PEMBAHASAN
A. Tahapan Pembuatan Pulp Secara Umum di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
Proses pengolahan Pulp merupakan proses dan mekanisme pengolahan pada
setiap perangkat alat sejak batangan kayu Eucyalyptus masuk kedalam Wood Yard
sampai menghasilkan produk Toba Cell Proses produksi di PT. Toba Pulp Lestari
Tbk, dibagi menjadi 6 (enam) bagian, yaitu :
a. Unit Persiapan Kayu (Wood Preparation)
b. Pemasakan (Cooking)
c. Pencucian (Washing)
d. Penyaringan (Screening)
e. Pemutihan (Bleaching)
f. Pembuatan Lembaran Pulp (Pulp Machine)
4. Penyaringan (Screening)
Setelah washing, bubur pulp yang masuk kedalam unbleached storage tank,
selanjutnya dimasukkan ke unit screening dengan tujuan untuk mendapatkan buur
pulp yang benar-benar besih dan baik. Screener memiliki enam unit yang terdiri dari
3 unit primary screen, 1 unit tertiary screen serta dilengkapi juga dengan vibrating
screen. Pulp dari wash stock masuk ke primary screen pertama. Hasil penyaringan
yaitu accept masuk ke washer ke empat dan reject masuk ke secondary screen
dengan diameter 2 mm. Hasil dari secondary screen masuk ke primary screen dan
buangannya masuk ke tertiary screen, selanjutnya akan masuk ke secondary screen
dan sisanya akan masuk ke vibrating screen. Hasil screening dari virating screen
dikembalikan ke tertiary screen, reject (sisa) dari vibrating screen akan dimasukkan
ke scew press untuk dipisahkan antara serat kasar. Air dari scew press dikembalikan
ke wash stock tank untuk untuk dilution dan sisanya akan diolah lagi di disgester,
pompa digunakan untuk hasil penyaringan bubur pulp yang dibawa ke unbleach
tower sebagai tempat penyimpanan.
5. Pemutihan (Bleaching)
Bleaching merupakan suatu proses untuk memutihkan pulp sehingga pulp
yang dihasilkan menjadi cerah (menaikkan tingkat brightness). Proses pemutihan
bertujuan untuk mengurangi pemakaian bahan kimia (soda lost), didalam tahap
pengentalan, mendapatkan pulp yang cerah, mengurangi kandungan lignin sehingga
diapatkan penurunan target kappa number sebesar 40%-44% dan memperbaiki
kemurnian pulp.
Adapun tahap bleaching dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
a. Tahap DO
Bahan kimia yang digunakan adalah ClO 2 (Clorine Dioxide). Keuntungan
dari bahan kimia ini adalah pemakaian bahan kimia sedikit, hasil tinggi, biaya
rendah, kekuatan pulp tinggi, shive sedikit, bringhtness lebih stabil serta BOD
dan COD lebih rendah.
b. Tahap EOP
Tahap ini, bahan kimia yang digunakan berupa peroksida (H2O2), oksigen dan
caustic sodal (NaOH). Temperature pada proses ini adalah 80 0C karena pada
suhu tinggi inilah peroksida (H2O2) bisa bereaksi. Tahap kedua ini merupakan
tahap pemurnian dari tahap khlorinasi.
c. Tahap D1
Tahap ini menggunakan bahan kimia ClO2 (Clirune Dioxide) sehingga proses
degradasi selulosa terhambat. Tujuan tahapan ini untuk menaikkan pulp
viscosity pada hasil akhir.
d. Tahap D2
Pada tahap D1, bubur pulp akan dimasukkan ke tahap Kholorin Dioksida
(D2) dimana temperature di jaga pada suhu 750C dengan waktu pencampuran
4 jam. Bubur pulp yang berada di tank kholorin dioksida dikirim ke khlorin
dioksida washer untuk dicuci dengan air pulp machine.
7. Unit Pendukung
a. Water Treatment Plant
Sumber air yang keseluruhan parik diambil dari sungai asahan melalui
suatu terusan/kanal yang dirancang dapat mengalirkan air sebanyak 2000 m3/jam.
