PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
dapat diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional
yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. (Depkes RI, 1992).
Apotek merupakan suatu sarana pelayanan kefarmasian tempat di lakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi, dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kesehatan pasien. Untuk melaksanakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat terutama pelayanan pengobatan diperlukan obat
dalam jumlah yang relatif banyak agar obat yang di gunakan mencukupim,
dengan begitu perlu adanya perencanaan dan pengadaan kebutuhan obat.
Akademi Farmasi Mahadhika merupakan salah satu institusi pendidikan
kesehatan yang menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga
teknis kefarmasian jenjang Ahli Madya. Tenaga farmasi yang dihasilkan
diharapkan terampil, terlatih dan dapat mengembangkan diri baik sebagai
pribadi maupun sebagai tenaga kerja profesional berdasarkan nilai-nilai yang
dapat menunjang upaya pembangunan kesehatan.
Dengan demikian sebagai seorang farmasis khususnya Ahli Madya
farmasi dirasa perlu membekali diri dengan pengetahuan mengenai pelayanan
farmasi di apotek. Pelaksanaan pengantar Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
dilakukan oleh mahasiswi sangatlah perlu dilakukan dalam rangka
mempersiapkan diri untuk berperan langsung dalam pengolaan farmasi di
apotek dan sebagai wadah untuk mengaplikasi ilmu yang selama ini
didapatkan dari perkuliahan sesuai dengan fungsi dan kompetensi Ahli
Madya.
2. Tujuan Khusus
a) Menumbuhkan dan memantapkan sikap profesional yang diperlakukan
oleh seorang mahasiswi sebelum memasuki dunia kerja,
b) Melaksanakan salah satu peran, fungsi dan kompetensi Ahli Madya
Farmasi, yaitu pelayanan kefarmasian di Apotek.
c) Memberikan kesempatan untuk beradaptasi langsung pada situasi kerja
kefarmasian sebenarnya, khususnya di Apotek.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a) Lebih mengetahui dunia kefarmasian
b) Mengetahui karateristik pelayanan kefarmasian di Apotek
c) Mengetahui pengelompokan atau penggolongan obat dan jenis-jenis obat
di Apotek
3. Bagi Instansi
a) Dapat membagi ilmunya kepada mahasiswa dalam melakukan PKL
b) Membantu dan meringankan pekerja di Klinik
c) Dapat mengetahui kualitas mahasiswa yang melaksanakan PKL
TINJAUAN PUSTAKA
A. APOTEK
1. Definisi Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian oleh Apoteker. Pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Perbekalan kesehatan
adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan. Sedangkan sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat
asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetik (UU 36, 2009 dan PP 51, 2009).
Apotek merupakan suatu sarana pelayanan kesehatan yang dipimpin
oleh seorang apoteker yang diharapkan mampu untuk menjamin peningkatan
kualitas hidup manusia dengan hasil yang optimal melalui pengobatan yang
efektif, rasional dan aman. Apotek harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin
(Permenkes 1027, 2004).
4. Pelayanan Apotek
Pelayanan Apotek (Permenkes 922, 1993) Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/ X/1993 tentang ketentuan dan tata cara
pemberian izin apotek, pelayanan apotek meliputi :
a) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
b) Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam
resep dengan obat paten.
c) Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis di dalam resep,
Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang
lebih tepat.
d) Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat yang diserahkan kepada pasien, penggunaan obat secara tepat, aman
dan rasional atas permintaan masyarakat.
e) Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada
dokter penulis resep, bila dokter tetap pada pendiriannya dokter wajib
menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan di atas resep.
f) Salinan resep harus ditanda tangani oleh Apoteker.
g) Resep harus dirahasiakan dan disimpan di Apotek dengan baik dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun.
h) Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan atau petugas lainnya yang berwenang menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
i) Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping, atau Apoteker
Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep dokter yang dinyatakan
sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
j) Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugas pada
jam buka Apotek, Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker
Pendamping.
k) Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-
hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek
dapat menunjuk Apoteker Pengganti dan harus dilaporkan pada Kepala
Dinas Kesehatan Tingkat II dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Tingkat I dan kepala Badan POM.
l) Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi
persyaratan administratif yang berhubungan dengan izin kerjanya sebagai
Apoteker.
m) Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, Apoteker Pengelola Apotek dapat
dibantu oleh Asisten Apoteker.
n) Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek di bawah
pengawasan Apoteker.
a) Pimpinan Apotek
Adapun tugas dan tanggung jawab seorang APA di apotek adalah sebagai
berikut:
(1) Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan
fungsinya (apotek tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala
kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.
(2) Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk
mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya
antara lain mengatur jadwal kerja, menetapkan pembagian beban kerja
(job description) dan tanggung jawab masing-masing karyawan.
(3) Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk
meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha
apotek.
(4) Mempertimbangkan usul-usul dari karyawan lainnya untuk perbaikan
pelayanan dan kemajuan apotek.
(5) Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai setiap hari
(6) Berpartisipasi dan memonitor penggunaan obat.
(7) Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk
mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini Apoteker
harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis dan bijaksana serta terkini.
b) Asisten Apoteker
Tugas dan Kewajiban seorang asisten apoteker adalah sebagai berikut:
(1) Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan
obat di ruang peracikan.
(2) Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari
penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket,
mengemas, sampai dengan menyerahkankan obat.
(3) Membuat salinan resep dan kuintasi bila dibutuhkan.
(4) Memeriksa resep yang diterima, jika ada kekeliruan dalam penulisan
resep, Asisten Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.
(5) Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa
kelengkapan resep.
(6) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien
meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep,
nama pasien, dan cara pakainya.
(7) Menyerahkan obat kepada pasien dam memberikan informasi tentang
penggunaan obat tersebut dan informasi tambahan lain yang
diperlukan.
(8) Mencatat keluar masuk barang.
(9) Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai
kadaluarsa
(10) Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat
yang masuk setiap harinya.
(11) Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu
juga dengan pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuintasi, nota
dan tanda setoran yang sudah diparaf APA atau karyawan yang
ditunjuk.
BAB III
b. Misi
Menjadi Klinik Terpadu bagi kesehatan dan kebugaran bagi keluarga di wilayah
Jakarta dan sekitarnya, dengan menyelanggarakan Pelayanan Kesehatan dan
Kebugaran bagi keluarga secara terpadu, eksklusif dan profesional.
Ancillary Services
a. 24 Hour Pharmacy : Menyediakan kebutuhan pelayanan obat selama
24 jam yang siap dengan pelayanan antar dalam radius jangkauan
tertentu.
b. Laboratory : Melayani pelayanan diagnostik pendukung dan medical
check up.
c. Optic Services : Melayani kebutuhan acessories kesehatan mata.
2. Aesthetic Center mencakup layanan berbagai spesialisasi :
Skin Care Clinic : Merupakan kelompok layanan perawatan kulit
diantaranya facial, masalah acne, mikrodermabrasi, peeling, peremajaan
kulit, kelainan pigmentasi kulit, didukung dengan teknologi terkini dan
aman bagi kesehatan.
Dilakukan oleh kelompok dokter spesialis kulit
Acupuncture Clinic : Mencakup layanan pengendalian berat badan
diantaranya penurunan atau meningkatkan berat badan menjadi ideal,
terapi penyakit persarafan dan pembuluh darah lainnya.
Dilakukan oleh dokter spesiali akupuntur.
Dental Cosmetic Clinic : Mencakup layanan pemeliharaan gigi dan
mulut, diantaranya Pemutihan gigi, peralatan gigi, perbaikan bentuk
rahang.
Dilakukan oleh dokter Gigi spesialis bedah mulut.
D. Fasilitas
1. Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau;
2. Tempat parkir yang memadai;
3. Ruang tunggu yang nyaman;
4. Dokter dan perawat yang berpengalaman;
5. Infrastruktur medis yang higienis sesuai Standar Internasional;
6. Tenaga kerja yang ramah dan sopan
BAB IV
3. Penyiapan/peracikan obat
Tahap ini tidak harus apoteker, bisa dengan tenaga ahli kesehatan seperti TTK.
Dalam peracikan dilakukan kegiatan penimbangan obat, pencampuran obat
apabila obat perlu dicampur, kemudian pengemasan. Setelah obat berhasil
dibuat dan tahap selanjutnya adalah pemberian etiket. Yang harus diperhatikan
pada prosedur ini harus jelas prosedurnya, dengan memperhatikan tahap-tahap
kritikal seperti dosis yang tepat, pencampuran yang harus tepat. Etiket pun
harus jelas dan dapat dibaca serta mudah dipahami. Pengemasan harus rapih
dan dapat menjaga kualitas dari obat tersebut.
4. Penyerahan obat ke pasien
Sebelum obat diserahkan ke pasien, maka harus dilakukan pengecekan kembali
terhadap kesesuaian antara obat dengan etiket, serta obat dengan resep.
BAB V
PEMBAHASAN
2. Bertanya kepada staf Klinik apabila terdapat resep atau tulisan yang tidak
jelas
1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas mengenai Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Klinik & Apotek 24 Jam Amerta, maka dapat kami simpulkan bahwa :
1. Praktik Kerja Lapangan sangat bermanfaat bagi calon Ahli Madya Farmasi,
karena dapat menambah keterampilan, pengetahuan dan wawasan untuk calon
Ahli Madya Farmasi di bidang pelayanan.
2. Klinik & Apotek 24 Jam Amerta merupakan tempat pengenalan mengenai obat
– obatan bagaimana cara menyiapkan obat sampai penyerahan obat kepada
pasien;
3. Yang di butuhkan klinik paling utama saat menyerahkan obat kepada pasien
adalah kecepatan, ketelitian, dan ketepatan;
4. Kami sebagai Asisten dari Asisten Apoteker harus bergerak cepat dalam
melayani resep termasuk harus ramah dan sopan juga dapat memberikan
informasi yang akurat kepada pasien;
5. Perencanaan dan permintaan obat di Klinik & Apotek 24 Jam Amerta dilakukan
oleh Apoteker langsung Klinik & Apotek 24 Jam Amerta;
6. Setiap pengambilan dan permintaan obat, obat di catat di kartu stok. Tujuannya
adalah agar jumlah obat dapat diketahui secara pasti;
7. Pengambilan obat di gudang Klinik & Apotek 24 Jam Amerta menggunakan
sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out) untuk
menghindari kerusakan obat dan obat kadaluwarsa;
8. Penyimpanan obat di gudang, dilakukan dengan cara menyusun obat secara
abjad dan disimpan dalam lemari terkunci, juga gudang obat diberi CCTV agar
terhindar dari pencurian.
B. Saran
Saran – saran yang kami berikan mungkin perlu dipertimbangkan untuk
kelancaran Klinik & Apotek 24 Jam Amerta:
1. Sebaiknya meja racik diperbesar, agar mempermudah Asisten Apoteker
untuk menyiapkan obat;
2. Sebaiknya diperbanyak lagi Sumber Daya Manusia dalam bidang ke
farmasian, agar lebih cepat dan teliti untuk memeriksa dan menyerahkan
obat;
3. Sediaan obat yang tidak ada di apotek di perbanyak jenisnya agar
menghindari kekecewaan pasien luar saat ingin membeli obat dengan copy
resep;
4. Untuk memasukan data pemakaian obat, pencatatan obat dan pemasukan
obat Klinik & Apotek 24 Jam Amerta sudah lebih maju dibanding dengan
klinik lain, yaitu dengan menggunakan komputer atau dengan laporan
EXCEL, bukan secara manual. Kami berharap agar hal ini tetap
dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA