Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kreatifitas
a. Pengertian Kreatifitas
Pada hakikatnya perkataan kreatif adalah penemuan sesuatu yang baru,
dan bukan akumulasi dari keterampilan atau pengetahuan yang diperoleh dari
buku pelajaran. Kreatif diartikan juga sebagai pola berpikir atau ide yang timbul
secara spontan dan imajinatif, yang mencerminkan hasil hasil ilmiah, penemuan
ilmiah, dan penciptaan secara mekanik. Menurut Munandar (2009 : 25)
mengatakan kreatifitas adalah kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
baru antara unsur-unsur yang sudah ada. Kemudian Munandar (2009 : 168)
mengemukakan bahwa kreatifitas dalah kemampuan untuk melihat atau
memikirkan hal hal yang luar biasa, yang tidak lazim memandukan informasi
yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi baru atau gagasan-
gagasan baru, yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinalitas dalam
berpikir.

Menurut Winkel, dalam kreatifitas berpikir atau berpikir kreatif,


merupakan tindakan berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif.
Kreatifitas dipandang sebuah proses mental. Daya kreatifitas menunjuk pada
kemampuan berpikir yang lebih orisinal dibanding dengan kebanyakan orang lain.
Kreatifitas tidak hanya tergantung pada potensi bawaan yang khusus, tetapi juga
pada perbedaan mekanisme mental atau sikap mental yang menjadi sarana untuk
mengungkapkan sikap bawaan tersebut.

Menurut Elizabeth Hurlock (2002 : 4) “Kreatifitas adalah kemampuan


seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang
pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa
kegiatan imajinatif atau sistesis pemikiran yang hasilnya bukan perangkuman. Ia
mungkin mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang
diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke
situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Ia harus
mempunyai maksud atau tujuan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan hasil
yang sempurna lengkap. Bisa dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk
ilmiah, produk ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis.
Menurut Buchori Alma, kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang
relatif berbeda dengan apa yang telah dihasilkan maupun yang telah disampaikan.
Menurut Linda (2006), “Creatifity is the act of turning new and
imaginative ideas into reality. Creativity involves two process: thinking then
producing. Innovation is the production or implementation of an idea. If you have
ideas, but don’t act on them, you are imaginative but not creative”. Linda
menggambarkan kreatifitas sebagai tindakan yang memutar gagasan gagasan yang
imajinatif dan bersifat baru kedalam kenyataan. Kreatifitas melibatkan dua proses
yaitu pemikiran lalu menghasilkan. Inovasi merupakan hasil atau implementasi
dari suatu gagasan. Jika seseorang mempunyai gagasan-gagasan tetapi tidak
melalui proses-proses, maka seseorang itu dikatakan orang imajinatif tapi bukan
orang kreatif.

Menurut Stendberg dan Lubart dalam Defying the Crowd Creativity and
Economic Development : we are living in the age of creativity, “a product is
creative when it is (a) novel and (b) appropriate. A novel product is original not
predictable. The bigger concept, and the more product stimulates further work
and ideas, the more the product is creative”. Stenberg dan Lubart mengatakan
bahwa suatu produk dikatan kreatif jika merupakan hal baru dan yang sesuai.
Produk hal baru adalah asli dan bukan yang dapat diramalkan. Dikatakan juga
bahwa semakin besar konsep dan semakin banyak rangsangan yang menghasilkan
gagasan gagasan, maka semakin banyak produk kreatif. Pada dasarnya kreatifitas
anak bersifat ekspresionis. Ini dikarenakan pengungkapan (ekspresi) yang
merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan.
Kreatifitas merupakan segala pemikiran baru, cara, pemahaman/model baru yang
dapat disampaikan, kemudian digunakan dalam kehidupan.

Dari sebuah artikel Anggun Prameswari, dikutip beberapa teori-teori


kreatifitas sebagai berikut :

(1) Menurut Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistik


menyatakan bahwa kreatifitas adalah pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam
hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain
(2) Menurut Rhodes, umumnya kreatifitas didefinisikan sebagai Person,
Process, Press, Product. Keempat Pini saling berkaitan, yaitu pribadi
(person) kreatif yang melibatkan diri dala Proses (Process) kreatif, dan
dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan
produk (Product) kreatif.
(3) Menurut Hulbeck (1945) “creative action is an imposing of one’s own
whole personality on the environment in an unique and characteristic
way”. Dimana tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan
kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
(4) Menurut Stenberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang
khas antar tiga atribut psikologis, yaitu inteligensi , gaya kognitif dan
kepribadian/motivasi.
(5) Menurut Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
(6) Menurut Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan membuat
kombinasi kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.
(7) Menurut Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan
mengamati adanya masalah membuat dugaan tentang kekurangan
(masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi dan akhirnya menyampaikan hasil-
hasilnya.

