Mineral TanahBahan mineral tanah merupakan bahan anorganik tanah yang terdiri dari
berbagai ukuran, komposisi dan jenis mineral. Mineral tanah berasal dari hasil pelapukan batuan-
batuan yang menjadi bahan induk tanah. Pada mujlanya batuan dari bahan induk tanah
mengalami proses pelapukan dan menghasilkan regolit. Pelapukan lebih lanjut menghasilkan
tanah dengan tektur masih kasar.
Ukuran mineral tanah sangat beragam mulai dari ukuran sangat kasar sampai dengan ukuran
yang sangat halus seperti mineral liat. Mineral liat hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop
elektron. Sifat mineral liat ditentukan dari:
(1) susunan kimia pembentuknya yang tetap dan tertentu, terutama berkaitan dengan penempatan
internal atom-atomnya,
(2) sifat fisiko-komia dengan batasan waktu tertentu, dan
(3) kecendrungan membentuk geometris tertentu.
Komposisi mineral dalam tanah sangat tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:
(1) jenis batuan induk asalnya,
(2) proses-proses yang bekerja dalam pelapukan batuan tersebut, dan
(3) tingkat perkembangan tanah.
Bahan induk tanah mineral berasal dari berbagai jenis batuan induk, sehingga dalam proses
pelapukannya akan menghasilkan keragaman mineral tanah yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang erat antara komposisi mineral bahan induk
dengan komposisi mineral batuannya. Sebagai contoh adalah tanah yang terbentuk dari bahan
induk yang berasal dari batuan basalt dan granit, akan memiliki komposisi mineral tanah sebagai
berikut:
(1) mineral kuarsa,
(2) mineral ortoklas,
(3) mineral mikroklin,
(4) mineral albit
(5) mineral oligoklas,
(6) mineral muskovit,
(7) mineral biotit.
(8) mineral dll.
Pada tanah-tanah yang mudah melapuk dan peka terhadap proses pencucian (leaching), seperti
tanah Podzol, ditemujkan mineal yang didominasi hanya jenis mineral: (1) kuarsa, dan (2)
ortoklas. Dominasi kedua mineral ini disebabkan karena kedua mineral ini relatif lebih resisten
terhadap pelapukan. Berbeda dengan tanah-tanah yang belum mengalami pelapukan (kurang
mengalami pelapukan), maka dalam tanah tersebut masih ditemukan mineral tanah yang
beragam dengan komposisi mineral tanah pada setiap lapisan yang hampir seragam.
Berdasarkan keberadaan silikat dalam mineral tanah, maka mineral dalam tanah dikelompokkan
menjadi 2 kelompok, yaitu:
(1) kelompok mineral silikat, dan
(2) kelompok mineral bukan silikat.
(1) Struktur Kristal Silikat Lempeng yang masuk kelompok Mineral Liat:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat lempeng
kelompok mineral liat adalah:
(1.1) Mineral Liat Kaolinit {Si4Al4O10(OH)4}
(1.2) Mineral Liat Vermikulit {AlMg5(OH)12(Al2Si6)}
(1.3) Mineral Liat Klorit {AlMg5O20(OH)4}
(1.4) Mineral Liat Montmorillonit
Kelompok mineral bukan silikat dibagi lagi menjadi 6 kelompok, yaitu: (1) mineral fosfat, (2)
mineral karbonat, (3) mineral klorit, (4) mineral sulfat, (5) mineral hidroksida, dan (6) mineral
oksida. Contoh mineral tanah yang termasuk keenam kelompok mineral bukan silikat ini
disajikan sebagai berikut:
Daftar Pustaka:
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com
Kadar Beberapa Hara Mikro Pada Berbagai TanamanKadar hara mikro (g/ha) pada
berbagai tanaman berbeda-beda dan sangat tergantung dengan jenis tanaman dan bagian tanaman
yang dianalisis. Kadar hara mikro pada bagian jerami tanaman berbeda dengan kadar hara mikro