Air sunagai yang diambil dari sungai asahan dipompa masuk ke rapid mixing
basin untuk dilakukan penambahan polimer, hypo, caustic, dan alum
Air yang telah ditambah bahan-bahan kimia tersebut kemudian masuk ketempat
bagian ke 4 slow speed mixing yang masing-masing dilengkapi SPM (Slow
Speed Mixing) yang bekerja secara seri untuk tujuan pengendapan secara kimia
dan proses penggumpalan. Air selanjutnya masuk ketempat settling basin,
mengalir kesaluran dimana sebagian air masuk ketangki penampungan clarified
water dan sebagian lagi dilewatkan melalui 16 gravity filter dan selanjutnya ke
tangka penampungan filter water. Air-air tersebut digunakan untuk berbagai
proses pada mill serta untuk membuat air demin atau air bebas mineral yang
diproses di chemical plant. Adapun dari proses water treatment plant, adalah
sebagai berikut :
d. Hopper
Hopper berfungsi sebagai penampung abu yang jatuh dari Collecting
Plate dan Emiting Wire. Masing-masing unit ESP mempunyai 16 ruang
Hopper. Ukuran serta kemiringan Hopper dirancang secara khusus dan
disesuaikan dengan debit gas buang yang masuk ke dalam ESP.
e. Transformer Rectifier
Transformer Rectifier merupakan peralatan utama ESP yang berfungsi
untuk memasok daya sehinga ESP bisa bekerja. Tegangan input 0 – 380
volt dan tegangan output 0 – 70 kV. Transformer dan Rectifier diletakan
dalam satu tanki dan direndam di dalam minyak pendingin trafo, sehingga
dinamakan Transformer Rectifier. Satu unit ESP mempunyai 16 buah
transformator rectifier, masing-masing transformator rectifier bekerja
untuk satu field. Sistem pasokan daya memiliki empat komponen dasar
yaitu :
Sistem kontrol tegangan otomatis
Fungsi utama dari sistem kontrol tegangan adalah untuk mengatur dan
memberikan tenaga listrik sesuai sesuai dengan kebutuhan
electrostatic precipitator. Sistem kontrol akan memonitor tegangan
primer dan sekunder serta arus sirkuit. Sistem kontrol juga berfungsi
untuk melindungi komponen-komponen pada sistem. Transformer
Rectifier dapat rusak oleh arus dan tegangan yang berlebihan.
Transformator Step-up
Transformator Step-up berfungsi untuk menaikkan tegangan dari 380
V menjadi 70 kV.
Penyearah tegangan tinggi
Penyearah tegangan tinggi berfungsi untuk merubah masukan AC
menjadi output DC.
Perangkat Sensor
Perangkat sensor berfungsi untuk mendeteksi gangguan dan
memberikan sinyal supaya sistem kontrol memutus pasokan daya bila
terjadi gangguan.
a. Transporter / Transmitter
Transporter/Transmitter berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan
ESP. Abu yang sudah terkumpul di dalam Hopper akan dipindah oleh
Transmitter ke Silo. Prinsip kerja Transporter adalah menampung dan
memindahkan abu yang berasal dari ESP Hopper ke Silo setelah Tabung
penuh. Pada saat kondisi pengisian, maka :Vent Valve terbuka, Ash Inlet
Valve terbuka, Air Inlet Valve dan Ash Outlet Valve tetap posisi tertutup.
Setelah Tabung terisi abu maka Ash Inlet Valve dan Vent Valve akan
tertutup.
Sedangkan pada saat kondisi transporting, maka :Ash Outlet Valve dan
Air inlet Valve akan terbuka. Tekanan di Tabung transporter akan naik
sampai +/- 2,5 kg/cm2 dan akan turun mendekati tekanan 0 kg/cm2 dalam
rentang waktu +/- 6 menit. Setelah tekanan Tabung Transporter
mendekati 0 (0,5 kg/cm2), Air Inlet Valve dan Ash Outlet Valve akan
tertutup. Kondisi ini akan terus berulang secara periodik. Bagian-bagian
utama dari Transporter/Transmitter adalah :
Tabung Transporter
Tabung transporter berada tepat di bawah ESP Hopper yang
berfungsi sebagai penampung abu yang berasal dari ESP Hopper
yang selanjutnya akan dipindahkan ke Silo. Di dalam Tabung
Transporter terdapat membran sebagai pemisah antara abu dan
udara transporting. Tabung Transporter yang berada pada barisan
depan biasanya berukuran lebih besar dari pada tabung yang
berada pada barisan belakang, karena abu hasil tangkapan EP pada
bagian depan lebih banyak dari bagian belakang. Tabung
Transporter juga dilengkapi dengan Main Hole dan Safety Valve.
Ash Inlet Valve
Ash inlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan
menutup aliran abu yang datang dari ESP Hopper.
Ash Outlet Valve
Ash outlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan
menutup aliran abu yang keluar dari tabung. Tipe valve yang
digunakan adalah ball valve.
Vent Valve
Vent valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan
menutup pipa (line venting) agar abu dari ESP Hopper mudah
mengalir/turun ke tabung Transporter. Line Venting diarahkan ke
bagian atas ESP Hopper yang mempunyai tekanan negative.
Air Inlet valve
Air Inlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan
menutup aliran udara yang berfungsi sebagai media pendorong
abu.
Membran / Aramid Membran berada di dalam tabung transporter
berfungsi sebagai pemisah antara abu dan udara transporting.