Dari defenisi-defenisi di atas disimpulkan bahwa kreatifitas adalah


tindakan berpikir yang imajinatif melalui proses mental dan keinginan yang besar
dan disertai komitmen yang menghasilkan gagasan-gagasan baru, bersifat asli,
independen, dan bernilai.

b. Teori pembentukan pribadi kreatif


Berikut ini ada beberapa teori pemb entukan pribadi kreativitas
diantaranya:

(1) Kreativitas sebagai Kontrol Regresi

Teori ini dipelopori oleh Sigmund Freud, carl jung, Ernest Kris, dan
Lawrence Kubie (1920-1950) yang mengaitkan kreativitas dengan teori
Psikoanalitik. Psikoanalitik memandang kreatifitas sebagai hasil mengatasi suatu
masalah yang biasanya dimulai sejak dimasa anak anak. Pribadi kreatif dipandang
sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi
dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari
bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.

a) Sigmund Freud

Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang


merupakan kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau
tidak dapat diterima. Sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi
produktivitas kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan
menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru
penyebab utama dari kreatifitas.
b) Ernest Kris

Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke


perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasan, jika perilaku sekarang
tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan) juga sering muncul dalam
tindakan kreatif.

c) Carl Jung

Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang


amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alm pikiran yang tidak
disadari dibentuk oleh masalah lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran
kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan karya karya baru lainnya.
Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.

(2) Kreativitas sebagai Karakteristik Pribadi

Teori kreativitas sebagai karakteristik pribadi diawali oleh Rogers (1959)


yang menganggap manusia mempunyai potensi kreatif sejak lahir, namun
perkembangan selanjutnya tergantung dari eksistensi dan kondisi yang
menunjang. Teori ini percaya bahwa kreatifitas dapat berkembang baik apabila
orang tersebut mampu mengekspresikan ide dan rangsang tanpa takut, terbuka
pada sesuatu yang tidak diketahui dan mudah menerima ketidaknyamanan (self-
accepting).

(3) Kreatifitas sebagai Produk Mental

Teori kreativitas sebagai produk mental diawali sejak studi modern


mengenai intelegensi diperkenalkan oleh Sir Francis Galton (1822-1911) dan
Alfret Binet (1857-1911) yang akhirnya memunculkan tes intelegensi.
Selanjutnya melalui pendekatan psikomotorik J.P Guilford dan Paul Torrance
(1950) menghasilkan “struktur of intellect model”. Guilford mengidentifikasikan
tiga dimensi utama yang meliputi operations (aktivitas ketika pemroses informasi,
baik secara konvergen dan divergen); content (bentuk informasi yang diproses);
dan produc (kemampuan yang dihasilkan). Menurut teori ini, produk konvergen
merupakan penyesuaian dengan informasi yang telah dimiliki dalam memori agar
menjadi logis dan dapat diterima (merupakan penyempitan jawaban). Sementara
itu produk divergen dianggap sebagai produk yang diperoleh atas dasar
pengembangan informasi yang sudah ada dalam memori.
(4) Kreativitas sebagai Proses Mental

Kreativitas diperoleh bukan tanpa sadar ataupun secara kebetulan.


Menurut Crowll dkk, “walaupun nampak tidak sengaja, namun prestasi yang
dialami seseorang hanya mungkin terjadi bila perasaannya (mind) terlatih dan
mampu menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian lain yang tidak
berhubungan ”. Gardner beranggapan bahwa perlu waktu puluhan tahun bagi
seseorang yang menguasai Ranah tertentu dan menghasilkan pekerjaan kreatif di
Kognitif Afektif
bidangnya.
- Pengajuan pertanyaan -
secara mandiri.
- Pengarahan diri
Conny R. Setiawan mengemukakan tentang temuan Treffinger yakni
- Pengelolaan sumber
terdapat tiga fase kreatifitas dalam tingkat keterbakatan anak, yaitu secara umum :
- Pengembangan produk
1) Kreatifitas tingkat I, pada kondisi ini ranah kognitif seorang
meliputi kesadaran mengenai suatu ide atau informasi, kelancaran,
fleksibilitas, dan orisinalitas sedangkan ranah afektif meliputi
kepekaan terhadap suatu masalah dan keterbukaan terhadap
Kognitif
pengalaman.
2) Kreatifitas tingkat psikodelik II, pada kondisi ini ranah kognitif
- Penerapan
- Sintesis seeorang mencakup perluasan berpikir, pengambilan resiko, dan
- Evaluasi kesadaran terhadap tantangan, sementara itu ranah afektif meliputi
- Keterampilan metodologis
keterbukaan terhadap makna ganda, keingintahuan serta
dan penelitian
kepercayaan pada diri sendiri.
- Transformasi
3) dan
- Metaphor Tingkat
analogiiluminasi III, pada tingkat ini ranah kognitif seseorang
telah mencapai perkembangan dan perwujudan hasil (product
development) , sedangkan segi afektif meliputi keberanian untuk
Kognitif
bertanggung jawab mengenai hasil kreatifitas, kepercayaan pada
dirinya serta komitmen untuk hidup produktif.
- Kelancaran
- Kelenturan Perkembangan kreativitas di atas tidak dilihat secara
- Orisinalitas“linier”, namun berjenjang (Gambar 2.1).
- Pemerinci
- Pengenalan dan ingatan

Gambar 2.1. Model untuk mendorong belajar kreatif menurut trefinger.


Tingkat III keterlibatan dalam
tantangan –tantangan nyata
Tingkat II

Proses berpikir dan perasaan majemuk

Tingkat I

Fungsi Divergen
Menurut Bobby DePorter dan Mike Hernacki, proses kreatif mengalir
melalui lima tahap, yaitu:

1) ersiapan, yaitu mendefinisikan masalah, tujuan atau tantangan.


Seseorang menjalani proses ilmiah seperti memusatkan segala
perhatiannya kepada masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan
dan mengorganisasi data yang relevan dengan masalah, akhirnya
seseorang mampu mengemukakan ide-ide yang relevan dengan
penyelesaian masalah yang dihadapinya.
2) Inkubasi (Masalah “dierami”), yaitu mencerna faktea fakta dan
mengolahnya dalam pikiran. Seseorang menjalani proses riil yaitu
proses penyusunan dan pengentasan kembali ide-idenya. Pada fase ini,
seseorang benar benar melibatkan diri dan menghayati masalh masalah
yang dihadapinya, sehingga masalah masalah ini ada dalam
penyelesaian yang tidak disadarinya.
3) Iluminasi, yaitu mendesak ke permukaan, gagasan-gasan bermunculan.
Dalam tahap ini ada sesuatu yang lepas dari nalar manusia, seseorang
tiba tiba memperoleh sesuatu insoirasi sehubungan dengan masalah
yang dihadapinya. Selama masa persiapan hingga iluminasi, proses
yang menonjol adalah proses berpikir divergen
4) Verifikasi, yaitu memastikan apakah solusi itu benar benar
memecahkan masalah. Seseorang mengerahkan segala kemampuannya
untuk memikirkan, mengevaluasi dan menyusun rencana penyelesaian
secara kritis dan analisis. Pada tahap verifikasi terjadi proses berpikir
konvergen sebagai evaluasi secara kritis dalam penyesuaian dengan
realitas.
5) Aplikasi, yaitu mengambil langkah llangkah untuk menindaklanjuti
solusi tersebut.

(5) Teori Fungsi Hemisphere Sebagai Kekhususan Belahan Otak


Secara umum para ahli menyimpulkan bahwa otak kita memiliki
dua sisi/kortikel (corticles) yang berhubungan secara
mengagumkan melalui jaringan serabut saraf (Corpus
callosum).secara khusus memiliki aktivitas mental /fungsi berbeda
(Tabel 2.1.)
Tabel 2.1. Fungsi Belahan Otak Kiri Dan Belahan Otak Kanan

Left Hemisphere Right Hemisphere


- Math, history, languange; - Self, elaborates and increases variables,
- Verbal, limit sensory inventive;
input; - Nonverbal perception and
- Sequental, measurable; expresivennes ;
- Analytic; - Spatial;
- Comparative; - Intuitive;
- Relational; - Holistic;
- Referential; - Integrative;
- Linier; - Nonreferential;
- Logical; - Gestalt;
- Digital; - Imagery;
- Scientific, technological. - Better at depth perception, facial
recognition;
- Mystical humanistic.

Fungsi otak belahan kiri adalah berkaitan dengan pekerjaanpekerjaan yang


bersifat alamiah, kritis, logis, linier, teratur, sitematis,
terorganisir, beraturan, dan sejenisnya. Adapun fungsi otak belahan
kanan adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat
nonlinier, nonverbal, holistic, humanistic, kreatif, mencipta,
mendesain, bahkan mistik, dan sejenisnya.17 Singkatnya, otak belahan
kiri mengarah kepada cara berpikir konvergen (convergent thinking),
sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berpikir
menyebar (divergent thinking).

