Anda di halaman 1dari 2

TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

NAMA : EVLYN JULIET LULAN

KELAS : X IPA 6

PAMERAN TEMPORER GEDUNG MUSEUM NUSA TENGGARA TIMUR

Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi dan AMIDA NTT menggelar Pameran Temporer.
Kegiatan ini dibuka oleh Frederika Christina ,S.pd dan cecilia Retnowati S.Ss, Kegiatan di Pelataran
halaman Museum Negeri Dikbud Provinsi NTT.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melindungi, mengembangkan, membina dan
memanfaatkan artefak-artefak hasil kebudayaan masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.

Jadwal Kegiatan pameran temporer memulai pembukaan dari 24-29 agustus 2020.Waktu:10.00-11.00
WITA.

Kegiatan Pameran Temporer harus digalakan dan menjadi rutinitas tahunan agar mempromosikan
Material-material dan cerita , atau dongen yang terpajang di Rumah Peradaban utama NTT yakni
Gedung Pameran utama yang tersimpan dan dipajang di Museum dan Rumah Koleksi hasil artefak-
artefak dari 1 kota dan 21 kabupaten Se NTT.Pameran ini sagat membangun dan mengembangkan
kreatifitas anak bagsa serta mengetahui peningalan-peningalan pasa masa dahuli ,banyak juga yang
terdapat di sana kain adat Cinde di nusa tenggara timur.Wanita dan Secuil Cerita di Balik Kain Tenun NTT
Kini!

Proses menenun kain NTT / dokpri

Andai kain tenun ini lebih dihargai nilainya, mungkin wanita-wanita muda disini akan tertarik
meneruskan warisan menenun, dan tak pergi mengadu Nasib Tergantung Tetangga (NTT).

Mungkin itulah kalimat yang sedikit menggambarkan sebagian kondisi wanita di Nusa Tenggara Timur
(NTT) saat ini.Masyarakat NTT menggandeng sterotipe yang sangat beragam. Ada yang mengatakan
NTT: nasib tidak tentu, nasib tergantung tetangga, nanti Tuhan tolong. Istilah-istilah ini dipakai ditengah
masyarakat dalam menggambarkan kompleksitas persoalan yang ada. Setiap predikat ini disisipkan
ketika melihat pada persoalan yang melilit masyarakat NTT. Kemiskinan, human trafficking, degradasi
moral dan lain sebagainya.

Adapula suara hati seorang Heni Yang terlihat dari raut wajahnya, wanita asli Flores ini gencar
menggerakkan misi keadilan, ekonomi dan budaya melalui pelestarian Kain Tenun khas NTT, melalui
sebuah organisasi non pemerintah yang berbasis di Labuan bajo Yang berdiri sejak 2005.

Sambil memperkenalkan kepada kami rombongan media dan blogger jalan-jalan ke Labuan Bajo yang
difasilitasi oleh JNE tentang perjalanan panjang sebuah Kain tenun Flores, Heni menularkan semangat
untuk mengajak kita lebih menghargai nilai-nilai arti dibalik sebuah barang yang memiliki ikatan kuat
dengan budaya, ketimbang hal lain misalnya popularitas seperti kain tenun Flores .
"Yang membuat kami sedih, dihargainya gak seberapa, padahal banyak sekali cerita panjang yang jauh
lebih berharga dari itu semua," katanya.

"Penenun sekarang sudah semakin sedikit, di wilayah kami anak muda lebih tertarik mencari
penghasilan keluar daerah, bahkan keluar negeri. Selain dampak pengaruh arus informasi, lapangan
pekerjaan juga sedikit," sambung Heni.

Bayangkan, untuk proses pembuatan paling cepat saja jenis selendang kain tenun Manggarai ukuran
20cm memakan waktu 3 Hari, dan dihargai 100 ribu rupiah.

Belum lagi beredar pula kain tenun Flores produk konveksi yang berasal dari wilayah luar NTT seperti
pulau Jawa dan Bali, yang kemudian ditawarakan kepada para wisatawan yang berkunjung ke wilayah
NTT, parahnya lagi diklaim merupakan hasil tenun asli lokal. Hal tersebut makin membuat mantap rasa
ingin meninggalkan warisan menenun dan lebih memilih pergi mencari penghidupan layak di negeri
seberang.

Memang, dulunnya wanita Flores menenun sebagai bagian dari kegiatan rutin di dalam rumah untuk
mengisi waktu ketika sang pria mencari nafkah diluar rumah. Tapi, kini jaman telah berubah, wanita
Flores lebih tertarik tidak di dalam rumah. Emansipasi disini sangat berdampak terhadap budaya

Anda mungkin juga menyukai