Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang

berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di

Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan

fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan

masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut. Kebersihan

lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan  pada

umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat

karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang

mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang

dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung

ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan suatu

penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih

merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia. Diare

merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat

menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada

diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit

pada tinja diare (Depkes RI, 1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong

50-60% diantaranya dapat meninggal.

1
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health

Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2

pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data

UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya

karena diare

Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan

cacar jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen

penderita mendapatkan penanganan serius.

Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira

460 balita setiap harinya akibat diare.

Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim,

kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan

merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food,

Fly , Feces, dan Finger.

Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan

memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010,

ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang

dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di

udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.

(lifestyle.okezone.com).

Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan

alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan

dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh

2
Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu

tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga

dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu.

(lovenhealth.blogspot.com).

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare

2. Untuk mengetahui Pengkajian diare

3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan diare

4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan diare

5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan diare

6. Untuk mengetahui Evaluasi diare

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah

defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam

tinja.

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu

keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana

terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena

frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal

yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai

atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi

pada lambung atau usus.

B. Etiologi

a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,

Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,

G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

4
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat

menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,

ensefalitis dan sebagainya.

c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi

dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan

alergi terhadap jenis makanan tertentu.

e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

C. Manifestasi klinis

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,

hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare

yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat

dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi

berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan

merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi

tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan

dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam

karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat

5
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam

(pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa

renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah

menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan

kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat

timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai

timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit

nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut

D. Pemeriksaan Diagnostik

- Pemeriksaan tinja.

- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila

memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah

atau astrup, bila memungkinkan.

- Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik

atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik

E. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam

mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau

oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini

6
segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya

sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru

dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara

intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan

kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat

yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai

dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah

sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time

untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan

kondisi pasien kearah yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.

Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab

diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia

lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional,

artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak

memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius

perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan

parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan

pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

7
F. Komplikasi

Menurut Broyles (1997) komplikasi diare  ialah: dehidrasi, hipokalemia,

hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan

hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik.

8
BAB III

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : An. F

Umur : 26 Th

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Kuta Makmur

Tanggal Masuk : 18 Maret 2020

Diagnosa medis : GEA

2. Keluhan Utama

Alasan masuk dengan keluhan BAB berlendir sudah 4 hari yang lalu. BAB

yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari. Pasien masuk via IGD.

3. Keadaan Umum

Tingkat kesadaran compos mentis, TTV: TD : 110/70 mmHg Suhu: 36,6 0C,

Nadi 78 x/menit, RR 23 x/menit, keluhan lain BAB berlendir dan berdarah serta

encer.

4. Riwayat kesehatan

keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bisa 7-8 kali.

Keluhan sudah ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah

makan mangga. Pada riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak

9
ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular atau keturunan.

5. Psikososial

hubungan dengan anggota keluarga baik.

6. Jenis Kebutuhan

a. makanan, pada kondisi sehat makan teratur.

b. cairan, selama sehat ps minum 2 L/hari

c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning

bening bau khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. Selama sakit frekuensi 6-7 kali

perhari, warna kuning, bau khas, tidak terpasang kateter, ada tahana waktu

BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat 1 x / hari,

konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji.

waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti

bentuk kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji,

ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak

ada pemakaian laksatif.

d. Tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam,

jumlah jam tidur 11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam,

siang 1,5 jam,

7. Pemeriksaan Fisik

a. kepala : distribusi rambut lebat tekstur rambut halus, warna hitam, tidak

ada lesi, wajah agak pucat.

b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak

pucat, sclera putih, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..

10
c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septum

dan konka hidung tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.

d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani

tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan

mastoid.

e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.

f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada,

gerakan paru simetris, ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura

paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat,

iktus kordis teraba, batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara

organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2

dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.

h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan

kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit

tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat massa dan

pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada.

Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri.

Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada

fistula dan hemoroid.

i. Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.

j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan

kelainan tulang belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan

11
deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak

ada keterbatasan gerak.

k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak

ada kemerah merah.

8. Pemeriksaan Neurologis

Reflek fisiologis: soaking lemah,

Reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

9. Hasil Pemeriksaan Diagnostic

-  Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 21 Maret 2020)

10. Terapi Yang Diberikan

Omeprazol iv/12 jam

Santagesik iv/12 jam

Metronidazole

Ondan iv/12 jam

II. INTERPRESTASI MASALAH

Data : BAB encer, berlendir serta berdarah. KU pasien lemah

Masalah : Diare

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Masala potensial : GEA

 IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

12
V. RENCANA ASUHAN

1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik),

3. Monitor vital sign

4. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

5. Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV

6. Monitor status nutrisi

7. Dorong masukan oral

VI. PELAKSANAAN ASUHAN

1. Mengukur TTV

2. Mengkaji keadaan umum pasien

3. Memberikan cairan lewat infus

4. Mengukur balance cairan

5. Mengkaji BAB

6. Mengukur bising usus

VII. EVALUASI

1. Ibu pasien mengerti penjelasan dokter

2. Ibu pasien mau melaksanakan yang diperintahkan dokter

13
3. Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena

keterbatasan waktu untuk mengelola asuhan keperawatan pada Ny.F

PENDOKUMENTASIAN SOAP

S : Pasien mengatakan mencret sudah berkurang

O :

- K/U : Composmentis

- TTV: TD : 110/70 mmHg

S : 36,60 C

N : 80 x/menit

RR : 22 x/menit

A : Ganguan Volume cairan

P :

1. Mengukur TTV

2. Mengkaji keadaan umum ps

3. Memberikan cairan lewat infus

4. Mengukur balance cairan

5. Mengkaji BAB

6. Mengukur bising usus

14
BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari hasil penerapan proses keperawatan yang dilakukan pada Ny.H dengan

Gastroenteritis diruangan CM RS TK IV IM 07.01 Lhokseumawe dapat

ditemukan 2 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:

 Diare b.d salah makan

 kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan,

kelompok dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan saya bekerjasama dengan klien,

keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu, implementasi keperawatan tersebut

disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas ruangan perawatan klien.

B.     Saran

- Bagi Institusi

Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah

dalam pembuatan tugas.

- Bagi Rumah Sakit

15
Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan

keperawatan yang mengacu pada standar SNL (Standard Nursing Language)

DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku


1, Ed.4, EGC, Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition,
Clarinda company, USA.

16

Anda mungkin juga menyukai