Kemunculan kreativitas dipengaruhi oleh koordinasi kedua


hemisphere. Kekhususan kerja yang terjadi bukan disebabkan jenis
perintah yang berbeda, namun disebabkan karena cara memproses
yang berbeda. Justifikasi fungsi kerjanya juga tidak bersifat mutlak.
Dengan demikian apabila intuisi merupakan hasil kerja belahan otak kanan, maka
proses menganalisis pemahaman dilakukan oleh belahan
otak kiri. Mihaly berpendapat secara kognitif muncul bila seseorang
menggunakan simbol tertentu sesuai dengan ranah yang dikuasainya
(relevan) misalnya musik, teknik, bisnis ataupun matematik.

c. Dimensi-Dimensi Kreatifitas
Dimensi dimensi kreatifitas tergolong menjadi 2, yaitu menurut faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal

Clark mengemukakan untuk memunculkan kreativitas diperlukan


dimensi tertentu. Dimensi penghasil kreativitas tersebut saling terkait,
sehingga apabila salah satu fungsi tersebut terhambat akan menyebabkan
sintesi berbagai fungsi di otak maupun kreativitas terganggu.20 Dimensidimensi
yang dianggap terkait dengan kreativitas meliputi: (1)
Rasio/thinking yang bersifat kognitif dan rasional, terukur serta dapat
dikembangkan melalui latihan secara sadar; (2) Bakat khusus talent
cipta/sensing merupakan bentuk nyata keadaan bawaan yang membuat
seseorang mampu mengkreasi sesuatu yang baru hingga dilihat dan
didengar orang lain; (3) Perasaan/feeling sebagai bentuk afektif kondisi
emosional yang berperan kuat sebagai kesadaran diri untuk proses
aktualisasi; dan (4) Intuisi/intuitive atau firasat, mempunyai peran lebih tinggi dari
rasio, digali dari alam bawah sadar atau situasi ketidaksadaran
(bukan rasio sadar) yang dapat ditingkatkan menuju pencerahan.

b. Faktor Eksternal

Di samping faktor internal, banyak ahli menganggap pentingnya


peran faktor eksternal. Dasar pemikirannya adalah sangat sulit menemukan
seorang kreatif yang benar-benar berkontribusi sendiri, orisinil, dan
bermakna baik dibidang seni, keilmuan, kepustakaan, filsafat ataupun
bidang lain. Gardner misalnya, mencontohkan bahwa faktor yang
menunjang munculnya kreativitas meliputi tiga elemen pokok yang saling
terkait. Ketiga elemen tersebut adalah kemampuan tertentu, hubungan
individu tersebut dengan pekerjaannya, serta interaksi antara individu
dengan orang lain baik saudara, maupun kelompoknya

Gambar 2.2. Tiga Elemen Penting dalam Kegiatan Berpikir Kreatif

INDIVIDU

(Sebagai Anak/Ahli)

LAPANGAN
ORANG LAIN
PEKERJAAN
(anak : keluarga, kelompok simbol yang relevan dalam

Dewasa:rival, pendukung dsb.) ranah/disiplin yg disukai.


d. Pribadi Kreatif
Pada orang kreatif kemampuan berpikir divergen merupakan hal
yang menonjol. Berpikir divergen adalah bentuk pemikiran terbuka, yang
menjajaki bermacam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu
persoalan atau masalah. Secara universal, produk divergen yang dikaitkan
dengan kemampuan spesifik dari Guilford (dikutip oleh Dedi Supriyadi)
yang melibatkan lima proses kreatif berikut:

a) Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi


banyak gagasan .
b) Keluwesan (flexibelity) adalah kemampuan untuk mengajukan
bermacam macam pendekatan dan atau jalan pemecahan terhadap
suatu masalah
c) Keaslian (originalitas) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan
gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise.
d) Penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan
sesuatu secara terperinci.
e) Perumusan kembali (redefinisi) adalah kemampuan untuk
mengkaji/menilik kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif
yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.

Orang kreatif juga memerlukan kemampuan berpikir konvergen,


yaitu kemampuan berpikir yang berfokus pada tercapainya satu jawaban
yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah. Hal ini
diperlukan untuk memilih aspek masalah yang relevan dan membuang
yang tidak relevan (selective encoding), mengkreasi sistem koheren dari
informasi yang berbeda serta mengintegrasikan informasi baru dengan
yang telah diketahui sebelumnya. Melalui cara berpikir yang lancar dan fleksibel,
orang kreatif mampu mengadaptasi hampir semua situasi agar
tujuannya tercapai.

