KEPERAWATAN JIWA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PRODI DIV KEPERAWATAN PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2018
VISI DAN MISI
VISI
MISI
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui
Tanggal :
Oleh : Kelompok 7
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Kesehatan dan Keselamatan Kerja ” . Selama
pembuatan makalah pun kami juga mendapat banyak dukungan dan juga bantuan
dari berbagai pihak, maka dari itu kami haturkan banyak terima kasih kepada :
Penyusun
Kelompok 7
iii
DAFTAR ISI
iv
I. Kesimpulan..........................................................................................................39
II. Saran...................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................40
v
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang secara kodrat akan
selalu membutuhkan orang lain sehingga terjalinlah suatu hubungan
interpersonal yang positif. Semua itu dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan kepuasan hidup. Dalam melakukan hubungan
interpersonal dengan orang lain, tidak dapat dipungkiri bahwa orang lain
yang tengah berinteraksi dengan kita dapat dikatakan sebagai individu
yang sehat dalam arti tidak mempunyai suatu gangguan. Namun, kerap
kali kita tidak menyadari, bahwa diantara orang-orang tersebut sebenarnya
ada juga yang menderita suatu gangguan dalam jiwanya, diantaranya
gangguan hubungan sosial. Ironisnya gangguan hubungan sosial sering
terabaikan sehingga terlambat untuk mendapatkan perawatan kesehatan
atau bahkan dibiarkan saja sehingga membuat gangguan jiwa tersebut
semakin menjadi parah. Akibatnya, akan semakin banyak orang yang
dikirim ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pengobatan dan
perawatan.
Insiden mengenai penderita gangguan hubungan sosial dapat
dengan mudah diketahui dari banyak sumber. Saat ini, di Indonesia
penderita gangguan jiwa dalam hal ini gangguan hubungan sosial yaitu
sekitar 15% sampai 20% di kalangan anak-anak dan remaja. Berdasarkan
hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di
BPRS Dadi Makassar pada bulan Januari sampai Maret 2009 sebanyak
2294 orang, halusinasi 1162 orang (50.65 %), menarik diri 462 orang
(20.13 %), waham 130 orang (5.66 %). Berdasarkan data tersebut
dinyatakan bahwa isolasi sosial mengalami peningkatan tiap tahunnya dan
menempati urutan kedua masalah kesehatan jiwa setelah halusinasi.
Namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20%. Untuk
insiden di luar negeri khususnya wilayah Amerika ditemukan sebanyak 4
1
juta orang lansia yang mengalami gangguan hubungan sosial. Menurut
data dari Konas II, 2005 bahwa gangguan jiwa menarik diri berada di
urutan ke 7 dari 10 diagnosis keperawatan terbanyak di RSJ. Saat ini
jumlahnya pun semakin meningkat dikarenakan tidak adanya penanganan
sejak dini yang diterapkan pada seseorang yang mengalami gangguan
hubungan sosial tersebut.
Hal tersebut menyebabkan perubahan kepribadian seseorang
tersebut dan berpengaruh besar terhadap kehidupan sosialnya yakni dalam
berinteraksi dengan orang lain. Dengan adanya gangguan hubungan sosial
tersebut menyebabkan seseorang semakin merasa sendiri, dia akan
semakin merasa terkucilkan dan terbuang dari lingkungan sosialnya.
Akibatnya, kompensasi yang dilakukan adalah dengan menarik diri dari
lingkungan. Dengan kondisi yang demikian, membuat dia kehilangnya
semangat dan semakin malas untuk melakukan rutinitas sehari-hari
misalnya mandi, berhias, makan bahkan untuk BAB/BAK tidak pada
tempatnya. Hal ini akan menurunkan activity daily living ( aktivitas sehari
– hari ) nya.
Oleh karena itu, gangguan hubungan sosial yang terjadi pada diri
seseorang harus segera ditangani dengan baik. Banyak hal yang dapat
dilakukan baik secara medis ataupun non-medis, diantaranya dengan
penggunaan obat-obatan juga komunikasi terapeutik. Terjalin rasa saling
percaya, tidak menarik diri dan lebih terbuka dengan lingkungan
sekitarnya, dapat melakukan komunikasi dengan normal adalah beberapa
hal yang ingin dicapai dalam penanganan gangguan hubungan sosial
melalui metode komunikasi terapeutik. Support keluarga dan orang lain
disekitarnya juga sangat diperlukan bagi seseorang dengan gangguan
hubungan sosial untuk sembuh dan kembali menjadi individu yang normal
dan lebih baik lagi kedepan.
2
II. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan menarik diri?
2. Apa sajakah faktor predisposisi dari menarik diri?
3. Apa sajakah faktor presipitasi dari menarik diri?
4. Bagaimanakah tanda dan gejala dari menarik diri?
5. Bagaimana proses terjadinya menarik diri?
6. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk menarik diri?
III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan hubungan sosial, menarik diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari menarik diri.
b. Mengetahui faktor predisposisi dari menarik diri.
c. Mengetahui faktor presipitasi dari menarik diri.
d. Mengetahui tanda dan gejala dari menarik diri.
e. Mengetahui proses terjadinya menarik diri.
f. Mengetahui asuhan keperawatan untuk menarik diri.
IV. Manfaat
1. Memahami pengertian dari menarik diri.
2. Memahami faktor predisposisi dari menarik diri.
3. Memahami faktor presipitasi dari menarik diri.
4. Memahami tanda dan gejala dari menarik diri.
5. Memahami proses terjadinya menarik diri.
6. Memahami asuhan keperawatan untuk menarik diri.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Landasan Teori
A. Pengertian Menarik Diri
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Rawlins,1993). Menurut Townsend, M.C (1998) Menarik diri
merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
Sedangkan menurut Dekes RI (1989) Penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian
ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang
dapat bersifat sementara atau menetap.
Jadi menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan
orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara atau
menetap.
Perilaku yang teramati pada respon social maladaptive mewakili
upaya individu untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan
rasa kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah, dan merasa
tidak aman. Seringkali respon yang terjadi meliputi manipulasi,
narkisisme, dan impulsive. Berikut ini gambar yang akan menyajikan
ringkasan prilaku yang berhubungan dengan respon tersubut.
4
Gambar :
Rentang Respon Sosial
B. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan
hubungan sosial yaitu :
1. Faktor Perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung
dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap
tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan
dari orang tua/pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.
2. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga
dapat menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor Sosial Budaya
5
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang
lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan
dari orang lain (lingkungan sosialnya).
C. Faktor Presipitasi
1. Stressor Sosial Budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
anggota keluarga yang labil, yang dirawat di rumah sakit.
2. Stressor Psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan (menarik diri).
6
11. Aktivitas menurun
12. Kurang energi
13. Harga diri rendah
14. Menolak berhubungan dengan orang lain
15. Posisi tidur seperti janin
7
V. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian, dan alamat
klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindari dari orang
lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri di kamar,
menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan
sehari-hari, serta dependen.
c. Faktor Predisposisi
Seperti kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realitis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan
dari kelompok sebaya, perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
kecelakaan. Non trauma seperti dicerai suami, putus sekolah, PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
dituduh KN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/perasaan negtif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
d. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tada vital TTD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri
a) Citra Tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang
8
akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip
tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas Diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal Diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya.
Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga Diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3. Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubungan
sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
4. Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah
(spritual).
f. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri,
dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain. Adanya
perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
9
3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi.
4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas di
dalam dan di luar rumah.
5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h. Mekanisme Koping
Apabila klien mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang lain (lebih sering menggunakan
koping menarik diri).
i. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi
ECT, psikomotor, terapi okopasional, TAK, dan rehabilitas.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan persepsi sensori, halusinasi pendengaran b.d
isolasi sosial, menarik diri.
2. Isolasi sosial, menarik diri b.d gangguan konsep diri, harga diri
rendah.
3. Devisit perawatan diri b.d kurangnya motivasi dalam perawatan
diri.
G. Implementasi Keperawatan
Dalam melaksanakan intervensi yang telah dibuat maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menetapkan hubungan saling percaya.
b. Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka.
c. Kenal dan dukung kelebihan pasien.
d. Membatasi orang yang berhubungan dengan pasien pada awal
terapi.
e. Melakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.
