TENTANG
OLEH :
KELOMPOK 1 :
1 HAFIFAH AZIRAH
2 KIKI LALA
3 LUTHFIA AFIFAH
4 NOVA FITRIANI
5 WINDI
2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Alhamdulillah, Penulis mengucapkan syukur atas hidayah serta inayah Allah SWT
yang karena-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan makalah agama, dengan judul “ Peranan,
Fungsi, Orientasi, Tujuan Dan Karakteristik Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi”
sebagai pemenuhan tugas kelompok mata kuliah umum Pendidikan Agama Islam semester 1
(satu). Shalawat serta salam semoga selamanya tercurah terlimpahkan atas uswah dan
qudwah hasanah kita, Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta memberikan
dukungan dan bantuan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan itu
hanya datang dari Allah swt. Penulis berharap makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
rekan rekan, serta dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi rekan rekan. Semoga
Allah berkenan memberikan taufik dan hidayah-Nya untuk setiap langkah kita. Aamiin..
Penulis,
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
3
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, fleksibel dan nilai-nilai ajarannya selalu
dapat diterima seperti apa pun dinamika perkembangan zaman. Pada dasarnya pendidikan
agama di perguruan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan agama yang dilaksanakan
pada jenjang pendidikan sebelumnya. Dinamika Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi
Umum telah terukir dalam sejarah pendidikan di tanah air sejak awal hadirnya perguruan
tinggi di negri ini. Bermula dari sebagai mata kuliah yang dianggap kehadirannya tidak
diperlukan hingga eksistensinya dihadirkan sebagai mata kuliah wajib.
Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada posisi konsep. Ditinjau dari tataran
universalitas konsep Pendidikan Islam lebih universal karena tidak dibatasi negara dan
bangsa, tetapi ditinjau dari posisinya dalam konteks nasional, konsep pendidikan Islam
menjadi subsistem pendidikan nasional. Karena posisinya sebagai subsistem, kadangkala
dalam penyelenggaraan pendidikan hanya diposisikan sebagai suplemen.
4
Mengingat bahwa pendidikan Islam relevan dan merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan nasional, bahkan secara sosiologis pendidikan Islam merupakan aset
nasional, maka posisi pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan nasional bukan
sekadar berfungsi sebagai suplemen, tetapi sebagai komponen substansial. Artinya,
pendidikan Islam merupakan komponen yang sangat menentukan perjalanan pendidikan
nasional. Keberhasilan pendidikan Islam berarti keberhasilan pendidikan nasional, begitu
pula sebaliknya. Oleh karena itu, pendidikan nasional sebagai sebuah sistem tidak mungkin
melepaskan diri dari pendidikan Islam.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana peranan, fungsi, orientasi, tujuan serta
karakteristik pendidikan agama islam di perguruan tinggi
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang :
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan Agama Islam di sekolah umum harus berperan sebagai pendukung tujuan
umum pendidikan nasional. Hal itu disebutkan dalam rumusan Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Nasional.
Adapun penjabaran rumusan fungsi pendidikan nasional sebagai berikut :
6
ketakwaan yang berfungsi sebagai pengendali, pattern of reference spiritual dan sebagai
pengokoh jiwa bangsa melalui pribadi-pribadi yang tahan banting dalam segala cuaca
perjuangan
Fungsi pendidikan Islam, dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 151:
“Sebagaimana kami telah mengutus kepada kamu sekalian seorang rasul diantara kau yang
membacakan ayat-ayat kami kepadamu, menyucikan mu, mengajarkan al-Kitab, dan al-
hikmah, dan mengajarkan kepadamu yang belum kamu ketahui"
(QS. Al-Baqarah : 151).
Dari ayat di atas ada lima 5 fungsi pendidikan yang dibawa Nabi Muhammad, yang
dijelaskan dalam tafsir al-Manar karangan Muhammad Abduh.
a. Membacakan ayat-ayat kami, (ayat-ayat Allah) ialah membacakan ayat-ayat dengan tidak
tertulis dalam al-Quran (al-Kauniyah), ayat-ayat tersebut tidak lain adalah alam semesta.
Dan isinya termasuk diri manusia sendiri sebagai mikro kosmos. Dengan kemampuan
membaca ayat-ayat Allah wawasan seseorang semakin luas dan mendalam, sehingga
sampai pada kesadaran diri terhadap wujud zat Yang Maha Pencipta (yaitu Allah).
b. Menyucikan diri merupakan efek langsung dari pembacaan ayat-ayat Allah setelah
mengkaji gejala-gejalanya serta menangkap hukum-hukumnya. Yang dimaksud dengan
penyucian diri menjauhkan diri dari syirik (menyekutukan Allah) dan memelihara
akhlaq al-karimah. Dengan sikap dan perilaku demikian fitrah kemanusiaan manusia
akan terpelihara.
c. Yang dimaksud mengajarkan al-kitab ialah al-Quran al-karim yang secara eksplisit berisi
tuntunan hidup. Bagaimana manusia berhubungan dengan tuhan, dengan sesama
manusia dan dengan alam sekitarnya.
d. Hikmah, menurut Abduh adalah hadits, akan tetapi kata al-hikmah diartikan lebih luas
yaitu kebijaksanaan, maka yang dimaksud ialah kebijaksanaan hidup berdasarkan nilai-
nilai yang datang dari Allah dan rasul-Nya. Walaupun manusia sudah memiliki
kesadaran akan perlunya nilai-nilai hidup, namun tanpa pedoman yang mutlak dari
7
Allah, nilai-nilai tersebut akan nisbi. Oleh karena itu, menurut Islam nilai-nilai
kemanusiaan harus disadarkan pada nilai-nilai Ilahi (al-Quran dan sunnah Rasulullah).
e. Mengajarkan ilmu pengetahuan, banyak ilmu pengetahuan yang belum terungkap, itulah
sebabnya Nabi Muhammad mengajarkan pada umatnya ilmu pengetahuan yang belum
diketahui oleh umat sebelumnya. Karena tugas utamanya adalah membangun akhlak al-
Karimah.
a. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenal jati diri manusia, alam
sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi, sehingga tumbuh kemampuan membaca
(analisis) fenomena alam dan kehidupan serta memahami hukum-hukum yang
terkandung didalamnya. Dengan himbauan ini akan menumbuhkan kreativitas sebagai
implementasi identifikasi diri pada Tuhan "pencipta".
b. Membebaskan manusia dari segala analisis yang dapat merendahkan martabat manusia
(fitrah manusia), baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
8
c. Mengembalikan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik
individu maupun sosial.
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari
Allah SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan nilai yang tumbuh dan berkembang dari
peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniyah. Kedua nilai tersebut
selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan
melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum selanjutnya adalah
menciptakan situasi-situasi dan program tertentu untuk tercapainya pelestarian kedua nilai
tersebut.
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai
peradaban dan kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan
perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi.
Hal ini Karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan berarti tidak ada
kehidupan.
9
yang layak, dan kebutuhan biologis lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus terpenuhi
secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan
yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan
seseorang bertambah dan dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerja seseorang. Hal ini
karena dunia kerja dewasa ini semakin banyak saingan, dan jumlah perkembangan
penduduk jauh lebih pesat dari penyediaan lapangan kerja.
Orientasi ini diarahkan kepada pembinaan tiga dimensi peserta didiknya, yaitu :
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
produk-produk yang dihasilkannya. Hampir semua kehidupan dewasa ini tidak lepas dari
10
keterlibatan IPTEK, mulai dari kehidupan yang paling sederhana sampai kehidupan dan
peradaban yang paling tinggi. Dengan IPTEK, masalah yang rumit menjadi lebih mudah,
masalah yang tidak berguna menjadi lebih berguna, masalah yang using dan kemudian
dibumbui dengan produk IPTEK menjadi lebih menarik.
Untuk mencapai tuntutan Pendidikan Agama Islam (PAI) menghasilkan lulusan yang
berkualitas, pembelajaran pada pendidikan Pendidikan Agama Islam (PAI) perlu dipikirkan
kembali. Pembelajaran yang mengena perlu dipikirkan dan diterapkan. Definisi
pembelajaran PAI yang cocok perlu di tinjau ulang. Paradigma Pembelajaran PAI yang
sekarang dianggap cocok di sekolah adalah pembelajaran dengan pengalaman yang berbasis
pada saintifik1 . Pembelajaran sekarang juga tidak boleh hanya menekankan pada aspek
kognitif saja tetapi juga harus memperhatikan aspek afeksi atau perasaan.2 Selanjutnya,
yang paling penting bagi pembelajaran sekarang adalah pembelajaran harus mengarah ke
pembelajaran aktif bukan ke pembelajaran pasif, yaitu siswa-siswa harus aktif berintraksi
dikelas dan guru berperan sebagai mesivator, fasilitator an orator. Disamping itu
pemeblajaran PAI harus gambarkan dengan realitas sosial yaiutu apa yang disebut dengan
contekstual teaching and learning
Setiap tindakan dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan. Hal
ini menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai,
bukan semata-mata berorientasi pada sederetan materi.
