Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1

“ DC SHOCK ”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. DAYANG NURLELA 20176523014


2. INDAH MULIYATI 20176523034
3. MARIANA WULANDARI 20176523053
4. NINDY OCTAVIANI 20176523071
5. RESKI PUJIANTI 20176523088

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PRODI D IV KEPERAWATAN PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
VISI MISI JURUSAN DIPLOMA IV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI

"Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan yang Bermutu dan


Mampu Bersaing di Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI

1. Meningkatkan Program Pendidikan Tinggi Kesehatan yang


Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Tinggi Kesehatan yang
Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Tinggi Kesehatan yang
Mandiri, Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama dalam Pengelolaan Program
Pendidikan Tinggi Kesehatan di Tingkat Nasional Maupun
Regional

ii
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1

“ DC SHOCK ”

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat 1

Prodi : DIV Keperawatan Pontianak

Semester : 7 (Tujuh)

Telah disetujui

Pontianak, September 2020

Disahkan Oleh :

Dosen Penanggung Jawab

Ns. Mather, S.Kep, M.Sos


NIP. 197610162006041002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktu nya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi
besar kita yakni nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat
nya dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita
rasakan pada saat sekarang ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada


berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

Pontianak, 2 September 2020

Kelompok 6

iv
DAFTAR ISI

VISI MISI JURUSAN DIPLOMA IV KEPERAWATAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK.........................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................1

C. Tujuan Makalah........................................................................................2

D. Manfaat Makalah......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Definisi.....................................................................................................3

B. Jenis-jenis Defibrilator.............................................................................4

C. Perbedaan Antara Sistem Monophasic dan Biphasic...............................5

D. Padle Versus Electrode Tambahan...........................................................6

E. Kode 1,2,3 Pada Mesin Defibrilator.........................................................6

F. Aritmia yang Mengancam Nyawa............................................................7

G. Indikasi.....................................................................................................9

H. Kontraindiksi............................................................................................9

I. Evaluasi Pasien.......................................................................................10

J. Persiapan................................................................................................10

v
K. Pengertian Kardioversi...........................................................................11

L. Penatalaksanaan kardioversi...................................................................12

M.Asuhan Keperawatan Post Kardioversi..................................................13

N. Komplikasi Kardioversi.........................................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

A. Kesimpulan.............................................................................................15

B. Saran.......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kesehatan professional yang
merupakan bagian internal dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan dengan bentuk pelayanan biologis,psikologis,social,dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (Depkes,2000).

Perawat sebagai tenaga professional dalam bidang kesehatan hendaknya


mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan teknologi terutama terkait
dengan peralatan medis yang ada saat ini,sehingga dalam aplikasinya perawat
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup tentang fungsi beberapa
peralatan medis.

Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas tentang salah
peralatan medis yaitu DC Syok.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dc syok ?
2. Apa saja jenis-jenis defibrillator ?
3. Sebutkan perbedaan antara sistem monophasic dan biphasic ?
4. Sebutkan padle versus electrode tambahan ?
5. Sebutkan fungsi kode 1,2,3 pada mesin defibrillator ?
6. Sebutkan aritma yang mengancam nyawa ?
7. Sebutkan indikasi dari tindakan dc syok ?
8. Sebutkan kontraindikasi dari tindakan dc syok ?
9. Sebutkan evaluasi dari tindakan dc syok ?
10. Apa saja persiapan prosedur tindakan dc syok ?