pada bagian biji, gabah, polong, buah, siung, umbi, dan daun. Beberapa hasil analisis kadar hara
mikro pada beberapa tanaman meliputi: (a) tanaman pangan, (b) tanaman buah-buahan, (c)
tanaman sayur-sayuran, dan (d0 tanaman industri, disajikan sebagai berikut:
A. Tanaman Pangan
Beberapa hasil analisis kadar hara mikro tanaman pangan meliputi: (1) tanaman padi, (b)
tanaman jagung, (3) tanaman kedelai, dan (4) tanaman kacang tanah, disajikan sebagai berikut:
B. Tanaman Buah-Buahan
Beberapa hasil analisis kadar hara mikro tanaman buah-buahan meliputi: (1) tanaman apel, dan
(2) tanaman jeruk, disajikan sebagai berikut:
C. Tanaman Sayur-Sayuran
Beberapa hasil analisis kadar hara mikro tanaman sayur-sayuran meliputi: (1) tanaman bayam,
(2) tanaman tomat, (3) tanaman buncis, (4) tanaman kol, (5) bawang putih, (6) tanaman kentang,
dan (7) tanaman kentang manis, disajikan sebagai berikut:
(4.1) Kadar Hara Mikro pada Bagian Atas Tanaman Kol (Shoot):
(a) Hasil Bagian Atas Tanaman Kol : 22,40 ton/ha
(b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : 47 g/ha dan 24,18 g/ton
(c) Kadar hara mikro Kobalt (Co) : 47 g/ha
(d) Kadar hara mikro Mangan (Mn) : 112 g/ha
(e) Kadar hara mikro Seng (Zn) : 93 g/ha
Daftar Pustaka:
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya. Http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman.
A. Tanaman Pangan
(1) Tanaman Padi (Oryza sativa L.):
Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman padi bagian daun muda, adalah
sebagai berikut:
(a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 5 s/d 15 mg/kg.
(b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 8 s/d 25 mg/kg.
(c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 70 s/d 200 mg/kg.
(d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 150 s/d 800 mg/kg.
(e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 18 s/d 50 mg/kg.
B. Tanaman Sayur-Sayuran:
C. Tanaman Buah-Buahan:
Daftar Pustaka:
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman.
Kadar dan Serapan Unsur Hara Essensial Berbagai TanamanKadar dan serapan unsur hara
essensial pada berbagai tanaman sangat bervariasi. Kadar dan serapan unsur hara essensial
tanaman pangan berbeda dengan tanaman buah-buahan dan tanaman sayur-sayuran serta
tanaman industri. Kadar dan serapan unsur hara essensial pada tanaman jagung berbeda dengan
tanaman padi, kacang tanah dan kedelai. Kadar dan serapan unsur hara essensial pada jerami atau
bagian vegetatif berbeda dengan pada biji atau bagian generatif.
Data kadar dan serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman yang meliputi: (a) tanaman
pangan, (b) tanaman buah-buahan, (c) tanaman sayur-sayuran, dan (d) tanaman industri,
disajikan dalam uraian berikut:
A. Tanaman Pangan:
Data kadar dan serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman pangan yaitu meliputi: (a)
tanaman jagung, (b) tanaman padi, (c) tanaman kacang tanah, dan (d) tanaman kedelai, disajikan
dalam uraian berikut.
(1.1) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Biji Jagung:
(a) Hasil : 5,34 ton/ha
(b) Serapan N : 151,30 kg/ha Kadar N : 2,83 %
(c) Serapan P : 25,80 kg/ha Kadar P : 0,48 %
(d) Serapan K : 37,00 kg/ha Kadar K : 0,69 %
(e) Serapan Ca : 17,90 kg/ha Kadar Ca : 0,37 %
(f) Serapan Mg : 22,40 kg/ha Kadar Mg : 0,42 %
(g) Serapan S : 15,70 kg/ha Kadar S : 0,29 %
(h) Serapan Co : 0,067 kg/ha Kadar Co : 12,50 ppm
(i) Serapan Mn : 0,101 kg/ha Kadar Mn :189,00 ppm
(j) Serapan Zn : 0,168 kg/ha Kadar Zn : 31,50 ppm
(1.2) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Jerami Jagung:
(a) Bobot : 5,00 ton/ha
(b) Serapan N : 112,10 kg/ha Kadar N : 2,24 %
(c) Serapan P : 17,90 kg/ha Kadar P : 0,36 %
(d) Serapan K : 134,50 kg/ha Kadar K : 2,69 %
(e) Serapan Ca : 31,40 kg/ha Kadar Ca : 0,63 %
(f) Serapan Mg : 19,10 kg/ha Kadar Mg : 0,38 %
(g) Serapan S : 11,20 kg/ha Kadar S : 0,22 %
(h) Serapan Co : 0,056 kg/ha Kadar Co : 11,20 ppm
(i) Serapan Mn : 1,681 kg/ha Kadar Mn : 319,00 ppm
(j) Serapan Zn : 0,336 kg/ha Kadar Zn : 67,20 ppm
(2.2) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Jerami Padi:
(a) Bobot : 2,80 ton/ha
(b) Serapan N : 33,60 kg/ha Kadar N : 1,20 %
(c) Serapan P : 5,60 kg/ha Kadar P : 0,20 %
(d) Serapan K : 65,00 kg/ha Kadar K : 2,32 %
(e) Serapan Ca : 10,10 kg/ha Kadar Ca : 0,36 %
(f) Serapan Mg : 5,60 kg/ha Kadar Mg : 0,20 %
(g) Serapan S : —— kg/ha Kadar S : —– %
(h) Serapan Co : —— kg/ha Kadar Co : —– ppm
(i) Serapan Mn : 1,771 kg/ha Kadar Mn : 632 ppm
(j) Serapan Zn : —— kg/ha Kadar Zn : —— ppm
(3.1) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Polong Kacang Tanah:
(a) Hasil : 1,25 ton/ha
(b) Serapan N : 100,90 kg/ha Kadar N : 8,07 %
(c) Serapan P : 5,60 kg/ha Kadar P : 0,49 %
(d) Serapan K : 14,60 kg/ha Kadar K : 1,17 %
(e) Serapan Ca : 1,10 kg/ha Kadar Ca : 0,09 %
(f) Serapan Mg : 3,40 kg/ha Kadar Mg : 0,27 %
(g) Serapan S : 6,70 kg/ha Kadar S : 0,54 %
(h) Serapan Co : 0,022 kg/ha Kadar Co : 17,60 ppm
(i) Serapan Mn : 0,011 kg/ha Kadar Mn : 8,80 ppm
(j) Serapan Zn : —— kg/ha Kadar Zn : —– ppm
(3.2) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Jerami Kacang Tanah:
(a) Bobot : 2,50 ton/ha
(b) Serapan N : 117,70 kg/ha Kadar N : 4,71 %
(c) Serapan P : 12,30 kg/ha Kadar P : 0,49 %
(d) Serapan K : 88,60 kg/ha Kadar K : 3,54 %
(e) Serapan Ca : 50,40 kg/ha Kadar Ca : 2,02 %
(f) Serapan Mg : 19,10 kg/ha Kadar Mg : 0,08 %
(g) Serapan S : 17,90 kg/ha Kadar S : 0,72 %
(h) Serapan Co : —— kg/ha Kadar Co : —— ppm
(i) Serapan Mn : 0,258 kg/ha Kadar Mn : 103,20 ppm
(j) Serapan Zn : —— kg/ha Kadar Zn : —— ppm
(4.1) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Biji Kedelai:
(a) Hasil : 1,22 ton/ha
(b) Serapan N : 168,10 kg/ha Kadar N : 13,77 %
(c) Serapan P : 17,90 kg/ha Kadar P : 1,47 %
(d) Serapan K : 51,60 kg/ha Kadar K : 4,23 %
(e) Serapan Ca : 7,80 kg/ha Kadar Ca : 0,64 %
(f) Serapan Mg : 7,80 kg/ha Kadar Mg : 0,64 %
(g) Serapan S : 4,50 kg/ha Kadar S : 0,37 %
(h) Serapan Co : 0,045 kg/ha Kadar Co : 36,90 ppm
(i) Serapan Mn : 0,056 kg/ha Kadar Mn : 45,90 ppm
(j) Serapan Zn : 0,045 kg/ha Kadar Zn : 36,90 ppm
(4.2) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Jerami Kedelai:
(a) Bobot : 2,24 ton/ha
(b) Serapan N : 100,90 kg/ha Kadar N : 4,50 %
(c) Serapan P : 10,10 kg/ha Kadar P : 0,45 %
(d) Serapan K : 47,10 kg/ha Kadar K : 2,10 %
(e) Serapan Ca : 44,80 kg/ha Kadar Ca : 2,00 %
(f) Serapan Mg : 20,20 kg/ha Kadar Mg : 0,90 %
(g) Serapan S : 11,20 kg/ha Kadar S : 0,50 %
(h) Serapan Co : 0,045 kg/ha Kadar Co : 20,10 ppm
(i) Serapan Mn : 0,516 kg/ha Kadar Mn :230,40 ppm
(j) Serapan Zn : 0,168 kg/ha Kadar Zn : 75,00 ppm
B. Tanaman Buah-Buahan:
Data serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman buah-buahan yaitu meliputi: (a)
tanaman apel, dan (b) tanaman jeruk, disajikan dalam uraian berikut.
