DISUSUN OLEH :
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunuh diri merupakan salah satu dampak dari gangguan kejiawaan yang
menjadi Sorotan global saat ini . hal ini didukung dari banyaknya fenomena bunu
diri di berbagai wilayah di dunia . bunuh diri merupakan salah satu penyebab
kematian yang kerap terjadi pada individu yang memiliki masalah gangguan mental.
Bunuh diri dapat berawal dari depresi yang terjadi dalam diri penderita. Jumlah
kamatian yang diakibatkan oleh bunuh diri di dunia meningkat hingga 60%
(befrienders 2015)
Ide, syarat dan usaha bunuh diri sering disertai gangguan depresi . ide bunuh
diri terbesar terjadi jika gangguan depresi sudah parah. De cantanzaro menemukan
bahwa 67% hingga 84% pikiran bunuh diri bisa dijelaskan dengan maslah sosial dan
hubungan dengan lawan jenis , tertama yang berkitan dengan loneliness dan
perasaan membebani keluarga .
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyebutkan setiap
tahun sebanyak 800.000 orang meninggal dunia akibat bunuh diri atau setiap 40
detik ada satu orang yang meninggal dunia karena bunuh diri (WHO, 2017).
Sedangkan berdasarkan laporan dari (WHO) di tahun 2017 di asia tenggara
khususnya di indonesia angka bunuh diri mencapai 7.355 atau 0,44 persen dari
total kematian yang ada. Tiga dari seratus ribu kematian dikatakan akibat dari
kejadian bunuh diri dan membuat Indonesia berada di peringkat 172 di dunia (harian
nasional, 2018).
Bunuh diri salah satunya terjadi di kalangan usia remaja dan menjadi
perhatian penting di berbagai negara. Masa remaja didefinisikan sebagai periode
antara usia 10 dan 19 tahun, yang merupakan fase transisi dari "anak" menjadi
"orang dewasa". Pada tahun 2015, jumlah remaja di Indonesia usia 13-17 tahun
sebanyak 9.1% dari total populasi atau setara dengan 23.4 juta jiwa dengan masing-
masing 12 juta remaja laki-laki dan 11.4 juta remaja perempuan (WHO SEARO,
2017). Remaja merupakan tahapan usia puncak terjadinya perubahan fisik,
psikologis dan perilaku yang substansial yang dapat berkontribusi pada kesehatan
mental. Remaja umumnya memiliki tingkat yang lebih rendah dibandingkan usia
dewasa dalam hal kasus bunuh diri, namun tergolong kelompok usia berisiko tinggi
karena bunuh diri adalah penyebab utama kematian kedua bagi kelompok remaja
(Misra, 2017).
Secara umum faktor risiko bunuh diri pada remaja diantaranya adalah faktor
psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor biologis, perilaku bunuh diri
sebelumnya dan orientasi seksual.(stuat,2013). Bunuh diri dilakukan oleh mereka
yang memiliki usia produktif, 15-29 tahun. Umumnya individu yang memiliki
keinginan untuk bunuh diri memiliki permasalahan yang tidak dapat ia selesaikan
dengan baik. Perilaku bunuh diri memiliki tiga tahapan yang berbeda, yaitu tahapan
ide/gagasan bunuh diri, tahanpan perencanaan bunuh diri dan tahapan percobaan
bunuh diri .(S, Li et al.,2018)
Berdasarkan latar belakang diatas, akhirnya peneliti tertarik untu melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan aplikasi
smartphone untuk mengurangi resiko bunuh diri pada remaja.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh penggunaan aplikasi smartphone untuk mengurangi resiko bunuh
diri pada remaja
3. Pengembangan penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan tentang pengaruh penggunaan aplikasi smartphone untuk
mengurangi resiko bunuh diri pada remaja .
F. Tinjauan literature
Judul penelitian Tujuan Metode Hasil
Penilaian untuk metodologi Seratus dua
Sistematis dari membandingkan deskriptif. Aplikasi puluh tiga
Smartphone strategi berbasis mengacu pada aplikasi mengacu
Alat untuk bukti yang bunuh diri atau bunuh diri
Pencegahan dilakukan untuk sengaja diidentifikasi dan
Bunuh Diri pencegahan membahayakan diri di-download
bunuh diri (DSH) diidentifikasi untuk review
dengan konten pada toko aplikasi lengkap, 49 dari
aplikasi yang Android dan iOS. yang ditemukan
tersedia untuk reviewmethodology mengandung
umum sistematis setidaknya satu
menyediakan dipekerjakan untuk fitur pencegahan
alat untuk layar dan meninjau bunuh diri
pencegahan konten aplikasi. fitur interaktif.
bunuh diri. aplikasi diberi label Kebanyakan
dengan aplikasi berfokus
menggunakan pada
skema pengkodean memperoleh
yang mencerminkan dukungan dari
berbagai intervensi teman dan
pencegahan bunuh keluarga (n = 27)
diri medis dan dan
penduduk berbasis perencanaan
berbasis bukti. keselamatan (n =
Bestpractice untuk 14). Strategi
pencegahan bunuh bunuh diri yang
diri didasarkan pada berbeda
laporan Organisasi pencegahan
Kesehatan aWorld yang terkandung
dan dilengkapi dalam aplikasi,
dengan ulasan lain bukti terkuat
literatur. dalam literatur
ditemukan untuk
memfasilitasi
akses ke
dukungan krisis
(n = 13).
Media sosial Tujuan: Sebuah konsultasi Media sosial
dan Mengeksplorasi stakeholder 12 dipandang
pencegahan cara-cara di minggu yang sebagai alat
bunuh diri mana para melibatkan yang berguna
pemangku administrasi online memberikan
kepentingan dan penyelesaian berbagai
menggunakan survei oleh 10 kegiatan
media sosial individu yang pencegahan
untuk melakukan bunuh diri.
pencegahan penelitian tentang Responden
bunuh diri dan bunuh diri dan melaporkan
menilai media sosial, 13 bahwa manfaat
pandangan organisasi yang utama dari media
mereka tentang menggunakan sosial adalah
kegunaan media sosial untuk kesempatan
potensi media tujuan pencegahan untuk
sosial sebagai bunuh diri, dan mendapatkan
alat pencegahan pengguna 64 media dukungan
bunuh diri. sosial. emosional dari
orang lain, untuk
mengungkapkan
perasaan
seseorang,
berbicara
dengan orang
lain dengan
masalah yang
sama, dan untuk
memberikan
bantuan kepada
orang lain. Situs
media sosial
dipercaya
memegang
paling potensial
untuk
menyampaikan
kegiatan
pencegahan
bunuh diri itu
Facebook. Ada
kekhawatiran
tentang potensi
risiko dari media
sosial, tetapi
responden
merasakan
manfaat
potensial
melebihi risiko.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuan umum bunuh diri
1. Defenisi
Menurut kamus Oxford Suicide is the action of killing oneself
intentionally, bunuh diri merupakan tindakan membunuh diri dengan sengaja.
Defenisi tersebut sama dengan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang
mengartikan bunuh diri sebagai tindakan yang sengaja mematikan diri
sendiri. Penelitian studi pustaka yang dilakukan oleh Masango, Rataemane &
Motojesi (2008) telah mengumpulkan berbagai literature dan mendefenisikan
bunuh diri dengan istilah-istilah sebagai berikut (Masango, Rataemane, &
Motojesi, 2008):
a. Bunuh diri (Suicide) merupakan kematian yang ditimbulkan sendiri
dengan bukti bahwa orang tersebut bermkasud bunuh diri
b. Percobaan bunuh diri (Suicide Attempt) merupakan perilaku merugikan
diri sendiri dengan hasil yang tidak fatal
c. Ide bunuh diri (Suicide Ideation) merupakan pemikiran tentang bunuh diri.
Ide bunuh diri berbeda dalam keseriusannya, tergantung pada spesifitas
rencana bunh diri dan tingkat niat bunuh diri.
d. Perilaku bunuh diri yang mematikan (Lethality of Suicide Behaviour)
merupakan bahaya objektif terhadap kehidupan yang terkait dengan
metode bunuh diri
e. Merugikan diri sendiri (Deliberate Self Harm) merupakan tindakan yang
merugikan tanpa niat untuk mati
Matthew dkk (2008) dalam artikelnya berjudul Suicide and Suicidal
Behavior menggunakan terminologi definisi bunuh diri dan perilaku bunuh
diri. Bunuh diri sebagai tindakan yang sengaja mengakhiri hidup sendiri.
Pikiran dan perilaku non-bunuh diri (selanjutnya disebut ''perilaku bunuh diri'')
diklasifikasikan lebih banyak khususnya menjadi tiga kategori: ide bunuh diri,
yang mengacu pada pikiran yang terlibat dalam perilaku yang dimaksudkan
untuk mengakhiri hidup seseorang dengan sengaja; rencana bunuh diri, yang
mengacu pada formulasi metode spesifik yang dengannya seseorang berniat
untuk mati; dan upaya bunuh diri, yang mengacu pada keterlibatan secara
potensial perilaku merugikan diri sendiri di mana setidaknya ada beberapa
niat untuk mati. Sebagian besar peneliti dan dokter membedakan perilaku
bunuh diri dari cedera diri nonsuicidal (misalnya, self-cutting), yang mengacu
pada cedera diri di mana seseorang tidak memiliki niat mati; perilaku seperti
itu bukan fokus dari tinjauan ini (Nock et al., 2008).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
seseorang untuk mengakhiri kehidupannya . perilaku bunuh diri adalah
tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk membunuh diri sendiri. Bunuh
diri melibatkan ambivalensi antara keinginanuntuk hidup dan keinginan untuk
mati. Perilaku bunuh diri terdiri dari tiga tingkatan berupa ide/isyarat bunuh
diri, ancaman bunuh diri, dan percoban bunuh diri(videebeck, 2015)
a. Ide Bunuh Diri (Suicidal Ideation)
Ide bunuh diri adalah pikiran membunuh diri sendiri, baik yang
dilaporkan sendiri atau dilaporkan kepada orang lain (Stuart, 2013).
Meliputi pemikiran atau fantasi langsung maupun tidak langsung
untuk bunuh diri atau perilaku melukai diri sendiri yang diekspresikan
secara verbal, disalurkan melalui tulisan atau pekerjaan seni dengan
maksud tertentu maupun memperlihatkan pemikiran bunuh diri
(Fortinash & Worret, 2012). Ide bunuh diri merupakan proses
kontemplasi dari bunuh diri atau sebuah metoda yang digunakan
tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak
akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun
demikian, perlu disadari bahwa klien pada tahap ini memiliki pikiran
tentang keinginan mati (Davidson, Neale, & Kring, 2004 dalam
Muhith, A, 2015).
b. Ancaman Bunuh Diri (Suicide threats)
Ungkapan secara langsung atau tulisan sebagai ekpresi dari niat
melakukan bunuh diri namun tanpa adanya tindakan. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif.
c. Isyarat Bunuh Diri (Suicide Gesture)
Hasil tindakan langsung pada diri sendiri tanpa ada luka atau
luka kecil dari seseorang yang tidak ada niat untuk mengakhiri
hidupnya maupun mengharapkan untuk meninggal pada akhirnya.
Bagaimanapun, mereka telah melakukan cara dimana orang lain
mengartikan tindakannya seperti bermaksud bunuh diri. Davidson,
Neale, & Kring (2004) menyebutkan pada fase ini klien
menunjukkan perilakudestruktif yang diarahkan pada diri sendiri
yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapisudah
pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang
dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya
minum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen
antara mati dan hidupdan tidakberencana untuk mati. Individu ini
masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin diselamatkan dan
individu ini sedang mengalamikonflik mental. Tahap ini sering
dinamakan “Crying for help”sebab individu ini sedang berjuang
dengan stres yang tidak mampu diselesaikan (Muhith, A, 2015)
d. Percobaan Bunuh Diri (Suicide Attempts)
Terdapat tindakan serius secara langsung pada diri sendiri
dimana terkadang menyebabkan luka kecil atau besar dari
seseorang yang berniat untuk mengakhiri hidup atau dengan serius
mencederai dirinya. Isyarat dan percobaan yang tidak berhasil dan
kurang mematikan disebut parasuicidal behaviour. Perilaku
parasuicidal dikembangkan oleh Kreitman untuk menggambarkan
perilaku yang termasuk memotong kulit atau menelan zat kimia yang
tidak memiliki akibat fatal dan dapat digunakan sebagai mekanisme
koping maladaptif untuk menangani emosi yang kuat atau pikiran
yang mengganggu (Patel & Jakopac, 2012).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Variable independen variable dependen
Keterangan :
B. Hipotesis
H1: ada perbedaan antara efektifitas penggunaan smartphone untuk mengurangi
resiko bunuh diri pada remaja
C. Variable
Variable independen : smartphone
Variable dependen : resiko bunuh diri pada remaja
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini berjudul “efektifitas penggunaan smartphone terhadap resiko
bunuh diri” menggunakan metode cross sectional dengan pendekatan kuantitatif,
dimana akan menghubungkan prilaku seseorang megenai resiko bunuh diri.
B. Tempat dan waktu
1. Tempat : Makassar
2. Waktu : September- November 2019
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau
subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka populasi
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah remaja usia 18-21 tahun.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang
sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu
sendiri. Sampel adalah sebagian unit penelitian yang ada dalam populasi
penelitian. Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi remaja .
D. Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus ada agar populasi dapat menjadi
sampel dalam suatu penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah yang
bukan/di luar dari kriteria dalam penelitian.
1. Kriteria inklusi : remaja usia 18-21 tahun dan bersedia menjadi
responden
2. Kriteria eksklusi : remaja yang tidak bersedia menjadi responden
E. Pengumpulan dan analisa data
1. Data primer
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan
instrumen kuesioner yang terdiri dari beberapa item pertanyaan yang
berkaitan dengan karakteristik responden yaitu : Jenis kelamin, umur,
pendidikan
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari berapa banyak remaja menjadi
responden dalam penelitian. Data yang terkumpul diedit dan diolah dengan
bantuan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Sebelum dianalisa data dioalah dahulu melalui beberapa tahapan:
1. Editing (pengeditan) Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner dan
pengukuran diperiksa kelengkapan dan kebenarannya terlebih dahulu
seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan konsistensi
pengisian
2. Coding (pengkodean) Coding merupakan kegiatan merubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan berfungsi untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
proses entry data. Pengkodean dimulai dari bilangan 0 sampai 2
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Jenis kelamin : 1 = laki-laki; 2 = perempuan
b. Umur : 0 = 10-12 tahun; 1 = 13-15; 2 = 16-18 tahun
c. Pendidikan : 0 = SD; 1 = SMP ; 2 = SMA/SMK
d. Pengetahuan : 0 = kurang; 1 = cukup ; 2 = baik
Setelah dilakukan pengkodean dan kuesioner diisi oleh responden,
selanjutnya melakukan proses entry data atau proses memasukkan data
menggunakan komputer sesuai dengan pengkodean yang telah
ditetapkan.
3. Data Output Data yang sudah di entry disajikan dalam bentuk output
untuk mengetahui data saling berhubungan atau tidak. Data Analyzing
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan metode statistic program SPSS ( Statistical Package For
The Social Sciences ) ) dan selanjutnya dilakukan analisis data dengan
cara sebagai berikut :
a. Analisis univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik satiap variabel penelitian. Pada
umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi
dan persentase dari tiap variabel. Hasil disajikan dalam bentuk tabel
yang menggambarkan masing-masing variabel (Notoatmodjo, 2010
b. Analisis bivariate
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010).
F. Etika penelitian
Menurut Yuhisa 2008 dalam bukunya etika penelitian kesehatan
bahwasanya komite nasional etika penelitian telah membagi 4 etika yang harus
ada dalam melakukan penelitian kesehatan yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian
serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitan (automoni). Bebrapa tindakan yang
terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia adalah
peneliti mempersiapkan formulir persetujuan (informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy
and confidentialy)
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat
terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi.
Sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam
aplikasinya peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuisioner dan alat ukur
apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahsiaan identitas subyek. Peneliti
dapat menggunakan coding (inisial atau indentifikation number) sebagai
pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusifitas (respect for justice and inclusifeness)
Respon keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati,
profesional, berperikemanusiaan dan memperatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan intimitas, psikologis serta perasaan religius
subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisiskan agar memenuhi
prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian.
Keadilan memiliki berbagai teori, namun yang terpenting adalah
bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan diantara
anggotakelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata
atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas
masyarakat. Sebagai contoh dalam prosedr penelitian, peneliti
mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk
mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun
sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
benefit)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dangan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat mungkin bagi subyek penelitian
dan dapat menggeneralisasikan ditingkat populasi (benefisience). Peneliti
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (non-malaficence).
Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stress
tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk
mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress maupun kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Masango, Rataemane, & Motojesi. (2008). Suicide and Suicide Risk Factors : A
Literature Review. CPD Article, 50(6), 25–29. Retrieved from
file:///C:/Users/windows8/Downloads/1302-4836-1-PB.pdf
Nock, M. K., Borges, G., Bromet, E. J., Cha, C. B., Kessler, R. C., & Lee, S. (2008).
Suicide and Suicidal Behavior. Epidemiologic Reviews, 30(1), 133–154.
https://doi.org/10.1093/epirev/mxn002
Cash, S. J., & Bridge, J. A. (2010). Epidemiology of Youth Suicide and Suicidal
Behavior, 21(5), 613–619.
https://doi.org/10.1097/MOP.0b013e32833063e1.Epidemiology
The Mental Health Recovery Institute. (2017). The 13 Suicide Warning Signs: A
Guide for Managers. Australai: The Mental Health Recovery Institute.
Retrieved from www.mhri.com.au
Torre, I. de la, Castillo, G., & Franco, M. A. (2017). Mobile Apps for Suicide
Prevention: Review of Virtual Stores and Literature. JMIR Mhealth Uhealth,
5(10). Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5654733/
Luxton, D. D., June, J. D., & Chalker, S. A. (2015). Mobile Health Technologies for
Suicide Prevention : Feature Review and Recommendations for Use in
Clinical Care. Current Treat Options Psych, 2, 349–362.
https://doi.org/10.1007/s40501- 015-0057-2