6
a. Operasi 17 Agustus dipimpin Kolonel
Ahmad Yani untuk wilayah Sumatra Tengah. Selain untuk
menghancurkan kaum sparatis, operasi ini juga dimaksudkan untuk
mencegah agar gerakan tidak meluas, serta mencegah turut campurnya
kekuatan asing.
b. Operasi Tegas dipimpin Letkol Kaharudin Nasution.
Tugasnya mengamankan Riau, dengan pertimbangan
mengamankan instalasi minyak asing di daerah tersebut dan mencegah
campur tangan asing dengan dalih menyelamatkan negara dan miliknya.
c. Operasi Saptamarga untuk mengamankan daerah Sumatra Utara yang
dipimpin Brigjen Djatikusumo.
d. Operasi Sadar dipimpin Letkol Dr. Ibnu Sutowo untuk mengamankan
daerah Sumatra Selatan.
Akhirnya pimpinan PRRI menyerah satu per satu. Misalnya Ahmad
Hussein tanggal 29 Mei 1961 melaporkan diri beserta pasukannya, dan
diikuti yang lain. Dengan demikian pemberontakan PRRI dapat
dipadamkan.
2. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia
bagian Timur. Tanggal 17 Februari 1958 Somba memutuskan hubungan
dengan pemerintah pusat dan mendukung PRRI. Gerakannya dikenal
dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Gerakan ini jelas melawan
pemerintah pusat dan menentang tentara sehingga harus ditumpas. Untuk
menumpas gerakan Permesta, pemerintah melancarkan operasi militer
beberapa kali. Berikut ini operasi-operasi militer tersebut.
a. Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat.
b. Operasi Saptamarga I dipimpin Letkol Sumarsono, menumpas Permesta
di Sulawesi Utara bagian Tengah.
c. Operasi Saptamarga II dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan sasaran
Sulawesi Utara bagian Selatan.
7
d. Operasi Saptamarga III dipimpin Letkol Magenda dengan sasaran
kepulauan sebelah Utara Manado.
e. Operasi Saptamarga IV dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat,
menumpas Permesta di Sulawesi Utara.
f. Operasi Mena I dipimpin Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo.
g. Operasi Mena II dipimpin Letkol Hunholz untuk merebut lapangan
udara Morotai.
Ternyata Gerakan Permesta mendapat dukungan asing, terbukti
dengan ditembak jatuhnya pesawat yang dikemudikan oleh Alan Pope
warga negara Amerika Serikat tanggal 18 Mei 1958 di atas Ambon.
Meskipun demikian, pemberontakan Permesta dapat dilumpuhkan sekitar
bulan Agustus 1958, walaupun sisa-sisanya masih ada sampai tahun 1961.
8
c. Mendata dan mencatat para anggota ABRI yang telah dibina atau
menjadi pengikut PKI agar sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk
kepentingannya.
9
2) Mayjen S.Parman, Asisten I Men/Pangad.
3) Mayjen R. Suprapto, Deputi II Men/Pangad.
4) Mayjen Haryono, M.T, Deputi III Men/Pangad.
5) Brigjen D.I. Panjaitan, Asisten IV Men/Pangad.
6) Brigjen Sutoyo S, Inspektur Kehakiman/Oditur Jendral TNI AD.
7) Lettu Piere Andreas Tendean, Ajudan Menko Hankam/ Kepala Staf
Angkatan Bersenjata.
8) Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun, Pengawal rumah Wakil P.M. II Dr.
J. Leimena.
b. Di Yogyakarta
1) Kolonel Katamso D, Komandan Korem 072 Yogyakarta.
2) Letnan Kolonel Sugiyono M., Kepala Staf Korem 072 Yogyakarta.
Jenderal Nasution berhasil meloloskan diri. Akan tetapi putrinya
Ade Irma Suryani tertembak yang akhirnya meninggal tanggal 6 Oktober
1965, dan salah satu ajudannya ditangkap. Ajudan Nasution (Lettu Pierre
A. Tendean), mayat tiga jenderal, dan tiga jenderal lainnya yang masih
hidup dibawa menuju Halim. Di Halim, para jenderal yang masih hidup
dibunuh secara kejam. Sejumlah anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat
terlibat dalam aksi pembunuhan tersebut. Ketujuh mayat kemudian
dimasukkan dalam sebuah sumur yang sudah tidak dipakai lagi di Lubang
Buaya. Untuk mengenang peristiwa yang mengerikan tersebut, di Lubang
Buaya dibangun Monumen Pancasila Sakti. Peristiwa pembunuhan juga
terjadi di daerah Yogyakarta. Komandan Korem 072 Yogyakarta Kolonel
Katamso dan Kepala Stafnya Letkol Sugiyono diculik dan dibunuh oleh
kaum pemberontak di Desa Kentungan. Pagi hari sekitar jam 07.00 WIB
Letkol Untung berpidato di RRI Jakarta. Dalam pidatonya, Letkol Untung
mengatakan bahwa “Gerakan 30 September” adalah suatu kelompok
militer yang telah bertindak untuk melindungi Presiden Soekarno dari
kudeta. Kudeta itu direncanakan oleh suatu dewan yang terdiri atas
jenderal-jenderal Jakarta yang korup yang menikmati penghasilan tinggi
dan menjadi kaki tangan CIA (Agen Rahasia Amerika). Setelah
10
mendengar pidato Letkol Untung di RRI, timbul kebingungan di dalam
masyarakat. Presiden Soekarno berangkat menuju Halim. Presiden
mengeluarkan perintah agar seluruh rakyat Indonesia tetap tenang dan
meningkatkan kewaspadaan, serta menjaga persatuan. Diumumkan pula
bahwa pimpinan Angkatan Darat untuk sementara waktu berada langsung
di tangan presiden sebagai Panglima Tertinggi ABRI. Selain itu
melaksanakan tugas seharihari ditunjuk Mayjen Pranoto. Namun, di saat
yang sama, tanpa sepengetahuan presiden Mayjen Soeharto mengangkat
dirinya sebagai pimpinan AD.
3. Penumpasan G 30 S/PKI
Pada tanggal 2 Oktober 1965 Presiden Soekarno memanggil semua
panglima angkatan ke Istana Bogor. Dalam pertemuan tersebut Presiden
Soekarno mengemukakan masalah penyelesaian peristiwa G 30 S/PKI.
Dalam rangka penjelasan G 30 S/PKI, presiden menetapkan kebijaksanaan
berikut.
a. Penyelesaian aspek politik akan diselesaikan sendiri oleh presiden.
b. Penyelesaian aspek militer dan administratif diserahkan kepada Mayjen
Pranoto
c. Penyelesaian militer teknis, keamanan, dan ketertiban diserahkan
kepada Mayjen Soeharto
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah ini saya menyimpulkan bahwa, makalah ini bisa jadi
alternatif buku.
Saran
Jangan terlalu serius dalam membaca makalah ini, anda harus rilex agar
dapat menyerap semua pelajaran dalam makalah ini.
12