1
11. Apa pengertian kardioversi ?
12. Sebutkan penatalaksanaan kardioversi ?
13. Sebutkan asuhan keperawatan post kardioversi ?
14. Sebutkan komplikasi kardioversi ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dc syok.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis defibrillator.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara sistem monophasic dan
biphasic.
4. Untuk mengetahui paddle versus electrode tambahan.
5. Untuk mengetahui kode 1,2,3 pada mesin defibrillator.
6. Untuk mengetahui aritma yang mengancam nyawa.
7. Untuk mengetahui indikasi dari tindakan dc syok.
8. Untuk mengetahui kontraindikasi dari tindakan dc syok.
9. Untuk mengetahui evaluasi dari tindakan dc syok.
10. Untuk mengetahui persiapan prosedur tindakan dc syok.
11. Untuk mengetahui pengertian kardioversi.
12. Untuk mengetahui penatalaksanaan kardioversi.
13. Untuk mengetahui asuhan keperawatan post kardioversi.
14. Untuk mengetahui komplikasi kardioversi.

D. Manfaat Makalah
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka makalah ini bermanfaat untuk
mengetahui pengetahuan tentang peralatan medis yaitu DC SHOCK .

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat
sepasang elektroda yang diletakkan pada dinding toraks untuk renjatan sinkron
gelombang elektroda yang diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan
takikardia ventrikuler dan supraventrikuler. Pemberian renjatan sinkron
gelombang R (Kompleks QRS). Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu
jantung automatic dan sel miokardial serta menghilangkan aritmia. Nodus
sinoatrial, nodus atriventrikular dan system purkinje mengambil alih irama
jantung.

Terapi elektrik (DC Syok) adalah tindakan yang dilakukan terhadap korban
gawat darurat yang mengalami gangguan irama jantung menggunakan alat yang
dinamakan menggunakan alat yang dinamakan defibrillator. Tujuan terapi
elektrik adalah untuk membuat irama jantung menjadi asystole, sehinga SA Node
(pacemaker) dapat berfungsi kembali secara efektif.

3
E. Jenis-jenis Defibrilator
1. Otomatis Eksternal Defibrilators (AED)
a. Sangat praktis karena penggunaannya tidak memerlukan
pelatihan medis khusus.
b. Biasanya ditemukan di tempat-tempat umum, seperti
kantor,bandara,stasiun kereta, pusat perbelanjaan.
c. Alat mampu menganalisis irama jantung dan menetukan jeni
tindakan yang sesuai dengan kebutuhannya.
d. Namun alat ini tidak dapat diganti secara manual dan dapat
mengambil 10-20 detik untuk menetukan aritmia.

2. Semi-Automated AED ( Semi Otomatis AED)


a. Ini mirip dengan AED tetapi dapat diganti secara manual dan
biasanya memiliki tampilan EKG.
b. Alat ini lebih banyak digunakan oleh para medis.
c. Alat ini juga memiliki kemampuan untuk kecepatan
menganalisis irama jantung.

4
3. Standart dengan monitor mungkin monophasic atau biphasic.
4. Transvenous or implanted Tranvenous atau implant.

F. Perbedaan Antara Sistem Monophasic dan Biphasic


1. Dalam sistem monophasic , arus perjalanan listrik hanya dalam satu
arah dari satu paddle ke yang lain.
2. Dalam sistem biphasic , perjalanan arus listrik dari paddle positif
kemudian ke paddle negatif dan kembali lagi ke paddle positif dan
ini terjadi beberapa kali.
3. Guncangan biphasic menyampaikan satu siklus setiap 10 milidetik
4. Dengan guncangan biphasic, tingkat keberhasilan shock pertama
dengan serangan jantung karena ritme shockable hanya 60%,
sedangkan dengan guncangan biphasic , ini meningkat sampai 90%
5. Namun keberhasilan defibrlitaor biphasic lebih baik dari defibrlitoar
monophasic belum secara konsisten di laporkan.

