Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH I

GAGAL JANTUNG

Pembimbing :

Ana Fitrria N. S,Kep. Ns.M,Kep

Di susun oleh :

1. Alipiya Kartika Dewi


2. Novia Citra H
3. Nabila Hafina
4. Rovika Dewi
5. Ulfatun Hasanah

D3 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

PADJARAKAN-PROBOLINGGO

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan Makalah keperawatan
Medical Bedah 1 Tentang Gagal Jantung tepat pada waktunya.Dalam
penyusunan makalah ini kami sadar karena kemampuan kami sangat
terbatas.Maka makalah ini masih mengandung banyak kekurangan,untuk itu
harapan kami mohon bimbingan kepada ibu AnaFitrria N. S,Kep. Ns.M,Kep
selaku pengajar mata kuliah Keperawatan Medical Bedah 1 bersedia memberi
saran dan pendapat untuk makalah ini.Akhirnya kepada semua yang telah
mendukung dalam penyusunan makalah ini,kami atas nama kelompok penyusun
menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tak terhingga.Semoga Tuhan
Yang Maha Esa Pemurah memberkati kita,sehingga upaya kecil ini besar
manfaatnya bagi kita semua.terima kasih

Genggong, 18 Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I................................................................................................................

PENDAHULUAN...........................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................

1.3 Tujuan.............................................................................................

BAB II..............................................................................................................

PEMBAHASAN..............................................................................................

2.1 Definisi Gagal Jantung ..................................................................

2.2 Etiologi pada Gagal Jantung

2.3 Pathofisiologi Gagal jantung .........................................................

2.4 Macam – Macam Gagal Jantung....................................................

2.5 diagnosa Gagal Jantung..................................................................

2.6 Penanganan Gagal Jantung............................................................

2.7 Diet pada Pasien Gagal Jantung.....................................................

BAB III............................................................................................................

PENUTUP.......................................................................................................

3.1 Kesimpulan.....................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan


pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks. Kematian akibat penyakit
kardiovaskuler khususnya gagal jantung adalah 27 %. Sekitar 3 - 20 per 1000
orang mengalami gagal jantung, angka kejadian gagal jantung meningkat seiring
pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia di atas 60 tahun. Dari hasil
penelitian Framingham pada tahun 2000 menunjukkan angka kematian dalam 5
tahun terakhir sebesar 62% pada pria dan 42% wanita, berdasarkan data dari di
Amerika terdapat 3 juta penderita gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah
dengan 400.000 orang, sedangkan untuk di Indonesia angka kejadian gagal
jantung menyebab kematian nomor satu, padahal sebelumnya menduduki
peringkat ketiga. Gagal jantung dapat disebabkan oleh beberapa factor yang
dapat dihindari dan yang tidak dapat dihindari.

Faktor - faktor penyebab gagal jantung diantaranya adalah kebiasaan


merokok, diabetes, hipertensi, kolestrol, kelebihan berat badan hingga stress. Ada
tiga faktor lainnya yang tidak bisa dihindari oleh manusia yakni faktor keturunan
dan latar belakang keluarga, faktor usia dan jenis kelamin yang banyak ditemui
pada kasus kegagalan jantung. Selain hipertensi, penyebab gagal jantung adalah
kelainan otot jantung, ateriosklerosis dan peradangan pada miokardium.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Definisi gagal Jantung ?


2. Apa Etiologi dan Pathofisiologi Gagal Jantung ?
3. Bagaimana implementasi Gagal Jantung ?
4. Bagaimana diet pada pasien Gagal Jantung ?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui Definisi gagal Jantung ?


2. Mengetahui Etiologi dan Pathofisiologi Gagal Jantung ?
3. Mengetahui implementasi Gagal Jantung ?
4. Mengetahui diet pada pasien Gagal Jantung ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi gagal jantung

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium
yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel
memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi
utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluru tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi
tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh
tubuh dan memompanya ke dalam paru- paru, dimana darah akan mengambil
oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah
yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat lagi
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
walaupun darah balik masih dalam keadaan normal. Dengan kata lain, gagal
jantung merupakan suatu ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
(forward failure) atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan
pengisian jantung yang tinggi (backward failure) atau keduanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung adalah


kontraktilitas miokard, denyut jantung (irama dan kecepatan/ menit) beban awal
dan beban akhir.

2.2 Etiologi gagal jantung

Menurut beberapa penelitian penyakit jantung disebabkan oleh beberapa hal


yaitu:

 usia
 jenis kelamin
 konsumsi garam berlebihan
 keturunan
 hiperaktivitas system syaraf simpatis
 stress
 obesitas
 olahraga tidak teratur
 merokok
 konsumsi alcohol dan kopi berlebihan
 hipertensi
 ischaemic heart disease
 konsumsi alkohol
 Hypothyroidsm
 penyakit jantung kongenital (defek septum, atrial septal defek, ventrical
septal defek),  Kardiomiopati (dilatasi, hipertropik, restriktif)
 infeksi juga dapat memicu timbulnya gagal jantung.

2.3 Patofisiologi

Penyebab Decompensasi Cordis menurut Smeltzer,(2001), yaitu mekanisme


yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas
jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal,
bila curah jantung berkurang system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai maka volume
sekuncuplah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung masalah utamanya adalah kerusakan dan kekakuan
serabut otot jantung dan volume sekuncup itu dipengaruhi tiga factor yaitu
preload, kontraktilitas dan afterload ,jika salah satu dari ketiga factor tersebut
terganggu maka curah jantungnya akan berkurang. Curah jantung yang menurun
menyebabkan kongesti jaringan yang terjadi akibat peningkatan tekanan arteri
atau vena kongesti paru terjadi karena ventrikel kiri gagal memompa darah dari
paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong
keparu, manifestasinya meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi, bunyi
jantung S3, kecemasan dan kegelisahan.

Bila ventrikel kanan gagal mengakibatkan kongesti visera dan jaringan


perifer, sebagai akibat sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan darah
secara adekuat. Manifestasinya yaitu Oedema dependen, hepatomegali,
pertambahan berat badan, asites, distensi vena jugularis.

Menurut Nettina (2002), penurunan kontraktilitas miokardium, pada awalnya


hal ini hanya timbul saat aktivitas berat atau olah raga dan tekanan vena juga
mulai meningkat dan terjadilah vasokontiksi luas, hal ini kemudian meningkatkan
afterload sehingga curah jantung semakin turun.
2.4 Macam-macam gagal jantung

 Gagal jantung akut


Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-
gejala atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi
dengan atau tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung
bisa berupa disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik . Diagnosis gagal
jantung akut ditegakkan berdasarkan gejala dan penilaian klinis, didukung
oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto thoraks, biomarker dan
ekokardiografi Doppler. Pasien segera diklasifikasikan apakah disfungsi
sistolik atau disfungsi diastolik.

 gagal jantung kronik


Gagal jantung adalah suatu kondisi patofisiologi, dimana terdapat
kegagalan jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan
jaringan. Gagal jantung kronis juga didefinisikan sebagai sindroma klinik
yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatique
baik dalam keadaan istirahat maupun beraktifitas.

2.5 Diagnosis gagal jantung

Diagnosis gagal jantung dapat dilakukan dengan dengan pemeriksaan fisik


dan penunjang. Gejala yang didapatkan pada pasien dengan gagal jantung antara
lain sesak nafas, Edema paru, peningkatan JVP , hepatomegali , edema tungkai.

Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio


kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah kronis.
Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan, LVH, atau
kadang oleh efusi perikard. Derajat kardiomegali tidak berhubungan dengan
fungsi ventrikel kiri.

Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian


besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertropi LV,
gangguan konduksi, aritmia.
Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis
gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan diastolik), dan
abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit katub jantung dapat
disinggirkan.

Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai


fungsi ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan gagal
jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu dilakukan.

Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai fungsi


ventrikel dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari ekokardiografi sulit
diperoleh. Pemindahan perfusi dapat membantu dalam menilai fungsional
penyakit jantung koroner.

2.6 Penanganan gagal jantung

Tujuan umum penanganan gagal jantung adalah: meniadakan tanda klinik


seperti batuk dan dispne, memperbaiki kinerja jantung sebagai pompa,
menurunkan beban kerja jantung, dan mengontrol kelebihan garam dan air. Obat
yang digunakan untuk penanganan gagal jantung bervariasi tergantung pada
etiologi, keparahan gagal jantung, spesies penderita, dan faktor lainnya.

Untuk mencapai tujuan dalam penanganan gagal jantung dapat dilakukan


dengan cara:

 Membatasi aktivitas fisik. Latihan/aktivitas akan meningkatkan beban


jantung dan juga meningkatkan kebutuhan jaringan terhadap oksigen. Pada
pasien yang fungsi jantungnya mengalami tekanan, latihan dapat
menimbulkan kongesti. Karena itu maka kerja jantung harus diturunkan
dengan istirahat atau membatasi aktivitas.
 Membatasi masukan garam. Pada pasien yang mengalami CHF, aktivitas
renin-angiotensi-aldosteron mengalami peningkatan. Hal tersebut akan
merangsang ginjal untuk menahan natrium dan air sehingga ekskresi
natrium dan air akan berkurang. Bila ditambah pakan yang mengandung
natrium tinggi maka retensi air dan peningkatan volume darah akan
semakin parah, dan pada gilirannya akan menimbulkan kongesti dan
edema.
 Menghilangkan penyebab atau faktor pemicu gagal jantung.
Menghilangkan penyebab gagal jantung merupakan tindakan yang paling
baik. Malformasi kongenital seperti patent ductus arteriosus dapat
diperbaiki dengan cara operasi dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Ballon valvuloplasti telah berhasil digunakan untuk menangani stenosis
katup pulmonik. CHF yang disebabkan oleh penyakit perikardium dapat
ditangani sementara atau permanen dengan perikardiosentesis atau
perikardektomi. Tetapi sayangnya hal tersebut sering tidak mungkin
dilakukan dengan berbagai alasan.
 Menurunkan preload. Karena adanya retensi garam dan air oleh ginjal
pada pasien CHF, maka preload jantung pada umumnya tinggi. Hal
tersebut akan mengakibatkan kongesti pada sistem Sirkulasi. Oleh karena
itu, penurunan preload akan menurunkan kongesti dan edema pulmoner,
yang akan memperbaiki pertukaran gas pada paru-paru pada kasus CHF
jantung kiri, dan menurunkan kongesti vena sistemik dan asites pada CHF
jantung kanan. Preload ditentukan oleh volume cairan intravaskular dan
tonus vena sistemik.

2.7 Diet pada pasien gagal jantung

Di Indonesia menurut data dari Indonesian Society of Hypertension asupan


garam harian mencapai 15 gr hingga dua kali liat yang direkomendasikan WHO
yaitu 5 sampai 6 gr per hari. Ada tiga tahap diet rendah garam yakni terdiri dari
diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram
per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari).

 Diet rendah garam


Yang dimaksud disini adalah diet tanpa penggunaan garam dapur baik
dalam proses pengolahan makanan maupun saat makanan tersebut akan
dikonsumsi. Selain itu, konsumsi makanan dengan kandungan Natrium
yang tinggi juga dikurangi. Bahan makanan yang diolah dengan
menggunakan garam seperti kecap, margarin, mentega, keju, terasi,
petis,dan sebagainya tidak boleh dikonsumsi. Demikian juga dengan bahan
maknan awetan yang menggunakan garam seperti ikan asin, sardines,
corned beef, sosis dan sebagainya. Konsumsi bahan makanan yang
kandungan natriumnya tinggi baik bahan makanan hewani maupun nabati
harus dibatasi jumlahnya karena kandungan natrium didalamnya cukup
tinggi.
 Diet rendah natrium
Dalam diet rendah garam, kandungan Natrium dalam makanan masih
dalam jumlah tinggi, yaitu sekitar 2500mg. Pada diet rendah natrium,
kandungan Na adalah antara 600 mg hinga 1200 mg. Akan tetapi dengan
hanya mengunakan bahan makanan tertentu dalam diet, kandungan Na
dalam makanan dapat ditekan sampai batas minimal .

Diet rendah natrium hanya diberikan kepada penderita yang dirawat di


rumah sakit. Salah satu diet rendah natrium yang paling sering digunakan adalah
disebut diet kempner. Diet terdiri atas beras dan buah-buahan kandungan natrium
sebanyak 200 mg, protein nabati 20 gram, dan hidrat arang 460 gram sehari.
Jumlah cairan yang diberikan antara 700 ml sampai 1000 ml sehari. Penderita
diberi makanan yang terdiri atas 200 – 300 gr beras sehari yang dimasak sebagai
nasi. Nasi tidak boleh dimasak dengan garam. Jumlah kalori yang didapat dari
nasi adalah antara 700 – 100 kalori. Tambahan kalori diperoleh dengan
menambahkan gula atau buah-buahan segar. Semua buah-buahan dapat diberikan
kecuali advokad, kurma, dan buah-buahan yang sudah diawetkan/ buah-buahan
kaleng. Sari tomat dan sari sayuran tidak boleh diberikan. 9,10 .Diet rendah garam
atau rendah natrium tidak hanya diberikan kepada penderita penyakit jantung,
tetapi juga diberikan kepada penderita penyakit ginjal, penyakit sirosis hati, dan
keracunan kehamilan. Penderita bukan saja harus membatasi makanan yang
mengandung natrium tinggi dan pantang garam, tetapi juga obat- obatan ataupun
bahan lainnya yang kadar natriumnya tinggi seperti Na-siklamat (gula tiruan),
bumbu masak (monosodium glutamat), dan sebagainya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjalani diet rendah garam,
antara lain:

 Apabila fungsi ginjal tidak sempurna, penderita akan mengalami


defisiensi natrium karena kemampuan ginjal menyerap kembali Na
menurun.
 Defisiensi Na juga dapat terjadi jika penderita diberi obat diuretik.
 Sindrom kurang garam dapat timbul pada penderita, yaitu tubuh
menjadi lemah, nafsu makan hilang, mual, dan muntah. Selain itu
tekanan darah akan turun, denyut nadi menjadi cepat. Keadaan ini
disebut juga “intoksikasi air”.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat lagi
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
walaupun darah balik masih dalam keadaan normal. Dengan kata lain, gagal
jantung merupakan suatu ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
(forward failure) atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan
pengisian jantung yang tinggi (backward failure) atau keduanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung adalah


kontraktilitas miokard, denyut jantung (irama dan kecepatan/ menit) beban awal
dan beban akhir.

Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-gejala


atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau
tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Gagal jantung kronis didefinisikan
sebagai sindroma klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa
sesak, fatique baik dalam keadaan istirahat maupun beraktifitas.

Pada gagal jantung terjadi suatu kelainan multisistem dimana terjadi


gangguan pada jantung (disfungsi sistolik dan diastolik). Pada disfungsi sistolik
terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan
cardiac output. Disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard,
dengan kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri
menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebab
tersering adalah penyakit jantung koroner, hipertensi dengan hipertrofi ventrikel
kiri dan kardiomiopati hipertrofik.
Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Penanganan yang diberikan dapat berupa penanganan farmakologis
dan non farmakologis.

3.2 Saran

Jagalah kesehatan terutama pada organ jantung dan organ sistem yang saling
berkaitan lainnya agar tidak terjadi gangguan pada sistem metabolisme darah kita
hindarilah polusi udara dan gas-gas beracun serta rawatlah jantung agar tetap
berfungsi dengan semestinya serta jantung mudah sekali terkena penyakit infeksi
sehingga menimbulkan kerusakan fungsi dan Jaringan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, Arum .dkk. 2010. Ilmu Penyakit dalam .Jakarta :

FKUI

Nursalam . 2013. Manajemen keperawatan : aplikasi dalam

praktik keperawatan professional. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai