2. Diagnosis
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Halusinasi
c. Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
a. Implementasi SP 1 risiko perilaku kekerasan
b. Implememntasi SP 1 halusinasi
c. Implementasi SP 1 isolasi social
4. Tindakan keperawatan
SP 1 risiko perilaku kekerasan
Membina hubungan saling percaya
Mengidentifikasi penyebab PK
Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
Mengidentifikasi PK yang dilakukan
Mengidentifikasi akibat PK
Latihan cara mengontrol PK : tarik nafas dalam dan memukul bantal
Meminta pasien mempraktikan latihan cara mengontrol PK
Menganjurkan memasukkan dalam kegiatan harian
SP 1 halusinasi
Mengidentifikasi isi halusinasi
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
Mengidentifikasi waktu terjadi halusinasi
Mengidentifikasi situasi pencetus halusinasi
Mengidentifikasi perasaan klien saat terjadi halusinasi
Membantu respon klien ketika terjadi halusinasi
SP 1 isolasi sosial
Bina hubungan saling percaya
Mengidentifikasi tanda dan gejala isolasi social
Mengidentifikasi penyebab isolasi social
Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau
marah?”(RPK), apakah ada melihat orang yang ingin
memukul?”(halusinasi),
c. Kontrak
Topik
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah bapak”
Waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau
10 menit?
Tempat
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak?
Bagaimana kalau disini saja?”
2. FASE KERJA
SP 1 RPK
“Apa yang menyebabkan bapak A marah? Apakah sebelumnya bapak A
pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sering bapak
A rasakan di RS?
Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak A lakukan? Apa kerugian cara yang bapak
lakukan? Maukah bapak A belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan
baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Bapak A ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“Begini bapak A, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak M rasakan maka
bapak A berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan–lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak A sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya.”
“Sekarang mari kita latihan cara kedua, yaitu memukul kasur dan bantal. Jadi
kalau nanti bapak A kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba
bapak A lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak A dlam
melakukannya!”
“Salurkan semua kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal!”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya ya, bapak A!”
SP 1 Halusinasi
”Apakah bapak A mendengar bisikan tanpa ada ujudnya?Apa yang
dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling
sering bapak A dengar suara? Berapa kali sehari bapak A mendengar suara-
suara tersebut? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri atau saat bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
membentak”. ”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung
bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
bapak A peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah
bisa.”
SP1 ISOS
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak A?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak A? Apa yang membuat
bapak A jarang bercakap-cakap dengannya?”
3. FASE TERMINASI
a. Fase subjektif
Pasien membalas salam perawat dan memperkenalkan diri sebagai A.
Pasien mengatakan akan menggunakan cara yang sudah diajarkan
perawat untuk mengontrol halusinasi, marahnya dan akan berusaha
berteman dengan teman – teman di ruangan
b. Fase objektif
Pasien belum bisa mempertahankan kontak mata
Pasien tidak begitu memperhatikan penjelasan yang perawat
sampaikan
Pertanyaan yang diberikan oleh perawat kadang tidak sesuai dengan
jawaban yang diberikan
Waktu
“Karena besok dan kamis saya tidak berdinas, jadi bagaimana kalau
kita janjian hari jum’at jam 20.00 saja? Bapak A, nanti kita janjiannya
selama 20 menit ya?
Tempat
“Bapak A maunya hari jum’at itu kita mengobrol di mana?
Bagaimana kalau di sini lagi?”
e. Salam terapeutik
“Baiklah, bapak A. Sampai ketemu hari jum’at nanti ya!”