5
G. Padle Versus Electrode Tambahan
1. Paddle yang awalnya digunakan , saat ini dipengunaannya sedang
digantikan oleh electrode adhesive
2. Adhesive ditempatkan paling sering anterio-apikal-patch anterior
berjalan dibawah kalvikula kanan dan patch apikal kiri bawah.
3. Perekat electrode lebih baik karena alat tersebut menempel pada
dinding dada sehingga tidak ada kekacauan dengan jely
4. Paddle memerlukan setidaknya 10 kg tekanan dan tidak diperlukan
dengan perekat elektroda.
5. Adhesive elektroda EKG juga tidak menimbulkan bekas luka bakar.
6. Adhesive ini juga lebih aman , karena tidak diperlukan opeman,
karena tidak diperlukan operator meskipun sebelum pemakain shock
penting untuk memastikan jika pasien benar-benar memerlukan atau
dalam kondisi aritmia mengancam jiwa.

H. Kode 1,2,3 Pada Mesin Defibrilator


Semua mesin defibrilator secara standar mencantumkan kode angka 1,2,3
pada mesin dengan warna yang berbeda pada setiap angkanya.

1. Angka 1, umumnya digunakan sebagai kode untuk joule selektor,


atau menentukan jumlah yang dibutuhkan, bila dalam alat tersebut
terlihat angka 1 berwarna biru , maka bisa dilihat selektor joule pada
alat berwarna biru.
2. Angka 2, digunakan kode sebagai mencharge energi joule yang telah
di telah ditentukan kedalam paddle, angka 2 akan terdapat pada
badan alat dan pegangan paddle bagian apikal. Dengan maksud
mempermudah menambah ulang energi bila akan dilakukan
defibrilasi berturut turut tanpa bantuan operator.

6
3. Angka 3, sebagai tombol penembak atau delver energy pada paddle
ketubuh pasien, tombol berada pada ujung pegangan paddle kiri dan
kanan /apikal dan sternum.

I. Aritmia yang Mengancam Nyawa


1. Ventrikel fibrilasi (VF)

a. Sering ditemukan pada pasien henti jantung (cardiac arrest).


b. Jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya /hanya
bergetar traksinya (hanya bergetar saja).
c. Biasanya VF didahului dengan VT.
d. Keadaan ini dapat mengancam kematian.
e. Pertolongan DC Shockk sesegera mungkin (jangan menunda
tindakan ini)
f. Tindakan sama seperti pada Ventrikel Takikardi (VT) tanpa
denyut nadi.
g. Karena gawatnya keadaan, DC Shock yang tersedia harus
dalam keadaan unsychronized.

2. Ventrikel Takhikardi (VF)

a. Dapat terjadi pada orang dewasa,tua ataupun pada anak


muda.
h. Pada anak-anak usia muda sering tidak ditemukan adanya
gangguan struktur jantung sebagai penyebab VT.
i. Pada kasus dapat ditemukan pada usia muda.
j. Pada usia dewasa-tua adanya gangguan struktur jantung pada
VT sering ditemukan. Sebagai contoh pada kasus penyakit
jantung coroner (PJK). Kardiomiopati yang dilatasi,
Kardiomiopati Hipertropik obstruktif.

7
k. VT biasanya didahului dengan timbulnya lebih dari 3 ekstra
systole dari ventrikel yang berurutan.
l. Lebar QRS lebih dari 120msec (consecutive ventricular extra
systole).
m. VT yang timbul dapat berupa satu bentuk RBBB atau LBBB.
n. Dapat berlangsung dengan atau tanpa gangguan
hemodinamik yang berarti.
o. Keadaan ini merupakan kassus gawat darurat dengan
pertolongan segera.
p. Ventrikel takhikardi dengan gangguan hemodinamik dengan
henti jantung,therapy elektrik dengan DC Shock merupakan
pilihan utama.
q. Ventrikel Takhikardi elektrik tanpa nadi paling sering
ditemukan pada kasus henti jantung

3. Pulseless Electrical Activity (PEA)

a. Keadaan ditandai dengan adanya aktivitas listrik dari jantung


yang terukur di monitor,tapi tidak terasa adanya denyut nadi.
r. Dulu dikenal dengan EMD para ahli merubah menjadi
PEA(lebih luas cakupannya).
s. Kontraksi otot jantung masih terjadi,tapi tidak cukup kuat
untuk menyebabkan teraturnya denyut nadi.
t. Dapat berupa idioventrikuler,ventrikuler escape berdiastolik.
u. PEA dengan QRS yang lebar dan nadi yang rendah biasanya
prognostic yang buruk.
v. PEA dengan QRS yang sempit prognosa baik.
w. Mencari penyebab penting meskipun kasus tersebut berat.
x. Pada kasus tertentu dapat timbul respon yang baik.

