Anda di halaman 1dari 15

BAB III

PROSES PEMBANGKITAN LISTRIK PLTP UBP KAMOJANG

3.1 Pasokan Uap Dari Sumur Uap

Gambar2.1 Flow diagram PLTP Kamojang

Pada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) pada dasarnya mirip dengan sistem
yang ada pada pembangkit listrik tenaga uap. Bedanya adalah pada proses pendapatan uap dan
beberapa alat lain.
Pada PLTP, uap yang diperoleh berasal dari air yang dipanaskan dengan tenaga panas
bumi. Sistem yang digunakan untuk mendapatkan uap ini adalah menginjeksikan air kedalam
perut bumi yaitu pada lapisan bumi yang terdiri dari rongga-rongga udara dan kemudian
dialirkan ke dalam pipa-pipa ke daerah pembangkit. Cara lain untuk mendapatkan uap untuk
pembangkitan ini adalah dengan menggunakan pipa yang dilewatkan ke daerah batu berongga.
Tujuannya adalah air yang dialirkan didalam pipa akan berubah menjadi uap.
Uap dari perut bumi yang dihasilkan dan disimpan didalam kantong-kantong yang
disebut reservoir. Reservoir tersebut mempunyai umur operasional, tergantung berbagai cara
pengoprasiannya dan pengeksploitasiannya. Jika sumur digunakan terus menerus dalam waktu
yang lama, maka tekanan temperature dan laju uap akan mencapai batas ekonomis. Seandainya
sumur ini digunakan sebagai sumber uap terus menerus maka akan tidak ekonomis lagi.
Dengan berpatokan pada besar tekanan akhir pada dasar sumur, maka dapat diperkirakan
jumlah akhir banyaknya sumur disuatu daerah. Salah satu sebab penurunan ini adalah
penumpukan silica pada pori-pori lapisan akuifer yang menghambat aliran fluida yang mengalir.
Dari segi kualitas, uap dari sumur-sumur yang ada di kamojang hampir mendekati 100%
uap. Reservoir berpotensi menghasilkan 300MW dengan luas area yang telah terbukti adalah 14-
21 Km2.
System pengangkatan uap, di PLTP UBP Kamojang dilakukan oleh pihak Pertamina,
sedangkan PLTP Kamojang hanya menerima uap bersihnya saja.

3.2 Peralatan Pengolah Uap Awal di PLTP Kamojang

3.2.1 Steam Receiving Header


Uap yang di alirkan dari sumur-sumur yang dikelola oleh pihak Pertamina sebelum diolah
untuk menggerakkan turbin, diawali dengan masuk ke dalam tempat penampungan. Tempat
penampungan ini disebut Steam Receiving Header. Bentuk dari receiving header ini adalah
tangki panjang seperti sebuah tabung.

Gambar2.2 Receiving header


Pada steam receiving header, tekanan dijaga sekitar 6,5 bar. Pengendalian tekanan ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dikendalikan dari lokasi atau dikendalikan dari control
room. Didalam control room, alat yang digunakan untuk memantau dan mengontrol secara jarak
jauh adalah steam system control desk. Jika terjadi masalah, lampu yang berada di unit control
desk akan menyala, berbabarengan dengan bunyi alarm. Jika masalah ini tidak dapat
dikendalikan dari dalam control room, para petugas akan mengatasi masalah yang terjadi
langsung di lokal steam receiving header.

Gambar2.3 Unit control desk


Cara untuk menjaga agar tekanan dalam steam receiving header tetap 6,5 bar adalah
dengan memasang vent structure (pelepas uap). Vent structure ini terdiri dari dua bagian. Setiap
bagian ini terdiri dari 3 vent structure. Dalam pengoprasiannya setiap vent structure digilir setiap
minggunya. Dalam penggiliran ini ada satu atau 2 vent structure yang dibuat stand by agar jika
terjadi perawatan vent stature yang dibuat dalam mode standby ini dapat langsung digunakan.
Namun jika vent structure tidak dapat menahan/ menurunkan tekanan dalam receiving
header maka rapture disk akan bekerja ( meledak). Hal ini bertujuan untuk mengurangi tekana
secara paksa agar tidak merusak Receiving Header-nya. Tekanan ketika rapture disk bekerja
adalah sekitar 9 bar. Jika rapture disk ini sudah bekerja maka system kerja pembangkitan
lumpuh total.
4 Vent structure (pelepas uap)

Gambar 2.4 Vent Structure (pelepas uap dan Repture disk)


Fungsi dari peralatan ini adalah:
 Heating uap pada system pipe line
 Katup pengaman yang akan membuang tekanan lebih bila terjadi trip di dalam steam
receiving header.
 Pengatur tekanan agar tekanan masuk turbin konstan
Sehingga apabila ada gangguan pada unit yang mengakibatkan trip, maka aliaran uap dari
alam yang tidak dihentikan akan dibuang melalui alat ini. Bangunan vent structure ini berupa
konstruksi beton bertulang berbentuk bak persegi panjang yang disekat pada bagian bawahnya
dan diatasnya diberi tumpukan batu. Penumpukan batu ini dimaksudkan agar pelepasan uap ke
udara dengan menggunakan efek nozzle diffuser dapat diredam sehingga angka kebisigan dapat
dikurangi.
Didalam vent structure trdapat atau terpasang beberapa butterfly valve. Pengoprasian dari
katub-katub ini menggunakan system pneumatic melalui Elektro-pneunematis Tranducers dan
menggunakan roda tangan untuk pengoperasian secara manual. Katub ini dibuka dan ditutup
dengan menggunakan udara bertekanan yang diperoleh dari dua buah kompresor yang terdapat
didalam ruang Vent Structure. Pengendalian kompresor (hidup/mati) dapat diatur dengan
menggunakan cara seperti dibawah:
 Secara otomatis, kompresor akan start apabila tekanan di system lebih rendah dari 6 bar.
Kompresor akan unloading dengan sendirinya ketika tekanan sudah melewati 8 bar.
 Secara local( setempat ) salah satu atau dua kompresor dapat di-start / di stop dari
station service 380 switch board.
 Secara Remote, dimana satu atau dua kompresor dapat di start / stop dari rumah Vent
Structure. Saklar Selektor auto/ local/ remote dan operasi / stand by terpasang di Station
Service 380 Switch Board.
Tekanan uap utama diukur oleh electronic pressure transmitter yang terpasang sebelum
Main Unit Insulation Valve. Pengatur setting point dipasang untuk mangatur pembukaan Vent
Structure melalui tranducers. Posisi Vent valve juga dapat diatur manual pada set point
controller. Pada saat katup vent terbuat, uap dilepas ke atmosfer melalui peredam suara berupa
batu-batu.
5 Separator

Gambar 2.5 Separator


Uap yang keluar dari sumur –sumur eksplorasi mengandung silica dan zat padat lainnya
yang dapat menimbulkan penyempitan dan penurunan aliran uap serta peningkatan tekanan pada
steam chest press. Untuk mencegah hal ini maka dalam pembangkitan listrik dengan
memanfaatkan panas bumi diperlukan Separator yang berguna memisahkan partikel padat yang
terbawa di dalam uap.
Separator yang dugunakan bertipe silinder tegak, dimana uap yang masuk melalui saluran
masuk diarahkan sedemikian rupa sehingga didalam silinder aliran uap, arah aliran uapnya
adalah aliran sentrifugal. Akibatnya aliran sentrifugal tersebut, maka material yang ikut bersama
aliran seperti kondensat maupun zat padat terlempar ke arah luar dan membentur dinding
separator. Dan akibat adanya gaya grafitasi, material-material padat ini akan jatuh kebagian
bawah separator.
Selanjutnya uap bersih mengalir keluar melalui bagian atas dari separator. Dengan
menggunakan separator dapat diperoleh tingkat kekeringan uap sebesar ±90%. Untuk
mendapatkan kinerja dari separator diperlukan peralatan-peralatan tambahan seperti:
 Condensation Drain Pot, merupakan peralatan berupa silinder yang dipasang pada pipa
uap. Fungsi dari alat ini adalah untuk menjebak air hasil kondensasi sepanjang pipa. Pada
saat kondensasi berlangsung sebagai dari silica dan zat padat yang terdapat pada aliran uap
akan terbawa dan kemudian dikeluarkan melalui steam trap. Alat ini juga dilengkapi
dengan Magnetic Float Switch , yang mempunyai prinsip kerja apabila air kondensat yang
terkumpul pada drain pot mencapai tinggi tertentu, pelampung akan naik dan secara
otomatis membuka katup drain untuk membuang kondensat tersebut. Kondensat ini
dibersihkan lagi mnggunakan steam valve( uap pembilas).
 Silencer, merupakan peralatan yang berfungsi sebagai peredam suara air yang dibuang
dan memisahkan antara air panas dan uap yang masih kering. Pemisahan ini penting untuk
menghindari timbulnya hujan gerimis yang dapat menyebabkan tanaman-tanaman di
sekitar pembangkit mati karena uap yang masih mengandung air dan zat-zat berbahaya
(beracun).
Dengan kata lain separator dapat kita katakan sebagai filter pertama setelah keluar dari
Steam Receiving header.
6 Demister

o
Gambar2.6 Demister
Peralatan ini digunakan untuk menangkap butiran-butiran air (mist) yang dapat
menyebabkan terjadinya timbunan didalam turbin yang dapat menimbulkan kavitasitas pada
sudu-sudu turbin dengan menggunakan semacam saringan. Tujuannya agar ketika uap masuk
kedalam turbin tidak menyebabkan kerusakan pada sudu-sudu turbin.
Penyaringan yang terjadi didalam demister sangat efektif untuk mengurangi kandungan Cl,
Fe2O2, SiO2 , dan Feyang akan masuk kedalam turbin. Beberapa alasan mengapa digunakan
penyaring (corrugated plate) adalah sebagai berikut:
a) Pada separator menggunakan system cyclone centrifugal type, seperti yang digunakan di PLTP
Kamojang. Pemisahan antara uap dan air panas didasarkan dari perbedaan di pada gaya
sentrifugal dan berat jenis antara air dan uap jenuh. Tetapi pemisahan ini tidak dapat
memisahkan moisture dari uap jenuh secara sempurna.
b) Penggunaan penyaring ini dapat memisahkan moisture dari uap jenuhnya sedemikian sehingga
tingkat kebasahan uap dapat diperkecil.
Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan inersia antara air dan uap serta didasarkan atas daya
lekat permukaan basah dari penyaringan tersebut. Didalam penyaringan, kecepatan uap menurun
sehingga pemisahan berlangsung dengan lebih baik.

d. Turbin PLTP Kamojang

Gambar2.7 Turbin
Salah satu komponen utama dari pembangkit lsitrik adalah turbin. Pada bagian ini kita
akan membahas mengenai keadaan fisik dari turbin uap yang ada di PLTP Kamojang. Bagian-
bagian yang akan dibahas meliputi tipe turbin, rumah turbin, rotor, dan sudu-sudu turbin ,
susunan pipa, dan sistem katup pengontrol aliran uap yang masuk turbin serta maslah yang
ditimbulkan akibat adanya penumpukan silica.
Tipe Turbin
Turbin yang digunakan di UBP kamojang adalah turbin tipe double flow condensing. Uap
yang berasal dari panas bumi digunakan untuk memutar sudu-sudu turbin yang dikopel langsung
dengan generator. Kecepatan putar turbin yang dihasilkan adalah 3000 Rpm.
Uap yang masuk kedalam turbin jumlahnya sangatlah besar, hal ini dikarenakan tekanan
uap yang digunakan oleh PLTP rendah yakni berada pada kisaran 2-10kg/cm 2 g. Tekanan yang
rendah ini berdampak terhadap volume spesifik uap. Volume spesifik uap menjadi besar dan heat
drope dari turbi menjadi rendah, oleh karena itu jumlah uap yang dibutuhkan menjadi
banyak..Volume uap yang banyak ini mengakibatkan ukuran-ukuran turbin ,rumah turbin, dan
katub-katub yang relative lebih besar dari pada turbin yang menggunakan uap dengan tekanan
tinggi.
Susunan Pipa Uap Masuk Turbin
Tujuan penggunaan dua saluran pipa untuk masuk kedalam turbin adalah untuk
keamanan oprasi jika terjadi keadaan darurat. Dengan menggunakan sistem ini maka steam free
test pada katub-katub yang terdapat pada pipa saluran uap dapat dilakukan tanpa mengganggu
operasi turbin pada saat beban penuh.
Pada tipe turbin yang digunakan di UBP Kamojang , seluruh saluran masuk ke dalam
turbin yang terdapat pada bagian bawah rumah turbin. Saluran pipa uap tersebut berada
disamping kanan dan kiri arah memanjang dari turbin. Ruang uap pertama yang terdapat didalam
ruang uap kedua dipisahkan dengan menggunakan sekat, sehingga uap pertama tidak masuk ke
nozzel tingkat pertama yang kira kira tepat ditengah-tengah turbin. Kemudian uap kedua
disalurkan kedalam ruang masukan, lalu kedua uap tersebut bertemu untuk mengalir menuju
sudu-sudu selanjutnya.
Casing Turbin
Rumah turbin ini terbuat dari plat baja dan metode untuk penyambungannya
menggunakan metode pengelasan. Rumah turbin ini dibagi menjadi 2 bagian yakni bagian atas
dan bagian bawah.
Relief diafragma dan lubang pemeriksaan sudu-sudu tingkat akhir dipasang di bagian atas
dari rumah turbin. Turbin dengan tipe double flow memiliki pipa pengimbang, dimana pipa
tersebut menghubungkan dua ruangan uap tingkat pertama sebelah kiri dan tingkat pertama
sebelah kanan. Dengan adanya pipa pengimbang ini maka tidak perlu adanya lubang-lubang
pengimbang pada piringan rotor.
Rotor dan Sudu-Sudu Turbin
Rotor turbin harus memiliki konstruksi yang pejal untuk mengatasi kondisi kerja yang
ekstrim. Semisal pada kondisi kerja putaran tinggi dan temperatur operasi yang relative tinggi.
Kondisi lainnya adalah lingkungan yang erosive dan korosif.

Katub governor dan main stop valve


Ukuran katub-katub pada PLTP memiliki ukuran yang besar dan tebal sebab tekanan uap
yang digunakan relative rendah. Bagian dalam dari pipa adalah asbes sedangkan bagian luarnya
dilapisi dengan menggunakan steanless steal.
Pada pipa untuk mencegah kemcetan mekanisme, katub dipasang peralatan steam free
test. Konstruksi katub MSV menggunakan tipe swing check dan untuk katub governor
menggunakan tipe butterfly. Untuk mengoprasikan katub yang berukuran besar digunakaan
motor servo sebagai penggerak dan peralatan hidrolik, sehingga dapat menggerakkan katub jika
dalam keadaan deposit sangat berat.
Sistem kontrol pada katub governor
PLTP kamojang sistem kerjanya dioprasikan sebagai base load unit, karena energi uap
panas bumi tidak dapat disimpan. Oleh karena itu PLTP harus dioprasikan semaksimal mungkin
sesuai output maksimum dari sumber uapnya, ketika beroprasi katub governor selalu dalam
keadaan terbuka pada beban penuh. Dari kondisi kerja seperti ini maka besar kemungkinannya
untuk terjadi kemacetan mekanisme katub akibat penumpukan deposit. Untuk mencegah hal ini
maka karakteristik aliran uap dan pembentukkan katub dibuat agar cocok dengan karakteristik
kontrol pada governor sedemikian rupa sehingga diperoleh output 100%. Pada saat turbin di
start, uap masuk kedalam turbin yang diatur oleh pilot valve didalam MSV, sedangkan pada saat
paralel diatur oleh katub governor.
Pada saat turbin dioprasikan, karena terdapat dua saluran uap yang masuk kedalam turbin
maka, katub-katub MSV maupun governor dapat diperiksa apabila terjadi kemacetan tanpa harus
mengganggu operasi unit. Untuk mencegah terjadinya penyempitan maka lubang nozzel
diperbesar.
3.3 Sistem pendingin
a) Sistem pendingin di PLTP
Berikut ini adalah blok diagram dari sistem pendingin utama pada PLTP Kamojang.

Gambar 2.8 Sistem pendinginan utama PLTP Kamojang

Sistem pendingin pada PLTP terdiri dari dua macam sistem sirkulasi, yaitu primary water
cooling sistem yang melayani pendinginan untuk kondensor dan secondary water cooling sistem
yang melayani pendinginan peralatan bantu seperti oil cooler, generator oil cooler dan
kompresor oil cooler. Pemeliharaan sistem ini didasarkan pada kenyataan bahwa unit PLTP
terletak didaerah pegunungan yang sumber air sangat terbatas, sehingga tidak memungkinkan
penggunaan sistem sekali alir.
Disamping itu penggunaan sistem sistem ini tidak mempunyai dampak yang besar
terhadap lingkungan dibanding sistem pendingin sekli alir( one through cooling system ).
Primary cooling water bersama kondensat yang dipompa bersama CWP, dialirkan ke hot basin
dari cooling tower untuk didinginkan dengan menggunakan udara yang dialirkan oleh Fan.
Pendinginan ini terjadi akibat adanya penguapan dari air kedalam aliran udara yang mempunyai
kelembaban rendah, sehingga air panas akan melepas sebagian kalor dengan besar sama dengan
jumlah kalor yang diperlukan untuk terjadinya penguapan tersebut. Air yang telah didinginkan
dalam cold basin untuk selanjutnya dialirkan ke kondensor secara gravitasi akibat adanya
perbedaan level dan perbedaan tekanan antara kondensor dengan udara luar. Jenis cooling tower
yang digunakan adalah mechanical induced draught ccross flow tower. Secondary cooling water
merupakan siklus tertutup yang menggunakan air bersih, dimana energi panas yang ada dalam
sistem pendingin ini dipindahkan ke primary cooling water melalui sebuah plate heat
exchanger.

b) Kondensor

Gambar2.9 kondensor
Untuk mendapatkan efisiensi turbin yang tinggi maka uap bekas atau exhaust steam
keluar dari turbin harus dalam kondisi vakum sekitar 0,1bar yang diperoleh dengan
mengkondensasikan uap tersebut dalam sebuah kondensor kontak langsung yang dipasang
dibawah turbin. Berbeda dengan kondensor permukaan yang ada pada PLTU konvensional,
kondensor kontak langsung mempunyai effisiensi perpindahan panas yang jauh lebih besar
daripada kondensor permukaan hingga ukuran dan biaya investasinya jauh lebih kecil.
Pemakaian kondensor ini sangat cocok, karena untuk pembangkit panas bumi mempunyai
siklus terbuka sehingga tidak diperlukan sistem pengembalian kembali kondensat seperti pada
PLTU konvensional. Exhaust steam dari turbin masuk dari atas kondenser, kemudian mengalami
kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray
nozzle. Gas-gas yang tidak dapat dikondensasi didinginkan di gas cooling zone, untuk kemudian
dikeluarkan lewat sisi atas kondenser oleh sistem ekstrasi gas. Level kondensat di dalam
kondenser dijaga selalu dalam kondisi level normal oleh dua buah cooling water pump dan
dialirkan ke cooling tower untuk didinginkan ulang sebelum disirkulasikan kembali.
c) Ejektor
 Gas Ejektor
Uap panas bumi mengandung gas-gas yang tidak dapat terkondensasi didalam kondensor.
Fungsi dari gas ejektor ialah untuk mengeluarkan gas-gas tersebut dari dalam kondensor dan
membuatnya setinggi mungkin ke atmosfer. Pembuangan gas –gas yang tidak dapat terkonensasi
sangatlah penting untuk mempeertahankan tekanan vakum di dalam kondensor, sebab jika alat
ini rusak ketika beroprasi, gas-gas yang tidak tekondensasi tersebut akan terakumulasi sehingga
menyebabkan tekanan kondenser naik.
 Steam Jet Ejektor
Uap masuk kedalam venturi dengan kecepatan tinggi akan mengakibatkan gas yang tidak
terkondensasi akan terhisap dari ruang kondensor. Hal ini dimaksudkan karena gas-gas tak
terkondensasi yang keluar dari kondensor masih mengandung uap, maka pada inter condensor
uap air tersebut dihilangkan. Untuk lebih meyakinkan bahwa NCG (Non Condensable Gas)
dibuang ke udara luar tersebut betul-betul kering, tidak mengandung uap , maka digerakkan dua
buah inter condensor.
 Centrifugal Compresor
Apabila NCG (Non Condensable Gas) terkandung di dalam uap besar, maka steam ejektor
tidak mampu untuk mengeluarkan NCG secara sempurna, untuk itu diperlukan centrifugal
compressor yang tenaga penggerakanya diambil dari turbin.
d) Cooling tower
PLTP kamojang menggunakan cooling tower dengan sistem mechanical induced dreught
cross low, udara berpindah karena adanya isapan kipas. Pada jenis ini , udara masuk dari sisi
menara melaui kiasi-kiasi yang cukup besar pada kecepatan rendah bergerak melalui fillbar.
Kipas dipasang dipuncak menara dan melalui kipas fan stack udara panas dan lembab dibuang ke
udara bebas. Cooling tower PLTP kamojang terdiri dari banyak cell yang terbuat dari kayu
kering dan sejumlah cerobong kipas di puncak menara dengan bentuk bundar. Untuk unit 1
terdiri dari 3 cerobong kipas, sedangkan untuk unit 2 dan 3 terdiri dari 5 buah cerobong kipas.
Kipas-kipas digerakkan oleh motor- motor listrik dengan putaran rendah. Putaran rendah
ini dapat dicapai dengan penggunaan gigi reduksi. Kipas ini adalah jenis baling-baling yang
dapat memindahkan laju aliran volume yang besar pada tekanan statis rendah. Balin-baling dapat
diatur jarak dan sudutnya agar mengkonsumsi daya serendah mungkin.
Keunggulan jenis adalah terjaminnya aliran udara dalam jumlah yang diperlukan pada
segala macam kondisi beban dan cuaca. Biaya investasinya dan konstruksinya serta profil
fisiknya rendah. Kelemahannya ialah kebutuhan daya, biaya operasi dan pemeliharaan yang
besar serta menimbulkan suara yang berisik.

