Anda di halaman 1dari 35

Perspektif Keluarga Berencana dalam Sudut

Pandang Islam dan Kesehatan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

Dosen pembimbing: Nur Aksin, S. Ag. M. S. I.

Disusun oleh Kelompok 1 Kelas 1A1:

 Herlambang Bintang Samudra (P1337420119001)


 Tekad Fatehata (P1337420119003)
 Bagus Indra Saputra (P1337420119005)
 Shafanissa Zahra (P1337420119007)
 Fitriani Ekasusanti (P1337420119009)
 Arif Teguh Suroso (P1337420119011)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SEMARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


Pengesahan Makalah

Judul Makalah : Perspektif Keluarga Berencana dalam

Sudut Pandang Islam dan Kesehatan

Nama Anggota Kelompok :

 Herlambang Bintang Samudra (P1337420119001)


 Tekad Fatehata (P1337420119003)
 Bagus Indra Saputra (P1337420119005)
 Shafanissa Zahra (P1337420119007)
 Fitriani Ekasusanti (P1337420119009)
 Arif Teguh Suroso (P1337420119011)

Dosen Pembimbing : Nur Aksin, S. Ag. M. S. I.

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Nur Aksin, S. Ag. M. S. I.

ii
Motto

Kesuksesan tak pernah dimiliki. Ia disewakan dan itu dibayar tiap hari

(Rory Vaden)

Dia yang tahu, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak tau

(Lao Tse)

Terasa sulit ketika aku merasa harus melakukan sesuatu. Tetapi, menjadi
mudah ketika aku menginginkannya

(Annie Gottlier)

iii
Daftar Isi

Pengesahan Makalah................................................................................................ii
Motto.......................................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
Kata Pengantar........................................................................................................vi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga Berencana..........................................................................4
a. Pengertian Keluarga Berencana.................................................................4
b. Tujuan Keluarga Berencana......................................................................4
c. Manfaat Keluarga Berencana....................................................................6
d. Sasaran Keluarga Berencana.....................................................................8
e. Macam Metode Alat Kontrasepsi.............................................................9
B. Pandangan Keluarga Berencana menurut Pandangan Islam.....................12
a. Pandangan Al-Quran...........................................................................12
b. Pandangan Hadis.................................................................................17
c. Pandangan Menurut Para Ulama........................................................19

BAB III
A. Analisis Data …………..……………………………………………………22

iv
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................23
B. Saran................................................................................................................24

Daftar Pustaka........................................................................................................25
Lampiran................................................................................................................26

v
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah
Agama Islam dengan judul “Perspektif Keluarga Berencana dalam
Pandangan Islam dan Kesehatan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan pada makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


khususnya kepada Dosen Agama Islam kami yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamualaikum wr. wb.

Semarang, 9 September 2019

Penulis

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan


penduduk terbanyak di dunia. Ledakan penduduk ini terjadi
karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kondisi
ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi
tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk
Indonesia. Namun, disisi lain kondisi tersebut menyebabkan
beban negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban
negara juga menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah
penduduk yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan
pekerjaan yang mampu menampung seluruh angkatan kerja juga
dapat menimbulkan pengangguran dan juga kriminalitas yang
bersinggungan dengan rusaknya moralitas masyarakat.

Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban


negara untuk memberikan penghidupan yang layak kepada setiap
warga negaranya, maka pemerintah memberikan serangkaian
usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar tidak
terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan
program keluarga berencana. Program keluarga berencana
pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto yaitu saat Orde Baru. Melalui keluarga berencana

1
masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak,
yaitu setiap keluarga dianjurkan untuk memiliki dua anak. Tidak
tanggung-tanggung, keluarga berencana diberlakukan kepada
seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan
atas dalam tatanan masyarakat.

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu


pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi
wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.

1.2. Rumusan Masalah


2.1.1. Bagaimana tujuan dilaksanakan program Keluarga
Berencana (KB) bagi kesehatan?
2.1.2. Bagaimana wawasan masyarakat tentang manfaat
Keluarga Berencana (KB) dalam sudut pandang
kesehatan?
2.1.3. Bagaimana hukum Keluarga Berencana (KB) dalam sudut
pandang agama Islam?
2.1.4. Bagaimana metode-metode yang dapat diterapkan dalam
Keluarga Berencana (KB) menurut agama Islam?
2.1.5. Bagaimana alasan dilaksanakannya program Keluarga
Berencana (KB) dalam segi agama Islam dan kesehatan?

1.3. Tujuan Pembahasan


1.3.1. Memberi informasi mengenai tujuan dilaksanakannya
program Keluarga Berencana (KB) bagi kesehatan.
1.3.2. Memberi wawasan kepada masyarakat tentang manfaat
Keluarga Berencana (KB) dalam sudut pandang kesehatan.

2
1.3.3. Memberi informasi mengenai hukum Keluarga Berencana
(KB) dalam sudut pandang agama Islam.
1.3.4. Mengetahui metode-metode keluarga berencana yang
diperbolehkan dan dilarang dalam agama Islam.
1.3.5. Memberi informasi mengenai alasan dilaksanakannya
program Keluarga Berencana (KB) dalam segi agama
Islam dan kesehatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Keluarga Berencana


2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut World Health Organisation (WHO) expert


committee 1997: Keluarga Berencana adalah tindakan yang
membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan  jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana menurut Undang-Undang no 10
tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan  usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana
adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk
mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat
perkawinan, pengobatan kemandulan, dan penjarangan
kelahiran.

4
2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana
2.1.2.1. Tujuan Demografi
Bertujuan mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk
(LLP) dan diikuti dengan menurunnya angka
kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87
menjadi 2,69 per wanita. Pertambahan penduduk
yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan
kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam
serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan
kesenjangan penyediaan bahan pangan
dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat
dengan teori Malthus (1766-1834) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan manusia
cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan
pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
2.1.2.2. Mengatur Kehamilan
Dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan
kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
2.1.2.3. Mengobati Kemandulan (Infertilitas)
Bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal
ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga
bahagia.
2.1.2.4. Married Conseling (Nasehat Perkawinan)
Bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi

5
dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
2.1.2.5. Tercapainya NKKBS
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas,
keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang
harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan,
pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
2.1.3. Manfaat Keluarga Berencana
2.1.3.1. Menurunkan Risiko Terjangkitnya Kanker Rahim
dan Kanker Serviks

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh


Institut Catala d’Oncologia di Catalonia, Spanyol,
yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan The
Lancet Oncology menyatakan bahwa para
perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi
seperti IUD dapat mengalami penurunan yang
signifikan  terhadap risiko terjadinya kanker serviks
dan kanker rahim. Hal ini disebabkan oleh IUD
yang ditanam dalam rahim perempuan dapat
menimbulkan respon terhadap terjadinya
peradangan, sehingga dapat menghilangkan virus
Human papillomavirus (virus HPV) sebagai
penyebab utama kanker serviks.

2.1.3.2. Menurunkan Angka Kematian Maternal serta


Peningkatan IPM

Kematian yang terjadi pada ibu hamil dan anak,


masih sering kita jumpai, baik pada saat proses
persalinan, pasca persalinan, maupun hari-hari

6
pertama kehidupan bayi. Untuk itu, perlu diadakan
upaya serta berbagai macam inovasi guna mengatasi
hal tersebut.

2.1.3.3. Menghindari Kehamilan yang Tidak Diinginkan

Hal tersebut akan berdampak baik bagi kesehatan,


maupun bidang ekonomi, seperti tindakan aborsi
yang dapat membahayakan jiwa, maupun keadaan
ekonomi yang semakin sulit. Dengan mengikuti
program KB, masalah tersebut dapat diminimalisir.

2.1.3.4. Dapat Meningkatkan Kesehatan Ibu Hamil dan


Anak

Perencanaan kelahmilan yang menjadi salah satu


tujuan KB dapat menurunkan resiko kehamilan
yang tidak diinginkan. Hal tersebut dapat membantu
meningkatkan tingkat kesehatan serta kelangsungan
hidup pada ibu hamil, bayi, dan anak.

