NIM : 1711062
KELAS : A
Buatlah rangkuman atau resume tentang materi Teknik Tenaga Listrik, yang terdiri
atas pokok bahasan tentang :
A. Induktansi
Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen yang
menyebabkan timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang
melewati rangkaian (self inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati
rangkaian tetangga yang dihubungkan secara magnetis (induktansi
bersama atau mutual inductance). Pada kedua keadaan tersebut, perubahan arus
berarti ada perubahan medan magnetik, yang kemudian menghasilkan ggl.
Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan timbul
medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya berubahubah
terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap waktu.
Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di
dalamnya timbul ggl induksi. Ggl induksi yang diakibatkan oleh perubahan fluks
magnetik sendiri dinamakan ggl induksi diri.
Induktansi Diri (GGL Induksi Pada Kumparan)
Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan
fluks magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang
berlawanan. Ggl terinduksi ini berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus
yang melalui kumparan meningkat, kenaikan fluks magnet akan menginduksi ggl
dengan arah arus yang berlawanan dan cenderung untuk memperlambat kenaikan
arus tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ggl induksi ε sebanding dengan laju
perubahan arus yang dirumuskan :
dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang
dihasilkan berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L
disebut induktansi diri atau induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H),
yang didefinisikan sebagai satuan untuk menyatakan besarnya induktansi suatu
rangkaian tertutup yang menghasilkan ggl satu volt bila arus listrik di dalam
rangkaian berubah secara seragam dengan laju satu ampere per detik.
Induksi Diri Pada Selenoida Dan Toroida
Solenoida merupakan kumparan kawat yang terlilit pada suatu pembentuk silinder.
Pada kumparan ini panjang pembentuk melebihi garis tengahnya. Bila arus
dilewatkan melalui kumparan, suatu medan magnetik akan dihasilkan di dalam
kumparan sejajar dengan sumbu. Sementara itu, toroida adalah solenoida yang
dilengkungkan sehingga sumbunya menjadi berbentuk lingkaran. Sebuah kumparan
yang memiliki induktansi diri L yang signifikan disebut induktor. Induktansi diri L
sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan dibawah. Medan
magnet di dalam solenoida adalah :
B = μ . n . I
karena B Φ = B.A =
Perubahan I akan menimbulkan perubahan fluks sebesar
Sehingga
dengan:
L = induktansi diri solenoida atau toroida ( H)
μ0 = permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = jumlah lilitan
l = panjang solenoida atau toroida (m)
A = luas penampang (m2)
B. Impedansi
Impendansi, juga dikenal sebagai impendansi listrik, mengacu pada ukuran oposisi
terhadap arus bolak (AC). Impedansi adalah komponen kunci dalam efisiensi dari
sebuah rangkaian listrik, yang dicapai dengan praktek pencocokan impedansi.
Impedansi listrik, atau lebih sering disebut Impedansi, menjelaskan ukuran
penolakan terrhadap arus bolak-balik sinusoid.
Impedansi adalah ukuran resistansi pada sumber arus bolak-balik (AC) jadi secara
sederhana impedansi adalah resistansi yang lebih kompleks dan akurat pada arus AC.
Walaupun dalam speker terdapat impedansi dan tidak mempengaruhi kualitas secara
keseluruhan, tetapi secara otomatis akan mempengaruhi kerja sebuah system audio.
Speaker mobil biasanya mempunyai impedansi sekitar 4 Ohm, sedangkan speaker
home audio biasanya memiliki nilai 8 Ohm. Jika ditinjau lebih lanjut, satuan Ohm
yang ada pada impedansi sama dengan satuan untuk tahanan resistor. Padahal dalam
hal in dipastikan sangat berbeda.
Secara umum, impedansi memiliki definisi perhitungan secara total dalam Ohm dari
seluruh rangkaian elektrikal untuk signal langsung, yang termasuk diantaranya
resistansi, reaktansi, kapasitansi dan seluruh factor mekanika yang menimbulkan
hambatan dari transfer energy dalam sebuah sistem. Hal tersebut dapat diartikan
kebanyakan driver dipastikan mempunyai nilai dasar nominal impedansi dalam
resistansi DC voicecoilserta pergerakan mekanika. Dalam hambatan telah terdapat
istilahnya sendiri yaitu: Hambatan = Resistensi (R) sedangkan impedansi memiliki
lambing Z. Namun keduanya memiliki satuan yang sama yaitu Ohm.