8
4. Asystole

a. Ditandai dengan tidak adanya aktivitas listrik dari jantung.


y. Dimonitor didapat hanya dalam bentuk garis lurus.
z. Hati-hati VF yang halus dapat menyerupai keadaan ini,
monitor EKG harus diperhatikan dengan benar.
aa.Teknik pertolongan berbeda antara VF dengan VT.
bb.LEAD yang lepas dapat memberikan gambar yang sama
dengan VF.
cc.VF, PEA sering didahului adanya asystole,juga pada kasus
AV Block derajat III yang tanpa Escape Peace Maker.

Energy yang diperlukan 360 Joule (monofasik), 120-200 Joule (bifasik). Alat
yang diperlukan adalah defibrillator, jelly EKG atau electrode pads dan trolley
emergency.

J. Indikasi
1. Kardioversi darurat

a. Takikardi supraventrikuler,fluter atrial,dan fibrilasi atrial


dengan hipotensi,hipoperfusi sistemik,gagal jantung kongestif,
atau iskemia miokard.
dd. Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal ginjal
berubah ke irama sinus dengan lidokain atau amiodarone.

2. Kardioversi elektif
Kardioversi dilakukan efektif pada takikardia
supraventrikuler,fluter atrial,dan fibrilasi atrial,yang gagal berubah
ke irama sinus dengan digitalis,propranolol,adrofonium,
fenilefrin,kuinidin,atau verapamil. Irama sinus lebih baik daripada
aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih rendah angka
embolisme.

9
K. Kontraindiksi
1. Introsikasi digitalis. Vibrilasi ventrikel dapat menjadi walaupun dilakukan
kardioversi sinkron, simulasi cepat atrium dengan pemacu temporer
( TPM) dapat merubah arritmia supraventrikular.
2. Penyakit sistem konduksi . Blok atrioventrikular dipasang propilaktik
Temporer Pace Maker ( TPM ).
3. Pasien dengan tidak mampu bertahan padairama sinus.
4. Fibrilasi atrial yang telah lama atau bertahun.
5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuindinin
profilaktik.
6. Posst operasi baru jantung , kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat
menghentikan takiaritmia.

L. Evaluasi Pasien
Evaluasi tentang hipertiroidisme, intake, digitalis, hipoksimia, stres
psikologik, anemia, hipokelemia, hiperkelemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,
atau ganguan metabolisme autonom laing yang menyebabkan aritmia.

M. Persiapan
1. Persiapan Pasien

a. Jelaskan prosedur secara penuhkepada pasien termasuk


komplikasi potensialnya dan dapatkan ijin tertulis.
ee.Berikan antikoagulan profilaktik, dianjur kan pada pasien atrial
fibrilasi dengan riwayat embolisme, stenosis mitral, gagal
jantung kongesif atau pembesaran atrium kiri.
ff. Hentikan digitalis, 24 jam sebelum kardioversi dan 48-72 jam
pada pasien tua, digoxin bekerja selama 2-6 hari.

10
gg. Berikan kuinidin (300 mg tiap 6 jam ) selama 2 hari sebelum
kardioversi, menurun 40% pemulihan diirama sinus, tetapi
kadang pencetus VT Atau VF.
hh. Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan kardioversi.
ii. Rawat pasie dengan monitor EKG, untuk evaluasi irama dan
evaluasi EKG 12 lead.
jj. Letakan lempeng resusitasi jantung dibawah dada pasien.

2. Personalia
Dokter atau perawat teramplil kardioversi, anastesi
dibutuhkan untuk penatalaksanaan intubasiendotrakeal.
3. Persiapan alat:
a. Kardioverter arus searah ( DS ) dengan monitor osiloskop,
modus sinkronisasi tombol seleksi tingkat energi, padal
elektroda, dan jelly elektroda.
b. Obat Sadasi : amnesia atau anastesi selama kardioversi dengan
diazepam ( valium ), pentothal atau brevithal.
c. Resusitasi : lempeng dipunggung, sections, oksigen, intubasi
set(ETT,lavingoskope,guidel,jelly,spatel) ambubag dan obat
atropen serta antiaritmia.

N. Pengertian Kardioversi
Kardioversi adalah setiap proses yang bertujuan untuk mengkonversi aritmia
kembali ke irama sinus. Kardioversi listrik digunakan ketika pasien memiliki
denyut nadi tapi tidak stabil, atau kardioversi kimia / dengan obat telah gagal
atau tidak mungkin berhasil. Hal ini juga digunakan dalam kasus - kasus yang

11
tidak gawat, misalnya Fibrilasi Atrial ( AF) untuk mencoba mengembalikan
ritme kembali ke sinus.

Pengertian lain, kardioversi adalah tindakan pengobatan dengan


menggunakan aliran listrik secara sinkron, artinya energi listrik akan dilepaskan
secara sinkron dengan gelombang “R”. Indikasi kardioversi adalah : Ventrikel
Takhikardi, Supra Ventrikel Takhikardi (SVT), Atrial Fibrilasi, dan Artial
Flutter.

Pada kasus ini menjadi indikasi untuk dilakukan kardioversi jika keadaan
hemodinamik tidak stabil, yang ditandai dengan adanya penurunan tekanan darah
(hipotensi), korban mengeluh berdebar, pusing, pandangan mata berkunang-
kunang, lemas, keringat dingin, rasa ingin pingsan, atau sampai terjadi pingsan.

Energi yang dibutuhkan untuk kasus SVT tidak stabil dimulai dari 50 J, jika
tidak merespon dapat ditingkatkan menjadi 100, 150, 200, 300, sampai 360
Joule. Untuk kasus VT tidak stabil energi yang dibutuhkan mulai dari 100 Joule,
jika tidak merespon dapat ditingkatkan menjadi 200, 300, sampai 360 Joule.

Kardioversi Dapat Dilakukan Pada Kondisi :

1. Kegawatdaruratan
Konversi tachycardia dengan tanda – tanda serius yang
berhubungan dengan / geajala (nyeri dada, edema paru,
hipotensi, peribahan status mental).
2. Direncanakan / elektif
Konversi fibrilasi atrium stabil atau flutter yang lebih dari 48
jam durasi. Pertimbangkan pemberian antikoagulasi untuk
setidaknya 3 minggu sebelum kardioversi pilihan untuk
mengurangi risiko sembolisasi dari trombi atrium. Awal
kardioversi dapat diperiksa dengan echokardiografi: TEE
pada pasien yang dicurigai adanya trombus pada atrium.

12
Pendidikan Pasien Sebelum Tindakan Kardioversi :

1. Jelaskan prosedur indikasi, hasil yang diharapkan dan


komplikasi yang mungkin, serta setiap alternatif (obat
mungkin tanpa kardioversi) kepada pasien.
2. Menjawab setiap pertanyaan pasien mungkin miliki.
3. Memperoleh persetujuan tertulis untuk tindakan ini.