10
f. Membicarakan dengan pasien mengenai peristiwa yang
menyebabkan pasien menarik diri.
g. Menerangkan harapan dari tindakan secara bersama-sama dengan
klien.
h. Menganjurkan kepada keluarga untuk tetap melakukan hubungan
dengan pasien.
i. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok.
j. Memperhatikan kebutuhan fisiologis klien.
k. Membantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai
melaksanakannya sendiri.
l. Memberikan obat sesuai dengan program medik dengan prinsip 6
benar.
m. Memfasilitasi pasien untuk berperan serta dalam terapi kelompok.
11
VI. Contoh Asuhan Keperawatan Pada Klien Asma Bronkhiale
A. Contoh Kasus
12
B. Pengkajian
RUANGAN RAWAT: Melati
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. E (P) Tanggal Pengkajian: 16 Januari 2011
Umur : 25 thn RM No. : 12034250
Informan : Keluarga
2. ALASAN MASUK
Nn. E menyendiri di kamarnya selama dua minggu, tidak mau
makan, berbicara, dan mandi.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Aniaya seksual
Penolakan
√ 20th
Tindakan kriminal
13
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
Nn. E pernah di rawat di RSJ dan pengobatan sebelumnya berhasil. Akan
tetapi muncul sebuah pemicu yang membuat Nn. E sering menyendiri lagi.
Bpk. A tidak terlalu perduli dg keadaan Nn. E. Bpk. A selalu mementingkan
kakak laki-lakinya yang akan menikah.
4. FISIK
5. PSIKOSOSIAL
14
1. Genogram
2
5
Jelaskan :
Klien adalah anak perempuan kedua dalam keluarganya. Klien sangat dekat
dengan ibunya, tetapi ibunya sudah meninggal. Klien sekarang tinggal dengan
ayah dan saudara laki-lakinya. Setelah ibunya meninggal, klien kurang
diperhatikan oleh ayahnya. Ayahnya lebih mengutamakan kepentingan kakak
laki-lakinya.
Sehingga hubungan klien dengan ayahnya kurang harmonis.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik diri
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Tidak ada masalah
b. Identitas : Kurang puas terhadap dirinya sendiri
c. Peran :
Terjadi perubahan peran sebagai anak dalam sebuah keluarga, karena
ditinggal pacarnya menikah, ibunya meninggal, serta kurangnya perhatian
dalam keluarga (dari ayah dan kakak laki-lakinya)
d. Ideal diri :
Klien berharap keluarganya harmonis dan ayahnya dapat membagi
perhatiannya kepada kakak dan diri klien.
e. Harga diri : Rasa bersalah yang terus dirasakan klien.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik diri
15
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Ibu
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Tidak ada
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain :
Klien bersikap tertutup setelah mengalami berbagai masalah yang bertubi-
tubi.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial: Menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Menurut masyarakat, orang dengan gangguan jiwa sebaiknya dijauhi. Karena
bisa berdampak negatif.
b. Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan kegiatan ibadah selama sakit
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
√
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : Rambut acak-acakan, kotor, bau, serta pakaian lusuh
Masalah Keperawatan : Defisit keperawatan diri
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
√ √
memulai pembicaraan
Jelaskan :
Klien malas untuk berbicara (tertutup, sulit untuk berkomunikasi). Klien hanya
berbicara apabila ditanya dan memjawab dengan jawaban singkat (ya/tidak).
Masalah Keperawan : Isolasi sosial: Menarik diri
3. Aktivitas Motorik:
√
16
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor
Kompulsif
Jelaskan : Klien cenderung murung
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik diri
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
√
berlebihan
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik diri
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
√
Jelaskan : Klien hanya bereaksi jika ditanya
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik diri
6. lnteraksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata (-) Defensif Curiga
√
Jelaskan : Klien sering menundukkan kepala saat berkomunikasi
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik diri
7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
√
flight of idea blocking pengulangan
pembicaraan/persevarasi
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
17
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
√
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistic Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
bingung sedasi stupor
√
Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan : Klien nampak kacau
Masalah Keperawatan : Resiko persepsi sensori: Halusinasi
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu
√
berhitung
sederhana
Jelaskan : Klien masih nampak bingung
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: HDR
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
√
Jelaskan : Klien dapat menentukan pilihan dengan bantuan perawat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
18
Mengingkari penyakit yang diderita √ Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
Jelaskan : Klien merasa diacuhkan oleh semua orang
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: HDR
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
√
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantual total
√
Jelaskan : keluarga menyiapkan apa saja yang diperlukan, dan mengingatkan
klien.
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
√
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantual total
√
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 12.30 s/d 14.30
Tidur malam lama : 21.30 s/d 08.00
Kegiatan sebelum / sesudah tidur : Tidak ada kegiatan
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantual total
√
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
√
Perawatan pendukung Ya Tidak
√
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya Tidak
√
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
√
Mencuci pakaian Ya Tidak
√
19
Pengaturan keuangan Ya √ Tidak
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya Tidak
√
Transportasi Ya Tidak
√
Lain-lain Ya Tidak
√
Jelaskan : Klien mampu bersosialisasi dengan baik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
√
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
√
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya : Murung dan mengurung
√
dirinya
di dalam kamar
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik diri
20
√ Masalah keluarga, spesifik ibu klien meninggal, perhatian ayah yang selalu
tertuju kepada kakak laki-laki klien
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: HDR
21
H. Analisa Data
22
Klien terlihat apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, Isolasi sosial: Menarik diri
menyendiri, berdiam diri di kamar dan banyak diam.
3. DS: Klien suka menyendiri Gangguan konsep diri: Harga diri
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak rendah
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, Klien merasa minder
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
DO: HDR
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin
mengakhiri hidup.
4. DS: Klien merasa tidak nyaman Defisit keperawatan diri
Klien menggaruk-garuk, klien merasa gatal-gatal, dan
tidak nyaman. Klien kurang motivasi dalam
DO: perawatan diri
Bau, baju lusuh, rambut tidak terawat, dan kotor.
Penampilan yang kotor dan bau
23
I. Pohon Masalah
Resiko perubahan
persepsi sensori:
Halusinasi
pendengaran
Defisit perawatan diri
J. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan persepsi sensori, halusinasi pendengaran b.d
isolasi sosial, menarik diri.
2. Isolasi sosial, menarik diri b.d gangguan konsep diri, harga diri
rendah.
3. Devisit perawatan diri b.d kurangnya motivasi dalam perawatan diri.
24
K. Rencana Keperawatan
No Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx
1. Resiko perubahan TUM: Klien dapat Setelah dilakukan intervensi selama 3 1. Bina hubungan saling percaya dengan:
persepsi sensori, berinteraksi dengan kali : a. Beri salam setiap berinteraksi.
halusinasi orang lain sehingga 1. Klien menunjukkan tanda-tanda b. Perkenalkan nama, nama
pendengaran b.d tidak terjadi percaya kepada / terhadap perawat: panggilan perawat dan tujuan
isolasi sosial, halusinasi a. Wajah cerah, tersenyum perawat berkenalan
menarik diri. TUK: b. Mau berkenalan c. Tanyakan dan panggil nama
1. Klien dapat c. Ada kontak mata kesukaan klien
membina d. Bersedia menceritakan d. Tunjukkan sikap jujur dan
hubungan saling perasaan menepati janji setiap kali
percaya e. 1Bersedia berinteraksi
mengungkapkan masalahnya e. Tanyakan perasaan klien dan
f. Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi kllien
masalahnya f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien
25
2. Klien mampu 2. Setelah 3 x pertemuan klien dapat 2.1 Tanyakan pada klien tentang:
menyebutkan menyebutkan satu penyebab a. Orang yang tinggal
penyebab menarik diri dari: serumah/teman sekamar klien
menarik diri a. Diri sendiri b. Orang yang paling dekat dengan
b. Orang lain klien di rumah/di RS
c. Lingkungan c. Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan
klien di rumah/di RS
e. Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut
f. Upaya yang harus dilakukan agar
dekat dengan orang lain
2.2 Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan penyebab menarik
diri atau tidak mau bergaul
2.3 Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien mampu 3. Setelah 3 x pertemuan klien dapat 3.1. Tanyakan pada klien tentang :
26
menyebutkan menyebutkan keuntungan a. Manfaat jika berhubungan dengan
keuntungan berhubungan dengan orang lain, orang lain.
berhubungan misalnya: b. Kerugian jika tidak berhubungan
dengan orang a. Banyak teman dengan orang lain.
lain dan b. Tidak kesepian 3.2. Beri kesempatan pada klien untuk
kerugian tidak c. Bisa diskusi mengungkapkan perasaan tentang
berhubungan d. Saling menolong, keuntungan berhubungan dengan
dengan orang dan kerugian tidak berhubungan orang lain dan kerugian tidak
lain dengan orang lain, misalnya: berhubungan dengan orang lain.
a. Sendiri 3.3. Diskusikan bersama klien tentang
b. Kesepian manfaat berhubungan dengan orang
c. Tidak bisa diskusi lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.4. Beri pujian terhadap kemempuan
klien mengungkapkan perasaannya
4. Klien dapat 4. Klien dapat melakukan hubungan 4.1 Observasi perilaku klien dengan
melaksanakan sosial secara bertahap antara: berhubungan dengan orang lain
hubungan a. K – P 4.2 Motivasi dan bantu klien untuk
social secara b. K – Perawat lain berkenalan/berkomunikasi dengan:
27
bertahap c. K – klien lain a. Perawat
d. K – kelp/masy b. Perawat lain
c. Klien lain
d. Kelompok masyarakat
4.3 Libatkan klien dalam Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi
4.4 Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan ruangan
4.5 Beri pujian terhadap kemampuan
klien memperluas pergaulannya
4.6 Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi
5. Klien mampu 5. Setelah 3 x pertemuan Klien dapat 5.1 Beri kesempatan klien untuk
mengungkapan mengungkapkan perasaanya mengungkapkan perasaannya setelah
perasaanya setelah berhubungan dengan orang berhubungan dengan orang lain
setelah lain untuk: 5.2 Diskusikan dengan klien tentang
berhubungan a. Diri sendiri perasaannya setelah berhubungan
dengan orang b. Orang lain dengan orang lain
28
lain c. Lingkungan 5.3 Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaannya.
6. Klien dapat 6. Keluarga dapat: 6.1. Diskusikan pentingnya peran serta
dukungan a. menjelaskan cara merawat keluarga sebagai pendukung untuk
keluarga dalam klien menarik diri mengatasi prilaku menarik diri.
memperluas b. mengungkapkan rasa puas 6.2. Diskusikan potensi keluarga untuk
hubungan dalam merawat klien membantu klien mengatasi perilaku
dengan orang menarik diri
lain dan 6.3. Jelaskan cara merawat klien menarik
lingkungan diri yang dapat dilaksanakan oleh
keluarga.
6.4. Motivasi keluarga agar membantu
klien untuk bersosialisasi.
6.5. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatan merawat klien di rumah
sakit
6.7. Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan
2. Isolasi sosial, TUM: 1. Klien mengidentifikasi 1.1 Diskusikan kemampuan dan aspek
menarik diri b.d Klien dapat kemampuan dan aspek positif positif yang dimiliki klien dan buat
29
gangguan konsep berhubungan yang dimiliki daftarnya jika klien tidak mampu
diri, harga diri dengan orang lain a. Kemampuan yang dimiliki mengidentifikasi maka dimulai oleh
rendah. secara optimal klien perawat untuk memberi pujian pada
TUK: b. Aspek positif keluarga aspek positif yang dimiliki klien.
1. Klien dapat c. Aspek positif lingkungan 1.2 Setiap bertemu klien hindarkan
mengidentifikas yang dimiliki klien memberi penilaian negative.
i kemampuan 1.3 Utamakan memberi pujian yang
dan aspek realistis
positif yang
dimiliki
2. Klien dapat 2. Klien menilai kemampuan yang 2.1 Diskusikan dengan klien
menilai dimiliki untuk dilaksanakan kemampuan yang masih dapat
kemampuan dilaksanakan selama sakit.
yang dimiliki 2.2 Diskusikan kemampuan yang dapat
untuk dilanjutkan pelaksanaannya
dilaksanakan
3. Klien dapat 3. Klien membuat rencana kegiatan 3.1 Rencanakan bersama klien aktivitas
(menetapkakan) harian yang dapat dilakukan setiap hari
merencanakan sesuai kemampuang.
kegiatan sesuai a. Kegiatan mandiri
30
dengan b. Kegiatan dengan bantuan
kemampuan sebagian
yang dimiliki c. Kegiatan yang membutuhkan
bantuan total.
3.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien.
3.3 Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien lakukan.
