Anda di halaman 1dari 25

Tugas

KMB II
“Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Carsinoma Kulit”

Disusun Oleh :

Nama Anggota Kelompok 1


Akhdhan Althaf Yandra P031614301001
Anggun Julia Syafitri P031614301003
Aulya Nafisah P031614301007
Gema Thaharah Adinda P031614301015
Krisdita Deborah P031614301017
Lilis Meliana P031614301020
Maghfira Fitri Maulani P031614301022
Shelly Intania Haryanto P031614301029
Sintia Pramesti RC P031614301031
Yudes Paulina Putri P031614301039

Program Studi DIV Keperawatan Tingkat II


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Riau
2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Carsinoma Kulit ini
dengan baik meskipun mungkin ada kekurangan didalamnya. Kami berterima
kasih kepada Ibu Ns. Usraleli, S.kep, M.Kep selaku dosen pembimbing mata
kuliah KMB II yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Carsinoma Kulit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan
kami buat di masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi diri
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 9 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian...................................................................................................3
2.2. Klasifikasi...................................................................................................3
2.2.1. Karsinoma Sel Skuamosa................................................................3
a. Pengertian....................................................................................3
b. Etiologi........................................................................................4
c. Patofisiologi.................................................................................4
d. Manifestasi..................................................................................5
e. Penatalaksanaan...........................................................................5
2.2.2. Karsinoma Sel Basal........................................................................6
a. Pengertian....................................................................................6
b. Etiologi........................................................................................6
c. Manifestasi..................................................................................8
d. Penatalaksanaan...........................................................................8
2.2.3. Melanoma Maligna..........................................................................9
a. Pengertian....................................................................................9
b. Etiologi........................................................................................9
c. Patofisiologi...............................................................................10
d. Manifestasi................................................................................11
e. Penatalaksanaan.........................................................................11
2.3. Pemeriksaan Penunjang............................................................................13
2.4. Asuhan Keperawatan................................................................................13

ii
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan...............................................................................................19
3.2. Saran.........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali.
Kanker kulit merupakan bentuk penyakit kanker yang paling sering
ditemukan di Amerika Serikat. Jika angka insidensinya tetap berlanjut sampai
sekarang, diperkirakan seperdelapan penduduk Amerika yang berkulit cerah
akan menderita kanker kulit, khususnya karsinoma sel basal. Karena kulit
mudah diinspeksi, kanker kulit akan tampak serta terdeteksi dengan mudah
dan merupakan tipe kanker yang pengobatannya paling berhasil.
Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-
sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan
mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas
beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam sesuai dengan
jenis sel yang terkena. Akan tetapi yang paling sering terdapat adalah
karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa dan melanoma maligna.
Karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa sering kali digolongkan ke
dalam kanker kulit non melanoma.
Penyebab sebenarnya kanker kulit tidak diketahui secara pasti, namun
factor lingkungan dan sinar UV serta kebersihan diri dan lingkungan
merupakan faktor utama penyebab kanker kulit. Angka kejadian kanker kulit
lebih banyak terdapat pada orang dengan pola hidup yang tidak bersih dan
sering terpajang sinar matahari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan,
yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Carsinoma ?

1
2. Apa klasifikasi Carsinoma ?
3. Apa pemeriksaan penunjang Carsinoma ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan Carsinoma ?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam makalah ini penulis bertujuan :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Carcinoma
2. Untuk mengetahui apa klasifikasi Carsinoma
3. Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang Carsinoma
4. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan Carsinoma

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kanker Kulit


Kanker kulit adalah kelainan pada sel kulit yang disebab kan oleh mutasi
pada DNA sel, yang membuat petumbuhan sel cepat, usia sel lebih panjang
dan sel kehilangan sifat dasarnya. Kanker kulit umumnya terjadi pada bagian
kulit yang sering terkena sinar matahari, namun kondisi ini juga data terjadi
pada bagian kulit yang tidak terkena sinar mataharai secara langsung.
Kanker kulit merupakan bentuk penyakit kanker yang paling sering
ditemukan di Amerika Serikat. Jika angka insidensinya tetap berlanjut sampai
sekarang, diperkirakan seperdelapan penduduk Amerika yang berkulit cerah
akan menderita kanker kulit, khususnya karsinoma sel basal. Karena kulit
mudah diinspeksi, kanker kulit akan tampak serta terdeteksi dengan mudah
dan merupakan tipe kanker yang pengobatannya paling berhasil. (Brunner &
Suddarth, 2001)