2.1.3.5. Mencegah Penularan Penyakit Berbahaya

Manfaat KB dengan penggunaan alat kontrasepsi


seperti kondom sebelum melakukan hubungan intim
dapat mencegah peyebaran atau penularan virus-
virus berbahaya seperti HIV AIDS.

2.1.3.6. Lebih Menjamin Tumbuh Kembang Bayi dan Anak

Perencanaan kehamilan yang tepat dapat membantu


tumbuh kembang bayi dan anak-anak lebih
terjamin, karena mereka mendapatkan lebih banyak
perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya. Lain

7
halnya jika dalam sebuah keluarnya terdapat banyak
anak. Kasih sayang dan perhatian orangtua akan
lebih terbagi-bagi keseluruh anak-anaknya. Hal
tersebut bisa menimbulkan rasa iri diantara anak-
anak, serta kondisi mereka menjadi kurang terurus.

2.1.3.7. Dapat Meningkatkan Kesejahtearan Keluarga

Jika keluarga hanya memiliki 2 anak, mereka akan


lebih santai dalam bekerja, lebih banyak waktu
untuk memberikan perhatian serta mendidik anak-
anak mereka dirumah sehingga anak merasa
mendapatkan perhatian dan kasih sayang
orangtuanya.

2.1.3.8. Pendidikan Anak Lebih Terjamin


Pepatah yang mengatakan bahwa banyak anak
banyak rejeki tak selamanya benar, banyak anak
justru dapat membuat anak-anak kurang
mendapatkan pendidikan yang layak.
2.1.3.9. Dapat Menentukan Kualitas Sebuah Keluarga

Dengan manfaat KB berarti keluarga dapat


menyelamatkan kehidupan serta meningkatkan
status kesehatan ibu hamil dan anak terutama dalam
mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan
jarak kelahiran, serta mengurangi tingkat risiko
kematian pada bayi.

2.1.4. Sasaran Keluarga Berencana


2.1.4.1. Sasaran Langsung
Yaitu Pasangan Usia Subur [PUS] (15 - 49 tahun),
Dengan jalan mereka secara bertahap menjadi

8
peserta KB yang aktif lestari, sehingga memberi
efek langsung penurunan fertilitas.

2.1.4.2. Sasaran Tidak Langsung


Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah
maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim
ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat
memberikan dukungannya dalam pelembagaan
NKKBS.
2.1.5. Macam Metode Alat Kontrasepsi
2.1.5.1. Metode Sederhana:
a. Tanpa Alat:
 KB Alamiah:
 Metode Kalender (Ogino-Knaus)
 Metode Suhu Badan Basal (Termal)
 Metode Lendir Serviks (Billings)
 Metode Simpto Termal
 Coitus Interruptus
b. Dengan Alat:
 Mekanis (Barrier):
 Kondom Pria
 Barrier Intra-Vaginal:
 Diafragma
 Kap Serviks (Cervical Cap)
 Spons (Sponge)
 Kondom Wanita
 Kimiawi:
 Spermisid:
 Vaginal Cream

9
 Vaginal Foam
 Vaginal Jelly
 Vaginal Suppositoria
 Vaginal Table
 Vaginal Soluble Film
2.1.5.2. Metode Modern:
a. Kontrasepsi Hormonal:
 Per-oral:
 Pil Oral Kombinasi (POK)
 Mini-pil
 Morning-after Pil
 Injeksi (Suntikan):
 DMPA
 NET-EN
 Microspheres
 Microcapsules
 Sub-kutis (Implant):
 Implant Non garis-biodegradeble:
 Norplant
 Norplant-2
 ST-1435
 Implanon
 Implan biodegradable:
 Capranor
 Pellets
b. Intra Uterine Devices:
 IUD
 AKDR
c. Kontrasepsi Teruji:
 Kepada wanita:
 Penyinaran:

10
 Radiasi sinar-X
 Radium
 Cobalt
 Sinar laser

 Medis Operatif Wanita:


 Ligasi tuba fallopi
 Elektro koagulasi tuba fallopii
 Fimbriektomi
 Salpingektomi
 Ovarektomi bilateral
 Histerektomi
 Fimbriotexy (Fimbrial Cap)
 Ovariotexy
 Penyumbatan Tuba Fallopii secara
mekanis:
 Penjepitan tuba fallopii
 Solid plugs
 Peyumbatan tuba fallopii secara
kimiawi:
 Phenol
 Pada Pria:
 Operatif medis operatif pria:
 Vasektomi
 Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
 Penyumbatan vas deferens secara
mekanis:
 Penjepitan Vas Deferens
 Plugs
 Intra Vas Devices
 Vas Valves

11
 Penyumbatan vas deferens secara
kimiawi:
 Quinacrine
 Ethanol
 Ag-nitrat

2.2. Pandangan Keluarga Berencana menurut Pandangan Islam

2.2.1. Pandangan Al-Quran


Di dalam Al-Quran memang terdapat pola “Mary
and Generate”, ditambah lagi bahwa adopsi tidak ada
dalam hukum Islam, akan tetapi juga tidak terdapat
penjelasan bahwa Al-Quran menolak Keluarga Berencana.
Bahkan Al-Quran secara gamblang menyebutkan bahwa
generasi yang ditinggal janganlah generasi yang lemah,
seperti firman Tuhan:

‫ َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا‬Z‫ض َعافًا خَافُوا‬


ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَوْ تَ َر ُكوا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
‫هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬
“Dan hendaklah orang-orang merasa khawatir kalau
mereka meninggalkan di belakang mereka anak cucu yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah, dan hendaknya mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (An-Nisa ayat 9).

Sehubungan dengan hal tersebut, banyak ayat-ayat


yang mendorong kepada cita-cita kehidupan keluarga
sejahtera seperti Firman Tuhan yaitu sebagai berikut

12
‫ اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا‬Z‫َو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ َ ‫َع َذ‬

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan


kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".” (Al-
Baqarah ayat 201)

‫صيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوأَحْ ِسن‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّدا َر اآْل ِخ َرةَ َواَل ت‬
ِ َ‫َنس ن‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا‬
ِ ْ‫ك َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اأْل َر‬
ُّ‫ض إِ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحب‬ َ ‫َك َما أَحْ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْي‬
َ‫ْال ُم ْف ِس ِدين‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Al-Qashash ayat 77).

Begitu pula ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah


penyusunan anak dan perawatan bayi

‫ض ْعنَ أَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَي ِْن َكا ِملَي ِْن ۖ لِ َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم‬ ِ ْ‫َات يُر‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
‫ُوف ۚ اَل‬Zِ ‫د لَهُ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْال َم ْعر‬Zِ ‫ضا َعةَ ۚ َو َعلَى ْال َموْ لُو‬ َ ‫ال َّر‬
ۚ ‫د لَهُ بِ َولَ ِد ِه‬Zٌ ‫ضا َّر َوالِ َدةٌ بِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُو‬ َ ُ‫تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ إِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ اَل ت‬
‫اض ِم ْنهُ َما‬
ٍ ‫صااًل ع َْن ت ََر‬ َ ِ‫ث ِم ْث ُل ٰ َذلِكَ ۗ فَإِ ْن أَ َرادَا ف‬ ِ ‫ار‬ِ ‫َو َعلَى ْال َو‬
‫م فَاَل‬Zْ ‫ضعُوا أَوْ اَل َد ُك‬ ِ ْ‫ر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما ۗ َوإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن تَ ْستَر‬Zٍ ‫َوتَ َشا ُو‬
‫ُوف ۗ َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن‬ Zِ ‫ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َما آتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعر‬
‫صي ٌر‬ِ َ‫هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬

13
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah ayat 233)

َ ِ‫ اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬Z‫ص ْينَا‬
‫صالُهُ فِي‬ َّ ‫َو َو‬
ِ ‫ي ْال َم‬
‫صي ُر‬ َّ َ‫ْك إِل‬Zَ ‫عَا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َدي‬

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)


kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman ayat 14)

ۖ ‫ض َع ْتهُ ُكرْ هًا‬ َ ‫ اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه إِحْ َسانًا ۖ َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ ُكرْ هًا َو َو‬Z‫ص ْينَا‬
َّ ‫َو َو‬
ً‫صالُهُ ثَاَل ثُونَ َش ْهرًا ۚ َحتَّ ٰى إِ َذا بَلَ َغ أَ ُش َّدهُ َوبَلَ َغ أَرْ بَ ِعينَ َسنَة‬ َ ِ‫َو َح ْملُهُ َوف‬
‫ي‬َّ ‫ي َو َعلَ ٰى َوالِ َد‬َّ َ‫قَا َل َربِّ أَوْ ِز ْعنِي أَ ْن أَ ْش ُك َر نِ ْع َمتَكَ الَّتِي أَ ْن َع ْمتَ َعل‬
ُ ‫ضاهُ َوأَصْ لِحْ لِي فِي ُذ ِّريَّتِي ۖ إِنِّي تُب‬
َ‫ْت إِلَ ْيك‬ َ ْ‫صالِحًا تَر‬ َ ‫َوأَ ْن أَ ْع َم َل‬
َ‫َوإِنِّي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬

14
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat
Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri".” (Al-Ahqaf ayat 15)

memberikan indikasi keharusan interval atau jarak anak.


Dalam hubungan itu pula Al-Quran mengajarkan agar
manusia merubah nasibnya sendiri dan dia tidak diberati
lebih dari yang bisa dipikulnya tersebut dalam firman yang
berbunyi

‫ت َربِّ ِه ْم فَأ َ ْهلَ ْكنَاهُ ْم‬


ِ ‫آل فِرْ عَوْ نَ ۙ َوالَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم ۚ َك َّذبُوا بِآيَا‬ ِ ‫ب‬ ِ ‫َكد َْأ‬
َ‫آل فِرْ عَوْ نَ ۚ َو ُك ٌّل َكانُوا ظَالِ ِمين‬ َ ‫م َوأَ ْغ َر ْقنَا‬Zْ ‫بِ ُذنُوبِ ِه‬

“(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan


pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya.
Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami
membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan
Kami tenggelamkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya;
dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.” (Al-
Anfal ayat 54)

ۚ ُ ‫لِيُ ْنفِ ْق ُذو َس َع ٍة ِم ْن َس َعتِ ِه ۖ َو َم ْن قُ ِد َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُهُ فَ ْليُ ْنفِ ْق ِم َّما آتَاهُ هَّللا‬
‫ْر يُ ْسرًا‬ ٍ ‫اَل يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا إِاَّل َما آتَاهَا ۚ َسيَجْ َع ُل هَّللا ُ بَ ْع َد ُعس‬

15
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan
sesudah kesempitan.” (Ath-Thalaq ayat 7).

‫ت ِمنَ ْالهُد َٰى‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
ْ‫ أَو‬Z‫ضا‬ ً ‫ص ْمهُ ۖ َو َم ْن َكانَ َم ِري‬ ُ َ‫ان ۚ فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي‬ِ َ‫َو ْالفُرْ ق‬
َ ُ‫َعلَ ٰى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أ‬
‫خَر ۗ ي ُِري ُد هَّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِري ُد بِ ُك ُم‬
َ‫ْال ُع ْس َر َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هَّللا َ َعلَ ٰى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan


Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur. (Al-Baqarah ayat 185).

Karena sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan


bagi manusia dan tidak menghendaki kesukaran
Sementara itu, ada pula pendapat yang menafsirkan
ayat-ayat Al-Quran sedemikian rupa sehingga tidak
sejalan dengan keluarga berencana yaitu:

ٍ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا أَوْ اَل َد ُك ْم خَ ْشيَةَ إِ ْماَل‬


َ‫م ۚ إِ َّن قَ ْتلَهُ ْم َكان‬Zْ ‫ق ۖ نَحْ نُ نَرْ ُزقُهُ ْم َوإِيَّا ُك‬
‫طئًا َكبِيرًا‬ ْ ‫ِخ‬

16
“Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena
takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki
kepada mereka dan juga kepadamu” (Al-Isra ayat 31).