4. Klien dapat 4. Klien melakukan kegiatan sesuai 4.1 Beri kesempatan pada klien untuk
melakukan kondisi dan kemampuannya. mencoba kegiatan yang telah
kegiatan sesuai direncanakan.
kondisi dan 4.2 Beri pujian atas keberhasilan klien.
kemampuannya 4.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
5. Klien dapat 5. Klien memanfaatkan system 5.1 Beri pendidikan kesehatan pada
memanfaatkan pendukung yang ada di keluarga. keluarga tentang cara merawat klien
sistem dengan harga diri rendah.
pendukung yang 5.2 Bantu keluarga memberikan dukungan
ada selama klien di rawat.
5.3 Bantu keluarga menyiapkan
31
lingkungan di rumah.
3. Devisit perawatan TUM: 1. Dalam 3 kali interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien:
diri b.d kurangnya Klien dapat menyebutkan: a. Penyebab klien tidak merawat diri
motivasi dalam melakukan a. Penyebab tidak merawat diri b. Manfaat menjaga perawatan diri
perawatan diri. perawatan diri b. Manfaat menjaga pwtan diri untuk keadaan fisik, mental, dan
TUK: c. Tanda-tanda bersih dan rapi sosial.
1. Klien d. Gangguan yang dialami jika c. Tanda-tanda perawatan diri yang
mengetahui perawatan diri tidak baik
pentingnya diperhatikan d. Penyakit atau gangguan kesehatan
perawatan diri yang bisa dialami oleh klien bila
perawatan diri tidak adekuat
2. Klien 2. Dalam 3 kali interaksi klien 2.1 Diskusikan frekuensi menjaga pwtan
mengetahui cara- menyebutkan frekuensi menjaga diri selama ini
cara melakukan perawatan diri: a. Mandi
perawatan diri a. Frekuensi mandi b. Gosok gigi
b. Frekuensi gosok gigi c. Keramas
c. Frekuensi keramas d. Berpakaian
d. Frekuensi ganti pakaian e. Berhias
e. Frekuensi berhias f. Gunting kuku
f. Frekuensi gunting kuku 2.2 Diskusikan cara praktek perawatan
32
Dalam 3 kali interaksi diri yang baik dan benar:
klien menjelaskan cara a. Mandi
menjaga perawatan diri: b. Gosok gigi
a. Cara mandi c. Keramas
b. Cara gosok gigi d. Berpakaian
c. Cara Keramas e. Berhias
d. Cara Berpakaian f. Gunting kuku
e. Cara berhias 2.3 Berikan pujian untuk setiap respon
f. Cara gunting kuku klien yang positif
3. Klien dapat 3. Dalam 3 kali interaksi klien 3.1 Bantu klien saat perawatan diri.
melaksanakan mempraktekkan perawatan diri a. Mandi
perawatan diri dengan dibantu oleh perawat: b. Gosok gigi
dengan bantuan a. Mandi c. Keramas
perawat b. Gosok gigi d. Ganti pakaian
c. Keramas e. Berhias
d. Ganti pakaian f. Gunting kuku
e. Berhias 3.2 Beri pujian setelah klien selesai
f. Gunting kuku melaksanakan perawatan diri
4. Klien dapat 4. Dalam 3 kali interaksi klien 4.1 Pantau klien dalam melaksanakan
melaksanakan melaksanakan praktek perawatan perawatan diri:
33
perawatan diri diri secara mandiri a. Mandi
secara mandiri a. Mandi 2 X sehari b. Gosok gigi
b. Gosok gigi sehabis makan c. Keramas
c. Keramas 2 X seminggu d. Ganti pakaian
d. Ganti pakaian 1 X sehari e. Berhias
e. Berhias sehabis mandi f. Gunting kuku
f. Gunting kuku setelah mulai 4.2 Beri pujian saat klien melaksanakan
panjang perawatan diri secara mandiri.
