Anda di halaman 1dari 11

Electrical Submersible Pump (ESP) Pada

Sumur Minyak
Diposting oleh komunitas migas pada 11:49, 15-Jun-13
Salah satu cara untuk mengalirkan minyak bumi dari dalam perut bumi adalah dengan bantuan
alat berupa suatu pompa yang dibenamkan dalam fluida minyak yang mempunyai kedalaman
yang sangat jauh dari permukaan tanah (deep well) dan diameter lubang yang sangat kecil. Cara
tersebut merupakan salah satu produksi artificial lift (pengambilan buatan) disamping cara lain
seperti gas lifting, sucker rod pumping atau juga beam pump, jet pump dan progressive cavity
pump (sejenis dengan mud motor).

Secara umum peralatan electrical submersible pump dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Peralatan Di Atas Permukaan
1. Wellhead
Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger khusus yang mempunyai lubang
untuk cable pack-off atau penetrator. Cable pack-off ini biasanya tahan sampai tekanan 3000 psi.
Tubing hanger dilengkapi juga dengan lubang untuk hidraulic control line, yaitu saluran cairan
hidraulik untuk menekan subsurface ball valve agar terbuka.
Gambar 2 memperlihatkan tubing hanger dengan cable pack-off. Wellhead juga harus dilengkapi
dengan seal agar tidak bocor pada lubang untuk kabel dan line. Wellhead di desain untuk tahan
terhadap tekanan 500 psi sampai 3000 psi.

2. Junction Box
Junction box ditempatkan di antara kepala sumur dan switchboard untuk alasan keamanan. Gas
dapat mengalir keatas melalui kabel dan naik ke permukaan menuju switchboard, yang bisa
menyebabkan terjadinya kebakaran, karena itu kegunaan dari junction box ini adalah untuk
mengeluarkan gas yang naik keatas tadi. Junction box biasanya 15 ft (minimum) dari kepala
sumur dan normalnya berada diantara 2 sampai 3 ft di atas permukaan tanah.
Fungsi dari junction box antara lain :

Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi kepermukaan melalui
kabel agar terbuang ke atmosfer.

Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel dari swichboard.

3. Switchboard
Switchboard adalah panel kontrol kerja di permukaan saat pompa bekerja yang dilengkapi
dengan motor controller, overload dan underload protection serta alat pencatat (recording
instrument) yang bisa bekerja secara manual ataupun otomatis apabila terjadi penyimpangan.
Switchboard ini dapat digunakan untuk tegangan dari 440 volt sampai 4800 volt.
Fungsi utama dari switchboard adalah :

Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti: overload atau


underload current.

Auto restart setelah underload pada kondisi intermittent well.

Mendeteksi unbalance voltage.

Pada switchboard biasanya dilengkapi dengan ammeter chart yang berfungsi untuk mencatat arus
motor versus waktu ketika motor bekerja.

4. Transformer
Merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk menaikan atau menurunkan
tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang dikelilingi oleh coil dari lilitan kawat tembaga.
Keduanya, baik core maupun coil direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi.
Perubahan tegangan akan sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Biasanya tegangan input
transformer diberikan tinggi agar didapat ampere yang rendah pada jalur transmisi, sehingga
tidak dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar. Tegangan input yang tinggi akan diturunkan
dengan menggunakan step-down transformer sampai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh
motor.

Peralatan Di Bawah Permukaan


Peralatan di bawah permukaan dari electrical submersible pump terdiri atas pressure sensing
instruments, electric motor, protector, intake, pump unit dan electric cable serta alat penunjang
lainnya.
1. PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)
PSI atau Pressure Sensing Instrument adalah suatu alat yang mencatat tekanan dan temperatur di
dalam sumur. Secara umum PSI Unit mempunyai 2 komponen pokok, yaitu :

PSI Down Hole Unit, Dipasang dibawah Motor Type Upper atau Center Tandem, karena
alat ini dihubungkan pada Wye dari Electric Motor yang seolah-olah merupakan bagian
dari Motor tersebut.

PSI Surface Readout, Merupakan bagian dari sistem yang mengontrol kerja Down Hole
Unit serta menampakkan (display) informasi yang diambil dari Down Hole Unit.

2. Electric Motor
Jenis motor electrical submersible pump adalah motor listrik induksi dua kutub tiga fasa yang
diisi dengan minyak pelumas khusus yang mempunyai tahanan listrik (dielectric strength) tinggi.
Dipasang paling bawah dari rangkaian, dan motor tersebut digerakkan oleh arus listrik yang
dikirim melalui kabel dari permukaan. Motor berfungsi untuk menggerakan pompa dengan
mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik.
Fungsi dari minyak tersebut adalah :

Sebagai pelumas.

Sebagai tahanan (isolasi).

Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika
motor tersebut sedang bekerja.

Jadi minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya sudah ditentukan oleh
pabrik, yaitu berwarna jernih, tidak mengandung bahan kimia, dielectric strength tinggi,
lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan akan mengisi semua celah-celah yang ada
dalam motor, yaitu antara rotor dan stator.
Motor berfungsi sebagai tenaga penggerak pompa (prime mover), yang mempunyai 2 (dua)
bagian pokok, yaitu :

Rotor (gulungan kabel halus yang berputar).

Stator (gulungan kabel halus yang stasioner dan menempel pada badan motor).

Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran pada rotor, dengan
berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada ditengahnya akan ikut berputar, sehingga poros
yang saling berhubungan akan ikut berputar pula (poros pompa, intake, dan protector).
3. Protector
Protector (Reda) sering juga disebut dengan Seal Section (Centrilift) atau Equalizer (ODI).
Secara prinsip protector mempunyai 4 (empat) fungsi utama, yaitu :

Untuk melindungi tekanan dalam motor dan tekanan di annulus.

Menyekat masuknya fluida sumur kedalam motor.

Tempat duduknya thrust bearing (yang mempunyai bantalan axial dari jenis marine type)
untuk merendam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa.

Memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan minyak motor sebagai akibat
dari perubahan temperatur dari motor pada saat bekerja dan saat dimatikan.

Secara umum protektor mempunyai 2 (dua) macam tipe, yaitu :

Positive Seal atau Modular Type Protector.

Labyrinth Type Protector.

Untuk sumur-sumur miring dengan temperatur > 300F disarankan menggunakan protektor dari
jenis positive seal atau modular type protector.

4. Intake
Intake dipasang dibawah pompa dengan cara menyambungkan sumbunya (shaft) memakai
coupling. Intake merupakan saluran masuknya fluida dari dasar sumur ke pompa menuju
permukaan. Untuk jenis-jenis tertentu, intake ada yang dipasang menjadi satu dengan housing
pompa (intregrated), tetapi ada juga yang berdiri sendiri.
Ada beberapa jenis intake yang sering dipakai, yaitu :
Standard Intake, dipakai untuk sumur dengan GLR rendah. Jumlah gas yang masuk pada intake
harus kurang dari 10% sampai dengan 15% dari total volume fluida. Intake mempunyai lubang
untuk masuknya fluida ke pompa, dan dibagian luar dipasang selubung (screen) yang gunanya
untuk menyaring partikel masuk ke intake sebelum masuk kedalam pompa.
Rotary Gas Separator dapat memisahkan gas sampai dengan 90%, dan biasanya dipasang untuk
sumur-sumur dengan GLR tinggi. Gas Separator jenis ini tidak direkomendasi untuk dipasang
pada sumur-sumur yang abrasive.
Static Gas Separator atau sering disebut reverse gas separator, yang dipakai untuk memisahkan
gas hingga 20% dari fluidanya.
5. Pump Unit
Unit pompa merupakan Multistages Centrifugal Pump, yang terdiri dari : impeller, diffuser, shaft
(tangkai) dan housing (rumah pompa). Di dalam housing pompa terdapat sejumlah stage, dimana

tiap stage terdiri dari satu impeller dan satu diffuser. Jumlah stage yang dipasang pada setiap
pompa akan dikorelasi langsung dengan Head Capacity dari pompa tersebut. Dalam
pemasangannya bisa menggunakan lebih dari satu (tandem) tergantung dari Head Capacity yang
dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller merupakan
bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam. Seluruh stage disusun secara
vertikal, dimana masing-masing stage dipasang tegak lurus pada poros pompa yang berputar
pada housing.
Prinsip kerja pompa ini adalah fluida yang masuk kedalam pompa melalui intake akan diterima
oleh stage paling bawah dari pompa, impeller akan mendorongnya masuk, sebagai akibat proses
centrifugal maka fluida tersebut akan terlempar keluar dan diterima oleh diffuser.
Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga potensial (tekanan)
dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses tersebut fluida memiliki energi yang semakin
besar dibandingkan pada saat masuknya. Kejadian tersebut terjadi terus-menerus sehingga
tekanan head pompa berbanding linier dengan jumlah stages, artinya semakin banyak stage yang
dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk mengangkat fluida.

6. Electric Cable
Kabel yang dipakai adalah jenis tiga konduktor. Fungsi utama dari kabel tersebut adalah sebagai
media penghantar arus listrik dari switchboard sampai ke motor di dalam sumur. Kabel harus
tahan terhadap tegangan tinggi, temperatur, tekanan migrasi gas dan tahan terhadap resapan
cairan dari sumur. Untuk itu maka kabel harus mempunyai isolasi dan sarung yang baik.
Bagian dari kabel biasanya terdiri dari :

Konduktor (conductor)

Isolasi (insulation)

Sarung (sheath)

Jaket (jacket)

Ada dua jenis kabel yang biasa dipakai yaitu : round dan flat cable. Pada jenis round cable di
bagian luar sarungnya dibungkus lagi dengan karet (rubber jacket). Biasanya kabel jenis round
ini memiliki ketahanan yang lebih lama daripada jenis flat cable, tetapi memerlukan ruang
penempatan yang lebih besar.
Secara umum ada dua jenis kabel yang biasa dipakai di lapangan, yaitu :

Untuk low temperature, disarankan untuk pemasangan pada sumur-sumur dengan


maximum 200F.