Pendapat tersebut menafsirkan ayat ini bukan seperti


kebanyakan mufassir bahwa isi ayat tersebut berkenaan
pembunuhan anak perempuan sebagaimana terjadi pada
zaman jahiliyah disebabkan takut kemiskinan atau malu,
tetapi katanya sehubungan dengan pembatasan kelahiran
atau kehamilan karena takut tidak ada persiapan menerima
kelahirannya. Tentunya penafsiran ini dipandang lemah
sekali oleh kebanyakan ulama tafsir.

2.2.2. Pandangan Hadis


Pandangan yang positif terhadap Keluarga
Berencana menarik dalil dari hadis-hadis nabi, bahwa
menurut sahabat Jabir “kami melakukan azal (Coitus
Interroptus) pada masa Rasulullah dan waktu itu sedang
masa Al-Quran diturunkan (dalam shahih Muslim) ketika
hal tersebut sampai kepada Rasulullah, maka dia tidak
melarangnya”. Berdasarkan ini diambil taqrir nabi, bahwa
dia tidak berkeberatan. Juga pandangan positif terhadap
Keluarga Berencana ditarik dari hadis nabi “bahwa jika
sekiranya Allah menghendaki menciptakan sesuatu maka
tak seorangpun akan dapat menghalanginya”. Serta
beberapa hadis lain mengenai azl ini serta atsar (ucapan)
sahabat nabi, yang menyatakan tidak melarangnya.

Akan tetapi juga dari hadis-hadis mengenai azl ini,


ada riwayat bahwa nabi melarang melakukannya serta
hadits-hadits lainnya dimana Nabi menghendaki keturunan
yang banyak.

17
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ وفي‬.‫ر بِ ُك ُم ْاالُ َم َم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬Zٌ ِ‫ ْال َولُو َد ْال َودُو َد فَإِنِّي ُم َكاث‬Z‫تَ َز َّوجُوا‬
‫ االَ ْنبِيَا َء يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬:‫رواية‬

“Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang,


karena sesungguhnya aku berlomba-lomba dalam banyak
umat dengan umat-umat yang lain di hari kiamat dalam
riwayat yang lain: dengan para nabi di hari kiamat)”.
[Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Daud 1/320, Nasa’i
2/71, Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162 (lihat takhrijnya
dalam Al-Insyirah hal.29 Adazbuz Zifaf hal 60) ; Baihaqi
781, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 3/61-62]

‫ر بِ ُك ُم ْاالُ َم َم‬Zٌ ِ‫ ْال َودُو َد ْال َولُو َد فَإِنِّي ُم َكاث‬Z‫تَ َز َّوجُوا‬

“Nikahilah wanita yang penyayang dan banyak anak


karena aku akan berlomba dalam banyak jumlahnya umat”
[Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud 1/320,
Nasa’i 2/71, Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162, Baihaqi
781, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 3/61-62]

‫ْز ُل َو ْالقُرْ آنُ يَ ْن ِز ُل‬


ِ ‫ُكنَّا نَع‬

“Kami melakukan ‘azal sedangkan Al-Qur’an masih


turun (yakni dimasa nabi Shallallahu ‘alihi wa sallam)”
[Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud 1/320 ; Nasa’i 2/71,
Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162, Baihaqi 781, Abu
nu’aim dalam Al-hilyah 3/61-62]

18
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬
َ ِ‫ل هللا‬Zِ ْ‫ ُكنَّا نُ َع ِّز ُل َعلَى َع ْه ِد َرسُو‬:‫ع َْن َجابِ ٍر قَا َل‬
)‫َو َسلَ َّم َو ْالقُرْ آنُ يَ ْن ِز ُل (راوه البخارى‬

”Dahulu kami melakukan azl [senggama terputus] pada


masa Rasulullah SAW sedangkan al-Qur`an masih
turun.” (HR Bukhari).

2.2.3. Pandangan Menurut Para Ulama


Ulama yang telah mengeluarkan pendapatnya atau
fatwanya tentang Keluarga Berencana atau setidak-tidaknya
usaha mencegah kehamilan sebelum “Keluarga Berencana”
dikenal sekarang, ada yang memperbolehkan (Jawaz) dan
ada yang melarangnya (mani’). Adapun pendapatnya yaitu
sebagai berikut.

a. Pendapat yang Memperbolehkan (Jawaz)

Dalam kitabnya “Ihya ‘Ulumuddin” Imam Al-


Ghazali menyatakan bahwa azl (Coitus Interruptus)
karena takut mendapat kesukaran disebabkan
seringnya melahirkan anak, yang ada dilarang.

Motif-motif dari azl ini antara lain:

 Untuk menjaga kesehatan ibu karena seringnya


melahirkan

 Untuk menghindari kesulitan hidup karena


banyaknya anak

 Untuk memelihara kesehatan dan kecantikan istri

 Untuk menjaga status wanita yang dipunyai


(masalah budak)

19
Untuk ulama lain yang memperbolehkan yaitu Syekh
Al Haziri (Mufti besar Mesir) dan Syekh Mahmud
Syaltut (mantan rektor universitas Al-Azhar)

b. Pendapat-Pendapat yang Melarang

1. Profesor Dr. M. S. Matkour (Guru Besar Hukum


Islam pada Fakultas Hukum Universitas Kairo)

Dalam tulisan khususnya “Islam and Family


Planning” dikemukakan bahwa beliau tidak
menyetujui Keluarga Berencana jika tidak ada
alasan yang membenarkan perbuatan itu: hal-hal
yang mendesak membenarkan perbuatan
terlarang
2. Abul A’la Maududi (dari Pakistan)
Al Maududi menolak pendapat yang
membolehkan pencegahan kehamilan itu dengan
alas an-alasan hadist azl. Menurut pendapatnya,
hadist itu diucapkan oleh Rasulullah menurut
keadaan dan di samping hadist yang
membolehkan juga terdapat hadist yang
melarangnya. Apabila azl tersebut dilakukan
pada waktu itu dengan mencegah kehamilan,
maka tentulah Rasulullah melarangnya.

c. Pendapat Para Ulama Mengenai Keluarga Berencana


Pada umumnya, para ulama menyetujui atau
sekurang-kurangnya tidak menentangnya. Dari 80
orang ulama besar yang telah dikunjungi di seluruh
Jawa oleh tim pimpinan pelaksana pusat LKBN
diambil kesimpulan bahwa para ulama tersebut
setuju adanya Keluarga Berencana di Indonesia

20
demikian keterangan yang diperoleh dari pidato Dr.
K. H. Idham Chalid dalam kedudukannnya sebagai
Menteri Negara Kesra (sekarang Ketua DPR RI).
Pada musyawarah petugas-petugas se-Jawa dan
Madura tahun 1969.

Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat


Muhammadiyah melalui fatwafatwa tarjih
menjelaskan, surah An-Nisa ayat 9 secara umum
dapat menjadi motivasi keluarga berencana, tapi
bukan jadi dasar langsung kebolehannya.

Ayat tersebut berbunyi, "Hendaklah takut


kepada Allah orangorang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang
mereka, yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
berbicara dengan tutur kata yang benar".

Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid, Islam


menganjurkan agar kehidupan anak-anak jangan
sampai telantar sehingga menjadi tanggungan orang
lain. Ayat tersebut mengingatkan agar orang tua selalu
memikirkan kesejahteraan jasmani dan rohani
anakanaknya.

Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah


menjelaskan, dalam keadaan tertentu Islam tidak
menghalangi pembatasan kelahiran melalui
penggunaan obat pencegah kehamilan atau caracara
lainnya. “Pembatasan kelahiran diperbolehkan bagi
lakilaki yang beranak banyak dan tak sanggup lagi
menanggung biaya pendidikan anaknya dengan
baik,” tambahnya.
Demikian pula jika keadaan istri sudah
lemah, mudah hamil, serta suaminya dalam kondisi
miskin. Dalam keadaan semacam ini, ujar Sabiq,
diperbolehkan membatasi kelahiran. Sejumlah ulama
menegaskan pembatasan kelahiran tak sekadar
diperbolehkan bahkan dianjurkan.
Imam Al-Ghazali membolehkan hal itu jika
istri merasa khawatir akan rusak kecantikannya.

21
Dalam kondisi tersebut, suami dan istri berhak
memutuskan untuk melakukan pembatasan. Ada
pula ulama yang mengatakan pembatasan bisa
dilakukan tanpa syarat apa pun yang mendasarinya.

22
BAB III

Analisis Data

Berdasarkan informasi yang terdapat dari data tersebut,

KB diperbolehkan tergantung dengan tujuan yang


melakukanya. Jika tujuanya memang untuk
mengurangi, menunda keturunan atau takut miskin
maka KB itu tidak diperbolehkan. Kita sebagai umat
yang beriman kepada Allah ta’ala, dzat Yang Maha
memberi rezeki, hendaknya juga percaya bahwa
ketika Allah menciptakan manusia, Allah Ta’ala juga
telah mempersiapkan untuknya segala yang akan ia
dapatkan selama hidup di dunia, sehingga tidaklah ada
sesuap makan yang masuk kedalam mulutnya. Allah
Ta’ala tidak pernah menciptakan satu manusia pun
tanpa jatah rezeki, bahkan semenjak kita masih di
dalam perut ibu kita masing-masing, Allah ta’ala
mengutus malaikat untuk menuliskan jatah rejeki kita.

“sesungguhnya penciptaan setiap orang dari kamu di


dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk air
mani, kemudian berubah menjadi segumpal darah
semasa itu juga (selama 40 hari ),kemudian menjadi
segumpal daging semasa itu juga ( selama 40 hari ),
kemudian Allah mengutus seorang malaikat, dan ia
diperintahkan dengan empat hal, dan dikatakan
padanya :tuliskanlah amalnya, rezekinya,ajalnya,dan
bahagia atau sengsara.”(Muttafaqun ‘Alaih)

Hakikat KB adalah seperti apa yang telah di


isyaratkan dengan ringkas di atas, yaitu membatasi
jumlah anak. Dan telah di jelaskan bahwa ini tidak
boleh dan bertentangan dengan syariat Islam. Akan
tetapi walau demikian, para ulama membedakan
antara membatasi dengan mengatur jarak kelahiran,
dengan bertujuan agar lebih ringan dalam mengatur

23
dan merawat mereka, atau karena alas an medis,
misalnya ada gangguan dalam rahim atau yang serupa
( ingat bukan untuk membatasi jumlah anak). Bila
yang dilakukan adalah semacam ini, yaitu mengatur
jarak kelahiran anak, dan dengan tujuan seperti
disebutkan, makapara ulama memperbolehkannya,
dan tidak haram. Karena tidak bertujuan untuk
memutuskan keturunan, atau membatasi jumlahnya.
Wallahua’lam bisshowab

24
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah


mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anaknya
diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa
gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-
citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi
kondisi masyarakat dan negaranya.

Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah


yang cara kerjanya mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat
sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri olrh yang
bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang
auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh
memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan.
Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari
bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang
membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.

Alat/metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah


memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas, oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa KB secara substansial tidak bertentangan
dengan ajaran Islam bahkan merupakan salah satu bentuk
implementasi semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan
sebuah kemashlahatan, yaitu menciptakan keluarga yang tangguh,
mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu, kebolehan

25
(mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti
dijelaskan diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam
forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat nasional maupun
Internasional (ijma’al-majami).

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga


Berencana (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan
kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi
dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.

Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam,


bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang
berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan
dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan
bagi umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang
dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi
dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan
mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB
dalam Islam

3.2. Saran

Dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera sesuai dengan


syariat Islam maka penulis berharap pemerintah tidak henti-
hentinya memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada
masyarakat agar melaksanakan program pemerintah karena dengan
menggunakan alat kontrasepsi bukan berarti menolak takdir dari
Allah SWT tetapi dalam rangka meningkatkan ke Imanan dan
Ketaqwaan kepada Allah SWT.

26
Daftar Pustaka

Al-Qurannul Yasmina

Hartanto, Hanafi. 1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:


PT Tema Baru.

Kafrawi. 1972. Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga Berencana.


Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Biro
Penerangan dan Motivasi.

Kelompok Ilmiah WHO. 1989. Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana.


Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan R. I.

Kelompok Ilmiah WHO. 1985. Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga


Berencana. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

27
Lampiran

28
29

Anda mungkin juga menyukai