5. Klien 5.1 Dalam 3 kali interaksi keluarga 5.1 Diskusikan dengan keluarga:
mendapatkan menjelaskan cara-cara membantu a. Penyebab klien tidak
dukungan keluarga klien dalam memenuhi kebutuhan melaksanakan perawatan diri
untuk perawatan dirinya b. Tindakan yang telah dilakukan
meningkatkan 5.2 Dalam 3 kali interaksi keluarga klien selama di rumah sakit dalam
perawatan diri menyiapkan sarana perawatan diri menjaga perawatan diri dan
klien: sabun mandi, pasta gigi, kemajuan yang telah dialami oleh
sikat gigi, shampoo, handuk, klien
pakaian bersih, sandal, dan alat c. Dukungan yang bisa diberikan
berhias oleh keluarga untuk meningkatkan
5.3 Keluarga mempraktekan kemampuan klien dalam
34
perawatan diri pada klien perawatan diri
5.2 Diskusikan dengan keluarga tentang:
a. Sarana yang diperlukan untuk
menjaga perawatan diri klien
b. Anjurkan kepada keluarga
menyiapkan sarana tersebut
5.3 Diskusikan dengan keluarga hal-hal
yang perlu dilakukan keluarga dalam
perawatan diri:
a. Anjurkan keluarga untuk
mempraktekan perawatan diri
(mandi, gosok gigi, keramas, ganti
baju, berhias dan gunting kuku)
b. Ingatkan klien waktu mandi,
gosok gigi, keramas, ganti baju,
berhias, dan gunting kuku.
c. Bantu jika klien mengalami
hambatan dalam perawatan diri
d. Berikan pujian atas keberhasilan
35
klien
36
L. Implementasi
Dalam melaksanakan intervensi yang telah dibuat maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menetapkan hubungan saling percaya.
b. Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka.
c. Kenal dan dukung kelebihan pasien.
d. Membatasi orang yang berhubungan dengan pasien pada awal terapi.
e. Melakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.
f. Membicarakan dengan pasien mengenai peristiwa yang
menyebabkan pasien menarik diri.
g. Menerangkan harapan dari tindakan secara bersama-sama dengan
klien.
h. Menganjurkan kepada keluarga untuk tetap melakukan hubungan
dengan pasien.
i. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok.
j. Memperhatikan kebutuhan fisiologis klien.
k. Membantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai
melaksanakannya sendiri.
l. Memberikan obat sesuai dengan program medik dengan prinsip lima
benar.
m. Memfasilitasi pasien untuk berperan serta dalam terapi kelompok.
M. Evaluasi
1. Evaluasi DP 1
a. Klien menunjukkan tanda - tanda percaya kepada/terhadap
perawat.
b. Klien dapat menyebutkan suatu penyebab menarik diri.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
d. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
37
e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain.
f. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien menarik diri
mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.
2. Evaluasi DP 2
a. Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b. Klien menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan.
c. Klien membuat rencana kegiatan harian.
d. Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuannya.
e. Klien memanfaatkan system pendukung yang ada di
keluarga.
3. Evaluasi DP 3
a. Klien dapat menyebutkan penyebab tidak merawat diri, Manfaat
menjaga perawatan diri, Tanda - tanda bersih dan rapi, dan
Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.
b. Klien menyebutkan frekuensi menjaga perawatan diri.
c. Klien menjelaskan cara menjaga perawatan diri.
d. Klien mempraktekkan perawatan diri dengan dibantu oleh
perawat.
e. Klien melaksanakan praktek perawatan diri secara mandiri
f. Menjelaskan cara - cara membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya pada keluarga.
g. Keluarga menyiapkan sarana perawatan diri klien.
h. Keluarga mempraktekkan perawatan diri pada klien.
38
BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan
Menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan
orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Faktor predisposisi dibagi menjadi faktor perkembangan, faktor
biologis, dan faktor sosial budaya. Sedangkan faktor presipitasi dibagi
menjadi stressor sosial budaya dan stressor psikologis.
VII. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun bagi para pembacanya sebagai kesempurnaan
makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk
meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para
pembaca dan terkhusus buat kami. Amin.
39
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno (2008). Menarik Diri. Diakses 22 Januari 2019, dari web site
http://trisnoners.blogspot.com/2008/02/pojok-jiwa.html
Khaidir muhaj (2009). Askep Menarik Diri. Diakses 22 Januari 2019, dari Tempat
Asuhan Keperawatan dan Materi Kuliah Keperawatan, web site
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/05/askep-menarik-diri.html
FIK UNPAD (2008). Gangguan Hubungan Sosial. Diakses 22 Januarai 2019, dari
web site http://sehatjiwa-6.blogspot.com/2008/04/gangguan-hubungan-sosial.html
40