PENDAHULUAN
kesehatan ibu hamil maupun bersalin serta keadaan bayi yang baru dilahirkan.
tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun
kematian per 100 ribu kelahiran hidup pada 1980 menjadi 17 per 100 ribu
Sedangkan di Norwegia 7 per 100 ribu pada 1980 menjadi 8 per 100 ribu pada
Sedangkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
Indonesia masih tertinggi di Asia. Tahun 2002 kematian ibu melahirkan mencapai
307 per 100.000 kelahiran, Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5 kali
dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Filipina, (Suara pembaharuan,
30/4/09).
gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling
1
2
banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah,
Seperti yang telah diuraikan diatas salah satu dari penyebab kematian ibu adalah
partus lama atau partus kasep dan sering disebut dengan partus sulit dan ditandai
antara presentasi janin dan jalan lahir ( Cunningham,2006) banyak hal yang dapat
menyebabkan hal diatas seperti berbagai hal yang terjadi akibat-akibat tindakan
tersebut yang dilakukan seperti kesalahan selama hamil, bersalin dan nifas, seperti
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
his
2. Tujuan Khusus
2
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
cm
lahir.
a. Kala I (Pembukaan)
Inpartu mulai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai
membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler
sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka
3
4
Pada kala II His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk ke ruang
panggul. Maka His dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
rectum dan hendak buang air besar, perenium menonjol dan jadi lebar, anus
membuka bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di
luar His, dengan His dan kekuatan mengedan max kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perenium.
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat.
d. Kala IV (Observasi)
Kepala fleksi Putaran paksi dalam ekspulsi. putaran paksi luar ekstensi
4
5
Penyulit Kala I
Persalinan lama
Masalah :
Penanganan Umum
1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda
normal)
6) Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral maupun parenteral
Penanganan Khusus
Periksa apakah ada ISK atau ketuban pecah, jika didapatkan adanya infeksi,
obati secara adekuat, jika tidak ada pasien boleh rawat jalan.
5
6
1) Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara retrospektif, jika his berhenti.
Pasien disebut belum inpartu/persalinan palsu. Jika his makin teratur dan
pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien masuk dalam fase laten
2) Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan lekukan
3) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak
6) Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin
6
7
1) Jika tidak ada tanda-tanda CPD atau obstruksi, dan ketuban masih utuh,
pecahkan ketuban
2) Nilai His
4) Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya > 40 detik)
kemajuan persalinan
Faktor Janin
rintangan pada jalan lahir, tidak dapat diatasi, sehingga menyebabkan persalinan
macet.
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini kekuatan his
lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan
7
8
umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat
primipara, serta para penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi
pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif maupun pada kala
pengeluaran
A. His Hipotonic
His hipotonic disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal. Fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian lain. Kelainan terletak
pada kontraksinya yang singkat dan jarang selama ketuban masih utuh umumnya
1. Inersia uteri Primer Jika persalinan berlangsung lama, terjadi pada kalla I
fase laten
Penanganan
8
9
istirahat.
Bila tadinya His kuat lalu terjadi inersia uteri sekunder ibu lemah
danpartus > 24 jam pad primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya
vacuum/Forseps/SC.
1. Amniotomi
membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya
berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion. Tujuan Amniotomi
merangsang kontraksi. Pada wanita dengan inersia uteri his hipotonik, sebaiknya
didukung dan dilakukan secara rutin pada semua wanita, dan di RS banyak
9
10
sedikit bukti bahwa proses persalinan yang lebih pendek memiliki manfaat bagi
ibu atau bayi. Dapat disimpulkan bahwa amniotomi dapat membantu akselerasi
persalinan namun tidak boleh menjadi prosedur rutin bagi ibu bersalin.
peningkatan deselerasi denyut jantung janin karena adanya kompresi pada tali
pusat.
2. Oksitosin drip
Oksitosin sintetik adalah salah satu obat yang paling sering digunakan di
oksitosin, denyut jantung janin dan pola kontraksi harus dipantau dengan ketat.
hiperstimulasi uterus atau gawat janin. Oksitosin dihentikan jika kontraksi lebih
dari 5 kali/10 menit dan durasi his lebih dari 60 detik. Pada hiperstimulasi,
Pemberian oksitosin dinegara maju menggunakan alat infuse pump agar dosis
garam fisiologis yang diberikan melalui infuse pump. Terdapat beberapa cara
10
11
tentang dosis, interval titrasi dan pemberian durasi oksitosin. Regimen dosis
rendah dimulai dari 0.5-2 mU/menit dan dinaikan setiap 15-40 menit sampai dosis
maksimal 20-40 mU/menit. Regimen dosis tinggi dimulai dari 6 mU/menit dan
rendah
Dosis 6 1-6 15-40 42
tinggi
<0.001) dengan tidak ada perbedaan outcome maternal dan perinatal. Waktu
untuk mengkoreksi waktu persalinan semakin pendek (1.24 ± 1.4 jam vs 3.12 ±
1.6 jam, p< 0.001). dapat disimpulkan bahwa penggunaan regimen oksitosin dosis
angka sectio caesarea dan membutuhkan waktu koreksi yang lebih sedikit. Namun
demikian, butuh penelitian lebih lanjut untuk membuktikan bahwa oksitosin dosis
karena keterbatasan alat dan prasarana. Sehingga tetesan oksitosin drip diberikan
11
12
diencerkan dengan larutan Dextrose 5% atau NaCl atau RL 500 cc. Hal ini berarti
2 tetesan mengandung 1 mU/menit. Dosis awal adalah 1-2 mUI (2-4 tetes/menit),
dosis dinaikkan 2 mIU (4 tetes) per menit setiap 30 menit dan dosis maksimal 20-
40 mIU (40-80 tetes) per menit.Infus harus dihentikan apabila kontraksi lebih dari
B. His Hipertonic
Adalah His yang terlalu kuat. Sifat Hisnya normal, tonus otot diluar His yang
biasa, kelainana terletak pada kekuatan His. His yang terlalu kuat dan terlalu
terjadinya perlukaan yang luas pada jalan lahir, khususnya servik uteri, vagina dan
perenium bahaya bagi bayi adalah dapat terjadi pendarahan dalam tengkorak
His hipertonik adalah uterus yang berkontraksi lebih dari 6 kali/ 10 menit,
durasi his lebih dari 90-120 detik, intensitas basal uterus > 25 mmHg, uterus
selalu berkontraksi saat di palpasi, ibu merasakan sakit sekali saat kontraksi.9
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung
cepat (<3 jam di sebut partus presipitatus). Pasien merasa kesakitan karena his
yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus menerus pada janin akan terjadi
Menurut penelitian yang berjudul “Defining uterine tachysystole: how much is too
12
13
Penanganan
Saat persalinan kedua diawasi dengan cermat dan episiotomi dilakukan pada
1. Pemberian inhalasi anastesi, yaitu nitrat oksida dan oksigen agar tonus otot
gawat janin
Adalah His yang sifatnya berubah-ubah. Tonus otot uterus meningkat juga di
luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
13
14
sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas,
tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Tonus otot yang meningkat menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan
lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His sejenis ini
Kadang-kadang terjadi persalinan tak maju karena kelainan pada servik yang
mengadakan relaksasi
Penanganan :
14
15
2. Faktor herediter
8. Kehamilan postmatur.
BAB III
PENUTUP
15
16
3.1. KESIMPULAN
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini kekuatan his
lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan
umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat
primipara, serta para penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi
pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif maupun pada kala
pengeluaran
3.2. SARAN
Pada saat ibu sudah dalam keadaan inpartu sebagai seorang bidan harus
pengawasan maka seorang bidan bisa dengan cepat mengambil keputusan untuk
DAFTAR PUSTAKA
16
17
17