Anda di halaman 1dari 23

PENETRASI PENGGUNA E-COMMERCE DI INDONESIA

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Sosial Budaya
yang di Ampu Oleh Dr. Maulia D Kembara, S.Pd., M.Pd.

Oleh :
1. Aldin Sultan Rahimi 1705557
2. Angga Ghofiru Maghfur 1702158
3. Kamia Ramadhini 1704227
4. Nayla Syifa N 1700585
5. Prayoga 1700921
6. Tuti Alawiyah 1703620
7. Uthiya Syafitri Husaeni 1704187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
kami tidak akan dapat menyusun ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad SAW kepada
keluarganya, sahabatnya, juga kita selaku umatnya sampai akhir zaman. Amin.
Makalah ini kami susun agar para pembaca dapat memperluas ilmu
mengenai “Penetrasi Pengguna E-Commerce di Indonesia” yang Makalah ini
disusun dengan penuh perjuangan dan rintangan yang datang dari diri kami
sendiri maupun dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT. makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas bagi
para pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan,
penyusun membutuhkan kritik dan saran bagi para pembaca.

Bandung, 28 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KAJIAN TEORI................................................................................................................3
A. Pengertian E-Commerce......................................................................................3
B. Aspek pendukung E-Commerce..........................................................................4
C. Komponen E-Commerce.....................................................................................5
D. Lingkungan E-Commerce....................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................7
A.Menuju Pemerataan Ekonomi dengan E-Commerce Optimasi Ekonomi Digital
Untuk Pemerataan Ekonomi Indonesia..........................................................................7
B. E-Commerce dapat Menghapus Rantai Distribusi yang Panjang...............................9
C. Internet Menyentuh Pelosok Indonesia....................................................................10
BAB IV............................................................................................................................18
(PENUTUP).....................................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perdagangan online atau e-commerce yang pesat
menjadi sebuah fenomena baru dalam ekonomi di Indonesia. Fakta ini
diharapkan bisa memberikan lebih banyak dampak positif dalam
mensejahterakan pemerataan ekonomi secara digital di bumi Nusantara.
Hal ini berkaitan dengan kondisi negara Indonesia yang sangat luas, terdiri
dari 16 ribu pulau dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa
merupakan tantangan tersendiri bagi negara untuk melakukan pemerataan
pembangunan ekonomi di segala bidang.
Fakta transaksi melalui e-commerce yang tinggi harus bisa
dimanfaatkan untuk terwujudnya pemerataan ekonomi di Indonesia. Hal
ini bisa dilakukan jika bisnis e-commerce tersebut bisa merangkul sektor
ekonomi lokal seperti pertanian, perkebunan, perikanan bahkan UMKM di
seluruh daerah dapat berperan secara aktif dalam perdagangan berbasis
digital ini. Dengan adanya teknologi, diharapkan bisa memutus mata rantai
yang panjang dalam proses distribusi, sehingga semakin mendekatkan
produsen dengan konsumen serta harga pasar pun tetap kompetitif dan
sehat. Pemerintah meyakini para pelaku usaha di pedesaan dan juga
UMKM daerah bisa mempunyai peranan penting jika mampu bersahabat
dengan kecanggihan teknologi. Dengan demikian para pelaku usaha lokal
bisa meningkatkan produktivitas serta kesejahteraannya.
Tentu kita juga berharap pemerintah juga turut memberikan
dukungannya untuk membangun infrastruktur untuk mewujudkan
perdagangan melalui media digital hingga ke desa dan pelosok-pelosok.
Bisa dikatakan hingga kini kebutuhan internet juga belum merata di
seluruh Indonesia. Namun, jika melihat geliat dan respon positif dari
masyarakat dan pelaku bisnis, tidak menutup kemungkinan infrastruktur
internet akan mendapat dukungan penuh dari pemerintah.Selain itu,

