Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam
Menyetujui
Dosen Pembimbing
ii
Motto
Kesuksesan tak pernah dimiliki. Ia disewakan dan itu dibayar tiap hari
(Rory Vaden)
Dia yang tahu, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak tau
(Lao Tse)
Terasa sulit ketika aku merasa harus melakukan sesuatu. Tetapi, menjadi
mudah ketika aku menginginkannya
(Annie Gottlier)
iii
Daftar Isi
Pengesahan Makalah................................................................................................ii
Motto.......................................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
Kata Pengantar........................................................................................................vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga Berencana..........................................................................4
a. Pengertian Keluarga Berencana.................................................................4
b. Tujuan Keluarga Berencana......................................................................4
c. Manfaat Keluarga Berencana....................................................................6
d. Sasaran Keluarga Berencana.....................................................................8
e. Macam Metode Alat Kontrasepsi.............................................................9
B. Pandangan Keluarga Berencana menurut Pandangan Islam.....................12
a. Pandangan Al-Quran...........................................................................12
b. Pandangan Hadis.................................................................................17
c. Pandangan Menurut Para Ulama........................................................19
BAB III
A. Analisis Data …………..……………………………………………………22
iv
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................23
B. Saran................................................................................................................24
Daftar Pustaka........................................................................................................25
Lampiran................................................................................................................26
v
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah
Agama Islam dengan judul “Perspektif Keluarga Berencana dalam
Pandangan Islam dan Kesehatan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan pada makalah ini.
Penulis
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak,
yaitu setiap keluarga dianjurkan untuk memiliki dua anak. Tidak
tanggung-tanggung, keluarga berencana diberlakukan kepada
seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan
atas dalam tatanan masyarakat.
2
1.3.3. Memberi informasi mengenai hukum Keluarga Berencana
(KB) dalam sudut pandang agama Islam.
1.3.4. Mengetahui metode-metode keluarga berencana yang
diperbolehkan dan dilarang dalam agama Islam.
1.3.5. Memberi informasi mengenai alasan dilaksanakannya
program Keluarga Berencana (KB) dalam segi agama
Islam dan kesehatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana
2.1.2.1. Tujuan Demografi
Bertujuan mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk
(LLP) dan diikuti dengan menurunnya angka
kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87
menjadi 2,69 per wanita. Pertambahan penduduk
yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan
kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam
serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan
kesenjangan penyediaan bahan pangan
dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat
dengan teori Malthus (1766-1834) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan manusia
cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan
pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
2.1.2.2. Mengatur Kehamilan
Dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan
kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
2.1.2.3. Mengobati Kemandulan (Infertilitas)
Bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal
ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga
bahagia.
2.1.2.4. Married Conseling (Nasehat Perkawinan)
Bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi
5
dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
2.1.2.5. Tercapainya NKKBS
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas,
keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang
harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan,
pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
2.1.3. Manfaat Keluarga Berencana
2.1.3.1. Menurunkan Risiko Terjangkitnya Kanker Rahim
dan Kanker Serviks
6
pertama kehidupan bayi. Untuk itu, perlu diadakan
upaya serta berbagai macam inovasi guna mengatasi
hal tersebut.
7
halnya jika dalam sebuah keluarnya terdapat banyak
anak. Kasih sayang dan perhatian orangtua akan
lebih terbagi-bagi keseluruh anak-anaknya. Hal
tersebut bisa menimbulkan rasa iri diantara anak-
anak, serta kondisi mereka menjadi kurang terurus.
8
peserta KB yang aktif lestari, sehingga memberi
efek langsung penurunan fertilitas.
9
Vaginal Foam
Vaginal Jelly
Vaginal Suppositoria
Vaginal Table
Vaginal Soluble Film
2.1.5.2. Metode Modern:
a. Kontrasepsi Hormonal:
Per-oral:
Pil Oral Kombinasi (POK)
Mini-pil
Morning-after Pil
Injeksi (Suntikan):
DMPA
NET-EN
Microspheres
Microcapsules
Sub-kutis (Implant):
Implant Non garis-biodegradeble:
Norplant
Norplant-2
ST-1435
Implanon
Implan biodegradable:
Capranor
Pellets
b. Intra Uterine Devices:
IUD
AKDR
c. Kontrasepsi Teruji:
Kepada wanita:
Penyinaran:
10
Radiasi sinar-X
Radium
Cobalt
Sinar laser
11
Penyumbatan vas deferens secara
kimiawi:
Quinacrine
Ethanol
Ag-nitrat
12
اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَاZَو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي
ِ َّاب الن
ار َ َع َذ
صيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوأَحْ ِسن َ ك هَّللا ُ ال َّدا َر اآْل ِخ َرةَ َواَل ت
ِ ََنس ن َ َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا
ِ ْك َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اأْل َر
ُّض إِ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحب َ َك َما أَحْ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْي
َْال ُم ْف ِس ِدين
ض ْعنَ أَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَي ِْن َكا ِملَي ِْن ۖ لِ َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم ِ َْات يُر ُ َو ْال َوالِد
ُوف ۚ اَلZِ د لَهُ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْال َم ْعرZِ ضا َعةَ ۚ َو َعلَى ْال َموْ لُو َ ال َّر
ۚ د لَهُ بِ َولَ ِد ِهZٌ ضا َّر َوالِ َدةٌ بِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُو َ ُتُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ إِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ اَل ت
اض ِم ْنهُ َما
ٍ صااًل ع َْن ت ََر َ ِث ِم ْث ُل ٰ َذلِكَ ۗ فَإِ ْن أَ َرادَا ف ِ ارِ َو َعلَى ْال َو
م فَاَلZْ ضعُوا أَوْ اَل َد ُك ِ ْر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما ۗ َوإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن تَ ْستَرZٍ َوتَ َشا ُو
ُوف ۗ َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن Zِ ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َما آتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعر
صي ٌرِ َهَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب
13
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah ayat 233)
َ ِ اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوفZص ْينَا
صالُهُ فِي َّ َو َو
ِ ي ْال َم
صي ُر َّ َْك إِلZَ عَا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َدي
ۖ ض َع ْتهُ ُكرْ هًا َ اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه إِحْ َسانًا ۖ َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ ُكرْ هًا َو َوZص ْينَا
َّ َو َو
ًصالُهُ ثَاَل ثُونَ َش ْهرًا ۚ َحتَّ ٰى إِ َذا بَلَ َغ أَ ُش َّدهُ َوبَلَ َغ أَرْ بَ ِعينَ َسنَة َ َِو َح ْملُهُ َوف
يَّ ي َو َعلَ ٰى َوالِ َدَّ َقَا َل َربِّ أَوْ ِز ْعنِي أَ ْن أَ ْش ُك َر نِ ْع َمتَكَ الَّتِي أَ ْن َع ْمتَ َعل
ُ ضاهُ َوأَصْ لِحْ لِي فِي ُذ ِّريَّتِي ۖ إِنِّي تُب
َْت إِلَ ْيك َ ْصالِحًا تَر َ َوأَ ْن أَ ْع َم َل
ََوإِنِّي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين
14
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat
Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri".” (Al-Ahqaf ayat 15)
ۚ ُ لِيُ ْنفِ ْق ُذو َس َع ٍة ِم ْن َس َعتِ ِه ۖ َو َم ْن قُ ِد َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُهُ فَ ْليُ ْنفِ ْق ِم َّما آتَاهُ هَّللا
ْر يُ ْسرًا ٍ اَل يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا إِاَّل َما آتَاهَا ۚ َسيَجْ َع ُل هَّللا ُ بَ ْع َد ُعس
15
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan
sesudah kesempitan.” (Ath-Thalaq ayat 7).
ت ِمنَ ْالهُد َٰى ِ َّضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن
ٍ اس َوبَيِّنَا َ َش ْه ُر َر َم
ْ أَوZضا ً ص ْمهُ ۖ َو َم ْن َكانَ َم ِري ُ َان ۚ فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْليِ ََو ْالفُرْ ق
َ َُعلَ ٰى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أ
خَر ۗ ي ُِري ُد هَّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِري ُد بِ ُك ُم
َْال ُع ْس َر َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هَّللا َ َعلَ ٰى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون
16
“Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena
takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki
kepada mereka dan juga kepadamu” (Al-Isra ayat 31).
17
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
وفي.ر بِ ُك ُم ْاالُ َم َم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِةZٌ ِ ْال َولُو َد ْال َودُو َد فَإِنِّي ُم َكاثZتَ َز َّوجُوا
االَ ْنبِيَا َء يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة:رواية
18
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه
َ ِل هللاZِ ْ ُكنَّا نُ َع ِّز ُل َعلَى َع ْه ِد َرسُو:ع َْن َجابِ ٍر قَا َل
)َو َسلَ َّم َو ْالقُرْ آنُ يَ ْن ِز ُل (راوه البخارى
19
Untuk ulama lain yang memperbolehkan yaitu Syekh
Al Haziri (Mufti besar Mesir) dan Syekh Mahmud
Syaltut (mantan rektor universitas Al-Azhar)
20
demikian keterangan yang diperoleh dari pidato Dr.
K. H. Idham Chalid dalam kedudukannnya sebagai
Menteri Negara Kesra (sekarang Ketua DPR RI).
Pada musyawarah petugas-petugas se-Jawa dan
Madura tahun 1969.
21
Dalam kondisi tersebut, suami dan istri berhak
memutuskan untuk melakukan pembatasan. Ada
pula ulama yang mengatakan pembatasan bisa
dilakukan tanpa syarat apa pun yang mendasarinya.
22
BAB III
Analisis Data
23
dan merawat mereka, atau karena alas an medis,
misalnya ada gangguan dalam rahim atau yang serupa
( ingat bukan untuk membatasi jumlah anak). Bila
yang dilakukan adalah semacam ini, yaitu mengatur
jarak kelahiran anak, dan dengan tujuan seperti
disebutkan, makapara ulama memperbolehkannya,
dan tidak haram. Karena tidak bertujuan untuk
memutuskan keturunan, atau membatasi jumlahnya.
Wallahua’lam bisshowab
24
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
25
(mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti
dijelaskan diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam
forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat nasional maupun
Internasional (ijma’al-majami).
3.2. Saran
26
Daftar Pustaka
Al-Qurannul Yasmina
27
Lampiran
28
29