2.2. Klasifikasi
2.2.1. Karsinoma Sel Skuamosa
a. Pengertian
Skuamosa sel karsinoma (scc) kulit adalah untuk paling
umum dari kedua kanker kulit dan menyumbang 20% dari
keganasan kulit. Carsinoma sel skuamosa merupakan proliferasi
malignan yang timbul dari dalam epidermis. Carsinoma sel
skuamosa sering muncul pada kulit yang rusak karna terkena sinar
matahari dan individu lanjut usia. Kebanyakan carsinoma sel
skuamosa dapat segera diidentifikasi dan dibuang oleh prosedur
bedah minor. Lesi invasiv lebih besar dan lebih memerlukan
manajemen operasi agresif, terapi radiasi, atau keduanya. Resiko

3
carsinoma sel skuamosa sangat tinggi terjadinya metastasis.
( Muttaqin dan Sari 2011 ).
b. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) penyebab pasti masih
belum diketahui dengan jelas, tetapi terdapat beberapa factor resiko
yang terkait dengan perkembangan karsinoma sel skuamosa,
meliputi hal hal berikut ini.
1. Usia lebih tua dari 50 tahun
2. Jenis kelamin laki-laki
3. Kulit putih terang; rambut pirang atau coklat terang; mata
hijau, biru, atau abu-abu
4. Kulit yang mudah mengalami luka bakar akibat sinar matahari
( jenis Fitzpatrick I dan II )
5. Geografi ( lebih dekat dari katulistiwa )
6. Sejarah kanker kulit nonmelanoma sebelumnya
7. Paparan sinar UV matahari dengan kumulatif tinggi
8. Paparan karsinogen kimia ( misalnya: arsen, tar )
9. Imunosupresi kronis
10. Kondisi bekas luka kronis
11. Infeksi human papilomavirus ( HPV )

c. Patofisiologi
Skuamosa sel karsinoma ( SCC ) adalah tumor ganas pada
keratinosit epidermis. Beberapa kasus karsinoma sel skuamosa
terjadi de novo ( yaitu dengan tidak adanya lesi prekursor ), namun
bebrapa karsinoma sel skuamosa berasal dari matahari yang
disebabkan oleh lesi prakanker dikenal sebagai keratosis actinic.
Pasien dengan keratosis actinic multiple memberikan manifestasi
peningkatan resiko untuk mengembangkan karsinoma sel
skuamosa. Karsinoma sel skuamosa yang mampu infiltrasi

4
pertumbuhan lokal, menyebar ke kelenjar getah bening regional,
dan metastasis jauh, paling sering ke paru-paru . ( Muttaqin dan
Sari 2011 )
d. Manifestasi
Lesi (Ulkus, lesi jamur dengan tepi menumpuk) pada area tubuh
yang terpapar ( Grace dan Borley, 2006).

e. Penatalaksanaan
1. Eksisi Bedah
Tujuan utamanya adalah untuk mengangkat keseluruhan
tumor. Cara yang terbaik untuk mempertahankan penampilan
kosmetika adalah dengan menempatkan garis insisi di
sepanjang garis tegangan kulit yang normal dan garis anatomis
tubuh yang dialami. Dengan cara ini, jaringan perut yang
terbentuk tidak akan mudah terlihat. Utukran insisi tergantung
pada ukuran dan lokasi tumor, kendati biasanya meliputi rasio
panjang terhadap lebar yaitu 3:1. Memadainya eksisi dengan
pembedahan dipastikan melalui evaluasi mikroskopik terhadap
potongan-potongan specimen. Apabila tumornya berukuran
besar, pembedahan rekonstruksi dengan menggunakan skin
flap atau graft kulit mungkin diperlukan. Luka insisi ditutup
lapis pada luka untuk penyangga. Infeksi harang dijumpai
sesudah tindakan eksisi yang sederhana jika tindakan aseptic
bedah yang benar tetap dipertahankan selama dan sesudah
operasi ( Muttaqin dan Sari, 2011)
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi sering dilakukan untuk kanker kelopak mata,
ujung hidung, dan daerah pada atau didekat struktur yang vital
(misalnya : nervus fasialis). Terapi ini hanya dikerjakan pada
pasien yang berusia lanjut karena perubahan akibat sinar-x

5
dapat terlihat sesudah 5 hingga 10 tahun kemudian dan
perubahan malignan pada sikatriks dapat ditimbulkan oleh
sinar-x setelah 15 hingga 30 tahun kemudian. ( Muttaqin dan
Sari, 2011)
Pasien harus diinformasikan bahwa kulit dapat menjadi
merah dan melepuh. Salep kulit yang netral(yang diresepkan
oleh dokter) dapat dioleskan untuk mengurangi gangguan rasa
nyaman. Pasien juga harus diingatkan agar kulitnya tidak
terkena sinar matahari ( Muttaqin dan Sari, 2011)
3. Kemoterapi
Formulasi kemoterapi topical dari 5-fluorouracil (5-FU)
digunakan untuk pengobatan actinic keratosis dan dangkal
karsinoma sel basal. Keberhasilan pengobatan pada pasien
dengan sel karsinoma skuamosa juga telah dilaporkan.
Karsinoma sel skuamosa invasif tidak harus ditangani dengan
kemoterapi topical ( Muttaqin dan Sari, 2011)

2.2.2. Karsinoma Sel Basal


a. Pengertian
Karsinoma sel basal tumbuh dari lapisan sel basal pada
epidermis atau folikel rambut. Penyakit kanker ini merupakan tipe
kanker kulit yang palin sering ditemukan. Umumnya karsinoma sel
basal timbul di daerah tubuh yang terpajan sinar matahari dan lebih
prevalen pada kawasan tempat populasi penduduk yang mengalami
pajanan sinar matahari yang intensif serta ekstensif. Insisensi
tersebut berbanding lurus dengan usia pasien (usia rata – rata 60
tahun) serta jumlah total pajanan sinar matahari, dan berbanding
terbalik dengan jumlah pigmen melanin dalam kulit. (Brunner dan
Suddarth, 2001)

6
b. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2013), penyebab dari karsinoma sel
basal yaitu :
1. Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogenik adalah
sinar yang memiliki panjang gelombang berkisar antara 280
sampai 320 nm. Spektrum ini terutama bertanggung jawab
dalam membakar dan membuat kulit menjadi cokelat.
Pemakaian bahan-bahan yang melindungi kulit dari sinar
matahari sangat dianjurkan pada setiap orang yang dalam
keluarganya ada yang menderita kanker kulit, dan pada orang-
orang yang berkulit peka sehingga mudah sekali menderita luka
bakar karena sinar matahari.
2. Orang yang tidak memproduksi (pigmen) melanin dengan
jumlah yang cukup di dalam kulit untuk melindungi jaringan
dibawahnya sangat rentan terhadap kerusakan akibat sinar
matahari. Orang yang paling beresiko itu adalah orang yang
berkulit cerah, bermata biru, berambut merah yang nenek
moyangnya berdarah Celtic atau orang yang berwarna kulit
merah muda atau orang cerah disamping orang yang sudah
lama terkena sinar matahari tanpa terjadi perubahan warna kulit
menjadi coklat kekuningan.
3. Para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat kimia
tertentu (senyawa arsen, nitrat, batubara, ter dan aspal serta
paraffin).
4. Xeroderma pigmentosum: penyakit ini merupakan penyakit
resesif autosomal yang menjadi predisposisi untuk penuaan
dini pada kulit, dimulai dengan perubahan pigmen dan berubah
menjadi karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan
melanoma maligna. Efek dari xeroderma pigmentosum adalah
ketidakmampan memperbaiki kerusakan DNA akibat sinar
ultraviolte dari matahari.

7
5. Orang yang menderita sikatriks akibat luka bakar yang berat
dapat mengalami kanker kulit setelah 20 – 40 tahun kemudian.

c. Manifestasi
Menurut Brunner dan Suddarth (2001) biasanya dimulai
sebagai nodul kecil seperti lilin dengan tepi yang tergulung
kemudian translusen dan mengkilap, pembuluh darah yang
mengalami telangiektasia dapat dijumpai, bagian tepi meninggi,
dan terjadi ulserasi pada bagian tengahnya dan kadang-kadang
pembentukan krusta. Karsinoma jarang bermetastase tetapi
rekurensi sering terjadi. Namun demikian, lesi yang diabaikan
dapat menyebabkan hilangnya hidung, telinga atau bibir. Lesi lain
akibat penyakit ini dapat timbul sebagai plak yang mengkilap,
datar, berwarna kelabu atau kekuningan. Sedangkan menurut
Pierce A. Grace dan Neil R. Borley (2006) pertumbuhan bagian
tepi menyerupai lilin, seperti mutiara, pengelupasan dari bagian
tengah, berumbilikasi, bagian tepi meninggi, dan berbatas tegas.

d. Penatalaksanaan
Karsinoma sel basal harus segera ditangani. Penanganan
termasuk kuret dengan alat diseksi listrik, skalpel, radiasi, bedah
dan bahan kimia, dan bedah beku. Kanker sel basal dengan
diameter kurang dari 2 cm biasanya ditangani dengan skalpel atau
diseksi listrik dan kuret setelah dilakukan biopsi untuk memastikan
diagnosis. Angka kesembuhannya adalah 95%. Terapi sinar
rontgen boleh diberian kepada penderita yang telah berusia 60 –
70an tahun dengan tumor yang sangat besar disekitar kelopak
mata, daun telinga, atau bibir. Pembedahan dengan bahan kimia
baik untuk mengobati kanker besar yang berinflitrasi serta sering
kambuh, terutama disekitar telinga, lipat nasolabial, dan mata. Pada

8
bedah kimia, eksisi mikroskopik pada tumor dilakukan dengan
memisahkan tumor selapis demi selapis dengan skalpel; kemudia
dibuat preparat irisan beku yang selanjutnya diperiksa untuk
menemukan bukti adanya kanker sel basal. Teknik ini adalah
teknik yang paling efektif dan mahal tetapi angka kesembuhannya
melebihi 97%. (Muttaqin dan Sari, 2013)

2.2.3. Melanoma Maligna


a. Pengertian
Melanoma adalah keganasan sel yang menghasilkan
pigmen (melanosit) yang terletak terutama di kulit, tetapi juga
ditemukan di mata, telinga, salurang pencernaan, leptomeninges,
serta membran mukosa oral dan kelamin. Melanoma hanya 4% dari
semua kanker kulit, namun hal itu menyebabkan jumlah terbesar
kematian terkait kanker kulit di seluruh dunia. Deteksi dini
melanoma kulit adalah cara terbaik untuk mengurangi kematian.
(Arif muttaqin dan Kumala Sari, 2011).
Menurut Brunner dan Suddarth (2001) melanoma maligna
merupakan neoplasma malihna dengan terdapatnya melanosit (sel-
sel pigmen) dalam lapisan epidermis maupun dermis dan kadang-
kadang sel subkutan. Melanoma maligna merupakan jenis kanker
kulit yang paling mamatikan dan menyebabkan sekitar 2% dan
seluruh kematian karena kanker.
Insiden melanoma meningkat dua kali lipat setiap 10 tahun,
dan kenaikan ini mungkin berhubungan dengan peningkatan
pajanan matahari saat berekskresi dan metode deteksi dini yang
lebih baik. Insiden puncak terjadi antara usia 20-45 tahun. Insiden
melanoma meningkat lebih cepat dibandingkan dengan hampir
semua jenis kanker lainnya, dan angka mortalitasnya juga

9
meningkat lebih cepat daripada angka mortalitas kanker yang lain,
kecuali penyakit kanker paru.

b. Etiologi
Etiologi tidak diketahui, tetapi sinar ultra violet paling
dicurigai sebagai penyebab melanosis maligna. Umumnya resiko
tertinggi dihadapi orang yang berkulit putih/cerah, bermata biru,
berambut merah atau pirang dengan bercak-bercak kecolatan pada
kulitnya. Orang-orang ini menyintesis melanin lebih lambat. Orang
keturunan Celtic atau Skandinavia mengahadapi risiko yang lebih
besar disamping orang yang sering terbakar sinar matahari tetapi
kulitnya tidak pernah menjadi cokelat kekuningan. Populasi lain
yang berisiko pernah menderita melanoma dimasa lalu, memiliki
riwayat melanoma dalam keluarga, mempunyai nevus kongenital
yang berukuran raksasa, atau memiliki riwyat luka bakar matahari
yang parah. Hingga 10% penderita melanoma mempunyai anggota
keluarga yang cenderung menderita melanoma dan memiliki lebih
dari satu nevus yang terus berubah (nevi displastik), serta rentan
terhadap transformasi maligna.

c. Patofisiologi
Menurut Arif Muttaqin dan Kumala Sari (2011), Melanoma
maligna dapat terjadi sebagai salah satu dari beberapa bentuk ini:
melanoma dengan penyebaran superfisial, melanoma lentigo-
maligna, dan melanoma akral-lentiginosa. Semua ciri ini memiliki
klinis, serta histolik tertentu di samping perilaku biologik yang
berlebihan. Sebagian besar melanoma berasal dari melanosit
epidermal kutaneus, tetapi sebagian lagi muncul dalam bentuk
nevus yang sudah ada sebelumnya pada kulit atau tumbuh dalam

10
traktus uvea mata. Melanoma sering timbul secara bersamaan
dengan penyakit kanker pada organ lain.
Prognosis penderita dengan melanoma maligna tidaklah
seburuk yang difikirkan. Kebanyakan penderita ini dapat hidup lebi
dari 5 tahun dan banyak yang dapat disembuhkan. Diagnosis dini
dan pembedahan bertanggungjawab untuk membuat statistik ini
menjadi lebih baik. Beberapa faktor menentukan keselamatan
penderita melanoma. Penderita melanoma yang menyebar
superfisial memiliki prognosis yang paling baik, diikuti oleh
malanoma maligna lentigo: malanoma nodular memiliki prognosis
yang paling buruk. Lesi-lesi yang terletak pada kulit kepala
posterior, punggung, dan lengan bagian posterior memiliki
prognosis yang paling buruk.

d. Manifestasi
Lesi berpigmen (kadang-kadang tidak berpigmen-
amelanotik), berdiameter 1 cm di ekstremitas bagian bawah, kaki,
kepala, dan leher. Biasanya timbul sebagai perubahan pada lesi
berpigmen : penambahan ukuran atau pigmentasi/perdarahan/nyeri
atau gatal/ulserasi/lesi satelit. ( Grace dan Borley, 2006)

e. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Jika biopsy mengidentifikasi lesi sebagai melanoma, eksisi
luas yang dilakukan mencakup kulit full thickness dan jaringan
subkutan. Nodus limfe regional merupakan tempat paling
umum terjadinya metastasis melanoma. Terapi pembedahan
standar untuk keterlibatan nodus limfe yang dicurigai secara
klinis meliputi eksisi lesi primer dan diseksi pembedahan nodus
limfe yang terkena. Pembedahan juga diindikasikan untuk

11
penatalaksanaan paliatif metastasis yang di isolasi.
Pengangkatan tumor metastasis pada otak, hati, paru, saluran
gastrointestinal, atau jaringan subkutan dapat mengurangi
gejala dan memperpanjang hidup.
2. Imunotrapi
Merupakan modalitas terapi yang relative baru untuk
melanoma. Peran respon imunologis pada awalnya dikenali
karena banyak remisi spontan yang terlihat pada pasien yang
mengalami melanoma kejadian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tumor dewasa pada lainnya. Selain itu, penelitian baru-
baru ini telah mengidentifikasi anti bodi-anti gen spesifik tumor
pada pasien mengalami melanoma.
Agens seperti interferon,interleukin, anti bodi monoclonal,
basil Caltt-Guerin (BCG), levamisol, factor transfer, vaksin
tumor menunjukkan aktifitas pada melanoma, dengan angka
respon yang berfariasi. Keefektifan agen tersebut, digunakan,
baik sendiri, dalam kombinasi dengan kemoterapi, maupun
dalam kombinasi dengan satu sama lain, masih dalam
penelitian. Penggunaan imunoterapi dalam terapi melanoma
masih baru dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
3. Terapi radiasi
Melanoma merespon tehadap radiasi terhadap dosis yang
lebih tinggi terutama jika tumor kecil. Angka respon terhadap
terapi radiasi bergantung pada tempat tumor, ketebalan tumor,
jenis melanoma, dan kesehatan umum pasien, tetapi dalam
dapat berkisar dari 0%-71%. Radiasi sering digunakan untuk
variasi gejala akibat metastasis ke otak, tulang, nodus limfe,
saluran gastroinsteltinal, kulit, atau jaringan subktan.
Metastasis hati dan paru tidak di atasi dengan terapi radiasi
karena kehilangan fungsi organ dapat terjadi.
4. Terapi biologis

12
Digunakan untuk meningkatkan atau memperbaiki
kemampuan untuk melawan kanker. Agens yang digunakan
mencakup anti bodi monoklona, faktor pertumbuhan dan
vaksin. Agens tersebut dapat memiliki anti tumor tersebut.

2.3. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Grace & Borley (2006), pemeriksaan penunjang karsinoma kulit
yaitu :
1. Biopsi (biasanya eksisi) pada lesi kecuali telah dapat dipastikan secara
klinis (pembedahan definitive)
2. Untuk MM-CT San helix dapat untuk kelenjar getah bening yang terlibat
FNAC untuk kelenjar yang teraba. Biopsi kelenjar sentinel pada
pembedahan mengunakan pemetaan injeksi tinta.

2.4. Asuhan Keperawatan


A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor – faktor yang
mempengaruhi tidur misal nya nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latiahan. Pekerjaan atau profesi
dengan karsinogen lingkungan, tingakat stres tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada pada pengaruh kerja.
Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah.
3. Integritas ego

13
Gejala : faktor stress ( keuangan, pekerjaan perubahan peran) dan
cara mengatasi stress ( misal merokok, minum alkohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religius/ spritual).
Masalah tentang perubahan dalam penampilan missal lopesia, lesi
cacat, pembedahan. Menyangkal diagnosis,perasaan tidak berdaya,
putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan
kontrol, depresi. Tanda: menyangkal, menarik diri, marah.
(doenges : hal 997- 998)
4. Eliminasi
Gejala: perubahan pada pola defekasi mis.,darah pada feses, nyeri
pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius missal nyeri atau rasa terbakar pada
saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: perubahan pada bising usus,distensi abdomen. ( doenges :
hal 998)
5. Makanan/Cairan:
Gejala: Kebiasaan diet buruk (mis., rendah serat, tinggi lemak,
aditifbahan pengawet).
Anoreksia mual/muntah.Intoleransi makanan. Perubahan pada berat
badan; penurunan berat badan hebat, kakaksia, berkurangnya massa
otot .
Tanda: perubahan pada kelembapan/ tiurgor kulit; edema.
( doenges : hal 998)
6. Neurosensorik
Gejala : pusing; sinkope ( doenges : hal 998)
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidak
nyamanan ringan sampai nyeri berat ( di hubingkan dengan proses
penyakit). ( doenges : hal 998)
8. Pernafasan

14
Gejala : merokok ( tembakau, mariyuanandan hidup dengan
seseorang perokok.). pemajananan asbes. ( doenges : hal 998)
9. Keamanan
Gejala : pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan
matahari lama/ berlebihan.
Tanda : demam. Ruam kulit, ulserasi. ( doenges : hal 998)
10. Seksualitas
Gejala : masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasaan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini. Herpes
genital. ( doenges : hal 998)
11. Interaksi Sosial
Gejala : ketidakadekuatan/ kelemahan sistem pendukung. Riwayat
perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau
bantuan). Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
( doenges : hal 998 - 999).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit b/d kanker kulit
2. Nyeri b/d metastase kanker pada kulit
3. Ansietas b/d ancaman kematian
4. Gangguan citra diri b/d penampilan diri
5. Kurang pengetahuan b/d kondisi, prognosis dan pengobatan.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Dx. 1 : Kerusakan integritas kulit b/d kanker kulit.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dapat
mengatasi kerusakan pada daerah kulit disekitarnya.
b. Kriteria hasil : Tidak terdapat lesi pada daerah kulit
disekitarnya.
c. Intervensi :

15
 Kaji kulit , warna, turgor dan perubahan kulit
 Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi
kanker.
 Berikan pasien tindakan kenyamanan dengan
mengubah posisi sesering mungkin
2. Dx. 2 : Nyeri b/d metastase kanker kulit.
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya.
b. Kritera hasil : Nyeri dapat dimaksimalkan dan dikontrol , dapat
mendemonstrasikan teknik relaksasi dengan benar.
c. Intervensi :
 Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri
 Evaluasi terapi tertuntu pembedahan dan kemoterapi.
 Evaluasi tanda- tanda vital, perhatikan perubahan
perilaku.
 Berikan tindakan kenyamanan pada pasien dengan
teknik relaksasi.
 Berikan analgesik sesuai indikasi.
3. Dx. 3 : Ansietas b/d ancaman kematian.
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ansietas berkurang atau terkontrol.
b. Kritera hasil : menunjukan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut , tampak rileks dan melaporkan ansietas
berkurang pada tingkat dapat diatasi.
c. Intervensi :
 Tinjau ulang pengalaman pasien sebelumnya dengan
kanker
 Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
 Pertahankan kontak sering dengan pasien

16
 Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman
untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk
bicara.
 Anjurkan kepada keluarga untuk selalu memberi motivasi
4. Dx. 4 : Gangguan citra tubuh b/d penampilan diri
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien dapat berinteraksi
b. Kritera hasil : mengungkapakan pemahaman tentang perubahan
tubuh dan penerimaan diri dalam situasi, mulai mengembangkan
mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
c. Intervensi :
 Kaji makna kehilangan / perubahan pada pasien
 Diskusikan dengan pasien dan keluarga pasien tentang
pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pasien.
 Kaji ulang efek samping yang diantisipasi berkenan
dengan pengobatan tertentu.
 Dorong pasien untuk diskusi tentang pecahkan masalah
efek kanker dan pengobatan pada pasien .
5. Dx. 5 :Kurang pengetahuan b/d kondisi, prognosis, pengobatn.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pengetahuan pasien bertambah.
b. Kritera hasil : Melakukan dengan benar prosedur yang
diperlukan dan mengungkapkan informasi akurat tentang
diagnosa dan aturan pengobatan.
c. Intervensi :
 Tinjau ulang dengan pasien/ keluarga pasien
pemahaman alternative pengobatan
 Kaji persepsi pasien tentang kanker dan pengobatan.
 Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara
yang tepat.

17
 Berikan pedoman antisipasi pada pasien dan keluarga
pasien mengenai lama terapi dan kemungkinan efek
samping.

D. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Dx. 1:
a. Adanya efek kemerahan
b. Pasien diberikan posisi miring kanan dan miring kiri sesering
mungkin
2. Dx. 2
a. Nyeri dapat dikontrol dan dapat diatasi
b. Pasien mampu mengungkapkan apabila timbul rasa nyeri
c. Pasien diberi posisi relaksasi
3. Dx. 3
a. Mampu mengungkapkan akan perasaan ansietas pada keluarga
dan perawat
b. Terlihat rileks atau dapat tidur atau istirahat dengan benar dan
cukup.
4. Dx. 4
a. Pasien mampu menerima perubahan yang terjadi
b. Pasien dapat mengembangkan koping yang baik terhadap
perawat dan keluarga
5. Dx. 5
a. Mampu memahami tentang pengobatan dan efek samping
b. Perawat memberikan informasi tentang pengobatan dan
prognosis secara akurat.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kanker kulit termasuk penyakit yang paling sering terjadi, dan penyakit
kanker yang paling mudah untuk disembuhkan, karena kamker kulit ini
mudah dikenali. Kanker kulit disebabkan oleh kulit yang sering terpapar
sinar matahari (UV) yang terlalu lama.
Kanker kulit skuamosa sel karsinoma adalah untuk paling umum dari
kedua kanker kulit dan menyumbang 20% dari keganasan kulit. Resiko
carsinoma sel skuamosa sangat tinggi terjadinya metastasis. Karsinoma sel
basal tumbuh dari lapisan sel basal pada epidermis atau folikel rambut.
Penyakit kanker ini merupakan tipe kanker kulit yang palin sering
ditemukan. Melanoma adalah keganasan sel yang menghasilkan pigmen
(melanosit) yang terletak terutama di kulit, tetapi juga ditemukan di mata,
telinga, salurang pencernaan, leptomeninges, serta membran mukosa oral
dan kelamin. Melanoma hanya 4% dari semua kanker kulit, namun hal itu
menyebabkan jumlah terbesar kematian terkait kanker kulit di seluruh dunia.
Deteksi dini melanoma kulit adalah cara terbaik untuk mengurangi
kematian.

3.2. Saran
Pancaran sinar matahari merupakan etiologi utama dari pertumbuhan sel
kanker pada kulit, sehingga kita perlu memperhatikan kondisi kulit kita saat
terpapar matahari. Angka kejadian kanker yang terus meningkat harus
mendapat perhatian dari tenaga kesehatan, sehingga edukasi pada masyarakat
dapat tercapai dengan baik.

19
3.3. DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta :


EGC.
Grace, Pierce A & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Penerbit Erlangga.
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : Salemba Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai