Anda di halaman 1dari 6

HASIL ANALISIS TABEL 4

(LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN

PERIODE 2010 -2019)

Untuk keseluruhan 2010, NPI mencatat surplus USD30,3 miliar,


jauh lebih besar dari surplus NPI tahun sebelumnya (USD12,5 miliar).
Penyumbang surplus terbesar berasal dari surplus transaksi modal dan
keuangan yang tinggi mencapai USD26,2 miliar, terutama dalam bentuk
arus modal masuk investasi langsung (PMA) dan investasi portfolio.
Meskipun secara tahunan meningkat cukup pesat, investasi portofolio sempat
mengalami arus keluar pada bulan Mei, November, dan Desember akibat
imbas dari krisis yang terjadi di Eropa. Sementara itu, transaksi berjalan
mengalami surplus USD6,3 miliar, menurun dari surplus tahun sebelumnya
(USD10,2 miliar).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk keseluruhan tahun 2011


mengalami surplus sebesar $11,9 miliar. Transaksi berjalan dan transaksi
modal dan keuangan masing-masing memberikan kontribusi surplus sebesar
$2,1 miliar dan $14,0 miliar. Surplus transaksi berjalan ditopang oleh kinerja
ekspor yang masih mampu tumbuh cukup tinggi kendati dihadapkan pada
permintaan dunia yang melemah. Sementara itu, surplus transaksi modal
dan keuangan didukung oleh arus masuk investasi langsung asing (PMA) dan
penarikan utang luar negeri sektor swasta yang meningkat seiring iklim
investasi yang kondusif dan kestabilan makroekonomi yang terjaga.
Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa bertambah dari
$96,2 miliar pada akhir 2010 menjadi $110,1 miliar pada akhir 2011 atau
setara dengan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah.

Untuk keseluruhan 2012, NPI mencatat surplus sebesar US$0,2 miliar.


Pertumbuhan permintaan dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor yang
menurun tajam, di tengah permintaan domestik yang masih kuat dan konsumsi
BBM yang meningkat, menyebabkan surplus neraca perdagangan nonmigas
menyusut dan defisit neraca perdagangan migas melebar. Akibatnya, pada
tahun 2012 transaksi berjalan mengalami defisit sekitar 2,7% dari PDB.
Namun, defisit transaksi berjalan ini dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal
dan finansial yang meningkat pesat dibandingkan tahun sebelumnya sehingga
NPI masih mengalami surplus sebesar US$0,2 miliar dan cadangan devisa dapat
dipertahankan pada tingkat relatif aman. Kenaikan surplus transaksi modal dan
finansial tersebut bukan hanya berasal dari investasi portofolio, tetapi juga berupa
investasi PMA, dan didukung pula oleh semakin besarnya porsi devisa hasil
ekspor yang diterima melalui perbankan domestik. Keberhasilan dalam
meningkatkan arus masuk investasi asing dan mengendalikan defisit
transaksi berjalan sehingga tidak melebihi 3,0% dari PDB tersebut tidak terlepas
dari serangkaian kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan
Pemerintah, baik dari sisi moneter, makroprudensial, dan pengelolaan nilai tukar,
maupun dari sisi pengelolaan fiskal dan perbaikan iklim investasi.

NPI keseluruhan pada tahun 2013 mencatat defisit USD 7,3 miliar setelah
sebelumnya surplus USD 0,2 miliar pada tahun 2012. Pada satu sisi, defisit NPI
2013 dipengaruhi melebarnya defisit transaksi berjalan menjadi USD 28,5 miliar
(3,26% PDB), lebih besar daripada defisit USD 24,4 miliar (2,78% PDB) pada
tahun 2012. Perkembangan ini dipengaruhi bertambahnya pertumbuhan ekonomi
dunia dan turunnya harga komoditas global, yang kemudian berdampak pada
penurunan ekspor Indonesia yang banyak berbasis sumber daya alam. Defisit
transaksi berjalan juga dipengaruji belum kuatnya kapasitas produksi domestik
dalam memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal serta kebijakan bauran
energi nasional yang belum optimal, yang pada gilirannya mendorong masih
besarnya impor, meskipun telah mencatat pertumbuhan negatif di 2013. Selain itu,
neraca jasa dan neraca pendapatan yang masih mencatat defisit juga berpengaruh
pada defisit transaksi berjalan. Pada sisi lain, defisit NPI 2013 juga berasal dari
berkurangnya surplus transaksi modal dan finansial dari sebelumnya USD 24,9
miliar pada 2012 menjadi USD 22,7 miliar pada tahun 2013.

Secara keseluruhan tahun, kinerja NPI 2014 mencatat perbaikan signifikan


didukung oleh keberhasilan sinergi kebijakan stabilisasi yang ditempuh
Bank Indonesia dan Pemerintah. NPI 2014 mencatat surplus US$15,2
miliar setelah sebelumnya mengalami defisit US$7,3 miliar pada

2013. Perbaikan tersebut ditopang oleh menyusutnya defisit transaksi


berjalan dan meningkatnya surplus transaksi modal dan finansial. Defisit
transaksi berjalan menurun menjadi US$26,2 miliar (2,95% PDB)
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$29,1 miliar (3,18% PDB).
Perbaikan kinerja tersebut terutama dipengaruhi oleh menurunnya impor
akibat melemahnya permintaan domestik sebagai dampak dari moderasi
pertumbuhan ekonomi. Dari sisi ekspor, meskipun ekspor

secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur yang membaik, sejalan


dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi AS, juga turut membantu
perbaikan kinerja tersebut. Selain itu, menyusutnya defisit neraca jasa dan
meningkatnya surplus neraca pendapatan sekunder turut berkontribusi
terhadap perbaikan kinerja transaksi berjalan. Pada sisi lain, surplus
transaksi modal dan finansial tahun 2014 mencapai US$43,6 miliar,
dari sebelumnya US$22,0 miliar pada 2013. Meningkatnya surplus transaksi
modal dan finansial ini didorong oleh kepercayaan investor terhadap
prospek perekonomian Indonesia
Untuk keseluruhan tahun, kinerja NPI 2016 membaik ditopang oleh
penurunan defisit transaksi berjalan dan kenaikan surplus transaksi modal dan
finansial. NPI 2016 mencatat surplus sebesar USD12,1 miliar setelah tahun
sebelumnya mengalami defisit USD1,1 miliar. Defisit transaksi berjalan turun dari
USD17,5 miliar (2,0% PDB) pada 2015 menjadi USD16,3 miliar (1,8% PDB)
di 2016 didukung perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan jasa. Surplus
neraca perdagangan meningkat karena penurunan impor yang lebih besar
dibandingkan dengan penurunan ekspor. Meskipun demikian, laju penurunan impor
di 2016 tidak sedalam pada 2015 sejalan dengan membaiknya perekonomian
domestik. Demikian pula halnya dengan laju penurunan ekspor yang tidak sedalam
tahun sebelumnya karena didukung meningkatnya harga komoditas global. Defisit
neraca perdagangan jasa juga menurun mengikuti penurunan impor barang. Di sisi
lain, surplus transaksi modal dan finansial tahun 2016 meningkat signifikan
menjadi USD29,2 miliar, dari sebelumnya USD16,8 miliar pada 2015. Peningkatan
tersebut terutama didorong oleh kenaikan surplus investasi langsung dan investasi
portofolio serta penurunan defisit investasi lainnya sejalan dengan masih baiknya
persepsi pelaku ekonomi terhadap perekonomian domestik dan implementasi
program pengampunan pajak yang berjalan dengan baik.

Untuk keseluruhan tahun, NPI 2017 mencatat surplus yang relatif besar
dengan defisit transaksi berjalan yang terus membaik dan terkendali di
bawah 2,0% dari PDB. Surplus NPI 2017 tercatat sebesar USD11,6 miliar
ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya, terutama dalam bentuk investasi langsung dan
investasi portofolio, sejalan dengan membaiknya persepsi investor terhadap
prospek perekonomian domestik. Sementara itu, defisit transaksi berjalan tahun
2017 tercatat sebesar USD17,3 miliar atau 1,7% dari PDB, lebih rendah
dibandingkan defisit tahun sebelumnya sebesar

1,8% dari PDB. Perbaikan defisit transaksi berjalan tersebut bersumber dari
peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah meningkatnya
impor migas, defisit neraca jasa terkait defisit jasa transportasi, dan neraca
pendapatan primer terutama untuk pembayaran repatriasi hasil investasi asing.

Tahun 2018 menunjukkan ketahanan sektor eksternal yang tetap terkendali.


Defisit neraca transaksi berjalan masih berada dalam batas aman sebesar USD
31,1 miliar atau 2,98% dari PDB. Defisit tersebut terutama dipengaruhi oleh
ompor nonmigas yang tinggi, khususnya bahan baku dan barang modal, sebagai
dampak dari kuatnya aktivitas ekonomi dalam negeri, ditengah kinerja ekspor
nonmigas yang terbatas. Kenaikan defisit juga didorong oleh penimgkatan impor
minyak seiring peningkatan rerata harta minyak dunia dan konsumsi BBM
domestik. Di sisi lain, ditengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang
tinggi, transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang cukup signifikan
sebesar USD 25,2 miliar, terutama ditopang aliran masuk modal berjangka
panjang. Dengan kondisi tersebut, NPI tahun 2018 mengalami defisit sebesar
USD 7,1 miliar.

Perkembangan NPI secara keseluruhan tahun 2019 menunjukkan ketahanan


sektor eksternal yang tetap kuat. NPI tahun 2019 mencatat surplus USD4,7
miliar, membaik dari tahun sebelumnya yang mengalami defisit sebesar USD7,1
miliar. Perkembangan tersebut didorong oleh defisit neraca transaksi berjalan
yang membaik serta surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat
signifikan. Defisit neraca transaksi berjalan pada 2019 tercatat sebesar
USD30,4 miliar atau 2,72% dari PDB, membaik dibandingkan dengan
defisit pada tahun sebelumnya sebesar 2,94% dari PDB. Perkembangan tersebut
terutama ditopang oleh neraca perdagangan barang yang mencatat
surplus, berbeda dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami defisit. Neraca
perdagangan barang yang mencatat surplus dipengaruhi oleh surplus neraca
perdagangan nonmigas yang meningkat serta defisit neraca perdagangan migas
yang menurun. Hal tersebut dipengaruhi oleh turunnya impor minyak
sejalan dengan kebijakan pengendalian impor seperti program B20. Kinerja NPI
yang membaik juga ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang
meningkat signifikan menjadi sebesar USD36,3 miliar dari USD25,2 miliar
pada 2018, ditopang oleh aliran masuk modal berjangka panjang di
tengah berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global

Anda mungkin juga menyukai