Oleh:
ADAM SETIAWAN
NIM : 24052216036
Disusun Oleh:
ADAM SETIAWAN
NIM: 24052216036
Menyetujui:
Pembimbing
........................................ .....................................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
….…………………
2
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mempermudah analisis metode DGA terhadap jumlah fault gas terlarut
pada minyak trafo, pada penelitian tugas akhir ini penulis juga akan mencoba
merancang perangkat lunak aplikasi bantu untuk mempermudah analisis metode DGA
serta mempermudah dalam pembuatan report tentang pengujian DGA yang telah
dilakukan terhadap suatu trafo.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin di peroleh melalui skripsi ini adalah :
1. Menganalisis indikasi kegagalan yang terjadi di transformator berdasarkan gas-gas
yang timbul setelah dilakukan uji DGA pada minyak trafo dengan menggunakan
metode :
1. TDCG (Total Dissolved Combustible Gas)
2. Key Gas
3. Roger’s Ratio
3
4. Duval Triangle
2. Merancang perangkat lunak aplikasi bantu untuk mempermudah analisis dan
pelaporan hasil uji DGA pada suatu trafo.
4
Transformator daya (trafo) merupakan salah satu peralatan penting yang
digunakan dalam penyaluran tenaga listrik. Dibandingkan dengan komponen lainnya,
transformator hanya memerlukan sedikit pemeliharaan karena tidak mempunyai
komponen yang bergerak. di dalam trafo, sistem isolasi utama dibentuk dari dua bagian
penting, yaitu minyak isolasi dan kertas selulosa.
Ada empat fungsi utama minyak isolasi trafo yaitu sebagai insulator, pendingin,
pelindung dan pelarut gas. Sebagai insulator yang dimaksud adalah mengisolasikan
komponen di dalam trafo agar tidak terjadi loncatan bunga api (arcing) atau hubungan
pendek akibat tegangan tinggi. Minyak sebagai pendingin adalah mengambil panas
yang ditimbulkan sewaktu trafo berbeban lalu melepaskannya. Minyak sebagai
pelindung adalah melindungi komponen–komponen dalam trafo dari korosi dan oksi-
dasi. Dan minyak juga melarutkan gas-gas hasil dari proses pemburukan minyak dan
isolasi kertas.
Di dalam pengoperasiannya transformator minyak (oil immersed), menghasilkan
senyawa–senyawa gas sebagai hasil dari proses pemuaian dan dampak dari gangguan
dan ketidaknormalan operasi trafo. Sangatlah penting untuk mendeteksi dan mengenali
senyawa–senyawa gas tersebut sebagai dasar untuk mengetahui dampaknya terhadap
operasi suatu Trafo. Minyak isolasi mineral dibentuk dari beberapa molekul
hidrokarbon yang mengandung gugus kimia CH3, CH2 dan CH yang dihubungkan oleh
ikatan molekul karbon. Pemutusan beberapa ikatan C-H dan C-C dapat terjadi sebagai
akibat gangguan elektrik dan thermal, dengan bentuk pecahan kecil yang tidak stabil,
dalam bentuk radikal atau ion seperti H, CH 3, CH2, CH atau C yang terkombinasi
dengan cepat melalui reaksi kompleks menjadi molekul gas seperti Hidrogen (H-H),
Methane (CH3-H), Ethane (CH3-CH3), Ethylene (CH2=CH2) atau Acethylene
(CH3≡CH3). Data hasil perhi-tungan dengan data hasil uji DGA yang menggunakan gas
chromatography dan me-lakukan tindakan yang diambil berdasarkan IEEE std.C57.104
– 2008.
.
I.2 Tujuan
5
1. Standar IEEE
2. Key Gas Method
3. Roger’s Ratio Method
Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, beberapa masalah yang dibatasi yakni
sebagai berikut:
1. Gas yang dianalisis merupakan gas yang terlarut pada minyak isolator pada
tangki utama.
2. Analisa hanya mencari berbagai indikasi pada transformator yang di sesuaikan
dengan standar Analisa tertentu, tidak membahas pasti indikasi yang muncul.
3. Tidak membahas tentang pemeliharaan minyak trafo atau isolasi cair.
4. kondisi transformator berdasarkan hasil uji DGA pada sample minyak trafo
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan laporan, ruang
Lingkup penulisan dan sistematika penulisan laporan.
Bab ini berisi tentang hasil kerja praktik Metode Pelaksanaan pekerjaan/ proyek
secara keseluruhan/ berdasarkan kontrak pekerjaan. Metode Pelaksanaan
ditampilkan melalui gambar/ diagram alir disertai penjelasannya. Pada Gambar
6
Metode Pelaksanaan tersebut, diberi tanda/informasi mengenai posisi/
kedudukan kegiatan PKLyang diikuti di lapangan, sehingga dapat diketahui
tahap kegiatan/ pekerjaan yang telah berlalu (sebelum PKL), kegiatan yang
diikuti (masa PKL), dan tahap kegiatan selanjutnya (setelah PKL). Metode
Pelaksanaan pekerjaan/proyek yang diikuti selama PKL. Berisi informasi detail
mengenai setiap tahapan kegiatan, serta dilengkapi foto kegiatan di lapangan.
Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan berisi mengenai pandangan mahasiswa
terhadap pelaksanaan kegiatan/pekerjaan/proyek selama mengikuti masa PKL.
Saran berisi pandangan mahasiswa mengenai implikasi pekerjaan selanjutnya
(pasca PKL) berdasarkan kondisi pekerjaan saat ini (masa PKL).
7
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PENULIS i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR LAMPIRAN vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR ISTILAH ix
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG x
DAFTAR RUMUS xi
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Perumusan masalah 1
I.3 Batasan Masalah 2
I.4 Tujuan 2
1.5 Manfaat 2
BAB II 4
GAMBAR UMUM PERUSAHAAN 4
II.1 Tinjauan Umum Perusahaan 4
II.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan 4
vi
II.1.2 Visi, Misi Dan Makna Logo Perusahaan 6
II.1.3 Stuktur Organisasi Perusahaan 7
II.1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Usaha 7
II.1.5 Peta Lokasi dan Foto Perusahaan 8
II.1.6 Prinsip Kerja PGE KARAHA Secara Umum 8
II.1.7 Skema Panas Bumi Pemanfaatan Secara Tidak Langsung 9
II.1.8 Kemampuan Unit PGE KARAHA 10
BAB III 11
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 11
III.1 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Secara Keseluruhan 11
III.2 PENGUJIAN DGA PADA TRANSFORMATOR P1BAT10 11
III.2.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan 11
III.2.2 Instruksi Kerja Pengambilan Sampel Minyak Untuk Uji DGA 12
III.2.3 Data Trafo 13
III.2.4 Pengujian Dysolved Gas Analysis pada Trafo P1BAT10 Area Karaha 14
III.2.4.1 Metode DGA 14
III.2.4.2 Minyak Sebagai Bahan Isolator Cair Pada Transformator 14
III.2.4.3 Data Alat Dysolved Gas Analysis 15
III.2.4.4 Proses Pengambilan Sampel Minyak 16
III.2.5 Data Hasil Pengujian Dysolved Gas Analysis 18
III.2.6 Analisa Transformator berdasarkan hasil pengujian DGA 19
III.2.5.1 Standar IEEE 19
III.2.5.2 Key Gas Method 22
III.2.5.3 Roger’s ratio Method 24
III.2.6 Tindakan Operasional 26
III.2.7 Penerapan K3 Yang Berlaku 28
III.3 Kesimpulan 29
III.4 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR ISTILAH
xi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
PEMAKAIAN PERTAMA
SINGKATAN NAMA KALI PADA HALAMAN
CH3 Metil 1
CH2 Carbon dihydrogen 1
CH Carbon hydrogen 1
C-H Carbon hydrogen 1
H Unsur Hidrogen 1
H-H Hidrogen 1
CH3 - H Methane 1
CH3 - CH3 Ethane 1
CH2 = CH2 Ethylane 1
CH3 = CH3 Acethylene 1
PGE Pertamina Geothermal Energy 2
DGA Dissolved Gas Analysis 2
H2 Hidrogen 15
TDCG Total dissolved combustible Gasses 19
PPM Part Per Million 19
CO Karbon Monoksida 23
xii
DAFTAR RUMUS
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
1
I.3 Rumusan Masalah
Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, beberapa masalah yang dibatasi yakni
sebagai berikut:
5. Gas yang dianalisis merupakan gas yang terlarut pada minyak isolator pada
tangki utama.
6. Analisa hanya mencari berbagai indikasi pada transformator yang di sesuaikan
dengan standar Analisa tertentu, tidak membahas pasti indikasi yang muncul.
7. Tidak membahas tentang pemeliharaan minyak trafo atau isolasi cair.
8. kondisi transformator berdasarkan hasil uji DGA pada sample minyak trafo
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan laporan, ruang
Lingkup penulisan dan sistematika penulisan laporan.
Bab ini berisi tentang hasil kerja praktik Metode Pelaksanaan pekerjaan/ proyek
secara keseluruhan/ berdasarkan kontrak pekerjaan. Metode Pelaksanaan
ditampilkan melalui gambar/ diagram alir disertai penjelasannya. Pada Gambar
Metode Pelaksanaan tersebut, diberi tanda/informasi mengenai posisi/
kedudukan kegiatan PKLyang diikuti di lapangan, sehingga dapat diketahui
tahap kegiatan/ pekerjaan yang telah berlalu (sebelum PKL), kegiatan yang
2
diikuti (masa PKL), dan tahap kegiatan selanjutnya (setelah PKL). Metode
Pelaksanaan pekerjaan/proyek yang diikuti selama PKL. Berisi informasi detail
mengenai setiap tahapan kegiatan, serta dilengkapi foto kegiatan di lapangan.
Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan berisi mengenai pandangan mahasiswa
terhadap pelaksanaan kegiatan/pekerjaan/proyek selama mengikuti masa PKL.
Saran berisi pandangan mahasiswa mengenai implikasi pekerjaan selanjutnya
(pasca PKL) berdasarkan kondisi pekerjaan saat ini (masa PKL).
3
BAB II
4
dialihkan kepada Anak Perusahaan paling lambat dua tahun setelah perseroan terbentuk.
Untuk itu PT Pertamina membentuk PT Pertamina Geothermal Energy (PT PGE)
sebagai anak perusahaan yang akan mengelola kegiatan usaha dibidang geothermal.
Berikut adalah perkembangan PGE mulai tahun 1974 sampai dengan tahun 2018:
5
Sinabung, Provinsi Sumatera Utara.
Visi :
2021 : Leading Geothermal Company In Asia
2025 : World Class Geothermal Energy Enterprise
Misi :
Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha Gothermal
secara Profesional yang Berwawasan Lingkungan dan Memberikan Nilai Tambah bagi
Stakeholder.
6
n masa depan yang lebih positif dan dinamis. Warna merah mencerminkan keuletan dan
ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan. Warna hijau
mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. Warna biru mencermi
nkan andal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab.
II.1.3 Stuktur Organisasi Perusahaan
7
II.1.5 Peta Lokasi dan Foto Perusahaan
8
memutarkan turbin generator yang menghasilkan listrik. Ada tiga tipe PLTP di lihat dari
karakteristik uapnya, tipe uap kering (dry steam), tipe uap air panas (falsh steam), dan
tipe temperatur rendah (binary cycle).
Sebagai pembangkit listrik yang menyuplai kebutuhan daya listrik, pembangkit
listrik tenaga panas bumi yang menggunakan uap panas dari dalam bumi sebagai media
untuk menggerakan turbin, uap panas dari dalam bumi dipisahkan dengan separator
sehingga di dapat uap kering yang digunakan untuk membangkitkan listrik, sedangkan
air panas atau brine hasil pemisahan dari separator di buang ke dalam perut bumi.
Pembangkit daya melepaskan cukup banyak energi ke lingkungan sekitarnya
melalui perpindahan kalor. Menara pendingin menjadi alternatif di lokasi-lokasi di
mana tidak terdapat cukup air sebagai pendingin. Menara pendingin dapat beroperasi
dengan konveksi alami atau paksa. Menara pendingin juga dapat beroperasi dengan
beberapa jenis aliran, seperti berlawanan, berpotongan, atau kombinasi keduanya.
II.1.7 Skema Panas Bumi Pemanfaatan Secara Tidak Langsung
9
untuk memisahkan steam dan brine. Steam dengan massa tertentu hasil pemisahan di
separator disalurkan ke pembangkit melalui pipa hider,untuk menggerakan turbin dan
generator sehingga menghasilkan listrik.
Selanjutnya listrik yang dihasilkan di distribusikan ke konsumen. Sementara
brine hasil pemisahan di separator diinjeksikan kembali ke dalam bumi melalui sumur
re-injeksi yang letaknya berada di luar boundary reservoir. Tujuannya agar tidak terjadi
pendingina reservoir yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan produksi.
Uap yang keluar dari turbin akan berubah fasa menjadi air kondesat, dan kemudian
didinginkan di dalam kondesor dengan tekanan yang dijaga vakum.Dari kondernsor, air
kondesat tersebut dipompakan menuju cooling tower. Dari basintersebut, air kondesat
diinjeksikan kembali ke dalam bumi melalui sumur re-injeksi.Saat ini pemanfaatan
energi panas bumi lebih banyak untuk pemanfaatan tidak langsung yakni untuk
kelistrikan.
PGE Area Karaha Unit 1 mempunyai beberapa unit sumur produksi yang
digunakan untuk menghasilkan uap. Dari uap alami itu akan mampu menghasilkan daya
listrik total sebesar 55 MW, tapi berhubungan kualitas uap yang ada di Karaha kurang
bagus karena lebih banyak mengandung air dari pada uap keringnya maka setelah
dikirim ke Unit Pmbangkitan 1 maka akan menghasilkan daya sebesar ± 30 MW atau
hampir setengah dari kapasitas total pembangkit. Sedangkan penggunaan listrik untuk
perusahaan sebesar 1.5 - 2 MW, sehingga sisanya akan didistribusikan ke costumer
melalui PJB di Cilawu.
10
BAB III
Persiapan
Pemasangan
Baru
Pelaksanaan
Pergantian
Pengujian
Pemeriksaan
Tidak layak
Catatan : Pelaporan
Sebelum PKL
Layak
Masa PKL
11
III.2.2 Instruksi Kerja Pengambilan Sampel Minyak Untuk Uji DGA
Persiapan
1. Siapkan ember untuk menampung minyak trafo
2. Pasang oil flushing unit pada drain valve tangki utama trafo
3. Atur stop-kran pada posisi menutup
4. Persiapkan Syringe untuk pengambilan sampel minyak
5. Persiapkan sample bootle yang telah dipasang tutup aluminium
Pelaksanaan
1. Buka drain valve tangka utama trafo
2. Lakukan proses pembersihan terlebih dahulu (keluarkan minyak dari tangka
utama dengan membuka stop-kran)
3. Tutup Stop-kran
4. Pasang jarum pada syringe
5. Buka katup pada syringe dan suntikan syringe pada selang silicon
6. Sedot minyak dari selang
7. Pastikan tidak ada udara(gelembung udara)yang masuk ke dalam syringe
8. Ambil sample minyak sebanyak 50 ml
9. Tutup kembali katup pada syringe
10. Pindahkan minyak dari syringe ke bootle sample dengan cara menyuntikan
minyak ke dalam bottle sample tanpa membuka tutupnya.
Penyelesaian
1. Tutup kembali drain valve tangki utama trafo
2. Lepaskan jarum suntik dari syringe
3. Buka stop-kran untuk mengeluarkan sisa minyak pada oil flushing unit (tamping
dalam ember)
4. Tutup kembali drain valve tangki utama trafo
5. Lepaskan oil flushing unit dari drain valve tangki utama trafo
6. Pastikan drain valve telah terpasang dengan benar
7. Bereskan kembali alat- alat yang di pergunakan
12
1. Transformator P1BAT10
III.2.4 Pengujian Dysolved Gas Analysis pada Trafo P1BAT10 Area Karaha
13
III.2.4.1 Metode DGA
Uji DGA dilakukan pada suatu sampel minyak diambil dari unit transformator
kemudian gas-gas terlarut (dissolved gas) tersebut diekstrak. Gas yang telah diekstrak
lalu dipisahkan, diidentifikasi komponen-komponen individual, dan dihitung
kualitasnya (dalam satuan Part per Million – ppm). Keuntungan utama uji DGA
adalah deteksi akan adanya fenomena kegagalan yang ada pada transformator yang
diujikan. Namun kelemahan utamanya adalah diperlukan tingkat kemurnian yang
tinggi dari sampel minyak yang diujikan. Rata-rata alat uji DGA memiliki sensitivitas
yang tinggi, sehingga ketidakmurnian sampel akan menurunkan tingkat akurasi dari
hasil uji DGA.
III.2.4.2 Minyak Sebagai Bahan Isolator Cair Pada Transformator
Isolator merupakan suatu sifat bahan yang mampu untuk memisahkan dua
buah penghantar atau lebih yang berdekatan untuk mencegah adanya kebocoran
arus / hubung singkat, maupun sebagai pelindung mekanis dari kerusakan yang
diakibatkan oleh korosif atau stressing. Minyak isolator yang dipergunakan dalam
transformator daya mempunyai beberapa tugas utama, yaitu: Media isolator, Media
pendingin, Media / alat untuk memadamkan busur api, Perlindungan terhadap
krorosi dan oksidasi. Minyak isolator transformator dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu minyak mineral dan minyak sintetik. Pemilihan jenis minyak didasarkan pada
keadaan lingkungan dimana transformator digunakan, misal askarel adalah jenis
minyak sintetik yang tidak dapat terbakar, sehingga pemakaian askarel
memungkinkan transformator distribusi dapat digunakan pada lokasi dimana bahaya
api sangat besar (misal pada industri kimia), tetapi dari segi kesehatan minyak ini
dinilai sangat membahayakan. Oleh karena itu di beberapa negara ada larangan
mempergunakan askarel. Minyak transformator jenis minyak mineral biasanya
merupakan sebuah campuran kompleks dari molekul-molekul hidrokarbon, baik
dalam bentuk linear atau siklis mengandung kelompok molekul CH3, CH2 dan CH
yang terikat. Formula umum dari minyak transformator adalah CnH2n+2 dengan n
bernilai antara 20 s.d 40.
14
III.2.4.3 Data Alat Dysolved Gas Analysis
Alat yang dipergunakan untuk pengambilan sampel minyak untu uji DGA antara lain :
1. STOPCOCK DAN SYRINGE GLASS 50 ML
Suntikan dengan wadah berbahan kaca untuk pengambilan sampel minyak.
15
H2 . Dengan demikian kandungan gas – gas yang terdeteksi dapat mewakili kondisi
kandungan gas di dalam minyak yang sebernarnya.
3. PRINTER THERMAL
TRANSPORT X dilengkapi dengan printer termal 2 inci inbuilt yang dapat
mencetak hasil uji Dissolved Gas Analysis di tempat ( lihat Gambar III.6 )
16
Gambar III. 7 Pemasangan syringe dengan selang sampling
2. Pencucian Syringe
Buka perlahan stopcock pada posisi katup berada diarah kanan (posisi jam 3),
sehingga minyak akan mengalir mengisi syringe.
Gambar III. 9 Posisi katup syringe untuk mengunci minyak dalam syringe
17
Buang minyak yang terdapat dalam isi Syringe,dengan memutarkan katup pada
posisi jam 12,dorong perlahan sehingga sample terbuang pada ember,(hal ini
dimaksudkan untuk membilas dan membersihkan isi syringe)
Gambar III. 10 Posisi katup syringe untuk mengeluarkan sample dari syringe
Lakukan tahap pembilasan hingga 3 kali.
3. Pengambilan sample minyak
Setelah tiga kali pembilasan ambil sample yang keempat sebanyak 50 ml dan
perlu diyakinkan tidak ada gelembung udara dalam syringe.
III.2.5 Data Hasil Pengujian Dysolved Gas Analysis
08-Nov-
18 31-Jul-19
H2 82 58
H20 19 19
CO2 1492 1745
CO 365 407
C2H4 5 3
C2H6 7 6
CH4 6 8
C2H2 0.5 1
TDCG 465 483
18
III.2.6 Analisa Transformator berdasarkan hasil pengujian DGA
Setelah diketahui karakteristik dan jumlah gas-gas yang diperoleh dari sample
minyak, selanjutnya perlu dilakukan analisis kondisi transformator. Terdapat beberapa
metode untuk melakukan interprestasi data dan analisis seperti yang tercantum pada
IEEE stdC57.104 – 2008, yaitu :
1. Standar IEEE
2. Key Gas Method
3. Roger’s Ratio Method
III.2.5.1 Standar IEEE
IEEE telah merapkan standarisasi untuk melakukan analisis berdasarkan jumlah
gas terlarut pada sampel minyak, yaitu pada IEEE std.C57.104 – 2008.
Tabel III. 2 Batas Konsetrasi Gas terlarut dalam satuan Part Per Million(ppm)
berdasarkan IEEE std.C57.104 – 2008
19
MEASU CONDIT CONDIT CONDIT
RED ION ION CONDIT ION
GAS 1 2 ION 3 4
HYDROGE 701 -
82 100 101 - 700 > 1800
1 N H2 = 1800
CARBON 2501 - 4001 -
1492 2500 > 10000
2 DIOXIDE CO2 = 4000 10000
CARBON
571 -
MONOXID 365 350 351 - 571 > 1400
1400
3 E CO =
ETHYLEN C2H4
5 50 51 - 100 101 - 200 > 200
4 E =
C2H6
7 65 66 - 100 101 - 150 > 150
5 ETHANE =
121 - 401 -
6 120 > 1000
6 METHANE CH4 = 400 1000
ACETYLE C2H2
0.5 1 2-9 10 - 35 > 35
7 NE =
TOTAL TD
DISSOLVE CG 721 - 1921 -
465 720 > 4630
COMBUST (pp 1920 4630
IBLE GAS m)
Tabel III. 3 Evaluasi Kondisi Gas terlarut dan TDCG Pada tanggal 8 November 2018
20
MEASU CONDIT CONDIT CONDIT
RED ION ION CONDIT ION
GAS 1 2 ION 3 4
HYDROGE 701 -
58 100 101 - 700 > 1800
1 N H2 = 1800
CARBON 2501 - 4001 -
1745 2500 > 10000
2 DIOXIDE CO2 = 4000 10000
CARBON
571 -
MONOXID 407 350 351 - 571 > 1400
1400
3 E CO =
ETHYLEN C2H4
3 50 51 - 100 101 - 200 > 200
4 E =
C2H6
6 65 66 - 100 101 - 150 > 150
5 ETHANE =
121 - 401 -
8 120 > 1000
6 METHANE CH4 = 400 1000
ACETYLE C2H2
1 1 2-9 10 - 35 > 35
7 NE =
TOTAL TD
DISSOLVE CG 721 - 192 1 -
483 720 > 4630
COMBUST (pp 1920 4630
IBLE GAS m)
Tabel III. 4 Evaluasi Kondisi Gas terlarut dan TDCG Pada tanggal 31 Juli 2019
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa nilai total gas terlarut (TDGC) pada minyak
transformator sebesar 465 dan 483 ppm (part/Million) yang berarti konsentrasi TDCG
termasuk dalam kondisi I yaitu masih dalam ambang batas normal (<720 ppm). Hal ini
menunjukan bahwa kondisi transformator masih sehat dan tetap bisa dioperasikan
secara normal tetapi tetap perlu dilakukan pemantauan terhadap gas-gas tersebut.
Jika nilai dari pengukuran sudah menunjukkan nilai TDCG 720 – 1920 maka
sudah diklasifikasikan untuk waspada dan berhat-hati karena konsentrasi gas yang
terkandung semakin besar. Ini berarti telah terjadi gejala-gejala kegagalan yang harus
mulai diwaspadai. Gejala-gejala tersebut bisa dikurangi dengan melakukan tindakan
perawatan pada trafo tersebut seperti melakukan pembersihan pada trafo, sirkulasi
pendingin dan area sekelilingnya, pengecekan kelembaban trafo, pengecekan terhadap
beban trafo.
Jika nilai TDCG sudah mencapai nilai sebesar 1921 ppm maka itu kondisi trafo
tergolong berbahaya karena telah terjadi kerusakan pada isolasi trafo dan bagian-bagian
trafo lainnya seperti selulosa.
21
III.2.5.2 Key Gas Method
22
Tabel III. 5 Indikasi kegagalan yang terjadi berdasarkan nilai gas yang lebih
dominan
Tabel III. 6 Hasil Evaluasi Kondisi Gas terlarut Key Gas Method
08-Nov-18 31-Jul-19
Persentase Gas CO 78,49 84,26
Persentase gas H2 17,63 12
Persentase CH4 1,29 1,65
Persentase C2H6 1,50 1,24
Persentase gas C2H4 1,07 0,62
Persentase Gas C2H2 0,10 0,20
Dari data hasil pengujian untuk konsentrasi gas terlarut pada minyak
transformator, maka nilai persentase gas yang lebih dominan adalah gas
karbonmonoksida (CO) sehingga kemungkinan yang terjadi adalah panas
berlebih pada lapisan selulosa di bagian dalam transformator seperti terlihat
23
pada tabel III.4 Indikasi kegagalan yang terjadi berdasarkan nilai gas yang
lebih dominan.
R2 R1 R5
C2H2/
Kode C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6
0 < 0.1 > 0.1 - < 1.0 < 1.0
1 < 0.1 < 0.1 < 1.0
2 0.1 - 3.0 0.1 - 1.0 > 3.0
3 < 0.1 > 0.1 - < 1.0 1.0 - 3.0
4 < 0.1 > 1.0 1.0 - 3.0
5 < 0.1 > 1.0 > 3.0
Kode 0, tidak terjadi indikasi gangguan pada minyak isolasi trafo sehingga
kondisi minyak masih dalam keadaan baik. Namun perlu tetap dilakukan
pemantauan akan kenaikan gas terlaryt lainnya dengan pengambilan sampel uji
pada interval waktu berikutnya.
Kode 1, terjadi pelepasan muatan yang disebabkan udara yang terjebak dalam
sistem isolasi atau minyak mengandung banyak kadar air. Selain itu bisa juga
disebabkan oleh operasi dari isolais padat yang diakibatkan oleh sparking atau
arching atau loncata arus.
Kode 2, terjadi loncatan bunga api akibat sparking yang terus menerus anatara
gulungan dengan gulungn atau gulungan dengan ground, atau pada tap changer
pada saat seitching, atau kebocoran minyak isolasi dari tank tap changer ke tank
utama.Kondisi ini menyebabkan menurunnya harga dielektrik dari minyak isolasi.
Kode 3, terjadi overheating pada isolasi kawat penghantar, biasanya menimbulkan
gas CO dan CO2 karena melibatkan isolasi selulosa.
Kode 4, terjadi overheating pada inti trafo. Hubung singkat pada lapisan laminasi
inti.Overheating disebabkan karena arus eddy.Kontak hubung yang jelek pada sisi
terminal incoming, atau kontak pada tap changer. Terjadi sirkulasi arus antara inti
transformator tidak satu titik.
Kode 5, sama seperti kode 4 hanya saja gangguan yang terjadi berakibat kepaa
kerusakan isolasi selulosa dan akan menimbulkan gas C0 DAN CO2.
24
Tabel III. 8 Data gas Terlarut terlarut minyak trafo
08-Nov-18 31-Jul-2019
25
III.2.6 Tindakan Operasional
Tabel III. 10 Tindakan Operasi yang harus berdassarkan kondisi jumlah TDCG
26
Pada tahun 2018 di lakukan uji DGA dengan nilai TDCG 465 ppm maka TDCG
rated ialah 1,29 bearti kurang dari 10 maka dilakukan operasi kembali pada tahun
2019 dan dilakukan kembali pada tanggal 31 Juli 2019.
III.2.7 Penerapan K3 Yang Berlaku
27
III.3 Kesimpulan
Transformator daya (trafo) merupakan salah satu peralatan penting yang
digunakan dalam penyaluran tenaga listrik. Dibandingkan dengan komponen
lainnya, transformator hanya memerlukan sedikit pemeliharaan karena tidak
mempunyai komponen yang bergerak. di dalam trafo,. Salah satu cara pengujian
transformator daya yaitu pengujian minyak transformator dengan metoda analisa
gas terlarut (DGA). Dari hasil pengujian DGA ini diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Nilai TDGC sebesar 483 dan 465 (<700) yang berarti hasil bahwa
transformator masih dalam keadaan baik untuk dioperasikan karena nilai
konsentrasi gas masih berada dalam nilai normal.
2. Dari data berdasarkan metoda gas kunci dan rasio roger diperoleh nilai
persentase gas karbonmonoksida (CO) yang mulai tinggi sehingga kemungkinan
yang terjadi adalah panas berlebih pada lapisan selulosa di bagian dalam
transformator.
3. Jika nilai kandungan gas-gas tersebut melewati ambang batas akan
menyebabkan kerusakan isolasi pada minyak trafo, kerusakan isolasi pada
kertas selulosa trafo dan kerusakan pada lilitan trafo yang pada akhirnya trafo
tersebut akan mengalami kerusakan yang parah berupa hubung singkat atau
ledakan.
III.4 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Prodi D3 Teknik Listrik, 2017, Buku Panduan Kerja Praktik Kerja Lapangan
(PKL) Mahasiswa Diploma III Program Studi D3 Teknik Listrik, Politeknik
Negeri Bandung.
Tadjudin, Partial Dicharge dan Kegagalan Bahan Isolasi, Elektro Indonesia Edisi
ke Tiga Belas, Juni,1998
29
LAMPIRAN
30
Lampiran 1 Hasil Pengujian DGA Trafo PABT10 Tanggal 08 November 2018
31
Lampiran 2 Hasil Pengujian DGA Trafo PABT10 Tanggal 31 Juli 2019
32
Lampiran 3 Job Health-Safety-Environment Analysis (JSHEA)
33