Anda di halaman 1dari 16

BAB III

ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

A. Pengertian

Elektrostatik merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang medan
listrik statik. Elektrostatik diaplikasikan dalam dunia industri, salah satunya yaitu PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap), dengan menggunakan alat yang sering disebut Electrostatic
Precipitator (ESP/EP).

ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap debu dengan


effisiensi tinggi (diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat cukup besar. Dengan
menggunakan electrostatic precipitator  (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar dari
cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16% (dimana efektifitas penangkapan debu mencapai
99,84%).

B. Fungsi dan Efisiensi Electrostatic Precipitator

Electrostatic Precipitator (ESP) berfungsi untuk menangkap abu yang terdapat pada gas
buang hasil pembakaran bahan bakar (batubara) pada sebuah industri. ESP didesain memiliki
empat ruang sehingga proses penangkapan debu sebanyak empat kali dengan tingkat efisiensi
masing–masing penangkapan sebesar 80%. Hal ini bertujuan supaya tingkat efisiensi ESP
mencapai 99.84%. Sehingga limbah debu yang keluar dari cerobong hanya sekitar 0.16%.
Efisiensi penangkapan abu oleh ESP tidak hanya bergantung pada desain tetapi juga dipengaruhi
oleh kecepatan aliran/debit gas buang, suhu gas buang dan jumlah partikel abu pada gas buang.

C. Komponen Eletrosatic Precipitator


1. Discharge Electrode/Electrode Wire
Di dalam Electrostatic Precipitator terdapat dua jenis elektroda, yaitu discharge
electrode yang bermuatan negatif (-) dan collector plate electrode yang bermuatan
positif (+). Discharge Electrode berfungsi untuk mengionisasi partikel debu sehingga
partikel debu bermuatan negatif.
2. Collecting Plate
Colecting plate berfungsi untuk menangkap partikel abu yang bermuatan negatif.
Colecting plate terbuat dari pelat baja dan dipasang sejajar.
3. Rapper
Rapper berfungsi menjatuhkan debu yang sudah menempel pada Collecting plate
dengan cara memberikan getaran atau dipukul/diketuk. Rapper diagi menjadi dua
bagian yaitu :
 Collecting Rapper
Collecting Rapper berfungsi untuk memukul Collecting Plate secara periodik agar
abu yang sudah menempel pada Collecting Plate jatuh ke Hopper.
 Discharge Rapper
Discharge Rapper berfungsi untuk memukul Electroda Wire secara periodik agar
abu yang menempel pada Electroda Wire jatuh ke Hopper.

Apabila Collecting Plate dan Electroda Wire bersih maka proses


penangkapan abu di dalam ESP akan lebih baik. Supaya bisa bekerja masing–
masing Rapper digerakkan oleh motor.

4. Hopper
Hopper berfungsi sebagai penampung abu yang jatuh dari Collecting Plate dan
Emiting Wire. Masing-masing unit ESP mempunyai 16 ruang Hopper. Ukuran serta
kemiringan Hopper dirancang secara khusus dan disesuaikan dengan debit gas buang
yang masuk ke dalam ESP.
5. Transformer Rectifier
Transformer Rectifier merupakan peralatan utama ESP yang berfungsi untuk
memasok daya sehinga ESP bisa bekerja. Tegangan input 0 – 380 volt dan tegangan
output 0 – 70 kV. Transformer dan Rectifier diletakan dalam satu tanki dan direndam
di dalam minyak pendingin trafo, sehingga dinamakan Transformer Rectifier. Satu
unit ESP mempunyai 16 buah transformator rectifier, masing-masing transformator
rectifier bekerja untuk satu field. Sistem pasokan daya memiliki empat komponen
dasar yaitu :
 Sistem kontrol tegangan otomatis
Fungsi utama dari sistem kontrol tegangan adalah untuk mengatur dan
memberikan tenaga listrik sesuai sesuai dengan kebutuhan electrostatic
precipitator. Sistem kontrol akan memonitor tegangan primer dan sekunder serta
arus sirkuit. Sistem kontrol juga berfungsi untuk melindungi komponen-
komponen pada sistem. Transformer Rectifier dapat rusak oleh arus dan tegangan
yang berlebihan.
 Transformator Step-up
Transformator Step-up berfungsi untuk menaikkan tegangan dari 380 V menjadi
70 kV.
 Penyearah tegangan tinggi
Penyearah tegangan tinggi berfungsi untuk merubah masukan AC menjadi output
DC.
 Perangkat Sensor
Perangkat sensor berfungsi untuk mendeteksi gangguan dan memberikan sinyal
supaya sistem kontrol memutus pasokan daya bila terjadi gangguan.

