Kelas : VII G
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis
ini dengan baik tanpa ada halangan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Selain
itu, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi
referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan makalah ini jauh lebih baik lagi. Kami mohon maaf setulus-tulusnya atas
kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Sejarah...................................................................................................................................2
2.3 Bangunan...............................................................................................................................3
2.4 Koleksi...................................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................8
3.2 Saran......................................................................................................................................8
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Diungkapnya data arkeologi secara ilmiah yang didapat dan terkumpul di dalam
gudang sebagai hasil penelitian terhadap kawasan Banten Lama agar dapat dinikmati
oleh masyarakat luas. Pada tanggal 13 Juli 1985 diresmikannya Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama oleh Direktur Jenderal Kebudayaan saat itu, Prof. DR.
Haryati.
Pendirian museum ini didasari karena adanya potensi budaya yang pernah hidup dan
berkembang di wilayah Banten. Oleh karena itu cakupan koleksi yang dihimpun
adalah benda-benda yang memberikan gambaran tentang sejarah alam dan budaya
yang berkembang sejak masa prasejarah hingga yang masih hidup sampai sekarang.
Koleksi museum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok koleksi, yakni:
arkeologika, di dalamnya adalah arca Nandi, mamolo, gerabah, atap, lesung batu, dan
lain sebagainya; numismatika, di dalamnya adalah koleksi mata uang, baik mata uang
asing maupun uang yang dicetak masyarakat banten; etnografika, di dalamnya adalah
miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai macam senjata tradisional, koleksi pakaian
adat, dan lain-lain; dan keramologika.
Pada jaman penjajahan Belanda tepat ketika kerajaan banten dipegang oleh Sultan
Ageng Tirtayasa (1651-1682, Debus digunaka sebagai media pembangkit semangat
para pejuang untuk melawan penjajahan peragangan Belanda yang kala itu tergabung
dalam Vereenigde Oost Indische (VOC).
Jika ditelaah dalam bahasa arab debus Berarti senjata tajam yang terbuat dari besi
yang mempunyai ujunga yang runcing dan bentuknya sedikit bundar. Nah , karena
itulah alat tersebut dipergunakan sebagai alat untuk menghantam atau melukai setiap
pemain debus, yang mempertunjukan atraksi kekebalan tubuh. Selain itu juga masih
banyak variasi-variasi atraksi lain seperti menusuk perut, dengan benda tajam biasa
nya mengunakan paku banten yang runcing, memakan bara api, menusukan jarum
panjang kelidah, kulit, pipi sampai tembus dan hasilnya tidak ada luka sama sekali
dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram
tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah
2
beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka
lakukan.
Dibanten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus menjadi sesuatu yang
lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya. Untuk saat ini biasanya
kesenian debus di pentaskan dalam acara-acara seperti pesta pernikahan, sunatan,
acara 17 agustusan, dan banyak lagi acara yang biasanya mempertunjukan kesenian
ini.
2.3 Bangunan
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih
10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur
tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya.
2.4 Koleksi
Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berupa benda-benda koleksi baik
asli maupun replika/reproduksi, miniatur, diorama, dan lain sebaginya.
A. Koleksi Arkeologika
Jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut menjadikan laut dan pantai Banten
ramai lalu lalang kapal dagang berbagai bentuk dan ukuran dari berbagai negara.
Tinggalan dari keramaian perdagangan laut itu diantaranya adalah fragmen bagian
dari tiang pagar tangga kapal yang terbuat dari logam dipenuhi hiasan, dan juga
fragmen badan kapal yang terbuat dari kayu. Diantara fragmen kapal, didapati
juga tapal (sepatu kuda).
3
bangunan monumen bersejarah. Bata yang digunakan berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 29x15 cm. Dalam penggunaannya, bata-bata persegi panjang
tersebut untuk keperluan tertentu dapat dibentuk sesuai peruntukkan.