C. Tanaman Sayur-Sayuran:
Data serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman sayur-sayuran, yaitu meliputi: (a)
tanaman buncis, (b) tanaman kol, (c) tanaman bayam, (d) tanaman bawang putih, (e) tanaman
kentang, (f) tanaman tomat, dan (g) tanaman lobak, disajikan dalam uraian berikut.
D. Tanaman Industri:
Data serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman industri, yaitu meliputi: (a) tanaman
tembakau, (b) tanaman tebu, dan (c) tanaman kapuk, disajikan dalam uraian berikut.
Menurut Jones et al. (1991) dalam Hanafiah (2005) bahwa kadar unsur hara essensial makro dan
mikro pada tanaman secara berurutan dari kadar tertinggi sampai dengan terendah berdasarkan
perbandingan bobot kering adalah sebagai berikut:
(1) Karbon (45%) hampir sama dengan nomor (2)
(2) Hidrogen (45%)
(3) Oksigen (6%)
(4) Nitrogen (1,5%)
(5) Kalium (1,0%)
(6) Kalsium (0,5%)
(7) Fosfor (0,2%) hampir sama dengan nomor (8)
(8) Magnesium (0,2%)
(9) Belerang (0,1%)
(10) Klor (100 mg/kg) hampir sama dengan nomor (9)
(11) Besi (100 mg/kg)
(12) Boron (50 mg/kg)
(13) Mangan (20 mg/kg) hampir sama dengan nomor (14)
(14) Seng (20 mg/kg)
(15) Tembaga (6 mg/kg)
(16) Molibdenum (0,1 mg/kg).
Daftar Pustaka:
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/.
Foth. D.H. 1984. Fundamental of Soil Science. John Wiley & Sons. Inc. Singapore.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman.
Carilah data analisis tanah lengkap dari suatu lokasi penelitian, kemudian hitunglah kebutuhan
kapur apabila digunakan untuk budidaya tanaman yang saudara inginkan. Perhitungan kebutuhan
kapur dilakukan dengan menggunakan:
1. Metode Al-dd tanah
2. Metode hubungan antara pH tanah, KTK dan Kejenuhan Basa.Tugas dikumpul paling lambat
hari Kamis 27 Maret 2008 saat Praktikum dikumpulkan secara kolektif kepada asisten.
Diposkan oleh Dr. Ir. Abdul Madjid, MS di 01:28 1 komentar
Label: Kimia Tanah
Kriteria status hara tanaman karet dapat diketahui dari nilai kandungan hara pada daun tanaman
karet. Kandungan hara tersebut terdiri dari kandungan hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K)
dan Magnesium (Mg). Berdasarkan PTPN VII Musi Landas disusun kriteria sebagai
berikut:Kriteria Status Hara Nitrogen (N):
1. Tinggi: kandungan nitrogen daun lebih besar sama dengan 3,51%
2. Sedang: kandungan nitrogen daun berkisar antara 3,30% s/d 3,50%
3. Rendah: kandungan nitrogen daun lebih kecil sama dengan 3,29%
K-dd (me/100g)
Nilai Kalium dapat ditukar atau K-dd (me/100g) dalam tanah dikelompokkan dalam lima
kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk nilai K-dd (mg/100 g) < 0,1,
(2) rendah untuk nilai K-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,1 s/d 0,2,
(3) sedang untuk nilai K-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,3 s/d 0,5,
(4) tinggi untuk nilai K-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,6 s/d 1,0, dan
(5) sangat tinggi untuk nilai K-dd (mg/100g) > 1,0.
Na-dd (me/100g)
Nilai Natrium dapat ditukar atau Na-dd (me/100g) dalam tanah dikelompokkan dalam lima
kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk nilai Na-dd (mg/100 g) < 0,1,
(2) rendah untuk nilai Na-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,1 s/d 0,3,
(3) sedang untuk nilai Na-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,4 s/d 0,7,
(4) tinggi untuk nilai Na-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,8 s/d 1,0, dan
(5) sangat tinggi untuk nilai Na-dd (mg/100g) > 1,0.
Mg-dd (me/100g)
Nilai Magnesium dapat ditukar atau Mg-dd (me/100g) dalam tanah dikelompokkan dalam lima
kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk nilai Mg-dd (mg/100 g) < 0,4,
(2) rendah untuk nilai Mg-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,4 s/d 0,1,
(3) sedang untuk nilai Mg-dd (mg/100 g) berkisar antara 1,1 s/d 2,0,
(4) tinggi untuk nilai Mg-dd (mg/100 g) berkisar antara 2,1 s/d 8,0 dan
(5) sangat tinggi untuk nilai Mg-dd (mg/100g) > 8,0.
Ca-dd (me/100g)
Nilai Kalsium dapat ditukar atau Ca-dd (me/100g) dalam tanah dikelompokkan dalam lima
kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk nilai Ca-dd (mg/100 g) < 2,
(2) rendah untuk nilai Ca-dd (mg/100 g) berkisar antara 2 s/d 5,
(3) sedang untuk nilai Ca-dd (mg/100 g) berkisar antara 6 s/d 10,
(4) tinggi untuk nilai Ca-dd (mg/100 g) berkisar antara 11 s/d 20 dan
(5) sangat tinggi untuk nilai Ca-dd (mg/100g) > 20.
Sumber Pustaka:
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Melton Putra. Jakarta. 233 Halaman.
Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (1987), bahwa sebagian besar
kriteria status sifat kimia tanah dikelompokkan kedalam lima kategori, yaitu:
(1) sangat rendah,
(2) rendah,
(3) sedang,
(4) tinggi, dan
(5) sangat tinggi.Karbon atau C-organik Tanah
Nilai prosentase karbon dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk C(%) <1,00,
(2) rendah untuk C(%) berkisar antara 1,00 s/d 2,00,
(3) sedang untuk C(%) berkisar antara 2,01 s/d 3,00,
(4) tinggi untuk C(%) berkisar antara 3,01 s/d 5,00 dan
(5) sangat tinggi untuk C(%) lebih dari 5,00.
Nitrogen Tanah
Nilai prosentase nitrogen dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk N(%) <0,10,
(2) rendah untuk N(%) berkisar antara 0,10 s/d 0,20,
(3) sedang untuk N(%) berkisar antara 0,21 s/d 0,50,
(4) tinggi untuk N(%) berkisar antara 0,51 s/d 0,75 dan
(5) sangat tinggi untuk N(%) lebih dari 0,75.
C/N Ratio
Nilai C/N dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk C/N < 5,
(2) rendah untuk C/N berkisar antara 5 s/d 10,
(3) sedang untuk C/N berkisar antara 11 s/d 15,
(4) tinggi untuk C/N berkisar antara 16 s/d 25 dan
(5) sangat tinggi untuk C/N lebih dari 25.
P2O5 metode HCl
Nilai P2O5 dalam tanah yang terukur dengan metode HCl, dikelompokkan dalam lima kategori
berikut:
(1) sangat rendah untuk mg P2O5/100 g tanah < 10,
(2) rendah untuk mg P2O5/100 g tanah berkisar antara 10 s/d 20,
(3) sedang untuk mg P2O5/100 g tanah berkisar antara 21 s/d 40,
(4) tinggi untuk mg P2O5/100 g tanah berkisar antara 41 s/d 60 dan
(5) sangat tinggi untuk mg P2O5/100 g tanah lebih dari 60.
P2O5 Olsen
Nilai P2O5 dalam tanah yang terukur dengan metode Olsen, dikelompokkan dalam lima kategori
berikut:
(1) sangat rendah untuk ppm P2O5 < 10,
(2) rendah untuk ppm P2O5 berkisar antara 10 s/d 25,
(3) sedang untuk ppm P2O5 berkisar antara 26 s/d 45,
(4) tinggi untuk ppm P2O5 berkisar antara 46 s/d 60 dan
(5) sangat tinggi untuk ppm P2O5 lebih dari 60.
Sumber Pustaka:
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Melton Putra. Jakarta. 233 Halaman.
Unsur hara dapat tersedia disekitar akar melalui 3 mekanisme penyediaan unsur hara, yaitu: (1)
aliran massa, (2) difusi, dan (3) intersepsi akar. Hara yang telah berada disekitar permukaan akar
tersebut dapat diserap tanaman melalui dua proses, yaitu:
(1) Proses Aktif, yaitu: proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif atau proses penyerapan
hara yang memerlukan adanya energi metabolik, dan
(2) Proses Selektif, yaitu: proses penyerapan unsur hara yang terjadi secara selektif.Proses Aktif:
Proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif dapat berlangsung apabila tersedia energi
metabolik. Energi metabolik tersebut dihasilkan dari proses pernapasan akar tanaman. Selama
proses pernapasan akar tanaman berlangsung akan dihasilkan energi metabolik dan energi ini
mendorong berlangsungnya penyerapan unsur hara secara proses aktif. Apabila proses
pernapasan akar tanaman berkurang akan menurunkan pula proses penyerapan unsur hara
melalui proses aktif. Bagian akar tanaman yang paling aktif adalah bagian dekat ujung akar yang
baru terbentuk dan rambut-rambut akar. Bagian akar ini merupakan bagian yang melakukan
kegiatan respirasi (pernapasan) terbesar.
Proses Selektif:
Bagian terluar dari sel akar tanaman terdiri dari: (1) dinding sel, (2) membran sel, (3)
protoplasma. Dinding sel merupakan bagian sel yang tidak aktif. Bagian ini bersinggungan
langsung dengan tanah. Sedangkan bagian dalam terdiri dari protoplasma yang bersifat aktif.
Bagian ini dikelilingi oleh membran. Membran ini berkemampuan untuk melakukan seleksi
unsur hara yang akan melaluinya. Proses penyerapan unsur hara yang melalui mekanisme seleksi
yang terjadi pada membran disebut sebagai proses selektif.
Proses selektif terhadap penyerapan unsur hara yang terjadi pada membran diperkirakan
berlangsung melalui suatu carrier (pembawa). Carrier (pembawa) ini bersenyawa dengan ion
(unsur) terpilih. Selanjutnya, ion (unsur) terpilih tersebut dibawa masuk ke dalam protoplasma
dengan menembus membran sel.
Mekanisme penyerapan ini berlangsung sebagai berikut:
(1) Saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk kation (K+, Ca2+, Mg2+, dan NH4+)
maka dari akar akan dikeluarkan kation H+ dalam jumlah yang setara, serta
(2) Saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk anion (NO3-, H2PO4-, SO4-) maka
dari akar akan dikeluarkan HCO3- dengan jumlah yang setara.
Tanah tersusun dari: (a) bahan padatan, (b) air, dan (c) udara. Bahan padatan tersebut dapat
berupa: (a) bahan mineral, dan (b) bahan organik. Bahan mineral terdiri dari partikel pasir, debu
dan liat. Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah. Bahan organik dari tanah mineral berkisar
5% dari bobot total tanah. Meskipun kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (+5%)
tetapi memegang peranan penting dalam menentukan Kesuburan Tanah.Definisi Bahan Organik
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau
telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-
senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang
terlibat dan berada didalamnya.
Komposisi biokimia bahan organik dari biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) karbohidrat (60%),
(2) lignin (25%),
(3) protein (10%),
(4) lemak, lilin dan tanin (5%).
Berdasarkan kategori produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan organik
digolongkan menjadi 2, yaitu:
(1) proses mineralisasi, dan
(2) proses humifikasi.
Proses mineralisasi terjadi terutama terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang tidak
resisten, seperti: selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi dihasilkan ion atau hara
yang tersedia bagi tanaman.
Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang resisten, seperti:
lignin, resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang lebih resisten
terhadap proses dekomposisi.
Urutan kemudahan dekomposisi dari berbagai bahan penyusun bahan organik tanah dari yang
terdekomposisi paling cepat sampai dengan yang terdekomposisi paling lambat, adalah sebagai
berikut:
(1) gula, pati, dan protein sederhana,
(2) protein kasar (protein yang leih kompleks),
(3) hemiselulosa,
(4) selulosa,
(5) lemak, minyak dan lilin, serta
(6) lignin.
Humus
Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan organik tanaman (flora) dan
atau fauna yang telah dimodifikasi atau disintesis oleh mikrobia, yang bersifat agak resisten
terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus (tanpa bentuk/nonkristalin) dan bersifat koloidal.
Ciri-Ciri Humus
Beberapa ciri dari humus tanah sebagai berikut:
(1) bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran yang kecil menjadikan
humus koloid ini memiliki luas permukaan persatuan bobot lebih tinggi, sehingga daya jerap
tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300 me/100 g yang lebih tinggi
daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus memiliki daya jerap terhadap air sebesar
80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi daripada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki
gugus fungsional karboksil dan fenolik yang lebih banyak.
(2) daya kohesi dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat tanah dan membantu
granulasi aggregat tanah.
(3) Tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein kasar.
(4) berwarna coklat kehitaman, sehingga dapat menyebabkan warna tanah menjadi gelap.
Peningkatan baik keragaman mupun populasi berkaitan erat dengan fungsi bahan organik bagi
organisme tanah, yaitu sebagai:
(1) bahan organik sebagai sumber energi bagi organisme tanah terutama organisme tanah
heterotropik, dan
(2) bahan organik sebagai sumber hara bagi organisme tanah
Mekanisme penyediaan unsur hara dalam tanah melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. Aliran Massa (Mass Flow)
2. Difusi
3. Intersepsi Akar
Mekanisme Difusi
Ketersediaan unsur hara ke permukaan akar tanaman, dapat juga terjadi karena melalui
mekanisme perbedaan konsentrasi. Konsentrasi unsur hara pada permukaan akar tanaman lebih
rendah dibandingkan dengan konsentrasi hara dalam larutan tanah dan konsentrasi unsur hara
pada permukaan koloid liat serta pada permukaan koloid organik. Kondisi ini terjadi karena
sebagian besar unsur hara tersebut telah diserap oleh akar tanaman. Tingginya konsentrasi unsur
hara pada ketiga posisi tersebut menyebabkan terjadinya peristiwa difusi dari unsur hara
berkonsentrasi tinggi ke posisi permukaan akar tanaman. Peristiwa pergerakan unsur hara yang
terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi unsur hara tersebut dikenal dengan mekanisme
penyediaan hara secara difusi. Beberapa unsur hara yang tersedia melalui mekanisme difusi ini,
adalah: fosfor (90,9%) dan kalium (77,7%).
KTK muatan permanen adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid
liat dengan sumber muatan negatif berasal dari mekanisme substitusi isomorf. Substitusi isomorf
adalah mekanisme pergantian posisi antar kation dengan ukuran atau diameter kation hampir
sama tetapi muatan berbeda. Substitusi isomorf ini terjadi dari kation bervalensi tinggi dengan
kation bervalensi rendah di dalam struktur lempeng liat, baik lempeng liat Si-tetrahedron
maupun Al-oktahedron.
Contoh peristiwa terjadinya muatan negatif diatas adalah: (a). terjadi substitusi isomorf dari
posisi Si dengan muatan 4+ pada struktur lempeng liat Si-tetrahedron oleh Al yang bermuatan
3+, sehingga terjadi kelebihan muatan negatif satu, (b). terjadinya substitusi isomorf dari posisi
Al yang bermuatan 3+ pada struktur liat Al-oktahedron oleh Mg yang bermuatan 2+, juga terjadi
muatan negatif satu, dan (c). terjadi substitusi isomorf dari posisi Al yang bermuatan 3+ dari
hasil substitusi isomorf terdahulu pada lempeng liat Si-tetrahedron yang telah bermuatan neatif
satu, digantikan oleh Mg yang bermuatan 2+, maka terjadi lagi penambahan muatan negatif satu,
sehingga terbentuk muatan negatif dua pada lempeng liat Si-tetrahedron tersebut. Muatan negatif
yang terbentuk ini tidak dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pH tanah. KTK tanah yang
terukur adalah KTK muatan permanen.
KTK muatan tidak permanen atau KTK tergantung pH tanah adalah jumlah kation yang dapat
dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif liat bukan berasal dari
mekanisme substitusi isomorf tetapi berasal dari mekanisme patahan atau sembulan di
permukaan koloid liat, sehingga tergantung pada kadar H+ dan OH- dari larutan tanah.