6. Sistem Distribusi Gas


Untuk mendapatkan effsiensi EP yang optimal Gas Distribution System mempunyai
peranan yang sangat penting yaitu untuk mendistribusikan gas buang ke seluruh area
elektroda ESP. Gas distribution system terdiri dari plat-plat baja yang tersusun
sedemikian rupa searah dengan aliran gas buang, sehingga gas buang dapat tersebar
ke seluruh field area secara merata.

D. Alat Bantu Electrostatic Precipitator


Supaya ESP bisa beroperasi dengan baik, ESP bekerja sama dengan beberapa alat
bantu yang disebut fly ash system

a. Transporter / Transmitter
Transporter/Transmitter berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan ESP. Abu
yang sudah terkumpul di dalam Hopper akan dipindah oleh Transmitter ke Silo.
Prinsip kerja Transporter adalah menampung dan memindahkan abu yang berasal
dari ESP Hopper ke Silo setelah Tabung penuh. Pada saat kondisi pengisian, maka :
Vent Valve terbuka, Ash Inlet Valve terbuka, Air Inlet Valve dan Ash Outlet Valve
tetap posisi tertutup. Setelah Tabung terisi abu maka Ash Inlet Valve dan Vent Valve
akan tertutup.
Sedangkan pada saat kondisi transporting, maka : Ash Outlet Valve dan Air inlet
Valve akan terbuka. Tekanan di Tabung transporter akan naik sampai +/- 2,5 kg/cm2
dan akan turun mendekati tekanan 0 kg/cm2 dalam rentang waktu +/- 6 menit. Setelah
tekanan Tabung Transporter mendekati 0 (0,5 kg/cm2), Air Inlet Valve dan Ash
Outlet Valve akan tertutup. Kondisi ini akan terus berulang secara periodik. Bagian-
bagian utama dari Transporter/Transmitter adalah :
 Tabung Transporter
Tabung transporter berada tepat di bawah ESP Hopper yang berfungsi sebagai
penampung abu yang berasal dari ESP Hopper yang selanjutnya akan
dipindahkan ke Silo. Di dalam Tabung Transporter terdapat membran sebagai
pemisah antara abu dan udara transporting. Tabung Transporter yang berada
pada barisan depan biasanya berukuran lebih besar dari pada tabung yang
berada pada barisan belakang, karena abu hasil tangkapan EP pada bagian
depan lebih banyak dari bagian belakang. Tabung Transporter juga dilengkapi
dengan Main Hole dan Safety Valve.

 Ash Inlet Valve


Ash inlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup
aliran abu yang datang dari ESP Hopper.

 Ash Outlet Valve


Ash outlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup
aliran abu yang keluar dari tabung. Tipe valve yang digunakan adalah ball
valve.

 Vent Valve
Vent valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup pipa
(line venting) agar abu dari ESP Hopper mudah mengalir/turun ke tabung
Transporter. Line Venting diarahkan ke bagian atas ESP Hopper yang
mempunyai tekanan negative.

 Air Inlet valve


Air Inlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup
aliran udara yang berfungsi sebagai media pendorong abu.
Membran / Aramid Membran berada di dalam tabung transporter berfungsi
sebagai pemisah antara abu dan udara transporting.
 Line Ash Inlet (Down Comer) Line ash inlet merupakan pipa yang berfungsi
sebagai jalur mengalirnya abu masuk ke Tabung Transporter dari EP Hopper
line ash inlet merupakan pipa yang berfungsi sebagai jalur mengalirnya abu
masuk ke Tabung Transporter dari EP Hopper.
 Emergency Valve
Emergency valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup
aliran abu yang akan dikeluarkan melalui line emergency, jika transporter
mengalami gangguan sehingga tidak bisa beroperasi. Abu dialirkan melalui
saluran emergency dan diarahkan ke vacuum truck.
 Main Valve (Isolating Valve)
Main valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran
abu yang keluar dari EP Hopper. Pada keadaan normal operasi valve ini selalu
dalam keadaan terbuka. Penutupan valve dilakukan bila akan ada perbaikan
pada Tabung transporter.
 Silo adalah penampung abu yang berasal dari transporter/transmitter. Dari
Silo abu akan dipindahkan/dibuang ke pembuangan akhir melalui
conveyor/truck capsul yang tertutup ke ash valley. Silo dilengkapi bag filter,
blower/fan, dust conditioning dan juga dilengkapi perlengkapan untuk
melayani dry unloading system.

b. Dust Conditioning / Mixer dan Conveyor


Dust conditioning/mixer dan conveyor adalah peralatan fly ash system yang berfungsi
untuk memindahkan dan menyalurkan abu dari dalam Silo ke pembuangan akhir. Abu
dalam Silo ditiup oleh blower atau fan sehingga mudah turun/mengalir ke dust
conditioning/mixer. Sebelum dialirkan ke conveyor, abu disemprot dengan air
sehingga tidak menimbulkan polusi pada saat transmisi ke ash valley. Level
kelembapan air untuk spray dikontrol agar abu yang sudah bercampur air tidak
lengket karena abu yang lengket akan menimbulkan masalah di conveyor system,
terutama pada bagian-bagian chute/diverter gate.
c. Compressor dan Dryer
Bagian dari fly ash system yang berfungsi sebagai pensupply udara transporting
adalah compressor dan dryer. Untuk menjaga kecukupan udara bertekanan pada
masing-masing unit biasanya dipasang beberapa compressor yang dilengkapi dryer
dan receiver tank. Udara yang akan digunakan sebagai media transporting abu dari
transporter/transmitter dikeringkan oleh dryer, sehingga tidak terjadi penggumpalan
dalam line transporter/transmitter. Ada 3 jenis kompresor yang paling umum
digunakan dalam industri, yaitu :
1. Centrifugal

2. Reciprocating

3. Rotary screw

E. Cara Kerja Eletrosatic Precipitator

Prinsip dasar Eletrosatic Precipitator yaitu listrik statis. Gas buang yang mengandung
butiran debu pada awalnya bermuatan netral akan terionisasi pada saat melewati medan listrik,
sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif. Medan listrik terbentuk di antara
discharge electrode dengan collector plate.Partikel debu yang bermuatan negatif akan menempel
pada collector plate. Rapper akan memberikan getaran sehingga debu yang dikumpulkan di
collector plate akan jatuh secara periodik ke bak penampung (ash hopper), selanjutnya akan
dipindahkan ke fly ash silo dengan cara dihembuskan.

F. Proses Pembentukan Medan Listrik


Di dalam Eletrosatic Precipitator terdapat dua jenis electroda yang berbeda muatan, yaitu
discharge electrode yang bermuatan negatif dan collector plate electrode bermuatan positif.
discharge electrode diberi listrik arus searah (DC) dengan muatan minus pada level tegangan
antara 55 – 75 kV DC, sedangkan collector plate ditanahkan agar bermuatan positif. Medan
listrik akan terbentuk pada saat discharge electrode diberi arus DC.

\
BAB IV
PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR
4. Pengoperasian
Untuk mengoperasikan ESP, ada presedur yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Pemeriksaan sebelum start-up
2. Start-up
3. Pemeliharaan selama operasi
4. Shutdown

I. Pemeriksaan sebelum Start-up


Untuk melakukan pemeriksaan tersebut, kita harus mengikuti beberapa prosedur kerja,
yaitu :
1. Periksa dan pastikan tidak ada orang yang berada di dalam hopper ESP maupun di
sekitar collecting plate.
2. Periksa dan pastikan tidak ada peralatan kerja yang tertinggal di dalam ESP.
3. Pemeriksaan motor penggetar.
4. Arah putaran motor harus sesuai dengan mekanisme kerja yang diinginkan.
 Sekering motor harus dalam kondisi siap operasi.
 Level oli motor harus sesuai dengan ukuran standar.
 Posisi palu dan perangkat penggetar harus berada pada posisi yang benar.
 Pengetesan pengirim sinyal pendeteksi kerusakan.
5. Pemeriksaan hopper.
6. Pemeriksaan semua isolasi.
7. Semua pemanas listrik harus berada dalam kondisi baik, batas bawah dan batas atas
temperatur harus diatur/disesuaikan.
8. Pemeriksaan minyak dan grounding transformator.
9. Tahanan grounding transformator harus < 1Ω.
10. Konfirmasi semua operator ESP dan lepaskan perangkat pembumian yang digunakan.
11. Pemeriksaan dan pengetesan panel dan perangkat alarm.
12. Mengukuran tegangan pada jaringan listrik.
13. Periksa saluran udara masuk dari ID Fan.
14. Sistem kontrol DCS harus dalam kondisi normal.
 Remote control penyearah trafo, perangkat penggetar, perangkat pemanas dan
sistem penanganan abu hopper harus dalam kondisi normal.
 Sistem kontrol tegangan tinggi harus dalam keadaan standby.
 Tangki kontrol tegangan rendah harus dalam keadaan standby.
 Sistem kontrol operasi manual dan operasi otomatis harus dalam kondisi baik.
 Warna dari lampu alarm dan lampu indikasi harus benar.
 Sistem operasi DCS dan menajemen data operasi dalam kondisi normal.

I. Menghidupkan / Startup ESP


1. Semua instruksi kerja dan langkah-langkah keselamatan kerja sudah dilaksanakan dengan
benar.
2. Mengoperasikan sistem pemanas elektrik selama 24 jam sebelum sistem dioperasikan.
3. Mulai menjalankan sistem penanganan abu kering dan mengatur supaya semua perangkat
penggetar ESP beroperasi selama 1 jam sebelum gas buang dari boiler masuk ke ESP.
4. Mengatur waktu kerja semua motor penggetar katoda dan anoda.
5. Setelah seluruh sistem dioperasikan dan oil gun berhenti menyuntikkan minyak,
perangkat tegangan tinggi dioperasikan ketika temperatur saluran buang boiler > 1200 C.

II. Pemeliharaan Selama Operasi


Supaya ESP bisa beroperasi dalam jangka waktu yang lama dan tingkat efisiensinya
sesuai yang kita harapkan, maka harus dilakukan pemeliharaan peralatan secara rutin. Operator
harus mengamati kondisi peralatan saat beroperasi dan melakukan pemeriksaan sesuai dengan
prosedur berikut :
1. Pemeriksaan arus kerja semua sistem pemanas ruangan. Jika arus rendah berarti pemanas
sudah rusak. Maka perlu dilakukan pemeriksaan sistem pendeteksi otomatis, kondisi
kerja perangkat penggetar dan kesalahan pada rangkaian listrik lainnya.
2. Pemeriksaan panel kontrol dan sistem alarm.
3. Periksa arus dan tegangan pada sisi primer dan sekunder. Pada sisi primer arus harus
bernilai A dan tegangan harus bernilai V, sedangkan pada sisi sekunder arus harus
bernilai mA dan tegangan harus bernilai kV. Kondisi ini harus tetap dipertahankan
selama operasi.
4. Sistem penanganan abu kering harus beroperasi dengan normal. Operasi sistem ini bisa
dilihat dari DCS /Programmable Logic Control.
5. Pemeriksaan ash hopper. Jika ada kerak abu yang menempel pada ash hopper maka ash
hopper harus dibersihkan. Setelah itu pemeriksaan katub dan pipa saluran pembuangan
abu.
6. Pemeriksaan rapper dan motor rapper secara rutin.
7. Pemeriksaan level silikon minyak trafo. Pemeriksaan ini harus dilakukan sebulan sekali
dan setelah hujan.
8. Pengontrolan beban dan pengoperasian boiler. Apabila terjadi kerusakan/permasalahan
pada rectifier tegangan tinggi dari ESP pada satu sisi secara bersamaan, sistem tidak
dapat di-restart. Maka beban boiler harus diturunkan.

