Anda di halaman 1dari 7

Berdasarkan UURI No.

4/1992 (tentang Perumahan dan Permukiman) dapat diketahui


berbagai jenis prasarana permukiman seperti yang tercantum dalam Pasal 5 - 7, meliputi:
1.    Sarana dasar yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman adalah (Pasal 5):
a.    Jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan angkutan barang, pencegahan perambatan
kebakaran, serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang teratur;
b.    Jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk kesehatan
lingkungan; dan
c.    Jaringan saluran air hujan untuk pengatusan/drainase, dan pencegahan banjir setempat.
Dalam keadaan tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan air bersih
merupakan sarana dasar.
2. Fasilitas penunjang dimaksud dapat meliputi aspek ekonomi yang antara lain berupa
bangunan perniagaan/perbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan. Sedangkan fasilitas
penunjang yang meliputi aspek sosial-budaya, antara lain berupa bangunan pelayanan umum
dan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, peribadatan, rekreasi dan olah raga,
pemakaman dan pertamanan (Pasal 6).
3.    Utilitas umum meliputi antara lain: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telefon,
jaringan gas, jaringan transportasi, dan pemadam kebakaran. Fasilitas umum membutuhkan
pengelolaan secara berkelanjutan dan profesional oleh badan usaha agar dapat memberikan
pelayanan yang memadai kepada masyarakat (Pasal 7).

Conyers, D. dan P. Hills (1984) merinci sarana/fasilitas permukiman dapat meliputi


diantaranya:
1.    Fasilitas pelayanan ekonomi dan perdagangan, meliputi:
a.    Warung/kios, merupakan unit usaha ekonomi skala terkecil;
b.    Pertokoan, merupakan unit usaha ekonomi skala sedang - besar;
c.    Pusat perbelanjaan skala lingkungan (toko dan pasar); dan
d.   Pusat perbelanjaan dan niaga (toko + pasar + bank + kantor-kantor + industri kecil).

2.    Fasilitas pelayanan sosial, meliputi:


a.    Fasilitas pendidikan, terdiri dari:
b.    Taman Kanak-Kanak (TK);
c.    Sekolah Dasar (SD);
d.   Sekolah Lanjutan Pertama (SLP); dan
e.    Sekolah Lanjutan Atas (SLA).
f.     Fasilitas kesehatan, terdiri dari:
g.    Balai pengobatan;
h.    BKIA + Rumah bersalin;
i.      Puskesmas dan Balai pengobatan;
j.      Rumah sakit daerah/wilayah;
k.    Tempat praktek dokter;
l.      Dokter; dan
m.  Apotek/toko obat.

3.    Fasilitas pelayanan kesejahteraan sosial, meliputi:


a.    Tempat ibadah;
b.    Balai pertemuan; dan
c.    Tempat hiburan.

4.    Fasilitas pelayanan pendukung lainnya, meliputi:


a.    Taman/tempat bermain (park/play ground);
b.    Jalur hijau; dan
c.    Tempat pejalan kaki/pedestrian.
SYARAT KELENGKAPAN PRASARANA DAN SARANA
PENJELASAN KHUSUS SEKTOR PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
I.     SUB SEKTOR USAHA PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN  PERMUKIMAN
Pengembangan usaha dalam sektor perumahan dan permukiman pada dasarnya harus
mengikuti:
a.    Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
b.    Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah selaku Ketua Badan
Kebijaksanaan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional
(BKP4N) No. 217/KPTS/M/2002 tanggal 13 Mei 2002 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP).
A. Pembangunan Perumahan  dan Permukiman Tidak Bersusun.
Pembangunan perumahan  dan permukiman tidak bersusun harus mengikuti Kawasan
Perkotaan atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, terdiri dari:
1.  Rumah sederhana.
2.  Rumah menengah.
3.  Rumah mewah.
Persyaratan pembangunan perumahan dan permukiman tidak bersusun:
1.    Pembangunan  perumahan  sederhana  tidak  bersusun harus mengikuti
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik
Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun dan peraturan
perubahannya.
2.   Pembangunan rumah sangat sederhana harus memenuhi Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 54/PRT/1991 tentang Pedoman Teknik Pembangunan
Perumahan Sangat Sederhana dan peraturan perubahannya.
3.    Pembangunan rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah wajib
menerapkan ketentuan  lingkungan  hunian  yang berimbang sesuai dengan Surat
Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Perumahan Rakyat No. 648-384 Tahun 1992, No. 739/KPTS/1992 dan No.
09/KPTS/1992 dan Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku Ketua
Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Nasional No. 04/KPTS/BKP4N/1995 tentang Ketentuan Lebih Lanjut
Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan
Menteri Negara Perumahan Rakyat.
4.    Bangunan rumah tidak bersusun yang belum selesai dibangun, dapat dijual
dengan syarat harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Surat Keputusan
Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 09/KPTS/ M/1995 tentang Pedoman
Perikatan Jual Beli Rumah.
B. Pembangunan Perumahan  dan Permukiman Bersusun.
Pembangunan perumahan  dan permukiman bersusun, terdiri dari:
1.  Satuan rumah susun sederhana.
2.  Satuan rumah susun menengah.
3.  Satuan rumah susun mewah.
Persyaratan pembangunan perumahan dan permukiman  bersusun:
1.  Pembangunan rumah susun harus mengikuti Undang-undang No. 16 Tahun 1985
dan Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun, serta
memenuhi persyaratan teknik pembangunan rumah susun sesuai dengan
Peraturan  Menteri Pekerjaan Umum No.60/PRT/1992 dan peraturan tambahan/
perubahan-nya.
2.  Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun dan penerbitan Sertifikat Hak  Milik
atas satuan   rumah  susun  harus  memenuhi   ketentuan Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata Cara Pengisian
Serta Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun dan Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata Cara Pembuatan
Buku Tanah serta  Penerbitan Sertifikat  Hak  Milik  Satuan  Rumah Susun.
3.  Pembentukan perhimpunan penghuni rumah susun harus memenuhi ketentuan
yang tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku Ketua
Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Nasional No.  06/KPTS/BKP4N/1995 tentang Pedoman Pembuatan
Akta Pendirian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan
Penghuni Rumah Susun.
4.  Bangunan rumah bersusun yang belum selesai dibangun, dapat dijual dengan
syarat harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri
Negara Perumahan Rakyat No. 11/KPTS/1994 tanggal 17 Nopember 1994 tentang
Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan  Rumah Susun.
C. Pembangunan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA)
Pengusahaan pembangunan  KASIBA dan LISIBA untuk keperluan perumahan dan
permukiman harus mengikuti Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang
KASIBA dan LISIBA yang berdiri sendiri.
D. Perusahaan pembangunan perumahan harus membangun dan menyediakan tanah
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1987  dan  Instruksi
Menteri Dalam Negeri No. 30 Tahun 1990 tentang Penyerahan Prasarana
Lingkungan, Sarana Umum dan Sarana Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah.
E.  Pengembang (developer) harus membangun hal-hal sebagai berikut:
1.  Prasarana lingkungan seperti:
a.  Jalan.
b.  Saluran air limbah dan instalasi pengolahan air limbah.
c.    Saluran air hujan.
d.    Jaringan pengumpul air hujan dan atau sistem resapan air hujan.
2.  Utilitas umum, seperti:
a.     Jaringan gas.
b.    Jaringan telepon.
c.     Penyediaan air bersih.
d.    Jaringan listrik.
e.     Pembuangan sampah.
f.      Pemadam kebakaran.
3.  Pengembang (Developer)  menyediakan tanah untuk:
a.     Sarana pendidikan.
b.    Sarana kesehatan.
c.     Sarana olahraga dan lapangan terbuka.
d.    Sarana pemerintahan dan pelayanan umum.
e.     Sarana peribadahan.
f.     Sarana pemakaman  sesuai   dengan   ketentuan-ketentuan   yang berlaku.
F.  Perusahaan Fasilitas Pembiayaan Sekunder Perumahan (Secondary Mortgage Facility/SMF)
Dalam rangka mendukung kegiatan pembangunan perumahan dan permukiman diperlukan
pengerahan dan pengelolaan sumber pembiayaan melalui perusahaan fasilitas pembiayaan
sekunder perumahan (SMF) yang mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan No.
132/KMK.014/1998.
G. Usaha Jasa Profesional
Sebagai usaha penunjang sub sektor pembangunan perumahan dan permukiman, terbuka
kegiatan usaha jasa profesional di bidang perumahan dan permukiman yang terdiri dari:
1.  Jasa Konsultan Pembangunan Properti (Property Development Consultant).
2.  Jasa Penilai Properti (Property Valuation/Appraisal).
3.  Jasa Perantara Properti (Property Agent termasuk Brokerage).
4.  Jasa Pengelola Properti (Property Management).
Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku Ketua
Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Nasional No.  05/KPTS/BKP4N/1995 tanggal 23 Juni 1995 tentang Tatalaksana
Pendaftaran Dalam Pembinaan Badan Usaha dan Jasa Profesional di Bidang
Pembangunan Perumahan dan Permukiman.
H. Bidang Usaha Prasarana dan Sarana Perumahan dan Permukiman
Bidang usaha prasarana dan sarana perumahan dan permukiman tidak hanya di
kawasan perumahan dan permukiman, tapi termasuk pula di kawasan perkotaan,
pedesaan, kawasan industri, dan kawasan fungsional lainnya.
1.    Bidang Air Bersih
Terdiri dari kegiatan pembangunan, pengelolaan (termasuk pengoperasian dan
pemeliharaan), rehabilitasi, penyewaan dan penambahan untuk sebagian atau
keseluruhan dari sistem penyediaan air bersih yang meliputi lingkup pekerjaan:
a.  pengambilan air baku:
bangunan pengambilan/penangkapan air baku.
b.    Transmisi:
1)   pipa transmisi unit produksi, bangunan air baku ke unit produksi;
2)   pipa transmisi unit instalasi ke distribusi.
c.    unit produksi:
instalasi pengolahan air.
d.  distribusi:
1) reservoir;
2) jaringan distribusi utama, sekunder, tersier;
3) sambungan pelanggan (SR).
e.  pengadaan jasa:
1)   pengoperasian;
2)   pemeliharaan;
3)   penurunan kebocoran;
4)   pencatatan meter;
5)   penagihan.
2.    Bidang Sampah
Terdiri dari kegiatan pembangunan, pengelolaan (termasuk pengoperasian dan
pemeliharaan), rehabilitasi, penyewaan dan penambahan untuk sebagian atau
keseluruhan dari sistem pengelolaan sampah yang meliputi lingkup pekerjaan:
a.  Pengadaan fasilitas:
1)        tempat pembuangan sementara (TPS);
2)        tempat pembuangan akhir (TPA);
3)        fasilitas pengolahan sampah;
4)        pengadaan alat angkut sampah;
5)        pengumpulan sampah dari rumah-rumah.
b.  Pengadaan jasa:
1)   pengumpulan sampah;
2)   pengangkutan sampah;
3)   pengolahan sampah;
4)   pengelolaan TPA;
5)   penagihan.
3.    Bidang Air Limbah
Terdiri dari pembangunan, pengelolaan,  rehabilitasi, penyewaan dan
penambahan untuk sebagian atau keseluruhan dari sistem pengelolaan air
limbah yang meliputi lingkup pekerjaan:
a.  Pengadaan fasilitas:
1)        pembangunan jaringan pengumpul;
2)        instalasi pengolahan air limbah (IPAL);
3)        pengadaan alat angkut limbah;
4)        pengadaan sambungan rumah.
b.  Pengadaan jasa:
1)        pengoperasian;
2)        pemeliharaan;
3)        pengumpulan air limbah;
4)        penagihan.
Bentuk usaha di bidang prasarana dan sarana perumahan dan permukiman (air
bersih, sampah dan air limbah) dapat berupa:
a.  usaha patungan/kerjasama antara swasta dan Pemerintah Daerah  sesuai
dengan Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1998;
b.  diusahakan oleh swasta sendiri dengan pengawasan/izin Pemerintah Daerah
setempat.
4.    Pembangunan  dan  Pengusahaan  Gedung  Perkantoran
a.  Kegiatan pembangunan suatu gedung perkantoran disamping harus 
memenuhi standar internasional, juga harus mengacu pada ketentuan yang
telah diatur dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung. Yang
dimaksud dengan standar internasional adalah mempunyai persyaratan
fasilitatif bagi  kegiatan  administrasi  modern  baik  di bidang pemerintahan
maupun  di bidang kegiatan  usaha;
b.  Pembangunan gedung perkantoran mengacu kepada ketentuan tentang
bangunan gedung dan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) luas lantai sesuai Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
2) lokasi gedung perkantoran sesuai dengan rencana lingkungan 
permukiman  (detail bestenings  plan) yang   disahkan  dalam 
rangka master  plan kota/ daerah  yang bersangkutan;
3) mendapat izin bangunan dari suatu instansi pemerintah yang memenuhi
kualifikasi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
c.  Bangunan gedung perkantoran yang belum selesai dibangun dapat dijual,
yang pelaksanaannya mengacu kepada  Pedoman  Perikatan  Jual Beli Satuan
Rumah Susun (Keputusan Menteri Perumahan Rakyat No. 11/KPTS/1994).
5.    Pembangunan  dan  pengusahaan  gedung parkir,  gedung asrama, gedung 
pusat perbelanjaan  dan  lain-lain, harus memenuhi ketentuan yang  berlaku 
untuk pembangunan  gedung perkantoran.

Anda mungkin juga menyukai