Anda di halaman 1dari 5

Saat ini, aku duduk di bangku kelas X di sebuah SMA Negeri di Cikarang.

Usiaku
baru 14 tahun. Mungkin aku sudah bisa dikategorikan sebagai remaja. Aku merasakan
perbedaan yang sangat signifikan ketika duduk di bangku SMA. Mungkin ketika SMP
dulu, aku belum mengerti apa artinya menyukai seseorang. Tapi, saat ini aku sudah mulai
menyadari bahwa aku bisa menyukai seseorang.
Seperti akhir-akhir ini, aku menyukai kakak kelasku. Tapi aku tidak tahu siapa
namanya. Maka aku pun bertanya kepada Dea, salah seorang sahabatku “De, apakah
kamu kenal dengan kakak itu?” tanyaku sambil menunjuk ke arah orang yang kumaksud.
“Ooh.. itu namanya Ka Haris. Memangnya kenapa Tan?” jawab Dea.
Aku pun bingung untuk menjawabnya. Karena aku hanya senang kalau sedang
melihat dia. “Hmm, tidak apa-apa sih. Tapi aku merasa senang kalau melihatnya.”
jawabku akhirnya.
“Waah jangan-jangan kamu menyukai dia ya??” ledek Dea.
“Ah, kamu bisa saja De. Aku hanya senang kalau melihat dia.”
“Senang apa senang?” Dea terus meledek ku.
“Aku juga tidak mengerti De, kenapa aku bisa senang kalau melihat dia. Apakah
ini berarti aku menyukai dia?” tanyaku.
“Mungkin saja. Kamu mau nomor HPnya gak?” tanya Dea.
Aku menjawab dengan penuh semangat, “Mauuuu..!”
“Wadduh semangat sekali kamu..” jawab Dea.

Beberapa hari kemudian, Dea sudah mendapatkan nomor HP Haris dari temannya
yang ternyata teman sekelasnya Haris. Dea langsung memberitahukannya kepadaku.
Kemudian, pada malam harinya aku mencoba mengirim SMS ke nomor tersebut.
“Mmmh maaf ini nomor HPnya Ka Haris?”
Terus, dia membalas SMSku. “Iya ini nomor HP Haris. Ini siapa ya?”
Aku merasa senang sekali ketika Haris membalas SMSku. Dan aku pun membalas
SMSnya. Tapi selang beberapa menit kemudian, tak ku dapati dia membalas SMSku.
Aku pun mulai gelisah. Aku menduga Haris tidak akan membalas SMSku lagi. Namun,
ternyata dugaanku itu salah. Haris membalas SMSku. Tanpa terasa waktu sudah
menunjukkan pukul 01.30 dini hari dan kami sudah mengobrol banyak lewat SMS. Kami
menyudahi obrolan kami tepat pada pukul 01.51. Waktu itu tepat tanggal 4 Maret 2009.
Aku sangat senang bisa SMSan dengan dia. Karena walaupun dia tidak
mengenaliku sebelumnya, dia tetap mau membalas SMS yang kukirimkan. Dari situ, aku
menyimpulkan kalau Haris itu memang orang baik.

Di sekolah, aku menceritakan apa yang terjadi semalam. Aku bercerita tentang
obrolanku dengan Haris kepada sahabat-sahabatku, Timurni, Dea, Juwita dan Sinta.
“Kalian tahu tidak, semalam aku SMSan sama Haris” ceritaku dengan penuh
semangat.
Mereka menjawab dengan kompak, “Cieeeee… Intan….”
Lalu kami tertawa bersama. Aku pun mengucapkan terima kasih kepada Dea
karena telah memberitahu aku nomor HP Haris. Kemudian mereka berempat bertanya
tentang obrolanku dengan Haris semalam seperti sedang menginterogasi seseorang. Aku
tidak heran dengan sikap teman-temanku. Mereka bersikap begitu karena mereka peduli
kepadaku. Mereka turut senang jika aku senang.
Hari-hari ku lewati dengan perasaan yang tidak dapat kudefinisikan. Aku bingung
dengan perasaanku sendiri. Setelah kejadian pada tanggal 4 Maret itu, aku jadi ingin terus
SMSan dengan Haris. Tapi aku malu jika harus SMS dia lagi. Akhirnya pada tanggal 9
Maret 2009 tepat pada pukul 00.00 aku mengirim SMS kepada Haris untuk mengucapkan
selamat ulang tahun kepadanya. Karena Haris berulang tahun pada tanggal 9 Maret.
Setelah mengirim SMS, aku langsung tidur karena mataku sudah mengajakku untuk
terpejam. Lalu ketika aku bangun pada pukul 04.30, aku langsung melihat HPku. Lalu
ada sebuah SMS yang belum dibaca. Ternyata itu SMS dari Haris. Dia mengucapkan
terima kasih atas ucapanku kepadanya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku langsung
membalas SMSnya. Kemudian pada pukul 08.00 dia membalas SMSku lagi. Dan kami
terus mengobrol lewat SMS sampai sore bahkan sampai malam hari. Pokoknya, hari itu
kuisi dengan mangobrol bersama Haris lewat SMS. Mungkin SMS kami waktu itu lebih
dari 60 SMS. Rasa senangku sudah memuncak. Berkali-kali aku mengucapkan syukur
kepada Tuhan karena aku bisa mengetahui beberapa kepribadian Haris dan merasa lebih
akrab dengan dia. Dari situ juga aku bisa tahu nama lengkap Haris. Yaitu Haris Alfarisyi.
Aku tidak bisa menggambarkan kesenanganku pada hari itu.

Keesokan harinya di sekolah, Dea menangkap kesenangan di wajahku. Maka Dea


pun bertanya, “Kamu lagi kenapa Tan, kok kayanya senyam-senyum sendiri. Jangan-
jangan kamu habis SMSan lagi sama Haris ya ??”
Aku pun mengangguk. Kemudian, seperti biasa aku selalu menceritakan segala
sesuatunya kepada sahabat-sahabatku. Aku senang sekali, karena mereka mau
mendengarkan ceritaku yang panjang lebar itu sampai selesai. Ketika bel istirahat
berbunyi, kami berlima langsung pergi ke kantin. Ketika kami kembali ke kelas, ternyata
ada Haris di depan kelas kami. Dia sedang mengobrol dengan temannya. Aku malu jika
harus bertemu dengannya. Yaah, walaupun dia tidak mengenaliku. Tepat ketika aku lewat
di depan Haris, keempat sahabatku itu berteriak memanggil namaku. Mereka sengaja
memanggil namaku agar Haris mengenaliku. Tapi aku tidak memedulikannya. Aku terus
belari ke dalam kelas. Sesampainya di kelas, mukaku langsung memerah. Karena aku
takut Haris mengenaliku.

Tepat setelah bel tanda masuk istirahat kedua berbunyi, tiba giliran kelasnya Haris
untuk ke labkom. Kebetulan laboratorium komputer berada tepat di belakang kelasku.
Aku pun melihat Haris masuk ke dalam labkom. Kemudian ketika aku sedang bengong,
tiba-tiba ada seseorang nongol di jendela. Ternyata itu Haris. Dia ingin meminjam
pulpen. Maka teman-teman menyuruhku untuk meminjamkan pulpen kepada Haris.
Dengan tangan gemetar, aku memberikan pulpen itu kepada Haris. “Ini Ka pulpennya.”
Kataku dengan terbata. Kemudian Haris hanya menjawab singkat, “Oh iya, pinjam ya..”
Aku hanya mengangguk. Ooh.. rasanya aku senang sekali bisa meminjamkan
pulpenku kepada Haris. Setelah selesai meminjam pulpenku, Haris mengembalikannya.
“Ini pulpennya. Terima kasih yaa..”
“Iya Ka sama-sama.” jawabku sambil mengambil pulpen itu dari tangan Haris dan
aku tak mempunyai keberanian untuk menatap wajah Haris. Diiringi dengan teriakan dari
teman-teman sekelasku, “Cieeeeee ….”
Aku sangat gugup ketika itu. Aku malu sama Haris. Teman-temanku terus
menggodaku walaupun ketika itu Haris masih berdiri di belakng kelasku. Aku menduga,
sejak saat itu Haris sudah mengetahui aku.

