Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

“HARGA DIRI RENDAH”

Disusun Oleh :

PUTRI INDAH PRAMESTI

18.042

Tingkat 2A

AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH CIREBON

Jalan Walet No.21 Cirebon 45153 – Telp./Fax. (0231) 201942

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH
Harga diri rendah kronis merupakan gangguan yang terjadi pada
diri klien akibat harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan atau
ketiadaan feed back (umpan balik) positif dari lingkungan mengenai
perilaku klien sebelumnya. Selain itu, respons negative dari lingkungan
juga turut berperan terhadap gangguan harga diri kronis. Klien awalnya
dihadapkan pada stressor (krisis) dan berusaha untuk menyelesaikannya,
tetapi tidak tuntas. Hal ini menimbulkan pikiran bahwa ia tidak mampu
atau gagal dalam menjalankan fungsi dan perannya. Penilaian negative
atau kegagalannya ini merupakan kondisi harga diri rendah situasional
yang kemudian menjadi harga diri rendah kronis akibat ketiadaan
dukungan positif atau penyalahan secara terus-menerus pada klien.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses terjadinya HDR yaitu ada


dua faktor predisposisi dan faktor presipitasi :

a. Faktor Predisposisi
Gangguan konsep diri harga diri rendah kronis dipengaruhi
oleh beberapa faktor predisposisi, seperti faktor biologis,
psikologis, sosial dan kultural.

 Faktor Biologis
Dari faktor biologis, ganggaun harga diri rendah
kronis biasanya terjadi karena adanya kondisi sakit fisik
yang dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum.
Hal ini juga berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, seperti menurunnya kadar
serotonin yang dapat mengakibatkan klien mengalami
depresi. Pada klien depresi, kecenderungan harga diri
rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasi oleh
pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya. Struktur otak
yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah kronis adalah system limbic (pusat emosi) :
hipotalamus yang mengatur mood dan motivasi; thalamus
sebagai system pengatur arus informasi sensori yang
berhubungan dengan perasaan; dan amigdala yang
berhubungan dengan emosi.

 Faktor Psikologis
Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah
kronis berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan
individu dalam menjalankan peran dan fungsi. Dari segi
psikologis, hal-hal yang dapat mengakibatkan individu
megalami harga diri rendaah kronis dapat meliputi
penolakan orang tua, harapn orang tua yang tidak realistis,
orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman
sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin serta
peran dalam pekrjaan.

 Faktor Sosial
Faktor sosial yang sangat mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah kronis adalah status ekonomi,
lingkungan, kultur sosial yang berubah. Faktor kultural
dapat dilihat dari tuntutan peran sesuai kebudayaan yang
sering menjadi pemicu meningkatnya kejadian harga diri
rendah kronis, seperti pada kasus wanita sudah harus
menikah jika umur mencapai dua puluhan ataupun
perubahan kultur kearah gaya hidup individualism.

b. Faktor Presipitasi
Hilangnya sebagaian anggota tubuh, berubahnya
penampilan atau bentuk tubuh, kegagalan serta menurunnya
produktivitas menejadi faktor presipitasi gangguan harag diri
rendah kronis.
B. TANDA DAN GEJALA
Klien dengan konsep harga diri rendah kronis memiliki batasan
karakteristik berikut ini :
a. Ucapan-ucapan negative atau kritik negative terhadap diri sendiri
b. Ekspresi rasa malu atau rasa bersalah
c. Mengevaluasi diri sendiri sebagai akibat dari ketidak mampuan
menghadapi kejadian
d. Merasionalisasi penolakan atau adanya penolakan terhadap umpan
balik positif serta melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri
sendiri
e. Ragu-ragu untuk mencoba hal atau situasi baru

Selain batasan karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya, Townsend


(2009) menyatakan batasan karakteristik lainnya yang meliputu :

a. Kurangnya keberhasilan dalam pekerjaan maupun peristiwa


lainnya
b. Adaptasi yang bersifat eksesif atau berlebihan, sehingga terlalu
bergantung pada pendapat orang lain
c. Kurangnya kontak mata
d. Tindakan pencarian kenyamanan atau ketentraman yang berlebihan

Selain data tersebut, perawat dapat mengenali penampilan


seseorang dengan harga diri rendah kronis. Klien atau individu tersebut
akan terlihat kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak
rapih, selara makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banayk menunduk bicara lambat dengan nada suara lemah.
C. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF PADA PASIEN HARGA DIRI
RENDAH

Menurut (Budi Anna Keliat, 2001)

1. Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan
orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang
lain
2. Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat
berbicara
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan harga diri rendah dilakukan
terhadap pasiendan keluarga/pelaku yang merawat klien. Saat
melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa, Puskesmas atau
kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu
sebelum menemui klien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasiendan keluarga.
Setelah itu, perawat menemui pasienuntuk melakukan
pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi harga diri rendah
yang dialami klien. Setelah perawat selesai melatih pasienmaka
perawat kembali menemui dan melatih keluarga untuk merawat
klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap pasiendan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu
untuk membimbing pasienmelatih kegiatan yang telah diajarkan
oleh perawat untuk mengatasi harga diri rendah.
Tindakan keperawatan untuk pasiendan keluarga
dilakukan pada setiap pertemuan, minimal empat kali pertemuan
dan dilanjutkan sampai pasiendan keluarga mampu mengatasi
harga diri rendah.

4. EVALUASI KEPERAWATAN
5. RANGKUMAN MATERI

Anda mungkin juga menyukai