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha
yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Di
samping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada
apa yang dicita-citakan dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian pada
usaha-usaha pendidikan.
Secara umum, Zakiah Daradjat membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi
empat macam, yaitu:
11
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik
dengan pengajaran atau dengan cara lain.
2. Tujuan Akhir
Tujuan akhir adalah tercapai wujud insan kamil¸ yaitu manusia yang telah mencapai
ketakwaan dan menghadap Allah dalam ketakwaannya.
3. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah mahasiswa diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
4. Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu.
Mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi juga memiliki visi dan
misi tersendiri. Adapun visinya adalah menjadikan ajaran agama Islam sebagai sumber nilai
dan pedoman yang mengantarkan mahasiswa dalam pengembangan profesi dan kepribadian
Islam. Sedangkan misinya adalah untuk membina kepribadian mahasiswa secara utuh
dengan harapan bahwa manusia kelak akan menjadi ilmuwan yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT.
Syahidin mengungkapkan tujuan khusus mata kuliah PAI di PTN adalah sebagai
berikut :
12
1. Membentuk manusia bertakwa, yaitu manusia yang patuh dan takwa kepada Allah
dalam menjalankan ibadah dengan menekankan pembinaan kepribadian muslim
yakni pembinaan akhlakul karimah;
2. Melahirkan para agamawan yang berilmu. Bukan para ilmuwan dalam bidang
agama, artinya yang menjadi titik tekan PAI di PTN adalah pelaksanaan agama di
kalangan calon para intelektual yang ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku
mahasiswa ke arah kesempurnaan akhlak;
3. Tercapainya keimanan dan ketakwaan pada mahasiswa serta tercapainya
kemampuan menjadikan ajaran agama sebagai landasan penggalian dan
pengembangan disiplin ilmu yang ditekuninya. Oleh sebab itu, materi yang disajikan
harus relevan dengan perkembangan pemikiran dunia mereka;
4. Menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan
disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan peserta didik yang
nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah, taat pada
perintah Allah dan Rasul-Nya.
Berpedoman dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan islam itu adalah untuk membentuk manusia yang mengabdi kepada ALLAH swt.
, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab terhadap dirinya dan
masyarakat guna tercapainya kebahagian dunia dan akhirat.
Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa tujuan akhir dari pendidikan agama islam itu
semata-mata untuk beribadah kepada allah dengan cara berusaha melaksanakan semua
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
13
2. Pendidikan Yang Realistis
Pendidikan Islam berjalan secara jelas dan nyata terhadap kehidupan dalam
masyarakat. Realistis terhadap segala aspek kehidupan, baik yang bersifat sosial ataupun
yang bersifat ilmiah. Karena ajaran islam bersumber langsung dari Al-Quran dan sunah-
sunah rasul, jadi islam jauh dari khayal dan ajaran-ajarannya tidak dapat dilebih-lebihkan.
Agama islam tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Komprehensif sendiri memeliliki
pengertian luas dan lengkap. Jadi pendidikan islam mencangkup segala hal, sehingga Islam
akan terus menjadi pedoman hidup manusia bahkan di zaman modern ini. Islam sebagai
ajaran yang integral, pendidikan islam tidak hanya mengajarkan masalah ideologi saja,
namun juga mengatur sektor ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan lain-lain.
Kontinu di sini memiliki arti dilakukan terus-menerus tidak hanya untuk mendapatkan
sesuatu yang baru tapi juga mengembangkan dan memanfaatkan apa yang telah diperoleh.
Dalam pendidikan Islam, tidak ada kata selesai dalam menuntut ilmu. Sebuah keharusan
bagi seorang mahasiswa untuk terus memperdalam ilmunya di bahkan di perguruan tinggi.
Namun tidak hanya untuk memperdalam ilmu agama, mahasiswa juga dituntut untuk
mengamalkan ilmu tersebut.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
15
pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada
Allah SWT, penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat, Penyesuaian mental, perbaikan, pencegahan,
pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-
nyata), sistem dan fungsionalnya, penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak
yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.
16
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Saleh, Abdul Rachman. 2006. Pendidikan Agama dan Pembanguna Watak Bangsa.
Jakarta :PT Raja Grafindo Persada
Hawi, Akmal. 2013. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada
17