III. Shutdown ESP


Untuk menghentikan operasi ESP, ada beberapa prosedur yang harus diikuti yaitu :
1. Memutus saklar rectifier tegangan tinggi setelah boiler dimatikan.
2. Memutus saklar rectifier semua power supplay.
3. Dalam jangka waktu tertentu, biarkan motor rapper dan sistem penanganan abu kering
tetap bekerja sampai ash hopper bersih.
4. Matikan motor rapper dan peralatan tegangan rendah lainnya setelah ash hopper bersih.
5. Putus saklar power supplay induk.

A. Operasi Otomatis keoperasi Manual


Operasi otomatis akan beralih keoperasi manual apabila :
1. Sistem kerja rapper diluar kendali.
Bila kerja rapper yang sudah diprogram gagal, maka harus dilakukan program ulang
secara manual sesuai dengan program operasi otomatis.
2. Jumlah abu yang berlebihan pada anoda dan katoda.
Abu yang menempel pada anoda dan katoda secara berlebihan akan mengurangi efisiensi
penangkapan abu. Maka perlu dilakukan pengaturan tegangan dan arus secara manual
dari kontrol panel.
3. Sitem pemanas dioperasikan secara manual apabila suhu isolator kurang dari 1250 C dan
pengatur suhu gagal beroperasi.

B. Masalah/Gangguan pada ESP


1. Shutdown karena Gangguan/Kerusakan
2. Jika terjadi kerusakan/gangguan harus segera menghubungi operator dan
memutus/mematikan power supplay. Ada beberapa gangguan/kerusakan yang sering
terjadi yang mengakibatkan operasi ESP berhenti secara otomatis yaitu :
3. Rangkaian output tegangan tinggi hubung terbuka (open).
4. Jaringan peredaman memiliki suhu yang sangat berlebihan atau bahkan ada bunga api.
5. Sistem kontrol otomatis memiliki/menunjukkan indikasi melengkung dan sistem kontrol
tidak berfungsi secara efektif.
6. Terjadinya kesalahan/kerusakan yang mengakibatkan pemblokiran abu pada perangkat
ash hopper.
7. Terjadinya hubung singkat pada perangkat ESP. Biasanya hubung singkat antara anoda
dan katoda. Hubung singkat biasanya terjadi karena :
 Adanya emiting wire yang lepas.
 Adanya material lain (besi) yang menempel pada collecting plate dan emiting wire.
 Collecting plate lepas dari stopper.

8. Transformator rectifier memiliki suhu yang melebihi temperatur alarm yaitu sekitar 800
C.

9. Kipas pendingin yang dikontrol oleh silikon berhenti dan elemen yang dikendalikan oleh
silikon mengeluarkan panas dan memiliki temperatur yang lebih.

10. Catu daya unit trip secara otomatis. Dalam kasus ini masih diperbolehkan melakukan
restart. Apabila catu daya masih trip, maka catu daya tidak boleh dioperasikan lagi.
11. Tungku memiliki beban yang sangat rendah dan injeksi bahan bakar masih tetap
dilakukan, tapi gas buang lebih rendah memiliki suhu dibandingkan titik embun.

12. Peralatan dan keselamatan pribadi berada dalam kondisi yang berbahaya.

13. Operasi lapangan harus dihentikan apabila terjadi masalah pada alat bantu. Misalnya,
suhu motor berlebihan sehingga mengeluarkan asap atau api.

C. Gangguan/Masalah yang Umum terjadi pada ESP


Beberapa gangguan/masalah yang umum terjadi pada ESP yaitu :
1. Saat beroperasi, arus pada sisi sekunder sangat besar sedangkan tegangan sangat kecil
bahkan mendekati dan tidak bisa dinaikkan. Hal ini desebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :

 Adanya benda-benda konduktif asing yang menempel pada elektroda yang


bertegangan tinggi. Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukan pembersihan pada
elektroda.

 Terjadinya hubung singkat antara anoda dan katoda. Maka kawat katoda yang rusak
harus diganti.

 Isolator dibagian tertentu ada yang pecah akibat penumpukan abu. Abu harus segera
dibuang dan mengganti isolator yag rusak.

2. Tegangan tidak dapat dinaikkan. Ketika tegangan dinaikkan, arus sekunder sangat tinggi.
Berikut ini beberapa penyebab dan solusinya :

 Kinerja isolator sangat buruk atau bisa juga karena temperatur gas buang lebih rendah
dibandingkan titik embunnya. Maka perlu dilakukan pembersihan dan perbaikan
elemen pemanas dan isolator, jika perlu lakukan penggantian.

 Terjadinya pengendapan abu yang berlebihan pada anoda dan katoda, sehingga jarak
kedua elektroda semakin dekat. Hal yang harus dilakukan yaitu memeriksa dan
menyesuaikan ruangan heteropolar.

 Pengelasan segel pintu akses yang kurang bagus shingga udara dingin masuk.
Solusinyayaitu melakukan perbaikan dan pengelasan.

 Distribusi udara yang tidak merata yang berpengaruh pada proses rapping. Solusinya,
membuat penyesuaian pendistribusian udara hingga merata.
 Kinerja isolator antar kutub menurun karena abu pada hopper terlalu banyak sampai
menumpuk didekat katoda. Solusinya yaitu membuka sistem transmitter abu dan
membersihakan hopper.

3. Variabel arus sekunder tidak teratur.


Hal ini disebabkan karena penumpukan abu hingga sampai kebagian elektroda sehingga
mengurangi jarak antar elektroda. Jika jarak antar elektroda terlalu dekat akan
menimbulkan percikan api. Maka abu harus dibuang secepatnya. Arus sekunder berubah-
ubah. Perubahan arus sekunder terjadi karena ada kawat/emiting yang rusak/patah setelah
proses rapping dan kawat tersebut harus diganti.
4. Tegangan sekunder ada tetapi tidak ada arus sekunder atau nilainya sangat rendah.
Faktor-faktor penyebab yaitu :

 Konsentrasi debu yang berlebihan abu yang menempel pada katoda dan anoda terlalu
banyak.

 Hambatan pembumian terlalu tinggi sedangkan tahanan pada rangkaian tegangan


tinggi terlalu rendah.

 Alat ukur tegangan dan arus pada rangkaian tegangan tinggi rusak.

 Kondisi kontak output tegangan tinggi kurang bagus.

 Kerusakan pada jarum milliammeter.

Solusi untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut yaitu :


 Meningkatkan proses penanganan abu untuk menurunkan persentase abu dalam gas
buang dan memperkuat getaran / ketukan rapper.

 Perbaikan atau mengganti sirkuit, kontak output dan milliammeter yang rusak.