Line Ash Inlet (Down Comer) Line ash inlet merupakan pipa yang
berfungsi sebagai jalur mengalirnya abu masuk ke Tabung
Transporter dari EP Hopper line ash inlet merupakan pipa yang
berfungsi sebagai jalur mengalirnya abu masuk ke Tabung
Transporter dari EP Hopper.
Emergency Valve
Emergency valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka
dan menutup aliran abu yang akan dikeluarkan melalui line
emergency, jika transporter mengalami gangguan sehingga tidak
bisa beroperasi. Abu dialirkan melalui saluran emergency dan
diarahkan ke vacuum truck.
Main Valve (Isolating Valve)
Main valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan
menutup aliran abu yang keluar dari EP Hopper. Pada keadaan
normal operasi valve ini selalu dalam keadaan terbuka. Penutupan
valve dilakukan bila akan ada perbaikan pada Tabung transporter.
Silo adalah penampung abu yang berasal dari
transporter/transmitter. Dari Silo abu akan dipindahkan/dibuang
ke pembuangan akhir melalui conveyor/truck capsul yang tertutup
ke ash valley. Silo dilengkapi bag filter, blower/fan, dust
conditioning dan juga dilengkapi perlengkapan untuk melayani
dry unloading system
b. Dust Conditioning / Mixer dan Conveyor
Dust conditioning/mixer dan conveyor adalah peralatan fly ash system
yang berfungsi untuk memindahkan dan menyalurkan abu dari dalam Silo
ke pembuangan akhir. Abu dalam Silo ditiup oleh blower atau fan
sehingga mudah turun/mengalir ke dust conditioning/mixer. Sebelum
dialirkan ke conveyor, abu disemprot dengan air sehingga tidak
menimbulkan polusi pada saat transmisi ke ash valley. Level kelembapan
air untuk spray dikontrol agar abu yang sudah bercampur air tidak lengket
karena abu yang lengket akan menimbulkan masalah di conveyor system,
terutama pada bagian-bagian chute/diverter gate.
c. Compressor dan Dryer
Bagian dari fly ash system yang berfungsi sebagai pensupply udara
transporting adalah compressor dan dryer. Untuk menjaga kecukupan
udara bertekanan pada masing-masing unit biasanya dipasang beberapa
compressor yang dilengkapi dryer dan receiver tank. Udara yang akan
digunakan sebagai media transporting abu dari transporter/transmitter
dikeringkan oleh dryer, sehingga tidak terjadi penggumpalan dalam line
transporter/transmitter. Ada 3 jenis kompresor yang paling umum
digunakan dalam industri, yaitu :
1. Centrifugal
2. Reciprocating
3. Rotary screw
4. Shutdown ESP
Untuk menghentikan operasi ESP, ada beberapa prosedur yang harus
diikuti yaitu :
a. Memutus saklar rectifier tegangan tinggi setelah boiler dimatikan.
b. Memutus saklar rectifier semua power supplay.
c. Dalam jangka waktu tertentu, biarkan motor rapper dan sistem
penanganan abu kering tetap bekerja sampai ash hopper bersih.
d. Matikan motor rapper dan peralatan tegangan rendah lainnya setelah ash
hopper bersih.
e. Putus saklar power supplay induk.
9. Kipas pendingin yang dikontrol oleh silikon berhenti dan elemen yang
dikendalikan oleh silikon mengeluarkan panas dan memiliki temperatur
yang lebih.
10. Catu daya unit trip secara otomatis. Dalam kasus ini masih diperbolehkan
melakukan restart. Apabila catu daya masih trip, maka catu daya tidak
boleh dioperasikan lagi.
11. Tungku memiliki beban yang sangat rendah dan injeksi bahan bakar
masih tetap dilakukan, tapi gas buang lebih rendah memiliki suhu
dibandingkan titik embun.
12. Peralatan dan keselamatan pribadi berada dalam kondisi yang berbahaya.
13. Operasi lapangan harus dihentikan apabila terjadi masalah pada alat
bantu. Misalnya, suhu motor berlebihan sehingga mengeluarkan asap atau
api.
Kinerja isolator sangat buruk atau bisa juga karena temperatur gas
buang lebih rendah dibandingkan titik embunnya. Maka perlu
dilakukan pembersihan dan perbaikan elemen pemanas dan isolator,
jika perlu lakukan penggantian.
Pengelasan segel pintu akses yang kurang bagus shingga udara dingin
masuk. Solusinyayaitu melakukan perbaikan dan pengelasan.
Kinerja isolator antar kutub menurun karena abu pada hopper terlalu
banyak sampai menumpuk didekat katoda. Solusinya yaitu membuka
sistem transmitter abu dan membersihakan hopper.
Alat ukur tegangan dan arus pada rangkaian tegangan tinggi rusak.