O. Penatalaksanaan kardioversi
1. Letakan pasien diatas lempeng resusitasi jantung.
2. Pasang elektroda monitor EKG pada dada pasien
3. Nyalakan tombol kardioversi dan singkronasi
4. Singkirkan oksigen atau peralatan atau bahan yang mudah terbakar
5. Berikan obat sedativ perlahan pabtau frekuensi jantung,respirasi
dan tekanan darah
6. Berikan jelly pada pedal elektroda kardioversi, bantalan kassa
larutan garam tidak dipakai karena menyebabkan lengkungan arus
7. Tipe kardioverter anteroapikal,elektroda pertama diletakkan
dibawah klavikula kanan tepat lateral sternum dan elektroda
pertama diletakan dibawah puting susu anterior aksilaris
8. Pilih tingkat energi 100 joule
9. Pastikan tidak ada kontak operator, orang lain dan pasien terhadap
bahan konduktor (logam,air,ventrikulator).
10. Berikan renjatan litrik bila sedasi pasien memadai dengan tekanan
mantap 11,25 kg pada pedal elektroda
11. Periksa nadi pasien ,EKG,dan jalan nafas segera setelah renjatan
listrik kardioversi. Reaksi kardiovaskuler setelah renjatan listrik
tampak vagaldengan bradukardia disusul takikardia 30 detik reaksi
simpatis. Aritmia ventrikel atau kelainan gelombang ST dapat

13
menunjukkan kerusakan miokard akibat renjatan atau interaksi obat
dengan renjatan listrik.
12. Bila renjatan gagal, tingkatkan dosis energi secara bertahap 100,
200, 300, 360 joules, sampai aritmia dikonversi atau sampai 360
joules gagal. Biarkan 2 menit di antara renjatan listrik atau
supraventrikulur takikardi, karena lambat berkonversi.

P. Asuhan Keperawatan Post Kardioversi


1. Lakukan pemeriksaan singkat, kaji komplikasi segera seperti
hipotensi, embolisasi sistemik, edema paru, dan aspirasi.
2. Periksa EKG 12 lead dan pantau irama EKG pasien selama
beberapa jam.
3. Pasien bedres total.
4. Lanjutkan obat antiaritmia maintenance amiodaron 450 mg/24 jam.

Q. Komplikasi Kardioversi.
1. Luka bakar kulit. Kontak elektroda tidak memadai atau renjatan
berulang dapat timbul luka bakar derajat I-II.
2. Aritmia. Irama atrioventrikuler, VES, VT dan VF dapat timbul
setelah renjatan.
3. Kerusakan otot jantung. Perubahan gelombang T dan ST terjadi
sekitar 1% dan peningkatan CKMB sekitar 9% pasien.
4. Pembesaran jantung.
5. Edema paru. Diduga paralisis atrial kiri.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DC syok adalah suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke
jantung lewat sepasang elektroda yang diletakkan pada dinding toraks untuk
menghentikan takikardia ventricular dan supraventrikuler.

Oleh karena itu, sangat penting bagi perawat untuk memiliki pengetahuan
aplikasi tentang fungsi dan cara kerja DC syok dan komplikasinya bagi pasien
sehingga dalam penerapannya dapat dilaksanakan dengan baik.

15
R. Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis
memberikan saran – saran berikut :

1. Agar dapat memberika asuhan keperawatan yang berkualitas


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional.
2. Diharapkan kerja sama yang baik dari berbagai pihak dari tim kesehatan
lainnya khususnya tim tenaga medis lainnya untuk berbagai pengetahuan
tentang fungsi dan manfaat peralatan medis yang digunakan di fasilitas
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Kalim H, et al. 2008. Pedoman Praktis Tatalaksana Sindrom Koroner


Akut.Jakarta : Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI

Sartoni, Masudik dan Ade Eneh Suhaei. 2014. Basic Trauma Cardiac Life
Support. Bekasi : GADAR Medik Indonesia

Udjianti, Wajan Juni.2010. Keperawatan Kardivaskular. Jakarta : Salemba


Medika

16
http://worrldheath-bokepzz.blogspot.com/2012/02/dc-syok-kardioversi-dan-
defibrilasi.html diakses pada tanggal 1 Agustus 2020 Pukul 20.10 WIB

17

Anda mungkin juga menyukai