Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL SKRIFSI

ANALISIS INDIKASI KEGAGALAN TRANSFORMATOR DENGAN METODE


DISSOLVED GAS ANALYSIS

Oleh:
ADAM SETIAWAN
NIM : 24052216036

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS GARUT
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS INDIKASI KEGAGALAN TRANSFORMATOR DENGAN METODE


DISSOLVED GAS ANALYSIS

Diajukan Sebagai salasatu Syarat Kelulusan Program Strata Satu ( SI )


Pada Jurusan Teknik Elektro
Universitas Garut

Disusun Oleh:
ADAM SETIAWAN
NIM: 24052216036

Menyetujui:

Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbingi II

........................................ .....................................

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik

….…………………

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transformator adalah peralatan listrik yg sangat vital dalam pembangkitan


energi listrik, untuk itu keandalannya harus tetap terjaga agar proses penyaluran energi
listrik berjalan lancar. Untuk menjaga keandalan dari transformator perlu dilakukan
suatu pengujian untuk mengetahui keadaan dari transformer tersebut, salah satunya
dengan melakukan uji DGA (Dissolved gas Analysis) yaitu menganalisis kandungan-
kandungan gas yang berada pada minyak trafo. Gas-gas ini umumnya tidak terdeteksi
melalui pengujian karakteristik minyak. Metode pengujian DGA akan mengidentifikasi
jenis dan jumlah dari fault gas. Hasil dari uji DGA adalah data konsentrasi berbagai
jenis fault gas yang nantinya akan dianalisis dan diolah untuk memperoleh informasi
akan adanya indikasi kegagalan-kegagalan termal dan elektris pada transformator daya.

Untuk mempermudah analisis metode DGA terhadap jumlah fault gas terlarut
pada minyak trafo, pada penelitian tugas akhir ini penulis juga akan mencoba
merancang perangkat lunak aplikasi bantu untuk mempermudah analisis metode DGA
serta mempermudah dalam pembuatan report tentang pengujian DGA yang telah
dilakukan terhadap suatu trafo.

1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin di peroleh melalui skripsi ini adalah :
1. Menganalisis indikasi kegagalan yang terjadi di transformator berdasarkan gas-gas
yang timbul setelah dilakukan uji DGA pada minyak trafo dengan menggunakan
metode :
1. TDCG (Total Dissolved Combustible Gas)
2. Key Gas
3. Roger’s Ratio

3
4. Duval Triangle
2. Merancang perangkat lunak aplikasi bantu untuk mempermudah analisis dan
pelaporan hasil uji DGA pada suatu trafo.

1.2 Pembatasan Masalah


Dalam pembuatan tugas akhir ini penulis membatasi permasalahan
sebagai berikut :

1. Objek yang dianalisis merupakan interbus transformator unit 1 (fasa R) yang


digunakan untuk mengkonversi daya listrik dari tegangan 500 KV menjadi 150
KV pada P3B-RJTD.
2. Tugas akhir ini hanya membahas mengenai analisis DGA dengan menggunakan
metode ekstraksi Gas Chromatograph.
3. Analisis DGA yang dibahas hanya terbatas pada minyak mineral saja. Analisis
pada minyak sintetis tidak dibahas pada tugas akhir ini.
4. Gas yang dianalisis merupakan gas yang terlarut pada minyak isolator pada
tangki utama. Percobaan dan analisis yang dilakukan tidak dilakukan pada
selimut gas pada rele buchholz.
5. Tugas akhir ini hanya mencari berbagai indikasi kegagalan yang disesuaikan
dengan standar analisis tertentu, tidak membahas penyebab pasti dari
kegagalan yang muncul.
6. Tugas akhir ini tidak membahas tentang pemeliharaan minyak trafo atau isolasi
cair maupun pemeliharaan isolasi padat pada transformator.
7. Perancangan aplikasi menggunakan bahasa pemrograman VB.NET.
8. Pada Tugas akhir ini tidak dibahas coding program secara detail.
9. Aplikasi hanya diinstall pada komputer dengan sistem operasi Windows.

4
Transformator daya (trafo) merupakan salah satu peralatan penting yang
digunakan dalam penyaluran tenaga listrik. Dibandingkan dengan komponen lainnya,
transformator hanya memerlukan sedikit pemeliharaan karena tidak mempunyai
komponen yang bergerak. di dalam trafo, sistem isolasi utama dibentuk dari dua bagian
penting, yaitu minyak isolasi dan kertas selulosa.
Ada empat fungsi utama minyak isolasi trafo yaitu sebagai insulator, pendingin,
pelindung dan pelarut gas. Sebagai insulator yang dimaksud adalah mengisolasikan
komponen di dalam trafo agar tidak terjadi loncatan bunga api (arcing) atau hubungan
pendek akibat tegangan tinggi. Minyak sebagai pendingin adalah mengambil panas
yang ditimbulkan sewaktu trafo berbeban lalu melepaskannya. Minyak sebagai
pelindung adalah melindungi komponen–komponen dalam trafo dari korosi dan oksi-
dasi. Dan minyak juga melarutkan gas-gas hasil dari proses pemburukan minyak dan
isolasi kertas.
Di dalam pengoperasiannya transformator minyak (oil immersed), menghasilkan
senyawa–senyawa gas sebagai hasil dari proses pemuaian dan dampak dari gangguan
dan ketidaknormalan operasi trafo. Sangatlah penting untuk mendeteksi dan mengenali
senyawa–senyawa gas tersebut sebagai dasar untuk mengetahui dampaknya terhadap
operasi suatu Trafo. Minyak isolasi mineral dibentuk dari beberapa molekul
hidrokarbon yang mengandung gugus kimia CH3, CH2 dan CH yang dihubungkan oleh
ikatan molekul karbon. Pemutusan beberapa ikatan C-H dan C-C dapat terjadi sebagai
akibat gangguan elektrik dan thermal, dengan bentuk pecahan kecil yang tidak stabil,
dalam bentuk radikal atau ion seperti H, CH 3, CH2, CH atau C yang terkombinasi
dengan cepat melalui reaksi kompleks menjadi molekul gas seperti Hidrogen (H-H),
Methane (CH3-H), Ethane (CH3-CH3), Ethylene (CH2=CH2) atau Acethylene
(CH3≡CH3). Data hasil perhi-tungan dengan data hasil uji DGA yang menggunakan gas
chromatography dan me-lakukan tindakan yang diambil berdasarkan IEEE std.C57.104
– 2008.
.
I.2 Tujuan

Tujuan yang ingin di peroleh melalui skripsi ini adalah :

1. Menganalisis kondisi transformator berdasarkan gas terlarut pada minyak trafo


dengan menggunakan metode :

5
1. Standar IEEE
2. Key Gas Method
3. Roger’s Ratio Method

I.3 Rumusan Masalah

Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, beberapa masalah yang dibatasi yakni

sebagai berikut:

1. Gas yang dianalisis merupakan gas yang terlarut pada minyak isolator pada
tangki utama.
2. Analisa hanya mencari berbagai indikasi pada transformator yang di sesuaikan
dengan standar Analisa tertentu, tidak membahas pasti indikasi yang muncul.
3. Tidak membahas tentang pemeliharaan minyak trafo atau isolasi cair.
4. kondisi transformator berdasarkan hasil uji DGA pada sample minyak trafo

I.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembuatan laporan, penulis membagi laporan ini ke


dalam beberapa bab, dimana bab-bab tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan laporan, ruang
Lingkup penulisan dan sistematika penulisan laporan.

BAB II DESKRIPSI TEMPAT PKL


Bab ini menjelaskan tentang tinjauan umum perusahaan yang menguraikan
sejarah singkat perusahaan, visi, misi, ruang lingkup kegiatan perusahaan, dan
stuktur organisasi perusahaan.
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Bab ini berisi tentang hasil kerja praktik Metode Pelaksanaan pekerjaan/ proyek
secara keseluruhan/ berdasarkan kontrak pekerjaan. Metode Pelaksanaan
ditampilkan melalui gambar/ diagram alir disertai penjelasannya. Pada Gambar

6
Metode Pelaksanaan tersebut, diberi tanda/informasi mengenai posisi/
kedudukan kegiatan PKLyang diikuti di lapangan, sehingga dapat diketahui
tahap kegiatan/ pekerjaan yang telah berlalu (sebelum PKL), kegiatan yang
diikuti (masa PKL), dan tahap kegiatan selanjutnya (setelah PKL). Metode
Pelaksanaan pekerjaan/proyek yang diikuti selama PKL. Berisi informasi detail
mengenai setiap tahapan kegiatan, serta dilengkapi foto kegiatan di lapangan.
Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan berisi mengenai pandangan mahasiswa
terhadap pelaksanaan kegiatan/pekerjaan/proyek selama mengikuti masa PKL.
Saran berisi pandangan mahasiswa mengenai implikasi pekerjaan selanjutnya
(pasca PKL) berdasarkan kondisi pekerjaan saat ini (masa PKL).

7
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PENULIS i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR LAMPIRAN vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR ISTILAH ix
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG x
DAFTAR RUMUS xi
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Perumusan masalah 1
I.3 Batasan Masalah 2
I.4 Tujuan 2
1.5 Manfaat 2
BAB II 4
GAMBAR UMUM PERUSAHAAN 4
II.1 Tinjauan Umum Perusahaan 4
II.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan 4

vi
II.1.2 Visi, Misi Dan Makna Logo Perusahaan 6
II.1.3 Stuktur Organisasi Perusahaan 7
II.1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Usaha 7
II.1.5 Peta Lokasi dan Foto Perusahaan 8
II.1.6 Prinsip Kerja PGE KARAHA Secara Umum 8
II.1.7 Skema Panas Bumi Pemanfaatan Secara Tidak Langsung 9
II.1.8 Kemampuan Unit PGE KARAHA 10
BAB III 11
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 11
III.1 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Secara Keseluruhan 11
III.2 PENGUJIAN DGA PADA TRANSFORMATOR P1BAT10 11
III.2.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan 11
III.2.2 Instruksi Kerja Pengambilan Sampel Minyak Untuk Uji DGA 12
III.2.3 Data Trafo 13
III.2.4 Pengujian Dysolved Gas Analysis pada Trafo P1BAT10 Area Karaha 14
III.2.4.1 Metode DGA 14
III.2.4.2 Minyak Sebagai Bahan Isolator Cair Pada Transformator 14
III.2.4.3 Data Alat Dysolved Gas Analysis 15
III.2.4.4 Proses Pengambilan Sampel Minyak 16
III.2.5 Data Hasil Pengujian Dysolved Gas Analysis 18
III.2.6 Analisa Transformator berdasarkan hasil pengujian DGA 19
III.2.5.1 Standar IEEE 19
III.2.5.2 Key Gas Method 22
III.2.5.3 Roger’s ratio Method 24
III.2.6 Tindakan Operasional 26
III.2.7 Penerapan K3 Yang Berlaku 28
III.3 Kesimpulan 29
III.4 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Pengujian DGA Trafo PABT10 Tanggal 08 November 2018 32


Lampiran 2 Hasil Pengujian DGA Trafo PABT10 Tanggal 31 Juli 2019 33
Lampiran 3 Job Health-Safety-Environment Analysis (JSHEA) 34
Format 1 Lembar Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Lapangan
Format 2 Lembar Penilaian Pelaksanan PKL

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Logo PT Pertamina Geothermal Energy 6


Gambar II. 2 Struktur Organisasi Perusahaan 7
Gambar II. 3 Foto Perusahaan 8
Gambar II. 4 Cara kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi 8
Gambar II. 5 Skema Panas Bumi Pemanfaatan Tidak Langsung 9

Gambar III. 1 Diagram Alir Pelaksanaan PKL 11


Gambar III. 2 Transformator P1BAT10 13
Gambar III. 3 Nameplate Trafo P1BAT10 13
Gambar III. 4 Kelman Transport X (DGA) 15
Gambar III. 5 Stopcock dan syringe glass 50 ml 15
Gambar III. 6 Sample bottle, Lid assembly dan Printer thermal 16
Gambar III. 7 Pemasangan syringe dengan selang sampling 17
Gambar III. 8 Posisi katup syringe untuk memasukkan minyak ke syringe 17
Gambar III. 9 Posisi katup syringe untuk mengunci minyak dalam syringe 17
Gambar III. 10 Posisi katup syringe untuk mengeluarkan sample dari syringe 18

ix
DAFTAR TABEL

Tabel III. 1 Hasil Pengujian DGA Trafo P1BAT10 18


Tabel III. 2 Batas Konsetrasi Gas terlarut dalam satuan Part Per Million(ppm)
berdasarkan IEEE std.C57.104 – 2008 19
Tabel III. 3 Evaluasi Kondisi Gas terlarut dan TDCG Pada tanggal 8 November 2018 20
Tabel III. 4 Evaluasi Kondisi Gas terlarut dan TDCG Pada tanggal 31 Juli 2019 21
Tabel III. 5 Indikasi kegagalan yang terjadi berdasarkan nilai gas yang lebih dominan 23
Tabel III. 6 Hasil Evaluasi Kondisi Gas terlarut Key Gas Method 23
Tabel III. 7 Kode – kode indikasi gangguan Roger’s ratio Method 24
Tabel III. 8 Data gas Terlarut terlarut minyak trafo 25
Tabel III. 9 Data metode Roger’s Ratio 25
Tabel III. 10 Tindakan Operasi yang harus berdassarkan kondisi jumlah TDCG 27

x
DAFTAR ISTILAH

Arcing : tidak terjadi loncatan bunga api


Dissolved Gas : gas- gas terlarut
Key Gas : gas – gas yang terbentuk pada transformator pendingin minyak yang secara
kualitatif dapat digunakan untuk menentukan jenis gas kegagalan yang terjadi

xi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

PEMAKAIAN PERTAMA
SINGKATAN NAMA KALI PADA HALAMAN

CH3 Metil 1
CH2 Carbon dihydrogen 1
CH Carbon hydrogen 1
C-H Carbon hydrogen 1
H Unsur Hidrogen 1
H-H Hidrogen 1
CH3 - H Methane 1
CH3 - CH3 Ethane 1
CH2 = CH2 Ethylane 1
CH3 = CH3 Acethylene 1
PGE Pertamina Geothermal Energy 2
DGA Dissolved Gas Analysis 2
H2 Hidrogen 15
TDCG Total dissolved combustible Gasses 19
PPM Part Per Million 19
CO Karbon Monoksida 23

xii
DAFTAR RUMUS

1. 1 Perhitungan nilai persentase 22

xiii
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Transformator daya (trafo) merupakan salah satu peralatan penting yang


digunakan dalam penyaluran tenaga listrik. Dibandingkan dengan komponen lainnya,
transformator hanya memerlukan sedikit pemeliharaan karena tidak mempunyai
komponen yang bergerak. di dalam trafo, sistem isolasi utama dibentuk dari dua bagian
penting, yaitu minyak isolasi dan kertas selulosa.
Ada empat fungsi utama minyak isolasi trafo yaitu sebagai insulator, pendingin,
pelindung dan pelarut gas. Sebagai insulator yang dimaksud adalah mengisolasikan
komponen di dalam trafo agar tidak terjadi loncatan bunga api (arcing) atau hubungan
pendek akibat tegangan tinggi. Minyak sebagai pendingin adalah mengambil panas
yang ditimbulkan sewaktu trafo berbeban lalu melepaskannya. Minyak sebagai
pelindung adalah melindungi komponen–komponen dalam trafo dari korosi dan oksi-
dasi. Dan minyak juga melarutkan gas-gas hasil dari proses pemburukan minyak dan
isolasi kertas.
Di dalam pengoperasiannya transformator minyak (oil immersed), menghasilkan
senyawa–senyawa gas sebagai hasil dari proses pemuaian dan dampak dari gangguan
dan ketidaknormalan operasi trafo. Sangatlah penting untuk mendeteksi dan mengenali
senyawa–senyawa gas tersebut sebagai dasar untuk mengetahui dampaknya terhadap
operasi suatu Trafo. Minyak isolasi mineral dibentuk dari beberapa molekul
hidrokarbon yang mengandung gugus kimia CH3, CH2 dan CH yang dihubungkan oleh
ikatan molekul karbon. Pemutusan beberapa ikatan C-H dan C-C dapat terjadi sebagai
akibat gangguan elektrik dan thermal, dengan bentuk pecahan kecil yang tidak stabil,
dalam bentuk radikal atau ion seperti H, CH 3, CH2, CH atau C yang terkombinasi
dengan cepat melalui reaksi kompleks menjadi molekul gas seperti Hidrogen (H-H),
Methane (CH3-H), Ethane (CH3-CH3), Ethylene (CH2=CH2) atau Acethylene
(CH3≡CH3). Data hasil perhi-tungan dengan data hasil uji DGA yang menggunakan gas
chromatography dan me-lakukan tindakan yang diambil berdasarkan IEEE std.C57.104
– 2008.
.
I.2 Tujuan Penulisan Laporan

Adapun tujuan pelaksaan kerja praktik adalah:

2. Menambah informasi dan pengetahuan mengenai prinsip yang dipelajari selama


kuliah dengan aplikasi di lapangan
3. Menganalisis kondisi transformator berdasarkan gas terlarut pada minyak trafo
dengan menggunakan metode :
4. Standar IEEE
5. Key Gas Method
6. Roger’s Ratio Method

1
I.3 Rumusan Masalah

Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, beberapa masalah yang dibatasi yakni

sebagai berikut:

5. Gas yang dianalisis merupakan gas yang terlarut pada minyak isolator pada
tangki utama.
6. Analisa hanya mencari berbagai indikasi pada transformator yang di sesuaikan
dengan standar Analisa tertentu, tidak membahas pasti indikasi yang muncul.
7. Tidak membahas tentang pemeliharaan minyak trafo atau isolasi cair.
8. kondisi transformator berdasarkan hasil uji DGA pada sample minyak trafo

I.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembuatan laporan, penulis membagi laporan ini ke


dalam beberapa bab, dimana bab-bab tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan laporan, ruang
Lingkup penulisan dan sistematika penulisan laporan.

BAB II DESKRIPSI TEMPAT PKL


Bab ini menjelaskan tentang tinjauan umum perusahaan yang menguraikan
sejarah singkat perusahaan, visi, misi, ruang lingkup kegiatan perusahaan, dan
stuktur organisasi perusahaan.
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Bab ini berisi tentang hasil kerja praktik Metode Pelaksanaan pekerjaan/ proyek
secara keseluruhan/ berdasarkan kontrak pekerjaan. Metode Pelaksanaan
ditampilkan melalui gambar/ diagram alir disertai penjelasannya. Pada Gambar
Metode Pelaksanaan tersebut, diberi tanda/informasi mengenai posisi/
kedudukan kegiatan PKLyang diikuti di lapangan, sehingga dapat diketahui
tahap kegiatan/ pekerjaan yang telah berlalu (sebelum PKL), kegiatan yang

2
diikuti (masa PKL), dan tahap kegiatan selanjutnya (setelah PKL). Metode
Pelaksanaan pekerjaan/proyek yang diikuti selama PKL. Berisi informasi detail
mengenai setiap tahapan kegiatan, serta dilengkapi foto kegiatan di lapangan.
Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan berisi mengenai pandangan mahasiswa
terhadap pelaksanaan kegiatan/pekerjaan/proyek selama mengikuti masa PKL.
Saran berisi pandangan mahasiswa mengenai implikasi pekerjaan selanjutnya
(pasca PKL) berdasarkan kondisi pekerjaan saat ini (masa PKL).

3
BAB II

DESKRIPSI TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN


II.1 Tinjauan Umum Perusahaan

II.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak perusahaan PT Pertamina (Persero),


berdiri sejak tahun 2006 telah diamanatkan oleh pemerintah untuk mengembangkan 14
Wilayah Kerja Pengusahaan Geothermal di Indonesia. Perusahaan yang menyediakan
energy tanpa polusi ini, 90% sahamnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dan 10%
dimiliki oleh PT Pertamina Dana Ventura. Era baru bagi energi geothermal diawali
dengan peresmian Lapangan Geothermal kamojang pada tanggal 29 Januari 1983 dan
diikuti dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Unit-1
(30MW) pada tanggal 7 Februari 1983, dan lima tahun kemudian 2 unit beroperasi
dengan kapasitas masing-masing 55 MW. Di pulau Sumatera untuk pertama kali
beroperasi Monoblok 2 MW di daerah Sibayak-Brastagi sebagai Power Plant pertama
dan pada Agustus 2001 PLTP pertama 20 MW beroperasi di daerah Lahendong. Seiring
dengan perjalanan waktu Pemerintah melalui Keppres No. 76/2000 mencabut Keppres
terdahulu dan memberlakukan UU No. 27/2003 tentang geothermal, dimana PT
Pertamina tidak lagi memiliki hak monopoli dalam pengusahaan energi geothermal
tetapi sama dengan pelaku bisnis geothermal lainnya di Indonesia. Dalam
mengimplementasikan undang-undang tersebut Pertamina telah mengembalikan 16
Wilayah Kerja Pengusahaan (WKP) Geothermal kepada Pemerintah dari 31 WKP yang
diberikan untuk dikelola.
Pada tanggal 23 November 2001 pemerintah memberlakukan UU MIGAS No.
22/2001 tentang pengelolaan industri migas di Indonesia. UU ini membawa perubahan
yang sangat besar bagi sektor migas, termasuk Pertamina. Pasca berlakunya UU
tersebut Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan pelaku bisnis migas lainnya.
Pada tanggal 17 September 2003 PERTAMINA berubah bentuk menjadi PT Pertamina
(Persero) dan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 31/2003 diamanatkan untuk
mengalihkan usaha geothermal yang selama ini dikelola oleh PT Pertamina ntuk

4
dialihkan kepada Anak Perusahaan paling lambat dua tahun setelah perseroan terbentuk.
Untuk itu PT Pertamina membentuk PT Pertamina Geothermal Energy (PT PGE)
sebagai anak perusahaan yang akan mengelola kegiatan usaha dibidang geothermal.
Berikut adalah perkembangan PGE mulai tahun 1974 sampai dengan tahun 2018:

 1974 : Penugasan pemerintah kepada Pertamina untuk melakukan survei sumber


panas bumi dan melakukan eksplorasi serta eksploitasi untuk menghasilkan
energi listrik berdasarkan UU No.8 tahun 1971 jo. Keppres 64/ 1971 jo. Keppres
16/1974
 1984 : PLTP Area Kamojang unit I resmi beroperasi, berkapasitas 30 MegaWatt
dengan memanfaatkan energi panas bumi dari lapangan Kamojang Provinsi
Jawa Barat.
 1987 : PLTP Area Kamojang Unit II & III (2 x 55 MW) Mulai beroperasi secara
komersial.

 2001: Pada tanggal 21 Agustus 2001 PLTP Lahendong Unit I berkapasitas 20


MW beroperasi, memanfaatkan energi panas bumi dari Lapangan Lahendong,
Provinsi Sulawesi Utara.
 2006 : PT Pertamina Geothermal Energy didirikan sebagai anak perusahaan PT
Pertamina (Persero), yang mengelola kegiatan usaha di bidang panas bumi.
Pendirian Perusahaan berdasarkan Akta No. 10 tanggal 12 Desember 2006, dan
telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor W7-00089HT.01.01-
TH.2007 tertanggal 3 Januari 2007.
 2007 : PLTP Area Lahendong unit II resmi beroperasi, berkapasitas 20
MegaWatt (MW) yang terletak di WKP Lahendong, Provinsi Sulawesi Utara.
 2008 : 1. PLTP Area Kamojang unit IV resmi beroperasi, berkapasitas 60
MegaWatt (MW) yang terletak di WKP Kamojang, Provinsi Jawa
Barat.
2. PLTP Area Sibayak unit I dan II resmi beroperasi, berkapasitas 2 x 55
MegaWatt (MW) yang terletak di WKP Gunung Sibayak-Gunung

5
Sinabung, Provinsi Sumatera Utara.

 2011 : PLTP Area Lahendong unit IV resmi beroperasi, berkapasitas 20


MegaWatt (MW) yang terletak di WKP Lahendong, Provinsi Sulawesi Utara.
 2015 : PGE Area Kamojang Unit V (35 MW) mulai beroperasi komersial, WKP
ini terletak di WKP Kamojang, Provinsi Jawa Barat. Diresmikan oleh Presiden
RI pada 5 Juli 2015.
 2016 : PLTP Lahendong Unit V & VI (2 x 20 MW) Sulawesi Utara dan PLTP
Ulubelu Unit III (55 MW) Lampung mulai beroperasi komersial. Diresmikan
oleh Presiden RI pada 27 Desember 2016.
 2017 : PLTP Ulubelu unit IV berkapasitas 55 MW resmi beroperasi secara
komersial pada 25 Maret 2017
 2018 : PLTP Karaha Unit I berkapasitas 30 MW telah beroperasi secara
komersial pada 6 April 2018

II.1.2 Visi, Misi Dan Makna Logo Perusahaan

Visi :
2021 : Leading Geothermal Company In Asia
2025 : World Class Geothermal Energy Enterprise
Misi :
Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha Gothermal
secara Profesional yang Berwawasan Lingkungan dan Memberikan Nilai Tambah bagi
Stakeholder.

Gambar II. 1 Logo PT Pertamina Geothermal Energy


Gambar II.1 merupakan logo resmi PT Pertamina Geothermal Energy. Elemen
logo membentuk huruf “P” yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk
panah menggambarkan pertamina yang bergerak maju dan progresif. Warna- warna me
ncolok menunjukan langkah besar yang diambil Pertamina dan apresiasi perusahaan aka

6
n masa depan yang lebih positif dan dinamis. Warna merah mencerminkan keuletan dan
ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan. Warna hijau
mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. Warna biru mencermi
nkan andal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab.
II.1.3 Stuktur Organisasi Perusahaan

Gambar II. 2 Struktur Organisasi Perusahaan


II.1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Usaha
Berdasarkan Anggaran Dasar, Perusahaan didirikan dengan maksud
menyelenggarakan usaha di bidang panas bumi dari sisi hulu dan/atau sisi hilir,baik di
dalam maupun di luar negeri serta kegiataan usaha lain yang terkait atau menunjang
kegiatan usaha di bidang panas bumi tersebut dengan menerapkan prinsip-prinsip
perseroan.

7
II.1.5 Peta Lokasi dan Foto Perusahaan

Gambar II. 3 Foto Perusahaan


PT Pertamina Geothermal Energy Area Karaha berlokasi di Jl. Karaha Bodas,
KP. Ciselang, Rt/03/03 Kec. Kadipaten Kab. Tasikmalaya Jawa Barat-46157. PGE Area
Karaha ini memiliki 4 sumur produksi dan 1 sumur injeksi.

II.1.6 Prinsip Kerja PGE KARAHA Secara Umum

Gambar II. 4 Cara kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi


Prinsip kerja Pembangkit Tenaga Listrik Panas bumi (PLTP) hampir sama dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Perbedaannya ada pada proses pembuatan
uapnya. Uap untuk menggerakan PLTU dihasilkan dari boiler yang biasanya ditenagai
dengan batu bara. Sedangkan uap untuk menggerakan PLTP dihasilkan dari perut bumi
yang menyembur ke permukaan. Selebihnya, uap sama-sama digunakan untuk

8
memutarkan turbin generator yang menghasilkan listrik. Ada tiga tipe PLTP di lihat dari
karakteristik uapnya, tipe uap kering (dry steam), tipe uap air panas (falsh steam), dan
tipe temperatur rendah (binary cycle).
Sebagai pembangkit listrik yang menyuplai kebutuhan daya listrik, pembangkit
listrik tenaga panas bumi yang menggunakan uap panas dari dalam bumi sebagai media
untuk menggerakan turbin, uap panas dari dalam bumi dipisahkan dengan separator
sehingga di dapat uap kering yang digunakan untuk membangkitkan listrik, sedangkan
air panas atau brine hasil pemisahan dari separator di buang ke dalam perut bumi.
Pembangkit daya melepaskan cukup banyak energi ke lingkungan sekitarnya
melalui perpindahan kalor. Menara pendingin menjadi alternatif di lokasi-lokasi di
mana tidak terdapat cukup air sebagai pendingin. Menara pendingin dapat beroperasi
dengan konveksi alami atau paksa. Menara pendingin juga dapat beroperasi dengan
beberapa jenis aliran, seperti berlawanan, berpotongan, atau kombinasi keduanya.
II.1.7 Skema Panas Bumi Pemanfaatan Secara Tidak Langsung

Gambar II. 5 Skema Panas Bumi Pemanfaatan Tidak Langsung


Pemanfaatan tidak langsung energi panas bumi adalah kegiatan pengusahaan
pemanfaatan panas bumi dengan melalui proses pengubahan energi panas suatu fluida
panas bumi menjadi energi kinetic yang kemudian dikonversi menjadi energi listrik.
Fluida panas bumi yang dikeluarkan ke permukaan bumi itu sendiri dapat berupa uap 2
fasa, yaitu campuran anatara uap dan air.
Hal tersebut berkaitan dengan system panas bumi yang ada di masing-masing
lapangan, yaiutu system dominasi uap dan dominasi air. Pemanfaatan energi panas bumi
menjadi listrik pad alapangan dengan system dominasi air dilakukan melalui proses
flashing dimana pada umumnya menggunnakan teknologi single flash.Fluida 2 fasa
yang mengalir melalui sumur produksi dengan tekanan besar, dialirkan ke separator

9
untuk memisahkan steam dan brine. Steam dengan massa tertentu hasil pemisahan di
separator disalurkan ke pembangkit melalui pipa hider,untuk menggerakan turbin dan
generator sehingga menghasilkan listrik.
Selanjutnya listrik yang dihasilkan di distribusikan ke konsumen. Sementara
brine hasil pemisahan di separator diinjeksikan kembali ke dalam bumi melalui sumur
re-injeksi yang letaknya berada di luar boundary reservoir. Tujuannya agar tidak terjadi
pendingina reservoir yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan produksi.
Uap yang keluar dari turbin akan berubah fasa menjadi air kondesat, dan kemudian
didinginkan di dalam kondesor dengan tekanan yang dijaga vakum.Dari kondernsor, air
kondesat tersebut dipompakan menuju cooling tower. Dari basintersebut, air kondesat
diinjeksikan kembali ke dalam bumi melalui sumur re-injeksi.Saat ini pemanfaatan
energi panas bumi lebih banyak untuk pemanfaatan tidak langsung yakni untuk
kelistrikan.

II.1.8 Kemampuan Unit PGE KARAHA

PGE Area Karaha Unit 1 mempunyai beberapa unit sumur produksi yang
digunakan untuk menghasilkan uap. Dari uap alami itu akan mampu menghasilkan daya
listrik total sebesar 55 MW, tapi berhubungan kualitas uap yang ada di Karaha kurang
bagus karena lebih banyak mengandung air dari pada uap keringnya maka setelah
dikirim ke Unit Pmbangkitan 1 maka akan menghasilkan daya sebesar ± 30 MW atau
hampir setengah dari kapasitas total pembangkit. Sedangkan penggunaan listrik untuk
perusahaan sebesar 1.5 - 2 MW, sehingga sisanya akan didistribusikan ke costumer
melalui PJB di Cilawu.

10
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

III.1 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Secara Keseluruhan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan di PT Pertamina


Gheothermal Energy Area Karaha berlangsung selama 25 hari jam kerja (Tidak
Termasuk Hari Libur). Selama 25 hari saya mendapatkan banyak tugas yang di
perintahkan langsung oleh Senior Supervisor Electrical Maintenance yaitu Bpk. Awang
Rahmawan Prakoso Selama 25 hari saya mendapat banyak tugas dari Senior Supervisor
Electrical Maintenance seperti Penggantian Silicagell, Pengecekan Temperature dan
sedikit demi sedikit saya mengerjakan laporan praktek kerja lapangan bab 2 Deskripsi
tempat praktik kerja lapangan.

III.2 PENGUJIAN DGA PADA TRANSFORMATOR P1BAT10


III.2.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar III. 1 Diagram Alir Pelaksanaan PKL

Persiapan

Pemasangan
Baru
Pelaksanaan
Pergantian
Pengujian

Pemeriksaan

Tidak layak
Catatan : Pelaporan
Sebelum PKL
Layak
Masa PKL

Setelah PKL Selesai

11
III.2.2 Instruksi Kerja Pengambilan Sampel Minyak Untuk Uji DGA

Persiapan
1. Siapkan ember untuk menampung minyak trafo
2. Pasang oil flushing unit pada drain valve tangki utama trafo
3. Atur stop-kran pada posisi menutup
4. Persiapkan Syringe untuk pengambilan sampel minyak
5. Persiapkan sample bootle yang telah dipasang tutup aluminium

Pelaksanaan
1. Buka drain valve tangka utama trafo
2. Lakukan proses pembersihan terlebih dahulu (keluarkan minyak dari tangka
utama dengan membuka stop-kran)
3. Tutup Stop-kran
4. Pasang jarum pada syringe
5. Buka katup pada syringe dan suntikan syringe pada selang silicon
6. Sedot minyak dari selang
7. Pastikan tidak ada udara(gelembung udara)yang masuk ke dalam syringe
8. Ambil sample minyak sebanyak 50 ml
9. Tutup kembali katup pada syringe
10. Pindahkan minyak dari syringe ke bootle sample dengan cara menyuntikan
minyak ke dalam bottle sample tanpa membuka tutupnya.
Penyelesaian
1. Tutup kembali drain valve tangki utama trafo
2. Lepaskan jarum suntik dari syringe
3. Buka stop-kran untuk mengeluarkan sisa minyak pada oil flushing unit (tamping
dalam ember)
4. Tutup kembali drain valve tangki utama trafo
5. Lepaskan oil flushing unit dari drain valve tangki utama trafo
6. Pastikan drain valve telah terpasang dengan benar
7. Bereskan kembali alat- alat yang di pergunakan

III.2.3 Data Trafo

12
1. Transformator P1BAT10

Gambar III. 2 Transformator P1BAT10

Gambar III. 3 Nameplate Trafo P1BAT10


Transformator P1BAT10 berfungsi untuk menaikan tegangan (step up) dari
generator 13,8 kv/150 kv. Untuk setelah itu di salurkan ke Transmisi cilawu

III.2.4 Pengujian Dysolved Gas Analysis pada Trafo P1BAT10 Area Karaha

13
III.2.4.1 Metode DGA

DGA secara harfiah dapat diartikan sebagai analisis kondisi transformator


yang dilakukan berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak trafo. DGA pada dunia
industry dikenal juga sebagai tes darah atau Blood Test pada transformator. Darah
manusia adalah suatu senyawa yang mudah untuk melarutkan zat-zat lain yang
berada di sekitarnya. Melalui pengujan zat-zat terlarut pada darah, maka akan
diperoleh informasi-informasi terkait tentang kesehatan manusia. Begitu pula dengan
transformator, pengujian zat-zat terlarut (biasanya gas) pada minyak trafo (minyak
trafo dianalogikan sebagai darah manusia) akan memberikan informasi-informasi
terkait akan kesehatan dan kualitas kerja transformator secara keseluruhan.

Uji DGA dilakukan pada suatu sampel minyak diambil dari unit transformator
kemudian gas-gas terlarut (dissolved gas) tersebut diekstrak. Gas yang telah diekstrak
lalu dipisahkan, diidentifikasi komponen-komponen individual, dan dihitung
kualitasnya (dalam satuan Part per Million – ppm). Keuntungan utama uji DGA
adalah deteksi akan adanya fenomena kegagalan yang ada pada transformator yang
diujikan. Namun kelemahan utamanya adalah diperlukan tingkat kemurnian yang
tinggi dari sampel minyak yang diujikan. Rata-rata alat uji DGA memiliki sensitivitas
yang tinggi, sehingga ketidakmurnian sampel akan menurunkan tingkat akurasi dari
hasil uji DGA.
III.2.4.2 Minyak Sebagai Bahan Isolator Cair Pada Transformator

Isolator merupakan suatu sifat bahan yang mampu untuk memisahkan dua
buah penghantar atau lebih yang berdekatan untuk mencegah adanya kebocoran
arus / hubung singkat, maupun sebagai pelindung mekanis dari kerusakan yang
diakibatkan oleh korosif atau stressing. Minyak isolator yang dipergunakan dalam
transformator daya mempunyai beberapa tugas utama, yaitu: Media isolator, Media
pendingin, Media / alat untuk memadamkan busur api, Perlindungan terhadap
krorosi dan oksidasi. Minyak isolator transformator dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu minyak mineral dan minyak sintetik. Pemilihan jenis minyak didasarkan pada
keadaan lingkungan dimana transformator digunakan, misal askarel adalah jenis
minyak sintetik yang tidak dapat terbakar, sehingga pemakaian askarel
memungkinkan transformator distribusi dapat digunakan pada lokasi dimana bahaya
api sangat besar (misal pada industri kimia), tetapi dari segi kesehatan minyak ini
dinilai sangat membahayakan. Oleh karena itu di beberapa negara ada larangan
mempergunakan askarel. Minyak transformator jenis minyak mineral biasanya
merupakan sebuah campuran kompleks dari molekul-molekul hidrokarbon, baik
dalam bentuk linear atau siklis mengandung kelompok molekul CH3, CH2 dan CH
yang terikat. Formula umum dari minyak transformator adalah CnH2n+2 dengan n
bernilai antara 20 s.d 40.

14
III.2.4.3 Data Alat Dysolved Gas Analysis

Gambar III. 4 Kelman Transport X (DGA)


III.2.4.3.1 Alat Bantu Pengambilan Sampel Minyak

Alat yang dipergunakan untuk pengambilan sampel minyak untu uji DGA antara lain :
1. STOPCOCK DAN SYRINGE GLASS 50 ML
Suntikan dengan wadah berbahan kaca untuk pengambilan sampel minyak.

Gambar III. 5 Stopcock dan syringe glass 50 ml


Tujuan penggunaan syringe glass adalah agar minyak tidak terkontaminasi
dengan udara luar, dan menghindari hilangnya gas-gas ringan yang mudah lepas Seperti

15
H2 . Dengan demikian kandungan gas – gas yang terdeteksi dapat mewakili kondisi
kandungan gas di dalam minyak yang sebernarnya.

2. SAMPLE BOTTLE DAN LID ASSEMBLY

Gambar III. 6 Sample bottle, Lid assembly dan Printer thermal


Sample bottle yang digunakan sebagai tempat menyimpan minyak transformator
yang di uji dan lid assembly dilengkapi dengan alat kelengkapan kompresi kedap udara
dan probe suhu yang dilengkapi dengan sensor kelembaban kapasitansi, yang semuanya
harus dihubungkan ke panel atas TRANSPORT X. Konektor gas ini adalah tipe “snap-
in” yang sederhana tetapi “ terpolarisasi ”sehingga hanya satu urutan koneksi input dan
return yang dimungkinkan. Pengguna harus memastikan bahwa koneksi ini sepenuhnya
dibuat saat menggunakan TRANSPORT X.

3. PRINTER THERMAL
TRANSPORT X dilengkapi dengan printer termal 2 inci inbuilt yang dapat
mencetak hasil uji Dissolved Gas Analysis di tempat ( lihat Gambar III.6 )

III.2.4.4 Proses Pengambilan Sampel Minyak

Metode yang digunakan untuk pengambilan sample minyak meliputi :


1. Pemilihan Minyak sample
Pasang konektor pada trafo beserta selang sampling kemudian pasang
selang pada bagian ujung stopcock dan kencangkan. Siapkan wadah ember
untuk pembuangan sampling tepat di bawah pengambilan sampel. Buka perlahan
valve pengambilan minyak pada trafo sehingga minyak akan keluar dari ujung
kanan stopcock. (posisi jam 6) lihat gambar III.7

16
Gambar III. 7 Pemasangan syringe dengan selang sampling
2. Pencucian Syringe
Buka perlahan stopcock pada posisi katup berada diarah kanan (posisi jam 3),
sehingga minyak akan mengalir mengisi syringe.

Gambar III. 8 Posisi katup syringe untuk memasukkan minyak ke syringe


jika sudah hamper mendeakati 50 ml, siap-siap katup ditutup hingga 50 ml
dengan posisi katup pada jam 6, agar sampel terkunci dalam syringe

Gambar III. 9 Posisi katup syringe untuk mengunci minyak dalam syringe

17
Buang minyak yang terdapat dalam isi Syringe,dengan memutarkan katup pada
posisi jam 12,dorong perlahan sehingga sample terbuang pada ember,(hal ini
dimaksudkan untuk membilas dan membersihkan isi syringe)

Gambar III. 10 Posisi katup syringe untuk mengeluarkan sample dari syringe
Lakukan tahap pembilasan hingga 3 kali.
3. Pengambilan sample minyak
Setelah tiga kali pembilasan ambil sample yang keempat sebanyak 50 ml dan
perlu diyakinkan tidak ada gelembung udara dalam syringe.
III.2.5 Data Hasil Pengujian Dysolved Gas Analysis

Tabel Hasil Pengujian DGA Trafo P1BAT10

Tabel III. 1 Hasil Pengujian DGA Trafo P1BAT10

08-Nov-
18 31-Jul-19
H2 82 58
H20 19 19
CO2 1492 1745
CO 365 407
C2H4 5 3
C2H6 7 6
CH4 6 8
C2H2 0.5 1
TDCG 465 483

18
III.2.6 Analisa Transformator berdasarkan hasil pengujian DGA

Setelah diketahui karakteristik dan jumlah gas-gas yang diperoleh dari sample
minyak, selanjutnya perlu dilakukan analisis kondisi transformator. Terdapat beberapa
metode untuk melakukan interprestasi data dan analisis seperti yang tercantum pada
IEEE stdC57.104 – 2008, yaitu :
1. Standar IEEE
2. Key Gas Method
3. Roger’s Ratio Method
III.2.5.1 Standar IEEE
IEEE telah merapkan standarisasi untuk melakukan analisis berdasarkan jumlah
gas terlarut pada sampel minyak, yaitu pada IEEE std.C57.104 – 2008.
Tabel III. 2 Batas Konsetrasi Gas terlarut dalam satuan Part Per Million(ppm)
berdasarkan IEEE std.C57.104 – 2008

Catatan: Total dissolved Combustible Gasses (TDCG)


Jumlah gas terlarut yang mudah terbakar atau TDCG (Total Dissolved
Combustible Gas) akan menunjukan apakah transformator yang diujikan masih
berada pada kondisi operasi normal, waspada, peringatan atau kondisi gawat/kritis.
Sebagai catatan, hanya gas karbon dioksida (CO2) saja yang tidak termasuk kategori
TDCG, IEEE membuat pedoman untuk mengklasifikasikan kondisi operasional
transformator yang terbagi dalam empat kondisi, yaitu:
Pada kondisi 1, transformator beroperasi normal, namun tetap perlu dilakukan
pemantauan kondisi gas-gas tersebut.
Pada kondisi 2, tingkat TDCG mulai tinggi dimana kemungkinan timbul gejala-
gejala kegagalan yang harus mulai diwaspadai sehingga perlu dilakukan pengambilan
sampel minyak yang lebih rutin dan sering
Pada kondisi 3, TDCG menunjukkan adanya dekomposisi dari isolasi kertas minyak
transformator. Berbagai kegagalan pada kondisi ini mungkin sudah terjadi dan
transformator harus sudah diwaspadai dan diperlukan perawatan yang lebih lanjut.
Pada kondisi 4, TDCG pada tingkat ini menunjukkan adanya kerusakan pada isolator
kertas dan atau kerusakan minyak trafo pada kondisi ini sudah meluas.

19
MEASU CONDIT CONDIT CONDIT
RED ION ION CONDIT ION
        GAS 1 2 ION 3 4
HYDROGE 701 -
82 100 101 - 700 > 1800
1 N H2 = 1800
CARBON 2501 - 4001 -
1492 2500 > 10000
2 DIOXIDE CO2 = 4000 10000
CARBON
571 -
MONOXID 365 350 351 - 571 > 1400
1400
3 E CO =
ETHYLEN C2H4
5 50 51 - 100 101 - 200 > 200
4 E =
C2H6
7 65 66 - 100 101 - 150 > 150
5 ETHANE =
121 - 401 -
6 120 > 1000
6 METHANE CH4 = 400 1000
ACETYLE C2H2
0.5 1 2-9 10 - 35 > 35
7 NE =
TOTAL TD
DISSOLVE CG 721 - 1921 -
465 720 > 4630
COMBUST (pp 1920 4630
  IBLE GAS   m)
Tabel III. 3 Evaluasi Kondisi Gas terlarut dan TDCG Pada tanggal 8 November 2018

20
MEASU CONDIT CONDIT CONDIT
RED ION ION CONDIT ION
        GAS 1 2 ION 3 4
HYDROGE 701 -
58 100 101 - 700 > 1800
1 N H2 = 1800
CARBON 2501 - 4001 -
1745 2500 > 10000
2 DIOXIDE CO2 = 4000 10000
CARBON
571 -
MONOXID 407 350 351 - 571 > 1400
1400
3 E CO =
ETHYLEN C2H4
3 50 51 - 100 101 - 200 > 200
4 E =
C2H6
6 65 66 - 100 101 - 150 > 150
5 ETHANE =
121 - 401 -
8 120 > 1000
6 METHANE CH4 = 400 1000
ACETYLE C2H2
1 1 2-9 10 - 35 > 35
7 NE =
TOTAL TD
DISSOLVE CG 721 - 192 1 -
483 720 > 4630
COMBUST (pp 1920 4630
  IBLE GAS   m)
Tabel III. 4 Evaluasi Kondisi Gas terlarut dan TDCG Pada tanggal 31 Juli 2019

Dari hasil pengujian didapatkan bahwa nilai total gas terlarut (TDGC) pada minyak
transformator sebesar 465 dan 483 ppm (part/Million) yang berarti konsentrasi TDCG
termasuk dalam kondisi I yaitu masih dalam ambang batas normal (<720 ppm). Hal ini
menunjukan bahwa kondisi transformator masih sehat dan tetap bisa dioperasikan
secara normal tetapi tetap perlu dilakukan pemantauan terhadap gas-gas tersebut.
Jika nilai dari pengukuran sudah menunjukkan nilai TDCG 720 – 1920 maka
sudah diklasifikasikan untuk waspada dan berhat-hati karena konsentrasi gas yang
terkandung semakin besar. Ini berarti telah terjadi gejala-gejala kegagalan yang harus
mulai diwaspadai. Gejala-gejala tersebut bisa dikurangi dengan melakukan tindakan
perawatan pada trafo tersebut seperti melakukan pembersihan pada trafo, sirkulasi
pendingin dan area sekelilingnya, pengecekan kelembaban trafo, pengecekan terhadap
beban trafo.
Jika nilai TDCG sudah mencapai nilai sebesar 1921 ppm maka itu kondisi trafo
tergolong berbahaya karena telah terjadi kerusakan pada isolasi trafo dan bagian-bagian
trafo lainnya seperti selulosa.

21
III.2.5.2 Key Gas Method

Metode gas-gas kunci (key gas) berdasarkan ( IEEE std.C57 – 104.2008)


didefinisikan sebagai gas – gas yang terbentuk pada transformator pendingin
minyak yang secara kualitatif dapat digunakan untuk menentukan jenis
kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis gas yang khas atau lebih dominan
terbentuk pada berbagai temperatur. Dari hasil pengujian DGA minyak
transformator, didapatkan data seperti table III.1.

Berdasarkan metode gas-gas kunci, maka nilai persentase tersebut


didapatkan dari perhitungan berikut ini :
Komposisi :

Pada tanggal 8 November 2018


Pada tanggal 31 Agustus 2019

1. 2 Perhitungan nilai persentase

22
Tabel III. 5 Indikasi kegagalan yang terjadi berdasarkan nilai gas yang lebih
dominan

Tabel III. 6 Hasil Evaluasi Kondisi Gas terlarut Key Gas Method
  08-Nov-18 31-Jul-19
Persentase Gas CO 78,49 84,26
Persentase gas H2 17,63 12
Persentase CH4 1,29 1,65
Persentase C2H6 1,50 1,24
Persentase gas C2H4 1,07 0,62
Persentase Gas C2H2 0,10 0,20

Dari data hasil pengujian untuk konsentrasi gas terlarut pada minyak
transformator, maka nilai persentase gas yang lebih dominan adalah gas
karbonmonoksida (CO) sehingga kemungkinan yang terjadi adalah panas
berlebih pada lapisan selulosa di bagian dalam transformator seperti terlihat

23
pada tabel III.4 Indikasi kegagalan yang terjadi berdasarkan nilai gas yang
lebih dominan.

III.2.5.3 Roger’s ratio Method

Metode ini membandingkan nilai-nilai satu gas dengan gas yang


lainnya.Gas-gas yang digunakan dalam analisis menggunakan roger’s ratio
adalah :
C2H2/C2H4 , CH2/H2 , C2H4/C2H6.
Jenis kode dan diagnosa gangguan dengan rasio Roger berdasarkan
standar IEEE C57.104 – 2008.
Tabel III. 7 Kode – kode indikasi gangguan Roger’s ratio Method

R2 R1 R5
C2H2/
Kode C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6
0 < 0.1 > 0.1 - < 1.0 < 1.0
1 < 0.1 < 0.1 < 1.0
2 0.1 - 3.0 0.1 - 1.0 > 3.0
3 < 0.1 > 0.1 - < 1.0 1.0 - 3.0
4 < 0.1 > 1.0 1.0 - 3.0
5 < 0.1 > 1.0 > 3.0

Kode 0, tidak terjadi indikasi gangguan pada minyak isolasi trafo sehingga
kondisi minyak masih dalam keadaan baik. Namun perlu tetap dilakukan
pemantauan akan kenaikan gas terlaryt lainnya dengan pengambilan sampel uji
pada interval waktu berikutnya.
Kode 1, terjadi pelepasan muatan yang disebabkan udara yang terjebak dalam
sistem isolasi atau minyak mengandung banyak kadar air. Selain itu bisa juga
disebabkan oleh operasi dari isolais padat yang diakibatkan oleh sparking atau
arching atau loncata arus.
Kode 2, terjadi loncatan bunga api akibat sparking yang terus menerus anatara
gulungan dengan gulungn atau gulungan dengan ground, atau pada tap changer
pada saat seitching, atau kebocoran minyak isolasi dari tank tap changer ke tank
utama.Kondisi ini menyebabkan menurunnya harga dielektrik dari minyak isolasi.
Kode 3, terjadi overheating pada isolasi kawat penghantar, biasanya menimbulkan
gas CO dan CO2 karena melibatkan isolasi selulosa.
Kode 4, terjadi overheating pada inti trafo. Hubung singkat pada lapisan laminasi
inti.Overheating disebabkan karena arus eddy.Kontak hubung yang jelek pada sisi
terminal incoming, atau kontak pada tap changer. Terjadi sirkulasi arus antara inti
transformator tidak satu titik.
Kode 5, sama seperti kode 4 hanya saja gangguan yang terjadi berakibat kepaa
kerusakan isolasi selulosa dan akan menimbulkan gas C0 DAN CO2.

24
Tabel III. 8 Data gas Terlarut terlarut minyak trafo

  08-Nov-18 31-Jul-2019

R2 [ C2H2/C2H4 ] 0.1 0.33

R1 [ CH4/H2 ] 0.07 0.14

R5 [ C2H4/C2H6 ] 0.71 0.5

Tabel III. 9 Data metode Roger’s Ratio

MEASURED GAS [ ppm ]


  08-Nov-18 31-Jul-19
H2 82 58
CH4 6 8
CO 365 407
C2H2 0.5 1
C2H4 5 3
C2H6 7 6
Pada Tabel III.7 menunjukan bahwa hasil analisis minyak trafo yang
didapatkan pada tabel III.5 berada pada kode 1 sesuai pada IEEE std C57.104 –
2008 berdasarkan hasil uji DGA pada tanggal 8 november 2018 Hal ini
membuktikan bahwa terjadi pelepasan muatan yang disebabkan udara yang
terjebak dalam sistem isolasi atau minyak mengandung banyak kadar air. Selain
itu bisa juga disebabkan oleh operasi dari isolais padat yang diakibatkan oleh
sparking atau arching atau loncatan arus sedangkan pada hasil uji DGA pada
tanggal 31 juli 2019 tidak termasuk ke dalam kode manapun dan tidak bisa
menyimpulkan keadaan trafo dengan metode roger’s ratio ini namun masih bisa
mencari dengan metode yang lain.

25
III.2.6 Tindakan Operasional

Untuk mengetahui rekomendasi pengujian ulang dan rekomendasi


pemeliharaan dapat dilakukan analisa berdasarkan tabel Action based TDCG.
Standar IEEE ini juga menetapkan tentang tindakan operasional yang
disarankan berdasarkan jumlah TDCG-nya dalam satuan ppm dan rata-rata
pertambahan TDCG dalam satuan ppm per hari (ppm/day) yang mengacu pada
tablel III.10 berikut :

Tabel III. 10 Tindakan Operasi yang harus berdassarkan kondisi jumlah TDCG

26
Pada tahun 2018 di lakukan uji DGA dengan nilai TDCG 465 ppm maka TDCG
rated ialah 1,29 bearti kurang dari 10 maka dilakukan operasi kembali pada tahun
2019 dan dilakukan kembali pada tanggal 31 Juli 2019.
III.2.7 Penerapan K3 Yang Berlaku

APD yang digunakan :


- Safety Glass
- Safety Helmet
- Safety Shoes
- Sarung tangan Katun

Urutan Langkah Pekerjaan :


1. Memperoleh surat izin kerja
2. Berdo’a sebelum memulai pekerjaan
3. Pasang selang ke naple drain oil trafo, filling oil ke alat
4. Pembuatan PTW
5. Briefing pekerjaan sebelum bekerja
6. Pengujian oil, selesai bersihkan area kerja.

27
III.3 Kesimpulan
Transformator daya (trafo) merupakan salah satu peralatan penting yang
digunakan dalam penyaluran tenaga listrik. Dibandingkan dengan komponen
lainnya, transformator hanya memerlukan sedikit pemeliharaan karena tidak
mempunyai komponen yang bergerak. di dalam trafo,. Salah satu cara pengujian
transformator daya yaitu pengujian minyak transformator dengan metoda analisa
gas terlarut (DGA). Dari hasil pengujian DGA ini diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Nilai TDGC sebesar 483 dan 465 (<700) yang berarti hasil bahwa
transformator masih dalam keadaan baik untuk dioperasikan karena nilai
konsentrasi gas masih berada dalam nilai normal.
2. Dari data berdasarkan metoda gas kunci dan rasio roger diperoleh nilai
persentase gas karbonmonoksida (CO) yang mulai tinggi sehingga kemungkinan
yang terjadi adalah panas berlebih pada lapisan selulosa di bagian dalam
transformator.
3. Jika nilai kandungan gas-gas tersebut melewati ambang batas akan
menyebabkan kerusakan isolasi pada minyak trafo, kerusakan isolasi pada
kertas selulosa trafo dan kerusakan pada lilitan trafo yang pada akhirnya trafo
tersebut akan mengalami kerusakan yang parah berupa hubung singkat atau
ledakan.

III.4 Saran

Dari hasil pengujian DGA, transformator didapatkan nilai pengujian yang


masih sesuai dengan standar pengukuran yang ada, tetapi terdapat beberapa
paramater nilai yang sudah mendekati ambang batas minimal. Oleh karena itu
untuk tetap menjaga dan memastikan performa transformator tersebut tetap dalam
keadaan yang baik maka ada baiknya untuk merencanakan tindakan pencegahan
& perawatan , seperti melakukan pembersihan dari debu dan air serta kondisi
lembab pada bagian dalam transformator. Transformator memerlukan berbagai
pengujian, perawatan serta pengarsipan data hasil uji untuk menjaganya dari
kerusakan serta menghilangkan/mereduksi potensi-potensi penyebab kerusakan .
Pengecekan terhadap minyak transformator juga harus tetap dilakukan secara
berkala minimal 1 kali dalam setahun.

28
DAFTAR PUSTAKA

Prodi D3 Teknik Listrik, 2017, Buku Panduan Kerja Praktik Kerja Lapangan
(PKL) Mahasiswa Diploma III Program Studi D3 Teknik Listrik, Politeknik
Negeri Bandung.

Standart Perusahaan Listrik Negara. 2014. Pedoman Pemeliharaan


Transformator Tenaga. PLN

IEEE.Std C57.104-2008, Suggested Operating Procedures Utilizing the Detection


and Analysis of Combustible Gases, 2008

Tadjudin, Partial Dicharge dan Kegagalan Bahan Isolasi, Elektro Indonesia Edisi
ke Tiga Belas, Juni,1998

GE Kelman TRANSPORT User Manual

29
LAMPIRAN

30
Lampiran 1 Hasil Pengujian DGA Trafo PABT10 Tanggal 08 November 2018

31
Lampiran 2 Hasil Pengujian DGA Trafo PABT10 Tanggal 31 Juli 2019

32
Lampiran 3 Job Health-Safety-Environment Analysis (JSHEA)

33

Anda mungkin juga menyukai