5. Percikan atau bunga api yang berlebihan.


Hal ini bisa terjadi karena adanya kebocoran sehingga udara lembab dari luar atau uap air
dari boiler masuk. Maka harus segera diperbaiki atau pengelasan pada bagian yang
bocor.Efisiensi sistem penanganan abu rendah. Efisiensi sistem penanganan abu rendah
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
 Jarak antara heteropolars terlalu jauh. Maka jarak antara heteropolar harus diatur
ulang.
 Aliran udara yang tidak merata dan panel distribusi diblokir oleh abu. Langkah untuk
mengatasi hal ini yaitu membersihkan abu yang menempel pada panel distribusi atau
mengganti panel distribusi.
 Kebocoran pada saluran udara dan adanya perubahan kondisi kerja sehingga aliran
gas buang dipercepat dengan penurunan suhu, akhirnya proses ionisasi abu menjadi
lemah. Harus dilakukan perbaikan/pengelasan pada bagian yang bocor.
 Hambatan/tahanan debu terlalu tinggi bahkan menghasilkan korona, kecepatan debu
dialirkan pada elektroda sangat rendah dengan adhesi yang sangat tinggi sehingga
debu sangat sulit jatuh dari collecting plate pada saat rapping. Kualitas gas buang dan
sistem kerja peralatan harus disesuaikan.
 Tegangan dari power supply tegangan tinggi rendah dan sensitivitas tegangan sistem
kontrol menurun atau gagal, sehingga tegangan operasionalnya rendah. Langkah
untuk mengatasi masalah ini yaitu memperbaiki atau mengganti peralatan dan
mengevaluasi efisiensi berdasarkan kondisi kerja yang sebenarnya.
 Kesalahan mekanis pada peralatan rapper. Maka peralatan rapper harus perbaiki atau
mengganti palu dengan palu yang lebih berat sehingga palu bisa diputar fleksibel.
6. Perangkat penanganan abu terkunci/mati karena palu ada yang lepas atau rantai putus.
7. Kegagalan kerja pada sistem kontrol.
Kegagalan kerja pada sistem kontrol disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
 Pasokan daya listrik lebih rendah dari daya kerja yang dibutuhkan.
 Terjadi kerusakan pada penyearah transformator dan isolator transformator atau
hubung singkat pada sistem tegangan tinggi.
 Terjadi kerusakan pada sistem kontrol.
8. Rangkaian sistem kontrol utama tidak bisa bekerja karena terdapat kerusakan pada saklar,
isolasi, kumparan atau kabelnya ada yang terputus.
9. Tidak ada indikasi/sinyal lampu pada panel kontrol ketika peralatan beroperasi.
Kemungkinan terdapat kerusakan pada lampu indikasi atau sekring.
10. Tidak ada indikasi pada instrumen. Hal ini desebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
 Ada kesalahan di dalam instrumen.
 Tidak ada pemicu keluaran impuls.
 Sekering tidak bekerja dengan baik.
 Elemen sistem kontrol Silicon terbuka.
 Saklar dari voltmeter AC tidak terhubung.
11. Layar kontrol dan instrumen lainnya tidak bekerja sesuai dengan gelombang sinyal
karena adanya gangguan dari luar yang mempengaruhi sinyal atau terdapat kerusakan
pada peralatan pengkonversi sinyal.
12. Pada saat beban naik, indikasi tegangan normal tetapi arus nol. Jika hal ini terjadi,
kemungkinan terdapat kerusakan pada alat ukur atau sambungan kabel yang kurang
bagus. Kerusakan atau hubung singkat pada kumparan sekunder transformator rectifier.
13. Level minyak trafo lebih rendah dari batas normal sehingga alarm dari level minyak trafo
aktif terus dan mengakibatkan sistem berhenti (trip).

.
D. Tindakan Pengamanan Pribadi
ESP merupakan peralatan listrik yang bertegangan tinggi dan Komprehensif
berkonstruksi besar. Maka segala kegiatan kerja maupun instalasi bangunan harus dirancang
seaman mungkin. Berikut pertimbangan yang diambil untuk menjaga keamanan pribadi :
1. Perancangan tangga dan pintu yang handal serta disediakan tanda -tanda peringatan
tegangan tinggi.
2. Bahan-bahan atau material yang digunakan sesuai dengan standart nasional dan anti
radiasi.
3. Tidak diperbolehkan masuk ke dalam ESP setelah peralatan listrik dinyalakan dan semua
pintu harus dikunci.
4. Pada saat perbaikan, sebelum masuk ke dalam ESP ada beberapa langkah-langkah yang
harus diikuti, yaitu :
 Semua personil yang bekerja harus memakai APD. \
 Setiap motor penggetar harus ditutup atau saklarnya diputus.
 Saklar isolasi tegangan tinggi harus diputus atau tidak ada switching pada saat
operator bekerja.
 Memasang kawat pentanahan, atau mungkin sudah tersedia pada penggetar anoda.
Setelah perbaikan selesai, kawat pembumian harus diputus.
5. Orang yang tidak berkepentingan tidak diperbolehkan berada disekitar ESP dalam jangka
waktu yang relatif lama.

Anda mungkin juga menyukai