Pipa Saluran Air, Pipa untuk menyalurkan air banyak digunakan pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682 Masehi). Beliau berinisiatif
membangun satu jaringan distribusi air bagi penduduk, dimulai dengan pembuatan
danau/waduk Tasikardi sebagai sumber airnya, kemudian dialirkan melalui pipa
hingga ke Keraton untuk kemudian didistribusikan ke lingkungan sekitarnya
untuk masyarakat. Sepanjang jalur air dari Tasikardi hingga Keraton air dialirkan
melalui pipa. Pipa yang terbuat dari tanah liat digunakan untuk menyalurkan air
ke kota, sedangka pipa yang terbuat dari batu dan timah digunakan untuk
menyalurkan air limbah. Perjernihan air dilakukan dengan pembuatan tiga
bangunan pengindelan/pengendapan (pengindelan abang, putih, dan emas),
sehingga saat air mengalir masuk kota telah layak untuk digunakan. Serumbung
sumur-sumur kuno di Banten berdasarkan bentuknya ada dua macam, yakni
sumur yang bentuknya persegi empat dan sumur yang bentuknya lingkaran.
B. Koleksi Keramolika
4
berbagai macam bangsa yang datang ke Banten lama, dimana gerabah-gerabah
tersebut umumnya dipergunakan sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta
wadah pelebur logam yang biasa disebut kowi.
Memolo adalah hiasan atap mesjid yang terbuat dari bahan liat. Memolo ini
ditemukan dalam keadaan relatif utuh di situs Banten Lama yang berasal dari
masa Kesultanan Banten sekitar abad 16-19 Masehi. Teknik membuat memolo
berupa teknik roda putar dengan hiasan motif bunga dan motif geometris. Dalam
memberi hiasan digunakan teknik ukir dan teknik cungkil. Memolo merupakan
salah satu benda seni yang digunakan untuk kepentingan keagamaan/religi.
Keramik Cina banyak ditemukan di wilayah situs Banten Lama, hal tersebut dapat
menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten dengan pelabuhannya sangat ramai dan
sebagai jalur perdagangan pada abad 16-17 Masehi, terutama dalam perdagangan
rempah-rempah.
5
Berbagai keramik hasil temuan peggalian dari Keraton Surosowan dan beberapa hasil penyerahan
dari penduduk.
Bangsa asing yang berdagang di Banten pada saat itu antara lain Persia, Arab,
Keling, Koja, Pagu, China, Melayu, Eropa, dan sebagainya. Barang-barang yang
diperdagangkan di Banten ialah sutra, beludru, porselin, kertas, emas, dan kipas
(China), kaca, gading, permata (keling), batu delima, obat-obatan, minyak zaitun,
permadani, minyak wangi (Persia dan Arab), tekstil halus dan kasar (Gujarat), dan
lain sebagainya.
C. Koleksi Numismutika
Koleksi Numismutika merupakan koleksi yang berupa mata uang. Koleksi yang
ada di museum ini berupa mata uang yang dicetak di Banten Lama sendiri
maupun mata uang asing seperti dari China, VOC, dan Inggris.
D. Koleksi Etnografika
Koleksi etnografika yang terdapat pada museum Banten Lama Berupa koleksi alat
tenun. Koleksi ini merupakan alat tenun yang ada di daerah Banten sejak Banten
sebelum Islam sampai sekarang masih digunakan. Selain itu juga terdapat
6
sejumlah benda-benda tradisional dari daerah Banten seperti pakaian, senjata, dan
alat kesenian.
7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menarik sekali memang ketika berkunjung ke musem purbakala ini, selain melihat
berbagai benda yang mempunyai nilai budaya tinggi, kita juga bisa belajar kearifan
kehidupan di masa Kesultanan Banten yang nilai-nilainya masih kita bisa terapkan
sampai sekarang, “kerukunan, persahabatan dengan tetap mempunyai barisan tentara
yang kuat,”
Arkeologika, termasuk di dalamnya adalah arca Nandi, mamolo, gerabah, atap, lesung
batu dan lain sebagainya.
Numismatika, termasuk di dalamnya adalah koleksi mata uang, baik mata uang asing
maupun uang yang dicetak masyarakat banten.
Etnografika, termasuk di dalamnya adalah miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai
macam senjata tradisional, koleksi pakaian adat dan lain-lain.
3.2 Saran
Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
pembaca, sehingga kita semua dapat mengetahui Masa Peninggalan Kepurbakalaan
Banten Lama dan objek-objek peninggalan Banten lama.
Penulis juga menyarankan agar ilmu pengetahuan yang di dapat dari karya tulis ini
dapat dijadikan suri tauladan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari