Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya
dinegara yang sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan
perinatal terjadi di negara berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%.
Sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih dapat dicegah apabila
mendapat pertolongan pertama yang adekuat (Manuaba, 2007:6).
Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena
tiga kasus (kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan
melahirkan akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%),
partus lama (5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan
kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal  karena bortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggra
adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan
di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600-900
ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500
orang di antaranya berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor, 2006). Manuaba
(2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandungan secara illegal pada
kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun dengan
kematian sekitar 125.000-130.000 orang/tahun di Indonesia.
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia
dan riwayat baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian
abortus berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia
lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada
kromosom dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil
2. Tujuan khusus
o Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada
ibu hamil
o Menginterpretasikan data dengan merumuskan diagnose kebidanan,
masalah, dan kebutuhan pada ibu hamil dengan abortus imminens
o Mengidentifikasi diagnosa potensial pada pada ibu hamil  dengan
abortus imminens
o Mengidentifikasi terhadap tindakan segera pada ibu hamil dengan
abortus imminens
o Melakukan perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada ibu hamil dengan abortus
imminens
o Melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
abortus imminens sesuai perencanaan secara efektif dana aman
o Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada ibu hamil dengan abortus
imminens
o
C. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam
praktek di lahan serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens
b. Bagi Institusi
Menambah pustaka bagi kampus asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
abortus imminens.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Berikut ini macam macam abortus:
a. Berdasarkan kejadiannya
1) Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan)
untuk mengakhiri kehamilan tersebut (Saifuddin, 2002). Abortus spontan dibagi
atas:
a) Abortus imminens
Adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa
hari atau dapat berulang (Kusmiyati, 2009). Abortus imminens adalah
terjadinya perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20
minggu, dimana janin masih berada di dalam rahim dan tanpa disertai
pembukaan dari leher rahim. Apabila janin masih hidup maka kehamilan
dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami kematian, maka
dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan
dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan denyut
jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat
Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu.
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini,
kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan (Wiknjosastro dkk,
2002 : 147). Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan
masih ada harapan untuk mempertahankannya (FK-UNPAD, 1984 : 8)

3
b) Abortus insipiens
Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada kehamilan muda
dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri (Saifuddin, 2002).
c) Abortus inkomplit
Adalah abortus yang terjadi sebelum usiagestasi 10 minggu, janin dan
plasenta biasanya keluar, tetapi dalam waktu yang terpisah (Cunningham,
2005).
d) Abortus komplit
Adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan
ataujanin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar (Helen Farrer, 1999).
e) Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih
(Kusmiyati, 2009).
f) Abortus infeksio
Adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran
kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat
menimbulkan septicemia, sepsis atau peritonitis (Saifuddin, 2002).
g) Abortus septic
Adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum (Saifuddin, 2002).
h) Missed abortion
Missed abortion terjadi jika sesudah mengalami abortus
imminens,perdarahan pervaginam berhenti namun produk pembuahan
meninggal dan tetap berada dalam rahim (Helen Farrer, 1999).
2) Abortus buatan
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (Kusmiyati, 2009).
b. Berdasarkan pelaksanaannya
1) Abortus medisinalis (abortus therapeutik)

4
Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika diteruskan
kehamilannya , akan lebih membahayakan jiwa ibu sehingga terpaksa
dilakukanabortus spontan (Manuaba, 2007).
2) Abortus kriminalis
Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya
akibat perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Sebagian besar dilakukan oleh
tenaga yang tidak terlatih sehingga dapat menimbulkan komplikasi (Manuaba,
2007).

2. Etiologi
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis,
mungkin mendekati 50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368) Penyebab
abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului
oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
a. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan
abortus pada trimester pertama, yakni:
1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau
kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
2) Embrio dengan kelainan lokal
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas) (Cunningham,
2005:952)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus
spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan
kromosom dan sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008:297).
b. Faktor Maternal
1) Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester

5
kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang
menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.
2) Virus Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella
zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3) Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4) Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5) Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6) Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau
pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7) Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
8) Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
a. Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum
sebelum minggu ke-8
b. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
9) Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten
atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
10) Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan. (Benson,
2008:298)
c. Faktor Eksternal
1) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin
dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2) Obat-obatan
3) Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah

6
di buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
4) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan
benzen. (Wiknjosastro, 2007:303)
d. Faktor Resiko
1) Usia
Usia dibawah 20  tahun dan di atas 43 tahun merupakan usia resiko untuk
hamil dan melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut Manuaba (1998) kurun waktu
reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang
masih muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum
siap untuk hamil.
2) Paritas ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin
tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
(Mulyati, 2003). Sejalan dengan pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko
abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas.
3) Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%.
Beberapa studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45%
(Prawirohardjo, 2008).
4) Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan
yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah
kelainan yang mungkin ada atau timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui
dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik pad kehamilan
(Prawirohardjo, 2008).
5) Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian tertinggi

7
yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis
diharapkan wanita ynag berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
6) Merokok
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi wanita
yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat
dibandingkan kontrol normal (Cuningham dkk, 2005)
7) Alkohol
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alcohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali
lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita
yang mengkonsumsi alcohol (Cuningham dkk, 2005)

3. Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro, 2007:303-305). Mekanisme
diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan
diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal
dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat
pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam
yang banyak. (Widjanarko, 2009).
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong

8
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin biasanya sudah dikeluarkan dan
diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan
kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol (Widjanarko,
2009).

4. Gejala Klinis
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan
dan terjadi kontraksi otot rahim.
d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis,
kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil USG menunjukkan:
1) Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.
2) Meragukan
3) Buah kehamilan tidak baik, janin mati. (Kusmiyati, 2009:150)
4) Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
5) pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
6) pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
b. Data laboratorium:
1) Tes urine
2) hemoglobin dan hematokrit

9
3) menghitung trombosit
4) kultur darah dan urine
c. Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2) Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. (Ratihrochmat,
2009)

6. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Perforasi
c. Infeksi
d. Syok
1) Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
2) Infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik

7. Diagnosa
Diagnosis abortus  imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali,
uterus membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes
kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit
pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini
disebabkan oleh penembusan vili koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi
ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit, warnanya merah, dan cepat
berhenti, tidak disertai mules-mules. (Wiknjosastro, 2007:305).

10
8. Penanganan
a. Istirahat–baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b. Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual.
c. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin
masih hidup. (Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
d. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
(Saifuddin, 2007:149)
e. Terapi defesiensi hormon pada abortus imminens

Jenis hormon Dosis awal Dosis pemeliharaan

Ditrogesteron 40 mg per 10 mg setiap 8 jam


oral

Alilesterenol 20 mg per 5 mg setiap 8 jam


oral

Hidroksiprogesteron 500 mg 250 mg setiap 12


kaproag intramuskuler jam, bila adaperbaikan,
lanjutkan dengan 250 mg
perhari hingga 7 hari
setelahperdarah berhenti.
f. Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaglandin dan penghilang nyeri tetapi
efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan
memuaskan.
g. Penenang penobarbital 3 x 30 gram valium
h. Anti pendarahan: Adona , Transami
i. Vit B Komplek
j. Hormon progesteron
k. Penguat plasenta: gestanom, dhopaston
l. Anti kontraksi Rahim: Duadilan, papaverin

11
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

I.          Pengkajian
A.       Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. Y Nama Suami : Tn. U
Umur : 32 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Jawa Lama Alamat : Kp. Jawa Lama

2.      Anamnesa 
a.        Keluhan Utama
Ibu menyatakan keluarnya flek-flek dari pukul 23.00 – 05.00 WIB
kemudian keluar darah segar menggumpal dan merasakan mules
b.        Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinannya yang pertama, menikah sejak umur 26
tahun, lama pernikahan 9 tahun, status sah secara agama dan negara
c.        Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan menarche sejak umur 13 tahun, lama menstruasi 5-6 hari,
siklus 28 hari teratur, ganti pemballut 2-3x/hari, tidak ada keputihan, tidak ada
nyeri saat menstruasi.
HPHT= 10-11-2019       TTP=17-09-2020
d.       Riwayat Obstetri
Jenis BB
Penolong
No Tahun persalina Tempat JK PB Lahi Komplikasi ket
persalinan
n r
1 bidan Spontan BPM L 48 2800 Tidak ada -
2016
K

12
2
HAMIL INJI
e.        Riwayat kesehatan
1)      Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti
jantung.
2)      Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti
jantung.
3)      Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM,
asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
f.         Pola kebutuhan sehari hari
1) Nutrisi
Makan      : 3x/hari porsi satu piring
Jenis          : Nasi, sayur, lauk
Keluhan    : Tidak ada
Minum      : 7-8 gelas/hari
Jenis          : Air putih, Susu
Keluhan   : Tidak ada
2) Eliminasi
BAB           : 1-2x/hari, warna kuning kecoklatan,bau khas feces,
konsistensi padat
Keluhan      : tidak ada
BAK          : 4-5x/hari
Keluhan      : tidak ada
3) Aktivitas

13
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari harinya yaitu
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, mencuci, dan lain
lain.
4) Istirahat
Siang      : 1 jam
Malam    : 6-7 jam
Keluhan : Tidak ada
5) Pola seksual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam hubungan seksual
6) Personal hygiene
Mandi              : 2x/hari
Gosok gigi       : 2x/hari
Keramas          : 3x/minggu
Ganti baju        : 2x/hari
Potong kuku    : 1x/minggu
7) Data psikososial
Ibu mengatakan ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilan ini Ibu
mengatakan dalam mengambil keputusan secara bermusyawarah.
b. Data Objektif
1. Pemerisaan umum
KU                      : Baik
Kesadaran           : Stabil
Vital Sign            : TD: 90/60  N:80X/menit  S:36,2OC R: 20X/menit
BB                      : 48,5 kg
BB Sebelum Hamil : 45kg
TB                       : 158
LILA                  : 24 cm
2.      Pemeriksaan fisik
Kepala tidak ada masa/benjolan,  kulit kepala, bersih
Muka Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
ada oedem

14
Mata Konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidung Tidak ada polip, tidak ada secret, bersih
Mulut Tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, bersih
Telinga Simetris, tidak ada serumen, bersih
Leher Tidak ada masa/ benjolan, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid,
Dada Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
Payudara Tidak ada masa/benjolan, areola hiperpigmentasi,
putting susu menonjol
Abdomen Tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka bekas
operasi
Genetalia Keluar flek flek
Ekstremitas (atas dan bawah) simetris, tidak ada oedem, reflek
patella (+)
3.      Pemeriksaan penunjang
 Hb= 10,8 gr%
Protein urin (-)
 
II. INTERPRESTASI DATA
 Diagosa : Ibu G2P0A0, UK : 17 minggu
Dasar:
DS :
o Ibu mengatakan keluar flek-flek sekitar jam 23.00
o Ibu mengatakan cemas dan takut setelah flek-flek kemudian keluar darah
merah segar disertai mules pada perut
o Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ke – 1
o HPHT= 10-11-2019       TTP=17-08-2020
Masalah : ibu merasa cemas dan takut setalah flek-flek kemudian keluar darah
merah segar.
Kebutuhan : memberikan dukungan psikologis pada ibu.

 III. DIAGNOSA MASALAH

15
 Perdarahan
 Infeksi

IV. TINDAKAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter

V. PERENCANAAN ASUHAN
 Informasikan hasil pemeriksaan dan berikan dukungan psikologis pada ibu
 Jelaskan kepada ibu bahwa ibu perlu di rawat inap di RS
 Jelaskan pada ibu pentingnya bedrest total dan mengurangi aktivitas.
 Observasi keadaan umun dan tanda vital ibu
 Motivasi cukup makan dan minum
 Kolaborasi dengan dokter dan beri terapi obat
 Dokumentasikan

VI. PELAKSANAAN
 Menginformasikan hasil pemeriksaan dan berikan dukungan psikologis
pada ibu
 Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu perlu di rawat inap di RS
 Menjelaskan pada ibu pentingnya bedrest total dan mengurangi aktivitas.
 Mengobservasi keadaan umun dan tanda vital ibu
 Memotivasi cukup makan dan minum
 Kolaborasi dengan dokter dan beri terapi obat
 Dokumentasikan

VII. EVALUASI

16
 Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan dan ibu merasa yakin dirinya dapat
melaluinya dengan baik dan dengan dukungan suami serta keluarga.
 Ibu bersedia dilakukan rawat inap
 Ibu bersedia untuk bedrest total dan mengurangi aktivitasnya
 Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemantauan keadaan
umum ibu
 Ibu bersedia makan dan minum yang cukup
 Telah diberikan obat sesuai terapi, obat dari dokter dan ibu bersedia
meminumnya sesuai dengan anjuran dokter dan telah dilakukan
pemeriksaan USG dan ibu mengerti hasil pemeriksaan.
 Talah didokumentasikan

 
 
 
 

PENDOKUMENTASIAN SOAP

17
S : Ibu menyatakan keluarnya flek-flek dari pukul 23.00 – 05.00 WIB
kemudian keluar darah segar menggumpal dan merasakan mules

O : K/U : Lemas
Uk : 6 minggu
HB : 10,8 gr%
TD : 90/60  mmHg
N : 80 x/menit 
Temp : 36,2OC
RR : 20 x/menit
HPHT= 10-11-2019       
TTP=17-08-2020

A : Ny. Y, G : II, P : I, A : 0, Abortus Imminens, mengalami ganguan rasa


nyaman, dan cemas dengan kondisinya saat ini.

P :
 Menginformasikan hasil pemeriksaan dan berikan dukungan psikologis
pada ibu
 Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu perlu di rawat inap di RS
 Menjelaskan pada ibu pentingnya bedrest total dan mengurangi aktivitas.
 Mengobservasi keadaan umun dan tanda vital ibu
 Memotivasi cukup makan dan minum
 Kolaborasi dengan dokter dan beri terapi obat
 Dokumentasikan

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan urain pembahasan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. Y
dengan abortus imminens, dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen asuhan kebidanan yang diberikan di RS TK IM 07. 01
Lhokseumawe telah dilakukan dengan baik dan tepat
2. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. M telah sesuai dengan
kebutuhan
3. Adanya kesenjangan teori dan praktik dalam memberikan terapi obat
yang diberikan oleh dokter dan tidak dilakukannya pemeriksaan
ginekologi

B. Saran
1. Pasien
Mengatahui tanda dan bahaya abortus imminens dan mengurangi aktivitas
sehari-hari apabila terdapat tanda dan gejala abortus imminens
2. Tenaga Kesehatan
Mengetahui cara penanggulangan penyebab terjadinya abortus imminens.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiati,Yuni,dkk.2009.Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta:Fitramaya


Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Pusdiknakes Depkes RI, WHO, JHPIEGO. 2003. Asuhan Kebidanan Post
Partum. Jakarta, Pusdiknakes RI.
 Saifudin,Abdul Bari.2007.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:YBP SPWiknjosastro, Hanifa, 2002. IU. Jakarta : YBP – SP
Mocthar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC
       Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Kelurga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Uliyah. 2006. Perubahan pada Masa Kehamilan. Fitramaya: Yogyakarta.
Wildan dan Hidayat. 2008. Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Salemba medika.

20

Anda mungkin juga menyukai