Impedansi itu merupakan nilai resistansi yang tidak murni, berbeda dengan nilai
resistansi suatu komponen resistor itu bia kita ukur dengan alat multimeter jarum atau
multimeter digital. Tetapi jika nilai impedansi tidak bisa diukur dengan multimeter,
bisa dicoba dengan cara mengambil sebuah driver speaker yang nilai impedansinya 8
Ohm, ukur dengan multimeter (saklar selector multimeter di set ke satuan ohm), pasti
nilai yang terukur di multimeter tidak akan menunjukkan nilai 8 Ohm. Jadi impedansi
itu bukan suatu nilai resistansi/tahanan murni. Mengukur impedansi speaker itu bisa
dilakukan dengan rangakaian ukur yang melibatkan: sine generator, baik audio
generator.
C. Reaktansi
1. Reaktansi Induktif
Reaktansi induktif yaitu hambatan yang terjadi akibat dari adanya gaya gerak listrik
(GGL) induksi yang muncul pada sebuah induktor yang dialiri arus bolak-balik
(AC).
Gaya gerak listrik (GGL) yang muncul pada induktor punya arah yang berlawanan
dengan arus yang mengalir, jadi menahan gerak arus listrik yang mengalir.Besarnya
nilai reaktansi induktif berbanding lurus dengan arus listrik (A), frekuensi dan
induktansinya. ((Induktor yaitu suatu komponen elektronika pasif, yang bisa
menimbulkan medan magnet saat dialiri arus listrik dan mampu menyimpan listrik
dalam waktu yang relatif singkat)) Sebuah induktor biasanya, sebuah gulungan kawat
seperti kumparan pada trafo (kumparan trafo juga bisa disebut induktor).
2. Reaktansi Kapasitif
Reaktansi kapasitif yaitu hambatan pada kapasitor yang dilewati oleh arus listrik
bolak-balik (AC).
Kapasitor bisa diibaratkan sebuah baterai dengan kapasitas kecil yang bisa
menyimpan energi listrik berdasarkan beda potensial pada kedua kutubnya (anoda
dan katoda).Jadi, saat dialiri arus searah (DC) maka arus cuma akan mengalir selama
proses pengisian dan berhenti mengalir saat kapasitor udah penuh (Full).Sedangkan,
saat dialiri arus bolak-balik (AC) maka arus akan berhenti sementara masuk kedalam
kapasitor kemudian akan mengalir kembali.Pada kapasitor atau baterai, gak akan
pernah mencapai kondisi penuh (Full Charger) saat dialiri arus bolak-balik dan cuma
bersifat sebagai penghambat aliran arus listrik aja.Nilai reaktansi kapasitif berbanding
terbalik dengan besar frekuensi arus listrik yang mengalir. Pada arus DC, nilai
frekuensinya bisa dikatakan (0), jadi nilai reaktansinya yaitu gak terhingga atau full
resistan.
Beban resistif adalah suatu beban listrik yang memiliki sifat resistif (resistan),
sehingga prinsip kerjanya adalah resistan (hambatan). Peralatan listrik yang cara
kerjanya menggunakan beban resistif, pada umumnya komponen peralatan listrik
tersebut terdiri dari bahan resistan atau bahan yang sifatnya menghambat arus listrik.
Contoh peralatan listrik yang memakai prinsip kerja beban resistif adalah
setrika listrik, solder listrik, rice cooker, lampu pijar, teko listrik dan beberapa
peralatan listrik yang bekerja menggunakan elemen pemanas lainnya.
F. Macam-macam saklar.
1. Saklar tunggal
2. Saklar seri
3. Saklar silang
4. Saklar tukar
5. Saklar kelompok
6. Saklar kutub dua
7. Saklar kutub tiga
8. Saklar tarik
9. Saklar tombol tekan
Bentuk-bentuk pemasangannya saklar adalah:
1. Saklar ditanam dalam tembok sistem IN-BOUW
2. Saklar tidak ditanam di dalam tembok sistem OUT-BOUW
Prinsip kerja PLTB adalah dengan memanfaatkan energi kinetik angin yang masuk ke
dalam area efektif turbin untuk memutar baling-baling/kincir angin, kemudian
energi putar ini diteruskan ke generator untuk membangkitkanenergi listrik.
H. Wind Turbine
Prinsip kerja dari Wind Turbine adalah sederhana. Energi angin memutar 2 atau
3 propeller yang bertumpu pada rotor. Rotor terhubung dengan lubang utama (main
shaft), yang mana akan membuat putaran generator untuk menghasilkan listrik.
Wind Turbine bekerja dengan prinsip berkebalikan dengan kipas angin. Jika kipas angin
membutuhkan listirik untuk menghasilkan angin, namun Wind Turbine berbeda yaitu
membutuhkan angin untuk menghasilkan listrik. Energi kinetik dari angin dirubah menjadi
energi listrik oleh sebuah generator.
Komponen Penyusun Wind Turbine:
a. Gear Box
Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi.
Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60
b. Brake System
Brake System digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja
pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator
memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi
listrik maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan. Kehadiran angin di
luar diguaan akan menyebabkan putaran yang cukup cepat pada poros generator, sehingga
jika tidak di atasi maka putaran ini dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat
putaran berlebih diantaranya : overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus
karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar.
c. Generator
Komponen ini adalah salah satu komponen terpenting dalam pembuatan sistem turbin
angin. Generator ini dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya
dapat dipelajari dengan menggunakan teori medan elektromagnetik. Singkatnya, (mengacu
pada salah satu cara kerja generator) poros pada generator dipasang dengan material
ferromagnetik permanen. Setelah itu disekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya
adalah kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator mulai
berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi
perubahan fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus
listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan
oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa
AC(alternating current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal.
d. Penyimpan Energi
Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari angin akan selalu
tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak menentu. Oleh karena itu digunakan alat
penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up energi listrik. Ketika beban penggunaan
daya listrik masyarakat meningkat atau ketika kecepatan angin suatu daerah sedang
menurun, maka kebutuhan permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena
itu kita perlu menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada
saat turbin angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada masyarakat menurun.
Penyimpanan energi ini diakomodasi dengan menggunakan alat penyimpan energi. Contoh
sederhana yang dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki
mobil. Aki mobil memiliki kapasitas penyimpanan energi yang cukup besar. Aki 12 volt, 65
Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga (kurang lebih) selama 0.5 jam pada daya 780
watt.
Kendala dalam menggunakan alat ini adalah alat ini memerlukan catu daya DC (Direct
Current) untuk meng-charge/mengisi energi, sedangkan dari generator dihasilkan catu daya
AC (Alternating Current). Oleh karena itu diperlukan rectifier-inverter untuk
mengakomodasi keperluan ini.
e. Rectifier – Inverter
Rectifier berarti penyearah. Rectifier dapat menyearahkan gelombang sinusodal(AC) yang
dihasilkan oleh generator menjadi gelombang DC. Inverter berarti pembalik. Ketika
dibutuhkan daya dari penyimpan energi (aki/lainnya), maka catu yang dihasilkan oleh aki
akan berbentuk gelombang DC. Karena kebanyakan kebutuhan rumah tangga menggunakan
catu daya AC , maka diperlukan inverter untuk mengubah gelombang DC yang dikeluarkan
oleh aki menjadi gelombang AC, agar dapat digunakan oleh rumah tangga.
3. Jenis Wind Turbine
Jenis dari Wind Turbin antara lain: horizontal-axis dan vertical axis. Contoh horizontal-axis
dan vertical-axis beserta komponen penyusun dari Wind Turbin adalah seperti pada gambar
berikut ini.
I. Solar Panel
Solar panel adalah konversi cahaya sinar matahari menjadi listrik, baik secara
langsung dengan menggunakan photovoltaic, atau tidak langsung dengan
menggunakan tenaga surya terkonsentrasi sehingga menghasilakn tenaga listrik untuk
rumah Anda atau untuk perusahaan Anda.
Ramah lingkungan
Pemasangan yang mudah
Tidak memerlukan bahan bakar minyak
Tahan lama
Kapasitas daya listrik dapat di tambah sesuai dengan kebutuhan
Harga solar panel murah atau terjangkau
Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah
besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih singkatnya
adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan definisi
tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :
P=E/t
Dimana :
P = Daya Listrik
E = Energi dengan satuan Joule
t = waktu dengan satuan detik
Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P”
yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya
Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule
per detik (Watt = Joule / detik)
Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1 miliWatt = 0,001 Watt
1 kiloWatt = 1.000 Watt
1 MegaWatt = 1.000.000 Watt
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam sebuah
Rangkaian Listrik adalah sebagai berikut :
P=VxI
Atau
P = I2R
P = V2/R
Dimana :
Contoh Kasus I :
Sebuah Televisi LCD memerlukan Tegangan 220V dan Arus Listrik sebesar 1,2A
untuk mengaktifkannya. Berapakah Daya Listrik yang dikonsumsinya ?
Penyelesaiannya
Diketahui :
V = 220V
I = 1,2A
P=?
Jawaban :
P=VxI
P = 220V x 1,2A
P = 264 Watt
Jadi Televisi LCD tersebut akan mengkonsumsi daya listrik sebesar 264 Watt.
Contoh Kasus II :
Seperti yang terlihat pada rangkaian dibawah ini hitunglah Daya Listrik yang
dikonsumsi oleh Lampu Pijar tersebut. Yang diketahui dalam rangkain dibawah ini
hanya Tegangan dan Hambatan.
Penyelesaiannya
Diketahui :
V = 24V
R = 3Ω
P=?
Jawaban :
P = V2/R
P = 242 / 3
P = 576 / 3
P = 192W
Jadi daya listrik yang dikonsumsi adalah 192W.
Dalam contoh kasus II, variabel yang diketahui hanya Tegangan (V) dan Hambatan
(R), jadi kita tidak dapat menggunakan Rumus dasar daya listrik yaitu P=VI, namun
kita dapat menggunakan persamaan berdasarkan konsep Hukum Ohm untuk
mempermudah perhitungannya.
Hukum Ohm :
V=IxR
Jadi, jika yang diketahui hanya Arus Listrik (I) dan Hambatan (R) saja.
P=VxI
P = (I x R) x I
P = I2R –> dapat menggunakan rumus ini untuk mencari daya listrik
Sedangkan penjabaran rumus jika diketahui hanya Tegangan (V) dan Hambatan (R)
saja.
P=VxI
P = V x (V / R)
P = V2 / R –> dapat menggunakan rumus ini untuk mencari daya listrik
K. Daya nyata, daya aktif, daya reaktif, daya semu
Daya semu, daya nyata, dan daya reaktif dianggap sebagian engineer sebagai sesuatu
yang sulit untuk dipahami. Terutama karena sulitnya untuk mengimajinasikan daya-
daya tersebut. Namun sebenarnya cukup mudah untuk memahami apa itu daya semu,
daya nyata, dan daya reaktif. Hanya dibutuhkan sebuah pandangan yang lebih luas
mengenai sistem jaringan listrik AC.
Daya Nyata
Secara sederhana, daya nyata adalah daya yang dibutuhkan oleh beban resistif. Daya
nyata menunjukkan adanya aliran energi listrik dari pembangkit listrik ke jaringan
beban untuk dapat dikonversikan menjadi energi lain. Sebagai contoh, daya nyata
yang digunakan untuk menyalakan kompor listrik. Energi listrik yang mengalir dari
jaringan dan masuk ke kompor listrik, dikonversikan menjadi energi panas oleh
elemen pemanas kompor tersebut.
Daya listrik pada arus listrik DC, dirumuskan sebagai perkalian arus listrik dengan
tegangan.
P = I x V
Namun pada listrik AC perhitungan daya menjadi sedikit berbeda karena melibatkan
faktor daya (cos ∅).
P = I x V x cos ∅
Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan grafik sinusoidal berikut.
Daya Reaktif
Daya reaktif menjadi tema bahasan yang dianggap cukup sulit bagi sebagian orang.
Berbagai bentuk ilustrasi dan pengandaian digunakan untuk memudahkan kita
memahami daya reaktif. Kali ini kita akan membahas daya reaktif menggunakan dua
pendekatan, yakni pendekatan sederhana dan pendekatan ilmiah. Kita akan cukup
dalam membahas daya reaktif secara ilmiah agar kita memahaminya dengan lebih
total dan ‘menancap’ di kepala kita.
Secara sederhana, daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk membangkitkan
medan magnet di kumparan-kumparan beban induktif. Seperti pada motor listrik
induksi misalnya, medan magnet yang dibangkitkan oleh daya reaktif di kumparan
stator berfungsi untuk menginduksi rotor sehingga tercipta medan magnet induksi
pada komponen rotor. Pada trafo, daya reaktif berfungsi untuk membangkitkan
medan magnet pada kumparan primer, sehingga medan magnet primer tersebut
menginduksi kumparan sekunder.
Daya Aktif
Daya aktif adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban. Satuan daya aktif
adalah W (Watt) dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur listrik Wattmeter.
Keterangan :
P = Daya Aktif (W)
Pm = Daya maksimum (W)
Im = Arus listrik maksimum (A)
Vm = Tegangan maksimum (V)
V = Tegangan listrik (V)
I = Arus listrik (A)
Keterangan :
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
sin φ = Faktor reaktif