1
tantangan terberat lainnya adalah memastikan bisnis e-commerce
sepenuhnya aman, sehingga mendapat kepercayaan di hati masyarakat.
Menurut data pada 2016 dari Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia
(APJII), sebanyak 30 persen dari total 130 juta pengguna yang melakukan
transaksi via internet di Indonesia merasa belum mendapatkan keamanan
dalam pengalaman bertransaksi online.
Untuk menyiasatinya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat
memilih e-commerce untuk bertransaksi. Salah satunya dengan
memastikan kredibilitas e-commerce. Perhatikan apakah e-commerce
tersebut baik dan peduli terhadap merchant/penjual dan juga kepada
pembeli dengan menawarkan banyak pilihan produk yang bisa didapatkan
dengan harga terbaik dan transparan. Semakin banyak jumlah produk yang
telah dibeli dan mendapatkan ulasan yang baik, maka semakin tinggi
tingkat kepercayaan masyarakat untuk merekomendasikan pengalaman di
e-commerce tersebut kepada khalayak banyak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Menuju Pemerataan Ekonomi dengan E-Commerce ?
2. Mengapa Jawa Masih Mendominasi Penetrasi E-Commerce Indonesia
?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pemerataan Ekonomi dengan E-Commerce.
2. Mengetahui sebab-sebab Jawa mendominasi Penetrasi E-Commerce
Indonesia.

2
BAB II

KAJIAN TEORI
A. Pengertian E-Commerce
E-Commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-produk
secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan
komputer sebagai perantara transaksi bisnis. (Laudon & Laudon .1998).
E-Commerce atau yang biasa disebut juga dengan istilah Ecom atau
Emmerce atau EC merupakan pertukaran bisnis yang rutin dengan
menggunakan transmisi Electronic Data Interchange (EDI), email, electronic
bulletin boards, mesin faksimili, dan Electronic Funds Transfer yang
berkenaan dengan transaksi-transaksi belanja di Internet shopping, Stock
online dan surat obligasi, download dan penjualan software, dokumen, grafik,
musik, dan lain-lainnya, serta transaksi Business to Business (B2B). (Wahana
Komputer Semarang, 2002).
Ecommerce is a dynamic set of technologies, applications, and bussines
process that link enterprises, consumers, and communities through electronics
transactions and the electronic exchange of goods, services, and informations.
(David Baum .1999).
E-Commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan
proses bisnis yang menghubungkan perusahaan,konsumen, dan komunitas
tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelavanan, dan
informasi yang dilakukan secara elektronik. (Onno. W. Purbo).
Definisi dari E-Commerce ditinjau dalam 4 perspektif berikut:
1) Dari perspektif komunikasi
E-Commerce adalah pengiriman barang, layanan, informasi, atau
pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui peralatan
elektronik lainnya.
2) Dari perspektif proses bisnis
E-Commerce adalah aplikasi dari teknologi yang menuju otomatisasi
dari transaksi bisnis dan aliran kerja.

3
3) Dari perspektif layanan
E-Commerce merupakan suatu alat yang memenuhi keinginan
perusahaan, konsumen, dan manajemen untuk memangkas biaya
layanan (service cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan
meningkatkan kecepatan layanan pengiriman.
4) Dari perspektif online
E-Commerce menyediakan kemampuan untuk membeli dan menjual
barang ataupun informasi melalui internet dan sarana online lainnya.
(Kalakota dan Whinston .1997).

B. Aspek pendukung E-Commerce


Guna menjalankan bisnis elektronis, dibutuhkan aspek-aspek
pendukung yang tidak persis sama dengan bisnis yang konvensional,
olehkarena pembeli tidak secara langsung berinteraksi dengan penjual.
Beberapa aspek yang penting untuk diperhatikan adalah:
1) Aspek Hukum (Legal): Hukum yang mengatur proses bisnis pada e-
commerce untuk melindungi hak pembeli dan perusahaan penjual,
misalnya untuk menyatakan bahwa suatu transaksi dinyatakan sah atau
tidak.
2) Aspek Etika Bisnis Elektronis: Kode etik yang harus ditaati oleh
perusahaan dalam kaitan dengan hubungan antar perusahaan
elektronis ataupun antara perusahaan dengan pelanggan (misalnya
tentang kerahasiaan identitas pelanggan).
3) Aspek Teknologi: Berkaitan dengan teknologi pendukung e-
commerce, baik perangkat keras (hardware), maupun perangkat lunak
(software) yang handal (reliable) dan aman (secure).
4) Aspek Ekonomi Global: Sebagai landasan yang berlaku universal di
semua negara bagi para pelaku e-commerce. Keseluruhan aspek
tersebut perlu dikaji secara mendalam dan dipersiapkan dengan baik
untuk mendukung perkembangan e-commerce.

4
C. Komponen E-Commerce
Ditinjau dari sisi Teknologi Informasi, kegiatan E-Commerce harus
didukung oleh komponen-komponen perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yang membangun:
1) Situs WEB: merupakan sebuah sistem komputer yang bertindak
sebagai server bagi transaksi bisnis dan dilengkapi sistem basis data
untuk Datawarehouse.
2) Jaringan komunikasi data (jaringan komputer): sebagai media
lalulintas data antara client (pembeli) dan server (situs WEB).
3) Protokol komunikasi data: berupa kumpulan aturan komunikasi data
yang mengendalikan pertukaran (pengiriman/penerimaan) data.
4) Antarmuka pemakai (user interface): pada sisi pengguna, sistem
komputer client harus dilengkapi dengan perangkat lunak browser
untuk mengakses data/informasi yang ada pada sistus WEB (misal:
Explorer, Netscape).
D. Lingkungan E-Commerce
Kegiatan E-Commerce membutuhkan dukungan lingkungan di luar
perusahaan, baik untuk transaksi keuangan maupun untuk pengiriman
barang. Seperti yang telah disinggung di atas, pembayaran dilakukan
secara elektronis menggunakan jasa perbankan atau institusi finansial
lainnya. Sedangkan pengiriman barang melibatkan perusahaan ekspedisi
barang (freight forwarder) yang memiliki jaringan luas.
Dalam hal transaksi keuangan untuk pembayaran harga barang
yang dibeli, perusahaan elektronis harus menggunakan jasa jaringan
perbankan internasional, dimana pembayaran dilakukan dengan satu jenis
mata uang yang disepakati sebagai alat pembayaran yang sah (dalam US$
misalnya). Prosedur pembayaran tersebut tentu harus mengikuti aturan
yang berlaku dalam sistem Perbankan Internasional. Pengiriman barang
dari gudang perusahaan ke tangan pembeli bukan suatu hal yang
sederhana, karena pengiriman lintas negara harus mengikuti aturan bea-
cukai di negara pengirim maupun penerima. Oleh sebab itu, jasa

5
pengiriman barang ini menjadi sangat vital, karena membutuhkan jasa
pengiriman yang cepat dan aman.
Penetrasi smartphone di Indonesia membawa efek domino ke
beberapa ranah bisnis lainnya, seperti bisnis E-Commerce di negara ini.
Para E-Commerce beramai-ramai menggeluti aplikasi mobile demi
menarik lebih banyak pendapatan. Beberapa di antaranya merupakan
nama-nama besar seperti Blibli, Kaskus, Tokopedia, Lazada, Zalora, OLX,
BukaLapak, dan Elevenia.

6
BAB III PEMBAHASAN

A.Menuju Pemerataan Ekonomi dengan E-Commerce Optimasi Ekonomi


Digital Untuk Pemerataan Ekonomi Indonesia
Ekonomi digital sendiri nyatanya memang berdampak baik terhadap
perekonomian Indonesia. Menurut laporan “Berita Resmi Statistik” dari
Badan Pusat Statistika (BPS) yang dikeluarkan pada 7 Mei 2018, bisnis
digital ini memberi pertumbuhan ekonomi yang positif.

Foto: Laporan BPS "Pertumbuhan Ekonomi Indonesia kuartal I-2018


Dari data tersebut, terlihat bahwa ekonomi Indonesia triwulan I-
2018 dibanding dengan triwulan I-2017 (y-on-y) tumbuh 5,06 persen. Dan
pertumbuhan tertinggi dicapai dari lapangan usaha Informasi dan
Komunikasi, yaitu sebesar 8,69 persen. Lapangan usaha informasi dan
komunikasi tentunya tidak lepas dari adanya e-commerce di Indonesia.
E-commerce sendiri juga sudah cukup menjamur di Indonesia. Bahkan beberapa
penyedia platform tersebut menyandang gelar startup Unicorn. Di antaranya
adalah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Keempat startup ini juga
membuat Indonesia menjadi salah satu primadona di kawasan Asia Tenggara.

7
Infografis: Tirto.id
Perkembangan e-commerce yang pesat di Indonesia ini ternyata tak
lepas dari perilaku pengguna internet di Indonesia yang dapat dilihat
melalui survei oleh Lembaga Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) pada 2016 lalu.

8
Hasil survei tersebut menyatakan bahwa sebesar 62% (82,2 juta
pengguna) mengunjungi konten komersial belanja online. Hal ini
membuktikan bahwa selain memenuhi kebutuhan masyarakat, e-
commerce juga meningkatkan perekonomian masyarakat.

Pelaku pengguna internet berdasarkan survei APJII 2016


Perilaku penggunaan internet dalam konten komersial beserta dampak yang bisa
dilihat dari perkembangan ekonomi Indonesia terkini tentunya sangat mendukung
pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika, yaitu dengan pemanfaatan
bisnis melalui digital, pemerataan ekonomi bisa dicapai.

B. E-Commerce dapat Menghapus Rantai Distribusi yang Panjang


Meskipun terlihat menjanjikan, ternyata dalam eksekusinya tidak
begitu mudah. Banyak usaha yang harus dikeluarkan untuk mendapat
manfaat e-commerce dalam menunjang pemerataan ekonomi Indonesia.
Salah satunya dengan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM).
Namun tidak hanya UMKM yang menjadi fokus sasaran
pemanfaatan e-commerce, sektor ekonomi lokal lainnya juga perlu
dirangkul untuk ikut bermain aktif dalam perdagangan berbasis elektronik
ini. Sektor tersebut di antaranya adalah pertanian, perkebunan, perikanan,
atau sektor ekonomi lokal lainnya.

9
Kominfo juga menargetkan 1 juta nelayan dan petani untuk Go Online
2019 | Foto: 8villages.com
Tentu akan sangat menguntungkan bila bisnis digital ini bisa
tersentuh oleh mereka. Hal ini dikarenakan dengan aktifnya petani dan
nelayan dalam e-commerce, konsumen akan semakin mudah menjangkau
produsennya secara langsung tanpa harus melalui mata rantai distribusi
yang panjang.
Hal ini juga berdampak bagi kedua pihak, yaitu harga yang baik
dan sehat untuk konsumen maupun produsen sendiri. Dengan begini,
pelaku usaha lokal bisa memperluas usahanya sehingga dapat
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana caranya dapat merangkul
pelaku usaha lokal tersebut?

C. Internet Menyentuh Pelosok Indonesia


Bukan fakta yang baru bila hingga kini internet sendiri belum
merata di seluruh daerah di Indonesia. Hal ini tentunya menghambat
pemanfaatan e-commerce bagi pelaku usaha lokal di pelosok atau
pedesaan.
Pemerintah sendiri pun tidak menutup mata terhadap tantangan ketersediaan
infrastruktur internet hingga ke pelosok yang masih terbatas. Akan tetapi, usaha-
usaha penyediaan infrastruktur internet sudah dilakukan.
Salah satunya dari PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) yang
merupakan anak perusahaan Telkom Indonesia. Perusahaan operator ini

10
memiliki komitmen untuk membangun Indonesia, terutama dalam bidang
telekomunikasi.
Dalam komitmennya, Telkomsel menggelar jaringan dari Sabang
sampai Merauke melalui Proyek Merah Putih (Menembus Daerah
Perdesaan, Industri Terpencil, dan Bahari). Dalam proyeknya ini,
perusahaan telah membangun 551 unit base transceiver station (BTS) di
568 desa tanpa sinyal di Tanah Air [3].

BTS 4G Telkomsel di Dessa Tolo'oi, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa,


NTB | Foto: www.telkomsel.com
Selain Telkomsel, pemerintahan Indonesia juga melaksanakan
pembangunan infrastruktur melalui Proyek Palapa Ring Untuk Internet
Lebih Cepat. Proyek ini nantinya akan menjadi tulang punggung internet
pita lebar bagi 33 provinsi dan 460 Kabupaten/kota di Indonesia.
Untuk paket tengah, meliputi 17 kota dan kabupaten yang berada
di Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,

11
Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara, Menkominfo memastikan dapat
selesai September 2018.
Menurutnya, jika paket tengah rampung, semua kabupaten di
Indonesia akan terhubung dengan jaringan tulang punggung serat optik.
Dengan demikian, layanan yang ada di Jawa dan daerah lain tidak
memiliki gap yang besar [4].

I
nfografis proyek Palapa Ring Kominfo | Foto: kominfo.go.id
Ternyata tidak hanya usaha dalam negeri, raksasa internet Google
juga turut memberi sumbangsih terkait akses internet di Indonesia. Melalui
kerja sama dengan perusahaan lokal, CBN dan FiberStar, Google
membangun Google Station di Indoensia.
Google Station ini merupakan area akses WiFi gratis untuk publik
buatan Google. Rencananya akan disediakan hingga 400 titik WiFi gratis
dari Google untuk Indonesia [5].

12
Google Station sudah di Indonesia dan India | Foto: Tekno Jurnal
Melihat upaya-upaya tersebut, bukan suatu yang mustahil bila
internet secara perlahan akan menyentuh penduduk Indonesia hingga ke
pedesaan serta pelosok lainnya. Tentunya ini menjadi harapan positif akan
partisipasi aktif dari pelaku usaha lokal untuk menggunakan e-commerce
dalam menunjang bisnisnya.
Dengan begitu, pemerataan ekonomi saat 100 tahun Indonesia, yang
diproyeksikan menjadi negara memiliki kekuatan ekonomi terbesar keempat di
dunia, akan berangsur-angsur terbentuk.
Data ecommerce di Indonesia tahun 2018
Data Jumlah Pengguna Internet di Indonesia tahun 2018 Data dari
wearesocial menunjukkan bahwa per Januari 2018 pengguna internet di
Indonesia mencapai 132,7 juta dengan tingkat penetrasi terhadap populasi
sebesar 50% (populasi 262 juta) seperti dapat dilihat pada gambar 1. Data
pengguna social media aktif sejumlah 130 juta sedangkan pengguna
mobilephone yang terdaftar sejumlah 177,9 juta atau 67% terhadap jumlah
populasi. Dari survei ini juga ditemukan pengguna aktif social media yang
mengakses menggunakan perangkat mobile yaitu sejumlah 120 juta jiwa.
Tinginya tingkat penggunaan interne dipicu oleh perkembangan
infrastruktur dan mudahnya mendapatkan smartphone atau perangkat
genggam. (wearesocial, hootsuite, 2018).

13
Data lebih lanjut menunjukkan, dapat dilihat dalam gambar tentang
aktivitas ecommerce pada 30 hari terakhir, bahwa mulai banyak orang
Indonesia yang mencari produk/jasa via internet (45%), mengunjungi toko
online (45%) dan membeli barang/jasa via komputer atau smartphone
(40%).
Kendala pemerataan ecommerce di indonesia Dari sisi pelaku usaha beberapa
penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi
kendala dalam mengadopsi e-commerce (Ihwana, 2012) (Chandra, 2012) (Yen
Maryeni,
2014) sebagai berikut :
1. Ihwana (2012) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang
menjadi masalah dalam implementasi
e-commerce sebagai berikut : koneksi internet yang lambat dan
jaringan yang belum menyeluruh sampai ke pelosok Indonesia,
administrasi bank dan pendistribusian barang ke pembeli. Sedangkan hal-
hal yang mendukung implementasi e-commerce yaitu : biaya murah dalam
mengembangkan website e-commerce dan peningkatan jumlah customer

14
2. Govindaraju & Chandra (2012) membagi kendala dalam adopsi
e-commerce sebagai berikut :
a) Manusia
Faktor manusia sebagai penghambat internal dapat diatasi melalui
perekrutan SDM IT yang mumpuni, peningkatan kemampuan SDM dan
mengikuti workshop serta pelatihan ecommerce yang diselenggarakan oleh
pemerintah
b) Sumber Informasi
Sumber informasi memerlukan keterlibatan pemerintah dan
stakeholder lainnya dalam hal pembuatan media informasi publik yang
berisi pengetahuan e-commerce .
3. Yen Yen Maryeni (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa adopsi e-
commerce di Jawa Barat dipengaruhi oleh 4 faktor sebagai
berikut:
a) Tingkat Kompleksitas
E-commerce dipandang terlalu rumit untuk di-implementasikan
oleh pelaku usaha. Untuk web statis masih mudah untuk dibuat, tapi
jika sudah masuk ke tahap integrasi transaksi pembayaran,dll sebagian
pelaku usaha merasa belum bisa. Hal ini ditambah dengan kemampuan
SDM yang kurang mendukung.
b) Perencanaan IT
Dalam tahap awal, pelaku usaha sering melupakan perencanaan
yang matang untuk kelangsungan e-commerce -nya. Perencanaan
disini mencakup perencanaan awal dan pengembangan lebih lanjut dari
e-commerce tersebut.
c) User IT Skill
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, penguasaan IT oleh SDM
di Indonesia dirasa masih kurang. Hal ini dapat diatasi dengan
mengikuti program peningkatan kualitas melalui workshop, training,
dll di bidang e-commerce baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta.
d) Management Support

15
Perubahan dari sistem bisnis konvensional ke online tentunya
akan membawa dampak bagi karyawan. Di sini peran pemilik UMKM
sebagai decision maker sangatlah penting untuk memotivasi dan
mendorong karyawan untuk menyesuaikan dengan perubahan yang
ada.
Jawa Masih Mendominasi Penetrasi e-Commerce Indonesia
18/9/2018, 20.58 WIB Berdasarkan usia konsumen, sekitar 87,83%
pembeli belanja digital di tanah air merupakan generiasi milenial.
Penetrasi e-commerce di tanah air masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Ini
tercermin dari hasil riset Katadata Insight Center (KIC) yang bertajuk
“Indonesia e-commerce Mapping 2018” mencatat 75,77% pembeli
perdagangan elektronik berasal dari Jawa. Konsumen terbesar kedua
berasal dari Sumatera dengan porsi 13,51% disusul Sulawesi sebesar
3,99% di urutan ketiga. Berdasarkan usia konsumen, sekitar 87,83%
pembeli belanja digital di tanah air merupakan generasi milenial, yakni
berusia antara 20-37 tahun. Sementara berdasarkan gender, laki-laki lebih
mendominasi belanja online di tanah air, yakni sebesar 52,97% konsumen
adalah pria dan sisanya wanita. Sedangkan menurut perangkat, sebanyak
92,72% konsumen mengakses e-commerce menggunakan telepon pintar
(smartphone) dan sisanya menggunakan komputer personal. Event 9.9
Super Shoping Day, masih menurut riset KIC dijadikan momentum oleh
59,38% penjual e-commerce untuk meningkatkan penjualan. Sementara
dari sisi pembeli, promo bebas ongkos kirim dan diskon menjadi alasan
utama bagi konsumen berbelanja dalam hajatan yang dilangsungkan pada
9 September 2018.
Mendorong Pengembangan Ekonomi Digital di Luar Jawa,
Indonesia merupakan pasar terbesar e-commerce di Asia Tenggara.
Menurut data Euromonitor (2014), penjualan online Indonesia mencapai
US$ 1,1 miliar atau lebih tinggi dibanding Thailand dan Singapura. Tapi
jika dibandingkan dengan total perdagangan retail, penjualan e-commerce
di Indonesia hanya sebesar 0,07 persen. Artinya, pasar e-commerce
Indonesia berpeluang untuk tumbuh semakin besar. Apalagi dengan modal

16
jumlah penduduk dan produk domestik bruto (PDB) terbesar di antara
negara-negara ASEAN.
Euromonitor memperkirakan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) penjualan
online Indonesia selama 2014-2017 sebesar 38 persen.Namun, perdagangan
online ini masih terkonsentrasi di Jawa dan Bali. Tingginya penjualan online
didua pulau tersebut tak lepas dari meratanya jangkauan internet di wilayah
tersebut. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) 2016, dari
132,7 juta pengguna internet, sebanyak 86,3juta atau 65 persen berada di Jawa.
Riset DBS bertajuk E-Commerce in Asia: Bracing for Digital
Disruption menyebutkan buruknya infrastruktur logistik, khususnya di luar
Jawa-Bali, membuat e-commerce sulit memperluas pasar dan menjangkau
wilayah terpencil di Indonesia. Karena itu, penjualan online selama ini
bahkan lebih banyak terpusat di seputar Jakarta.
Oleh sebab itu untuk meningkatkan jangkauan internet, pemerintah
membangun proyek Palapa Ring yang akan menjangkau seluruh wilayah
Indonesia. Melalui proyek ini, pemerintah akan membangun infrastruktur
jaringan tulang punggung serat optik nasional di daerah-daeran
nonkomersial demi pemerataan akses pitalebar (broadband) di Indonesia.
Proyek yang terbagi menjadi tiga wilayah yaitu barat, tengah, dan timur
dan direncanakan rampung pada akhir 2018. Sehingga nantinya 514
kabupaten/kota dapat menikmati layanan serat optik. Rinciannya,
sebanyak 457 kabupaten/kota akan digarap oleh operator. Sisanya, 57
kabupaten/kota yang tak layak secara bisnis bagi operator akan dibangun
oleh pemerintah.

17
BAB IV
(PENUTUP)
A. Kesimpulan
E-Commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-
produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke
perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis. (Laudon
& Laudon .1998).
E-Commerce atau yang biasa disebut juga dengan istilah Ecom
atau Emmerce atau EC merupakan pertukaran bisnis yang rutin dengan
menggunakan transmisi Electronic Data Interchange (EDI), email,
electronic bulletin boards, mesin faksimili, dan Electronic Funds Transfer
yang berkenaan dengan transaksi-transaksi belanja di Internet shopping,
Stock online dan surat obligasi, download dan penjualan software,
dokumen, grafik, musik, dan lain-lainnya, serta transaksi Business to
Business (B2B). (Wahana Komputer Semarang, 2002).
Guna menjalankan bisnis elektronis, dibutuhkan aspek-aspek
pendukung yang tidak persis sama dengan bisnis yang konvensional,
Beberapa aspek yang penting untuk diperhatikan adalah:
1) Aspek Hukum (Legal): Hukum yang mengatur proses bisnis pada e-
commerce untuk melindungi hak pembeli dan perusahaan penjual,
misalnya untuk menyatakan bahwa suatu transaksi dinyatakan sah atau
tidak.
2) Aspek Etika Bisnis Elektronis: Kode etik yang harus ditaati oleh
perusahaan dalam kaitan dengan hubungan antar perusahaan
elektronis ataupun antara perusahaan dengan pelanggan (misalnya
tentang kerahasiaan identitas pelanggan).
3) Aspek Teknologi: Berkaitan dengan teknologi pendukung e-
commerce, baik perangkat keras (hardware), maupun perangkat lunak
(software) yang handal (reliable) dan aman (secure).
Ekonomi digital sendiri nyatanya memang berdampak baik terhadap
perekonomian Indonesia. Menurut laporan “Berita Resmi Statistik” dari Badan
Pusat Statistika (BPS) yang dikeluarkan pada 7 Mei 2018, bisnis digital ini
memberi pertumbuhan ekonomi yang positif.

18
Perkembangan e-commerce yang pesat di Indonesia ini ternyata tak lepas
dari perilaku pengguna internet di Indonesia yang dapat dilihat melalui survei oleh
Lembaga Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2016 lalu.
Hasil survei tersebut menyatakan bahwa sebesar 62% (82,2 juta pengguna)
mengunjungi konten komersial belanja online. Hal ini membuktikan bahwa selain
memenuhi kebutuhan masyarakat, e-commerce juga meningkatkan perekonomian
masyarakat.
B. Saran

Berdasarkan Data di gambar di atas pada tahun 2016, yang kemungkinan besar
sekarang sudah meningkat jauh lebih besar lagi, bahwa tingginya pengguna media
sosial yang menggunakan media sosial sebagai lapangan bisnis lebih dari 120 juta
orang dari 240 juta orang dari penduduk indonesia. Hampir dari 50 % penduduk
indonesia menggunakan media sosial, hal ini membuktikan bahwa perkembangan
dalam media sosial cukup tinggi serta minat yang tinggi juga, hal ini dapat
berdampak pada kemajuan teknologi dan informasi serta pendapatan negara,
hanya saja kurangnya payung hukum yang melingungi dunia maya atau virtual
membuat banyaknya tindak kejahatan di media online, seperti penipuan online
serta yang paling terjadi adalah penyebaran HOAX hal ini membuktikan kurang
nya payung hukum, karena jika terus di biarkan dapat berdampak pada turun nya
minat atas teknologi dan informasi yang menyebabkan keraguan masyarakat atas
media sosial

19
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Mutia Rizki. 2013. Contoh-contoh E-Commerce.
http://mutiarizkiamalia.blogspot.com/2013/06/contoh-contoh-e-commerce.html.
Diakses pada 09 Juni 2017.
Andam, Zorayda Ruth. 2003. E-Commerce and E-Business. Online.
Tersedia: http://www.e-booksdirectory.com/details.php?ebook=5843. Diakses
pada 09 Juni 2017.
Berthon, P., Pit, L.P., Zinkhan, G.M., Watson, R.T. 2008. Electronic
Commerce: The Strategic Perspective. Online. Tersedia: http://www.e-
booksdirectory.com/details.php?ebook=1024. Diakses pada 09 Juni 2017.
Cabell, Diane., at al. 2001. E-Commerce: An Introduction. Online.
Tersedia: http://www.e-booksdirectory.com/details.php?ebook=3573. Diakses
pada 09 Juni 2017.
Ihwana, e. a. (2012). Empirical Study of E-commerce Implementation
among SME in Indonesia. International Journal of Independent Research and
Studies, Vol 1, No.1.
Chandra, G. &. (2012). Analysis of Level and Barriers of E-commerce Adoption
by Indonesian Small, Medium, and Micro Enterprises (SMMEs). Internetworking
Indonesian Journal, Vol.4/No.1 B (2012).
Yen Yen Maryeni, e. a. ( 2014). E-commerce Adoption in Indonesia SME.
Aust. J. Basic & Appl. Sci., 45-49.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/09/18/jawa-masih-
mendominasi-penetrasi-e-commerce-indonesia
wearesocial, hootsuite. (2018). Digital in 2018 : Southeas Asia, A Study of
Internet, Social Media, and Mobile Use Througout the Region. wearesocial.

20

Anda mungkin juga menyukai