Pada high temperature, kabel disarankan untuk pemasangan pada sumur-sumur dengan
temperatur yang cukup tinggi sampai mencapai mencapai 400F. Untuk sumur bersuhu
tinggi (lebih 250F) perlu dipasang epoxy untuk melindungi kabel, O-ring dan seal.

7. Check Valve

Check valve biasanya dipasang pada tubing (2 3 joint) di atas pompa. Bertujuan untuk menjaga
fluida tetap berada di atas pompa. Jika check valve tidak dipasang maka kebocoran fluida dari
tubing (kehilangan fluida) akan melalui pompa yang dapat menyebabkan aliran balik dari fluida
yang naik ke atas, sebab aliran balik (back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik
arah, dan dapat menyebabkan motor terbakar atau rusak.
Jadi umumnya check valve digunakan agar tubing tetap terisi penuh dengan fluida sewaktu
pompa mati dan mencegah supaya fluida tidak turun ke bawah.
8. Bleeder Valve
Bleeder valve dipasang satu joint di atas check valve, mempunyai fungsi mencegah minyak
keluar pada saat tubing dicabut. Fluida akan keluar melalui bleeder valve.
9. Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser atau selalu ditengah-tengah pada
saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.
2. Langkah Kerja Perencanaan ESP
1. Isi data yang diperlukan (data sumur, reservoir, dan fluida).
2. Hitung berat jenis rata-rata dan gradien tekanan fluida produksi menurut persamaan :

Bila
mengandung gas, kurangi GF sekitar 10%.
3. Tentukan kedudukan pompa (HPIP) kurang lebih 100 ft di atas lubang perforasi teratas.
Jarak antara motor dan lubang perforasi teratas (HS) kurang lebih 50 ft.
4. Tentukan laju produksi diinginkan dengan cara memilih kemudian mencoba harga Pwf
untuk menghitung harga laju total menurut persamaan :

Apabila harga tersebut belum sesuai, ulangi memilih harga Pwf dengan penjajalan.
5. Hitung pump intake pressure (PIP) menurut persamaan :
PIP = Pwf - GF (HS-HPIP)

(5)

Harga PIP harus lebih besar dari BPP (tekanan jenuh); bila tidak terpenuhi, ulangi langkah 4 dan
5 dengan laju produksi yang lebih rendah.
6. Hitung arus cairan kerja (Zfl) menurut persamaan :

7. Tentukan kehilangan tekanan sepanjang tubing (Hf) setiap 1000 ft dengan membaca pada
grafik friction loss berdasarkan persamaan William Hazen, dimana :
HF = friction loss per 1000ft x pump setting depth (MD) / 1000

(7)

8. Hitung total dynamic head (TDH) menurut persamaan:

9. Pilih jenis dan ukuran pompa dari katalog perusahaan pompa bersangkutan dan gambar yang
menunjukkan efisiensi maksimum untuk laju produksi yang diperoleh di langkah 4. Baca harga
head capacity (HC) dan daya kuda motor (HP motor) pada laju produksi tersebut.
10. Hitung jumlah stages (tingkat) :

11. Hitung daya kuda yang diperlukan.


HP = HP motor Jumlah stages

(10)

12. Tentukan jenis motor yang memenuhi HP tersebut.

13. Untuk masing-masing jenis motor, hitung kecepatan aliran di annulus motor (FV). Jenis
motor dan OD motor terkecil yang memberikan FV > l ft/detik adalah pasangan yang harus
dipilih.

14. Baca harga arus listrik (A) dan tegangan listrik (Vmotor) yang dibutuhkan untuk jenis motor
yang bersangkutan.
15. Dari harga arus listrik tersebut pilih jenis kabel pada Gambar 7 (dianjurkan memilih jenis
kabel yang mempunyai kehilangan tegangan di bawah atau sekitar 30 volt tiap 1000 ft).
Vkabel = (HS - 50) V/1000 ft

(12)

Catatan :
1. ESP dapat dipakai untuk laju produksi 300 sampai 60000 BPD.
2. Dapat dipakai untuk fluida viskositas tinggi.
3. Dapat dipakai untuk sumur-sumur air atau sumur injeksi air pada proyek waterflood.
Untuk sumur injeksi, arah impeller harus dibalikkan.
4. Untuk sumur kepasiran, ESP dapat dipakai sampai derajat kepasiran tertentu, yaitu
dengan menggunakan impeller atau diffuser khusus yang terbuat dari Ni-Resist.
5. Untuk sumur korosif perlu dipasang Ressistant Coning Hausing khusus, sumbu as
pompa dari bahan K-monel. Apabila terdapat H2S gunakan kabel Al atau kabel biasa
dengan ditutup monel.
6. ESP menghasilkan panas sehingga dapat menurunkan viskositas fluida produksi; hal
mana akan membantu sumur dengan masalah parafin.
7. Untuk sumur bersuhu tinggi (lebih 250F) perlu dipasang Epoxy untuk melindungi kabel,
O-ring, dan seal (gasket).
8. Untuk sumur miring atau tidak lurus (crooked well) perlu dipasang centralizer agar kabel
tidak terkelupas.

Anda mungkin juga menyukai