Gambar 2.10 Cooling tower


e) Sistem reinjeksi
Reinjeksi adalah usaha untuk menginjeksikan kelebihan air dari menara pendingin
(cooling tower) kedalam sumur-sumur reinjeksi yang telah disediakan pertamina. Kelebihan air
dari 3 bak cooling tower dengan debit 80kg/detik dan debit maksimum 102,6 kg/ detik akan
tertampung dalam bak penampung dan pada rumah pompa dipasang 3 buah pompa reinjeksi
yang akan beroprasi secara bergantian memompa kelebiahn air ke sumur reinjeksi. Dari sejumlah
uap yang terkondensasi sebagian besar ( sekitar 70% ) akan hilang melalui penguapan di cooling
tower sedangkan sisanya di ineksikan kembali kedalam reservoir. Tujuan dari injeksi ini untuk
mengurangi pengaruh pencemaran lingkungan, membantu mengurangi ground subsidence,
menjaga tekanan dan sekaligus recharge water untuk reservoir.

3.4 Proses penghasilan listrik


a. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik dari turbin menjadi energi listrik.
Generator yang dipakai adalah jenis Turbo Generator dengan putaran 3000 rpm berkutub
silindris dengan sistem eksitasi besar secara brushless (tidak bersikat). Tegangan generator yang
dihasilkan sebesar 11,8 kV dan daya 55MW (untuk unit 2 dan unit 3). Selanjutnya tegangan
ditransmisikan ke trafo agar tegangan naik dan sebagian dipakai untuk peralatan bantu.

Gambar 2..11 Generator unit 1


b. Transformator
Transformator utama yang digunakan adalah trafo tenaga untuk menaikkan tegangan
dari 11,8 kV menjadi 150 kV sesuai dengan tegangan jaringan. Untuk menghindari panas yang
berlebihan pada saat trafo beroperasi, dipakai pendinginan sistem Oil Natural Air Natural
(ONAN) atau pendingin udara dan minyak yang bersikulasi secara alamiah melalui sirip-sirip
yang terdapat dibagian sisi luar dari rumah trafo.Untuk mengetahui dan mengecek permukaan
minyak trafo, dipasang indikator pada separatornya.Sedangkan untuk menyerap gelembung-
gelembung udara, uap air dan moisture yang masuk ke dalam minyak digunakan Dehydrating
Breathers tipe silika.

Gambar 2.12 Transformator Unit 1


c. Switch Yard
Tenaga listrik dari generator disalurkan ke Main Transformator / Tranformator Utama
yang berfungsi untuk menaikkan tegangan output generator sebesar 11,8 kV menjadi 150 kV ke
Rel Transmisi di switch yard sistem 150 kV ke Garut I, II, dan Bandung Selatan I, II dengan rel
ganda.
Di dalam switch yard terdapat beberapa alat yang digunakan untuk pendistribusian
listrik hasil produksi. Alat-alat ini adalah transformator, PMT dan PMS ( sebagai saklar).
Disini transformator yang digunakan terdapat dua jenis yaitu transformator ukur ( CT )
dan transformator yang digunakan sebagai penaik atau penurun tegangan.Yang dimaksud dengan
transformator ukur adalah transformator yang digunakan untuk menurunkan tegangan atau arus
yang nantinya digunakan sebagai instrument nilai tegangan atau arus dari sistem dan kemudian
digunakan sebagai kontrol.
Yang dimaksud dengan PMT dan PMS adalah sakalar yang digunakan untuk
menyambungkan ke jalur tertentu. Perbedaan dari PMT dan PMS adalah adanya busur api pada
PMT sedangkan pada PMS tidak ada.

Gambar 2.13 PMT


Dalam pendistribusian listrik bagian dari PT Indonesia Power adalah hanya sampai
PMT saja.

Anda mungkin juga menyukai