Menurut Utami Munandar, ciri-ciri afektif orang yang kreatif


meliputi rasa ingin tahu, merasa tertantang terhadap tugas majemuk.23
Orang kreatif juga dianggap berani mengambil risiko dan dikritik, tidak
mudah putus asa, dan menghargai keindahan. Kelebihan lain yang dimiliki
orang kreatif adalah mereka mampu melihat masalah dengan pandangan
berbeda, teguh dengan ide, mampu memilah peluang untuk menfasilisasi
maupun menunda keputusan sulit. Mihally berpendapat karakteristik ini
disebabkan mereka pada dasarnya memiliki sistem syaraf lebih peka untuk
ranah tertentu, sehingga keingintahuan merupakan salah satu
karakteristiknya. Kepekaan ini juga menyebabkan kemampuan memilah
antara imajinasi dan realitas.
e. Pengertian Kreativitas Siswa
Dari uraian sebelumnya, dapat dikemukan bahwa yang dimaksud
kreativitas adalah suatu ekspresi tertinggi dari keberbakatan yang
ditunjukkan melalui aspek kognitif dengan tindakan dan berpikir divergen
maupun konvergen serta aspek afektif mengenai fungsi
perasaan/internalisasi nilai. Dalam memecahkan masalah, siswa yang
kreativitasnya tinggi akan cenderung menggunakan aspek berpikir
divergen maupun konvergen ketika mencari soluasi baru dan apabila akan
mempersempit pilihan ketika mencari jawaban. Sementara itu, aspek
afektif ditunjukkan melalui sifat imajinatif, rasa ingin tahu, independen,
percaya diri, toleran terhadap perbedaan situasi (mampu beradaptasi),
senang pada kompleksitas (antusias), konsisten dari satu situasi ke situasi
lain, intuitif, dan mampu menunda keputusan bila terjadi hambatan.

f. Mengukur Kreativitas Siswa


Secara garis besar, ada dua pendekatan utama untuk mengukur
kreativitas seseorang, diantaranya adalah: (1) Pendekatan kemampuan
berpikir kreatif (kognitif) serta (2) Pendekatan melalui kepribadian. Salah
satu tes yang banyak digunakan diantaranya; tes yang dilakukan Torrance
(Test of Creative Thinking) yang melibatkan kemampuan berpikir; atau
Tes sindroma kepribadian, contohnya Alpha Biological Inventory.

Inventori kepribadian ditujukan untuk mengetahui kecenderungan


kepribadian seseorang. Kepribadian kreatif yang dimaksud meliputi sikap,
motivasi, minat, gaya berpikir, dan kebiasaan-kebiasaan berperilaku.26
Penilaian proses mental yang memunculkan solusi, ide, konsep, bentuk
arstistik, teori atau produk yang unik dan baru/orisinil tes dibuat dalam
bentuk figural/gambar atau verbal/ bahasa. Penyusunan instrumen
mempertimbangkan perilaku kreatif yng tidak hanya memerlukan kemampuan
berpikir kreatif (kognitif) namun juga sikap kreatif (afektif). Sementara itu
Guilford menyusun kemampuan spesifik produk divergen dalm empat proses
yang terkait dengan kreatifitas (fluency, flexibelity, originality, dan elaboration)
skoring ditentukan dengan menggunakan rating scale. Melalui cara ini
keuntungan yang diperoleh adalah mudah dipahami, tidak mahal, dan dapat
dilaksanakan dalam waktuyang singkat dan jumlah yang besar. Apabila kontruk
tes baik, reliabilitas cukup tinggi.

Mengatasi keterbatasan dari tes kertas dan pensil untuk mengukur


kreativitas, dirancang beberapa pendekatan alternatif:

i) Daftar periksa (checklist )dan kuesioner, alat ini disusun berdasarkan


penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
ii) Daftar pengalaman, teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang
dimasa lalu.beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan
diri” dan prestasi kreatif dimasa depan. Format yang paling sederhana
meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai
untuk kuantitas dan perilaku kreatif.

Pada penelitian ini objeknya penelitiannya siswa SMK,

2. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya Belajar

kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran


sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada yang sangat
lambat (Uno,2008:7). Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh
cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran
yang sama. Ada siswa yang lebih senang menulis hal hal yang telah
disampaikan oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapula
siswa yang lebih senang mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru,
serta adapula siswa yang lebih senang praktek secara langsung. Dari berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung
maka akan tercipta suatu cara belajar yang menjadi suatu kebiasaan siswa
dalam kehidupan sehari hari.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia gaya adalah tingkah laku,


gerak gerik dan sikap. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana
seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi
(Deporter & Hernacki, 2016: 110).gaya beajar bukan hanya berupa aspek
ketika menghadapi informasi, meihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi
juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri-
otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar
(diserap secara abstak dan konkret).

Pernyataan Nasution Gaya belajar “Learning style” siswa yaitu cara


siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterima
dalam proses belajar. Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar
pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori tertentu. Gaya belajar
siswa yaitu:

(1) Setiap siswa belajar menurut cara sendiri yang disebut gaya belajar.
Juga guru mempunyai gaya mengajar masing masing.
(2) Siswa dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
(3) Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi
efektivitas siswa.
Informasi tentang adanya gaya belajar yang berbeda beda mempunyai
pengaruh atas kurikulum, administrasi dan proses belajar mengajar. Masalah
ini sangat kompleks, sulit, memakan waktu banyak, biaya yang tidak sedikit,
frustasi. Dari pengertian diatas, disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara
yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi pada proses belajar.

b. Klasifikasi Gaya Belajar

Telah disepakati secara umum adanya dua kategori utama tentang


bagaimana seseorang belajar. Pertama, cara menyerap informasi dengan mudah
yang disebut sebagai modalitas belajar dan yang kedua, cara mengatur dan
mengolah informasi tersebut yang dinamakan sebagai dominasi otak (Deporter &
Hernacki, 2016:110). Lebih lanjut Deporter & Hernacki (2016:112) menjelaskan
pada awal pengalaman belajar, salah satu langkah pertama adalah mengenali
dominasi modalitas visual, auditorial dan kinestetik (V-A-K). Orang visual belajar
melalui apa yang mereka lihat, auditorial melakukan melalui apa yang mereka
dengar dan tipe kinestetik belajar lewat gerakdan sentuhan. Untuk tingkatan
tertentu, kebanyakan orang menggunakan ketiga tipe; tapi cenderung
mendominasi pada salah satu diantara ketiganya.

1. Gaya Belajar Visual

Siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting


adalah mata/penglihatan (visual), mereka cenderung belajar melalui apa yang
mereka lihat. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual hrus melihat bahasa
tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka
cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka
berpikir menggunakan gambar gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat
dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku
pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka
mencatat sampai detil untuk mendapatkan informasi (prasetya,2012:23).

Individu yang memiliki kemampuan belajar v isual yang baik ditandai


dengan ciri ciri perilaku sebagai berikut (Deporter & Hernacki, 2016:116):

1. Rapi dan teratur


2. Berbicara dengan cepat
3. Perencanaan dan pengatur jangka panjang yang baik
4. Teliti terhadap detail
5. Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi
6. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka.
7. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yg di dengar.
8. Mengingat dengan asosiasi visual.
9. Biasanya tidak terganggu oleh keributan.
10. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis
dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
11. Membaca cepat dan tekun
12. Lebih suka membaca daripaa dibacakan
13. Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau
proyek.
14. Mencoret coret tanpa arti selama berbicara ditelpon dan dalam rapat
15. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
16. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”
17. Lebih suka melakukan mendemonstrasikan daripada berpidato
18. Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik.
19. Seringkli mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata kata.
20. Kadang kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan suatu materi.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual:

a) Gunakan materi visual seperti, gambar gambar diagram dan peta.


b) Gunakan warnauntuk menghilite hal hal penting.
c) Ajak anak anak untuk membaca buku buku berilustrasi.
d) Gunakan multimedia (contohnya komputer dan video).
e) Ajak anak anak mencoba mengilustrasikan ide-idenya kedalam gambar.

Tips untuk mengajar siswa tipe visual yaitu (Gusyarani,2006) :

(a) Gunakan simbol simbol dan gambar dakam catatan.


(b) Dorong siswa untuk menguatkan konsepnya dengan menggunakan
simbol/warna.
(c) Gunakan salinan kata kunci yang dibagikan kepada siswa selanjutnya
siswa mendefinisikan dengan bahasanya sendiri.
(d) Gunakan gambar berwarna, grafik, tabel sebagai media pembelajaran.
(e) Pergunakan setiap gambar/tulisan/benda di dalam kelas sebagai sumber
pembelajaran.

2. Gaya belajar Auditorial

Siswa yang bertipe auditorial mengandalkan kesuksesan belajarnya


melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu guru sebaiknya harus
memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang
mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat menggunakan
diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditorial
dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal hal auditori lainnya. Informasi
tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori
mendengarkannya. Anak anak seperti itu biasanya dapat menghafal lebih
cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset (prasetya,
2012 :27).

Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik


ditandai dengan ciri ciri perilaku sebagai berikut (DePorter % Hernacki,
2016:118):

a) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja


b) Mudah terganggu oleh keributan
c) Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.
d) Senang membaca dengan keras dan mendenggarkan.
e) Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara
f) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita.
g) Berbicara dalam irama yang terpola.
h) Biasanya pembicara yang fasih.
i) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di diskusikan
daripada yang dilihat.
j) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
k) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskan.
l) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian bagian hingga sesuatu sama lain.
m) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditorial:

a) Ajak anak untuk berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun
di dalam keluarga.
b) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran yang keras.
c) Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
d) Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
e) Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong
siswa untuk mendengarkannya seblum tidur.

Tips untuk mengajar siswa tipe audiotorial meliputi (Gusyarani,2006):

a) Variasikan vokal saat memberikan penjelasan, seperti intonasi, volume


suara, ataupun kecepatannya.
b) Gunakan pengulangan-pengulangan konsep yang sudah diberikan
(jelaskan berulang ulang).
c) Tutor sebaya.
d) Sekali-kali ubahlah konsep materi ajar ke dalam bentuk percakapan,
pendiktean, diskusi atau rekaman audio yang bisa di dengar siswa.
e) Selingi dengan musik.

3. Gaya Belajar Kinestetik

Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui


bergerak, menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini tidak tahan duduk
berlama lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika
prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan
mengkoordinasikan sbuah tim di samping kemampuan mengendalikan gerak
tubuh (prasetya,2012:28).

Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik


ditandai dengan ciri ciri perilaku sebagai berikut (DePorter &
Henacki,2016:118-120):

1) Berbicara dengan perlahan;


2) Menanggapi perhatian fisik;
3) Menyentuh orang dan mendapatkan perhatian mereka;
4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang;
5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;
6) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar;
7) Belajar melalui manipulasi dan praktek;
8) Menghafalkan dengan cara berjalan dan melihat;
9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca;
10) Banyak menggunakan isyarat tubuh;
11) Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama;
12) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah
berada di tempat itu;
13) Menggunakan kata kata yang megandung aksi;
14) Menykai buku buku yang berorientasi pada plot, mereka mencerminkan
aksi dengan gerakan tubuh yang membaca;
15) Kemungkinan tulisannya jelek;
16) Ingin melakukan segala sesuatu;
17) Menyukai permainan yang menyibukkan.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

a) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam;


b) Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasikn lingkungan (contohnya :
ajak dia belajar sambil bersepeda, gunakan objek sesungguhnya untuk
belajar konsep baru);
c) Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar;
d) Gunakan warna terang untuk menggaris bawahi hal hal penting dalam
bacaan
e) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Menurut DePorte & Hernacki (2016:123), mengenai identifikasi V-A-


K, tidak setiap orang harus masuk ke dalam salah salah satu klasifikasi.
Walaupun demikian, kebanyakan orang cenderung pada yang satu daripada
yang lain. Ketika kita mengetahui cara berpikir kita, kita akan menjadi pemikir
yang lebih seimbang dengan sesekali memaksakan diri kita untuk
menggunakan cara berpikir dan menyerap informasi yang kurang sesuai bagi
kita. Tak satu gaya belajar atau modalitas manapun yang lebih baik atau lebih
buruk daripada yang lainnya. Mereka hanya berbeda, setiap cara dapat
berhasil. Kuncinya menyadari mana yang paling cocok danberhasil pada diri
sendiri, dan juga mengembangkan dan meningkatkan gaya belajar lainnya

Beberapa hal yang dapat membedakan gaya belajar visual, auditori,


dan kinestetik dapat ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Perbedaan Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik

N Kategori Visual Auditori Kinestetik


o
1 Hobi/Kegemar Suka membaca, Suka Menyukai
an mengisi TTS, dan mendengarkan kegiatan
memperhatikan radio, musik, aktif, baik
ekspresi wajah sandiwara, sosial
debat, suka maupun
mendengar olahraga
cerita
secaraekspresif
2 Cara Melihat dan mudah Mendengar Mengingat
mengingat menghafal fakta dan lawan kejadian-
bicara, dan kejadian
memiliki atau hal hal
banyak yng pernah
perbendaharan dialami.
kata
3 Menerima Tulisan/peta/gambar/sk Kata-kata/ Praktek
penjelasan etsa verbal langsung
4 Selera Mementingkan Mementingkan Mementingk
penampilan, pintar label/merek an
memilih warna kenyamanan
5 Penyimpanan Melalui ekspresi muka Secara verbal Melalui
emosi melalui bahasa
perubahan nada tubuh,
dan vocal gerak/otot
6 Aktivitas Menulis, menggambar, Menyanyi, Kerajinan
kretif melukis dan merancang mendongeng, tangan,
membuat cerita berkebun,
lucu, berdebat menari, dan
dan berfilosofi berolahragaa
aa
7 Cara Dengan rencana yang Sesuai prosedur Langkah
menangani baik dan membuat draft dan demi
masalah secara detail mer\mperdebat langkah dan
kan masalah terlibat
dengan verbal kontak fisik
8 Kecepatan Cenderung berbicara Berbicara Berbicara
berbicara cepat, tetapi tergolong dengan agak lambat
pendiam kecepatan
sedang dan
tergolong suka
berbicara
(cerewet)

c. Manfaat Pemahaman Terhadap Gaya Belajar

Beberapa temuan penelitian melaporkan bahwa kecocokan atau


ketidakcocokan antara gaya belajar dengan gaya pengajaran yang di
strukturkan bagi peserta didik berpengaruh secara signifikan terhadap hasil
belajar. Pranata dalam harahap (2012 : 9), menemukan bahwa jika gaya
belajar peserta didik cocok dengan gaya pengajaran serealis, maka peserta
didik berpenampilan jauh lebih baik dalam ujian dibandingkan dengan
peserta didik lain yang belajarnya tidak cocok dengan gaya pengajaran yang
di struktrukan guru baginya. Berbagai macam metode mengajar telah banyak
diterapkan dan di ujicoba kan kepada siswa untuk memperoleh hasil yang
efektif dalam proses pembelajaran.pada kenyataannya tidak ada satu metode
mengajar yang lebih baik daripada metode mengjar yang lain jika berbagai
metode mengajar telah ditetapkan dan tidak menunjukkan hasil yang
diharapkan , maka alternatif lain yang dapat dilakukan oleh guru secara
individual dalam proses pembelajaran yaitu atas dasar pemahaman terhadap
gaya belajar siswa.

DePorter & Hernacki (2016), menyebutkan bahwa mengetahui gaya


belajar yang berbeda telah membantu para siswa, dengan demikian yang
positif bagi siswa tentang cara guru mengajar. Agar aktivitas belajar dapat
tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka gaya belajar siswa harus
dipahami oleh guru.
3. Hasil Belajar Pekerjaan Dasar Teknik Mesin
a. Hakekat Belajar

Belajar adalah usaha penguasan materi ilmu pengetahuan yang merupakan


sebahagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. (Sardiman
AM,1994;22-23). Aliran Psikologi kognitif memandang bahwa belajar adalah
mengembangkan strategi untuk mencatat dan memperoleh berbagai informasi,
siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut, dan guru bukan
mengontrol stimulus, tapi menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai
informasi dan makna makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran
yang mereka bahas dan kaji bersama.

Menurut Martinis Yamin (2008;120) belajar merupakan proses orang


memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Untuk itu belajar akan sukses
jika memenuhi persyaratan ini yaitu :

a) Belajar merupakan sebuah kegiatan yang dibutuhkan siswa yakni siswa


merasa perlu belajar. Semakin kuat keinginan siswa untuk belajar maka
akan semakin tinggi tingkat keberhasilannya.
b) Ada kesiapan untuk belajar yakni kesiapan siswa untuk memperoleh
pengalaman pengalaman baru baik pengetahuan maupun keterampilan.

Ada beberapa prinsip prinsip yang berkaitan dengan belajar diantaranya; a)


belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya. b)
belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa. c)
belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi terutama
motivasi dari dalam/ dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsip motivasi. d) dalam
banyak hal belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat
keliru) dan pembiasaan. e) kemampuan belajar seorang siswa harus
diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran. f) belajar dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga cara yaitu diajar secara langsung, kedua kontrol
(kontak penghayatan, pengalaman langsung), ketiga pengalaman. g) belajar
melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif dan mampu
membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain lain, bila dibandingkn
dengan hafalan saja. h) perkembangan pengalaman anak didik akan banyak
mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan. i) bahan pelajaran yang
bermakna/berarti lebih mudah dan menarik untuk dipelajari daripada bahan yang
kurang bermakna. j) informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan
serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar. k)
belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam sehingga anak anak
melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.
b. Hakekat Hasil Belajar
1. Arti Hasil Belajar

Hasil pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan


dalam perilaku dan penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu, hasil
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan
dan keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil
belajar. Wina sanjaya (2007;63) menyatakan kegiatan pembelajaran yang
dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang berhasil. Sebagai kegiatan
yang berhasil, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa hendaknya
diarahkan untuk mencapai hasil yang diharapkan .

R. Ibrahim (1996;69) mengatakan bahwa hasil pengajaran merupakan


komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses
belajar mengajar. Menurut hamjah B. Uno (2007;21) mengatakan pada tingkat
yang amat umum sekali hasil pembelajaran dapat di klasifikasikan menjadi 3
(tiga) yaitu :

a. Keefektifan (Effectiveness)
b. Efisiensi (Efficiency)
c.
2.1 Penelitian yang Relevan
2.2 Kerangka Berpikir
2.3 Hipotesis Penelitian

Anda mungkin juga menyukai