Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah


sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama
masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat
adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan pertolongan medis
yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (DepKes
RI, 2009)

Ketepatan waktu dalam pelayanan kegawatdaruratan menjadi


perhatian penting di negara - negara seluruh dunia. Hasil studi dari National
Health Service di Inggris, Australia, Amerika dan Kanada bahwa pelayanan
perawatan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien (LeadingPractices in
Emergency Departement , 2010).

Keanekaragaman pasien di IGD yang datang dari berbagai latar


belakang dari sisi sosial ekonomi, kultur, pendidikan dan pengalaman
membuat persepsi pasien atau masyarakat berbeda-beda. Pasien merasa puas
dengan pelayanan perawat di IGD apabila harapan pasien terpenuhi, seperti
pelayanan yang cepat, tanggap, sopan, ramah, pelayanan yang optimal dan
interaksi yang baik. Namun pasien atau masyarakat sering menilai kinerja
perawat kurang mandiri dan kurang cepat dalam penanganan pasien di IGD.
Penilaian itu karena beberapa hal, salah satunya diantaranya adalah
ketidaktahuan pasien dan keluarga tentang prosedur penatalaksanaan pasien
oleh perawat di ruang IGD (Igede, 2012).

Kondisi lingkungan IGD yang overcrowded menambah


ketidaknyamanan dan menambah tingkat kecemasan pasien. Stuart & laraia

1
(2005) mengatakan bahwa perubahan status kesehatan individu
mengakibatkan terjadinya kecemasan. Banyaknya pasien yang datang di IGD
membuat perawat harus memilah pasien dengan cepat dan tepat sesuai
prioritas bukan berdasarkan nomor antrian. Tindakan perawat dalam
melakukan perawatan pasien harus bertindak cepat dan memilah pasien
sesusai prioritas, sehingga mengutamakan pasien yang lebih diprioritaskan
dan memberikan waktu tunggu untuk pasien dengan kebutuhan perawatan
yang kurang mendesak (Igede ,2012).

Triase adalah pengelompokan pasien berdasarkan berat cideranya yang


harus di prioritaskan ada tidaknya gangguan airway, breathing, dan circulation
sesuai dengan sarana, sumberdaya manusia dan apa yang terjadi pada pasien
(Siswo, 2015). Sistem triase yang sering di gunakan dan mudah dalam
mengaplikasikanya adalah mengunakan START (Simple triage and rapid
treatment) yang pemilahanya menggunakan warna . Warna merah
menunjukan prioritas tertinggi yaitu korban yang terancam jiwa jika tidak
segera mendapatkan pertolongan pertama. Warna kuning menunjukan
prioritas tinggi yaitu koban moderete dan emergent. Warna hijau yaitu korban
gawat tetapi tidak darurat meskipun kondisi dalam keaadaan gawat ia tidak
memerlukan tindakan segera. Terakhir adalah warna hitam adalah korban ada
tanda-tanda meninggal (Ramsi, IF. dkk ,2014).

Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal


triase modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana
Baron Dominique Jean Larrey (1766-1842), seorang dokter bedah yang
merawat  tentara Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah
system perawatan dalam kondisi yang paling mendesak pada tentara yang
datang tanpa memperhatikan urutan kedatangan mereka. Sistem tersebut
memberikan perawatan awal pada luka ketika berada di medan perang
kemudian tentara diangkut ke rumah sakit/tempat perawatan yang berlokasi di

2
garis belakang. Sebelum Larrey menuangkan  konsepnya, semua orang yang
terluka tetap berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian
diberikan perawatan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan triage ?
2. Apa saja tujuan dari triage ?
3. Apa saja prinsip dan tipe triage ?
4. Apa saja klasifikasi dan prioritas triage ?
5. Bagaimana proses triage?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan triage.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja tujuan dari triage.
3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja prinsip dan tipe triage.
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi dari prioritas.
5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses triage.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Triage
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus
dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien
berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya
yaitu ≤ 10 menit.
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan
diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses
khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim
digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan sertafasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang
yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya (Pusponegoro, 2010).

B. Tujuan Triage
Tujuan utama dari triage adalah untuk mengidentifikasi kondisi
mengancam nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan
tingkat atau drajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan
(Hawari, 2013).

4
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :

1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada


pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat

C. Prinsip dan Tipe Triage


Triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala. Perawat
triase menggunakan ABCD keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan dan
sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat
kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar
untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang
gawat darurat. Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan
jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu.Pasien-pasien ini mungkin
memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan
mereka menerima pengobatan pertama.Pasien yang memiliki masalah yang
sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika
mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis.
Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan system
prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
b. Dapat mati dalam hitungan jam.
c. Trauma ringan.
d. Sudah meninggal

5
1. Prinsip dalam pelaksanaan triase
Dalam pelaksanaan triage terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, antara lain yaitu:
a. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit
yang mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di
departemen kegawatdaruratan.
b. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
Intinya, ketetilian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting
dalam proses interview.
c. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajianKeselamatan dan perawatan
pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat informasi
yang adekuat serta data yang akurat.
d. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisiTanggung
jawab utama seorang perawat triase  adalah mengkaji secara akurat
seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien
tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur
diagnostic dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk
suatu pengobatan.
e. Tercapainya kepuasan pasien
 Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat
menetapkan hasil secara serempak dengan pasien
 Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan
yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada
seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.
 Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarga atau temannya.

6
2. Tipe Triage Di Rumah Sakit
a. Tipe 1 : Traffic Director or Non Nurse
 Hampir sebagian besar berdasarkan system triage
 Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
 Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa
sakitnya
 Tidak ada dokumentasi
 Tidak menggunakan protocol
b. Tipe 2 : Cek Triage Cepat
 Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat
beregristrasi atau dokter
 Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan
utama
 Evaluasi terbatas
 Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau
cedera mendapat perawatan pertama.
c. Tipe 3 : Comprehensive Triage
 Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan
berpengalaman
 4 sampai 5 sistem katagori
 Sesuai protocol

3. Beberapa tipe sistem triage lainnya


a. Traffic Directo
rDalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan
memilih antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”.Tidak ada

7
tes diagnostik permulaan yang diintruksikan dan tidak ada evaluasi
yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan
b. Spot Check
Pada sistem ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan
data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke
dalam salah satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu “gawat darurat”,
“mendesak”, atau “ditunda”. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostik
pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area perawatan tertentu atau
di ruang tunggu.
c. Comprehensive
Sistem ini merupakan sistem yang paling maju dengan melibatkan
dokter dan perawat dalam menjalankan peran triage.Data dasar yang
diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan pelayanan kesehatan
primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan objektif. Tes
diagnostik pendahuluan dilakukan dan pasien ditempatkan di ruang
perawatan akut atau ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang setiap 15
sampai 60 menit.

D. Klasifikasi dan Penentuan Prioritas


Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul.Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage
adalah kondisi klien meliputi:
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan
oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan,

8
Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal /
cacat (Wijaya, 2010).

1. Klasifikasi Triage
a. Gawat Darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest,
penurunan kesadaran, trauma mayor dengan perdarahan hebat
b. Gawat tidak darurat (P2)
Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Setelah dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter
spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya.
c. Darurat tidak gawat (P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis media dan
lainnya
d. Tidak gawat tidak darurat (P4)
Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya    
   
2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
a. Prioritas I (merah)
Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah
segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension

9
pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%.
b. Prioritas II (kuning)
Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera
ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan
bersifat jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak / abdomen, laserasi
luas, trauma bola mata.
c. Prioritas III (hijau)
Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera.
Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial,
luka-luka ringan
d. Prioritas 0 (hitam)
Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya
perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis.

E. MODEL TRIAGE DALAM BENCANA


1. Single Triage
Digunakan untuk keadaan dimana pasien datang satu persatu,
seperti misalnya instalasi atau Unit gawat Darurat sehari-hari. Atau
pada MCI (mass casualty incident/ bencana dimana fase akut telah
terlewati (setelah 5-10 hari).
2. Simple Triage
Pada keadaan bencana massal (MCI) awal-awal, dimana sarana
transportasi belum ada, atau ada tapi terbatas, dan terutama
sekali,belum ada tim medis atau paramedis yang kompoten.
Pemilahan atau pemilihan pasien terutama ditujukan untuk prioritas
transportasi pasien yang kemudian tingkat keparahan penyakitnya.
Biasanya, digunakan triage tag/ kartu triase.

10
3. S.T.A.R.T. (Simple Triage And Rapid Treatment)
Prinsip dari START adalah START bertujuan untuk mengatasi
ancaman hidup yang utama, yaitu sumbatan jalan nafas dan
eprdarahan arteri yang hebat. Pengkajian diarahkan pada
pemeriksaan: status respirasi, sirkulasi (pengisian kapiler_, dan status
mental.
Kategori/ warna kode
a. Warna hijau, yang merupakan “walking waunded”, korban
cedera yang masih bisa berjalan dengan para korban dari
kategori yang lain
b. Warna merah (immediate) korban yang bernapas spontan hanya
setelah reposisi jalan napas dilakukan. Korban yang memiliki
pola napas lebh dari 30 kali per menit, atau dengan pengisian
kapiler yang lambat (lebih dari 2 detik). Korban memiliki pla
napas kurang dari 30 kali per menit, dengan pengisian kapiler
yang normal (kurang dari atau sama dengan 2 detik), tetapi
tidak dapat mengikuti perintah sederhana.
c. Warna kuning (delayed) para korban yang tidak cocok untuk
dikelompokkan ke dalam kategori immediate maupun kategori
ringan
d. Warna hitam (deceased/ unsalvageable) korban yang tidak
bernapas walaupun jalan napas sudah dibebaskan
4. Secondary Assesment to Victim Endpoint (SAVE)
Pada keadaan dimana terdapat korban dalam jumlah yang
sangat banyak, yang jauh melampaui kapasitas penolong, maka harus
dilakukan triase secara cepat dengan tujuan menyelamatkan banyak
korban sebanyak-banyaknya. Untuk itu, pada triase dengan metode
SAVE, korban dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

11
a. Kelompok korban yang diperkirakan akan meninggal, apapun
tindakan yang akan diberikan
b. Kelompok korban yang diperkirakan akan mampu bertahan
hidup, apapun tindakan yang akan diberikan (termasuk tidak
dilakukan pertolongan)
c. Kelompok yang tidak termasuk dalam 2 kategori diatas, yang
berarti korban pada kelompok ini keselamatannya sangat
tergantung pada intervensi yang akan diberikan. Kelompok
inilah yang harus mendapat prioritas penanganan.

F. Proses Triage
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus
mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan
melakukan pengkajian, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di
brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak
lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat
utama. Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area
pengobatan yang tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus,
bagian jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa
memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap
pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap
60 menit.

Alur dalam proses triase:


1. Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.

12
3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kodewarna:
a. Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa
yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
Misalnya:Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt),
perdarahan internal, dsb.
b. Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi
tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi
terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan
terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
c. Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi
minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d. Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat
3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
e. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna
: merah, kuning, hijau, hitam.
f. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi
atau dirujuk ke rumah sakit lain.
g. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu
giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
h. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan,
atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.

13
i. Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah. (Rowles, 2007).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus
dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganannya.
Tujuan utama dari triage adalah untuk mengidentifikasi kondisi
mengancam nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan
tingkat atau drajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.

Alur dalam proses triase:


1. Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna

B. Saran
Dengan adanya makalah ini penyusun berharap agar pembaca
khususnya tenaga kesehatan lebih memahami tentang aspek hukum dalam
pelayanan kegawatdaruratan.

15

Anda mungkin juga menyukai