Malam harinya, aku mengirim SMS kepada Haris. Isinya permintaan maafku atas
ulah teman-temanku tadi siang. Tapi Haris tidak membalasnya. Aku tunggu sampai dua
hari. Tapi Haris tetap tidak membalas SMSku. Aku takut dia marah kepadaku. Aku
sampai tidak nafsu makan. Gara-gara memikirkan hal itu. Aku tidak enak hati kepada
Haris. Akan tetapi, keesokan harinya dia membalas SMSku. “Maaf ya baru bales.
Kemarin saya tidak punya pulsa. Saya engga marah kok. Saya tidak menganggap serius
hal itu.”
Lega rasanya dia mau membalas SMSku. Lalu aku membalasnya, “Makasih ya
Ka. Intan Cuma ga enak aja sama Kakak. Tapi bener kan, Kakak gak marah?”
“Iya gak apa-apa kok. Saya engga marah.” jawab Haris.
Dan kami jadi SMSan sampai larut malam. Dan ternyata benar, Haris sudah
mengenaliku sejak kejadian itu. Pada hari-hari selanjutnya, aku sering SMSan sama
Haris. Kami jadi lebih akrab.

Pernah suatu hari, ketika pulang sekolah. Aku, Sinta, Juwita dan Dea akan
menyebrang di depan sekolah. Secara tak sengaja aku bertemu dengan Haris. Dan apa
yang terjadi??
Haris menyapaku. “Tan..” sapa Haris sambil tersenyum. Aku juga mambalas
dengan senyum dan berkata, “Eh iya Ka…”
Aku tak tahu harus berkata apalagi. Arrrrgh…. Aku senang Haris mau
menyapaku. Selanjutnya, aku jadi sering bertemu dengannya. Dan kalau kami bertemu,
dia selalu menyapaku lebih dulu. Tapi terkadang kalau kami bertemu, aku suka
memalingkan wajah agar tidak melihat Haris. Entah mengapa, aku bersikap seperti itu.
Entah karena malu, atau apa.

Dua bulan sudah aku menyukai Haris. Dan dua bulan sudah aku mengenalnya.
Aku menganggap dia seperti kakakku. Karena Haris oarangnya dewasa. Kalau aku curhat
kepadanya, dia selalu memberikan solusi untuk masalahku itu. Aku senang bisa
mengenalnya. Bisa akrab dengannya. Yah, walaupun hanya akrab ketika SMSan. Kini,
tiba saatnya dia untuk meninggalkan sekolahku, sekolahnya. Karena hari ini tepat hari
perpisahan kelas XII. Aku sedih harus berpisah dengannya. Walaupun mungkin dia tidak
akan merasakan kesedhan yang aku rasakan. Ooooh… aku tidak ingin berpisah
dengannya. Tapi inilah yang harus kujalani. Di hari perpisahannya ini, aku menunggu
Haris untuk melihat dia mengenakan jas. Aku ingin lihat seorang Haris yang memakai
jas. Hampir seluruh anak kelas XII sudah hadir. Dan acara pun sudah berjalan, tapi aku
belum melihat batang hidung Haris. Tapi setelah menunggu cukup lama, aku melihat
Haris sedang berjalan bersama teman-temannya. Ternyata dia baru datang. Dia
mengenakan kemeja putih, jas serta celana hitam.

Acara perpisahan terus berlanjut. Dari kejauhan, aku terus memerhatikan Haris.
Setelah acara perpisahan selesai, anak kelas XII berfoto-foto bersama teman-teman dan
guru mereka. Termasuk aku. Aku ingin difoto dengan Haris. Sebelum berfoto dengan
Haris, aku mengantar Sinta dulu untuk difoto bersama salah seorang anak kelas XII.
Setelah itu, baru giliranku untuk difoto bersama Haris. Ketika aku menghampiri Haris,
aku mulai deg-degan. Akhirnya aku meminta Haris untuk foto bersama. “Ka, foto bareng
yuk?!” ajakku. Lalu Haris menjawab dengan setengah kaget, “Oh iya.. ayo !”
Ketika aku sedang difoto bersama Haris, tiba-tiba seorang teman sekelas Haris
berteriak “Wooy Haris foto sama cewek..!”
Aku terperanjat mendengarnya. Aku setengah kaget, setengah malu. Kami
memang difoto di dekat teman-teman sekelas Haris. Setelah selesai difoto, aku langsung
mengucapkan terima kasih dan menjabat tangan Haris untuk mengucapkan selamat
karena tinggal menunggu pengumuman kelulusan.

Huh !! mungkin itu foto untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Setelah ini, aku
harus melupakan Haris. Dia akan melanjutkan kehidupannya. Begitu pun aku. Tapi
walaupun kami mungkin tidak akan bertemu lagi, kami masih bisa SMSan. Semoga
setelah ini aku bisa menjadi orang dewasa yang bisa menjalani hidup ini dengan sebaik-
baiknya.
OLEH :
INTANIA AGUSTIN
X.1

Anda mungkin juga menyukai