Anda di halaman 1dari 33

i

SISTEM TENAGA
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISA PARTIAL DISCHARGE PADA TRANSFORMATOR
DENGAN UJI DISSOLVED GAS ANALYSIS
MENGGUNAKAN METODE ROGER’S RATIO PADA PLTU
UBJOM REMBANG

Disusun Oleh:
Dany Aryanto
NPM: 03.2015.1.07184

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FALKUTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2019
IDENTITAS PENELITIAN

Judul Skripsi : ANALISA PARTIAL DISCHARGE PADA


TRANSFORMATOR DENGAN UJI DISSOLVED GAS ANALYSIS
MENGGUNAKAN METODE ROGER’S RATIO PADA PLTU UBJOM
REMBANG
1. Data Mahasiswa
a) Nama : Dany Aryanto
b) NPM : 03.2015.1.07184
c) Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 08 April 1996
d) Bidang Keahlian : Sistem Tenaga
e) Jurusan : Teknik Elektro - ITATS
f) Alamat lengkap : Ds. Cendono RT 03 / RW 09 Kec. Dawe Kab.
Kudus, Jawa Tengah
g) No.telepon : 082217169216
h) Email : danyaryanto408@gmail.com
2. Objek Penelitian (Jenis material yang akan diteliti dalam penelitian) : Analisa
Analisa Partial Discharge Pada Transformator
3. Masa Pelaksanaan Penelitian :
Mulai : 6 Januari 2020
Berakhir : 10 Januari 2020
4. Lokasi Penelitian : PLTU UBJOM, Rembang
5. Hasil yang diharapkan : Mendapatkan hasil analisa penyebab partial discharge
dari data-data yang telah diperoleh
6. Data yang di butuhkan :
• Data Transformator 150 KV PLTU Rembang
• Data Data Minyak Isolator Transformator 150 KV PLTU Rembang
7. Instansi Lain Yang Terlibat : PLTU UBJOM Rembang
Usulan Dosen Pembimbing : Efrita Arfah Zuliari, ST., MT

ii
DAFTAR ISI
COVER i
IDENTITAS PENELITIAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Sistematika Penulisan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Penelitian Sebelumnya 5
2.2 Transformator 7
2.2.1 Transformator Daya 7
2.2.2 Bagian Bagian Transformator 7
2.3 Minyak Transformator 12
1. Karakteristik Minyak Terhadap Temperatur 12
2.4 Kegagalan Bahan Isolasi 13
2.4.1 Kegagalan isolasi padat 14
2.4.2 Kegagalan Isolasi Cair 15
2.4.3 Kegagalan Isolasi Gas 16
2.5 Partial Discharge 17
2.6 Metode Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) 19
2.6.1 Definisi DGA 19
2.6.2 Metode Ekstrasi Gas 19
2.6.3 Metode Interprestasi Data Uji DGA 19
2.6.4 Key Gas 20
2.6.5 Metode Roger’s Ratio 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22
3.1 Jenis Penelitian 22
3.2 Diagram Alur Penelitian 22
3.3 Tahapan Penelitian 23
3.3.1 Studi Literatur 23

iii
3.3.2 Analisa dan Pembahasan 24
3.3.3 Perhitungan dan Analisis Data 24
3.3.4 Pengujian Arus Yang Mengalir 25
3.3.5 Pengujian Kenaikan Temperatur 26
DAFTAR PUSTAKA 27

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas Konsentrasi Gas Terlarut 20


Tabel 2.2 Key Gas 21
Tabel 2.3 Metode Roger’s Ratio 21
Tabel 3.1 Standar Tes DGA 24
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Untuk Mengetahui Digit Kode 25
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian 26

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar
batubara menurut Peraturan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2006 tanggal 05 Juli
2006 tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) guna melakukan Percepatan
Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang menggunakan batubara. PERPRES
ini merupakan dasar untuk pembangunan 10 buah PLTU yang berada di pulau Jawa
dan 25 PLTU di Luar pulau Jawa Bali atau yang dikenal sebagai nama Proyek
Percepatan PLTU 10.000 MW. Pembangunan proyek – proyek PLTU tersebut guna
mengejar pasokan tenaga listrik yang akan mengalami defisit sampai beberapa
tahun mendatang, serta menunjang program diversifikasi energi untuk pembangkit
tenaga listrik ke non bahan bakar minyak (BBM) dengan memanfaatkan batubara
berkalori rendah (4200 kcal/kg).
Dengan mulai beroperasinya PLTU Rembang yang terletak pada Desa Sluke
Rembang pada bulan September 2011 ikut mendukung tercapainya percepatan
proyek 10.000 MW. PLTU Rembang terdiri dari 2 buah generator dengan kapasitas
300 MW yang berperan guna menyuplai daya untuk jaringan transmisi 150 KV
guna mencukupi kebutuhan pelanggan, khusus nya di sistem Jawa Tengah (Pati dan
Rembang) maka membutuhkan keandalan sistem kelistrikan serta kontinuitas dari
operasi pembangkit.
Transformator adalah peralatan listrik yang berguna untuk menyalurkan
daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya[2].
Transformator menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan hukum lorentz
dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik atau alternating current (AC)
yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi
magnet.Dan jika magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua
ujung belitan tersebut akan menghasilkan beda potensial. Arus yang mengalir pada
belitan primer akan menginduksi inti besi transformator sehingga didalam inti besi

1
2

akan mengalir flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi belitan sekunder
sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial.
Partial Discharge (PD) ialah peluahan sebagian pada transformator, yakni
kerusakan pada bagian-bagian tertentu pada transformator[3]. PD bukan hanya
disebabkan oleh trafo itu sendiri, namun juga dipengerahui oleh bagian luar trafo
atau lingkungan sekitar. Jangka pendek yang disebabkan PD tidak lansung tampak
pada operasional, namun PD akan berakibat fatal apabila dibiarkan terus-menerus.
Monitoring terjadwal dan perawatan secara rutin akan memberikan dampak positif
terhadap transformator, sehingga proses produksi menjadi lancar dan mengurangi
resiko kecelakan kerja.
Seiring kemajuan teknologi, kinerja transformator dapat dianalisa sebelum
terjadi kerusakan dan mempunyai akurasi tinggi. Dengan Instrumen pendukung
yang baik, seperti Dissolved Gas Analysis (DGA) sangat membantu teknisi secara
tepat menangani Partial Discharge karena instrumen tersebut memberikan
gambaran secara keseluruhan keadaan transformator, sehingga PD dapat segera
ditanggulangi.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian Partial Discharge pada
transformator yang menggunakan metode Roger’s Ratio, guna untuk mengetahui
kesehatan pada isolator trafo itu sendiri agar tidak terjadi kerusakan yang
mengakibatkan kerugian maupun kerusakan yang fatal terhadap transformator, dan
metode Roger’s Ratio sendiri merupakan salah satu cara untuk menganalisis gas
terurai dari suatu minyak tranformator. Metode ini membandingkan nilai-nilai satu
gas dengan gas yang lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penulisan masalah dapat diketahui bahwa rumusan
masalah dari penelitian yang akan dilakukan yaitu :
a) Bagaimana analisa yang akan dilakukan jika terjadi partial discharge
yang terjadi pada transformator PLTU Rembang.
3

1.3 Batasan Masalah

Terdapat batasan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan, yaitu :


a) Hanya membahas kegagalan isolasi berupa partial discharge yang
terjadi pada transformator PLTU Rembang.
b) Tidak membahas mengenai akibat terjadinya gas-gas yang terlarut
minyak transformator

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang akan dilaksanakan,
yaitu :
a) Memperoleh analisa partial discharge pada transformator PLTU
Rembang menggunakan dengan uji coba Dissolved Gas Analysis
(DGA) menggunakan metode Roger’s Ratio

1.5 Manfaat Penelitian


Dalam menganalisa terjadinya partial discharge diharapkan dapat mengurangi
terjadinya kegagalan kegagalan yang menyebabkan kerusakan pada transformator
PLTU Rembang.

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan dalam memberikan penyusunan, penyajian, dan
pembahasan, maka, akan dibagi dalam 5 bab yang tersusun sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan : Pada bab I berisikan tetang Latar belakang, Rumusan


Masalah, Batasan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Sistematika
penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka : Pada bab II memberikan informasi tentang Penelitian


sebelumnya, Teori Dasar, Pengertian Metode Dissolved Gas Analysis (DGA).
4

Bab III Metode Penelitian : Pada bab III menjelaskan tentang Lokasi, Waktu,
Diagram alur penelitian, Tahapan penelitian, Langkah-langkah metode penelitian.

Bab IV Analisa dan Pembahasan : Pada bab IV menjelaskan tetang monitoring


dan analisa partial discharge yang dilakukan pada transformator PLTU Rembang
menggunakan metode Dissolved Gas Analysis (DGA).

Bab V Penutup : Pada bab V tentang kesimpulan penelitian yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya


Beberapa penelitian sebelumnya yang fokus pada partial dispatch pada
transformator :
Menurut penelitian [3], “Evaluasi Dan Analisa Partial Discharge Terhadap
Isolator Pada Transformator-Aplikasi Pada PT. Indah Kiat Pulp And Paper
Perawang”. Transformator memilki peranan penting dalam dunia Industri
khususnya tegangan tinggi tegangan menengah. Pemilihan isolasi trafo dan
perawatan rutin harus berjalan searah untuk menjaga keandalan kinerja trafo dan
keselamatan kerja, Partial discharge disebabkan oleh banyak faktor, baik dari trafo
itu sendiri yakni, tegangan tembus (Breakdown) dan pemakaian trafo yang lama.
Faktor dari luar berupa suhu disekitar traf yang mengakibatkan turunnya keandalan
isolator. Standar yang digunakan adalah IEEE Std C57.104™- 2008 yang
merupakan revisi dari IEEE Std C57.104-1991. Indikasi terjadinya Partial
discharge (PD) terjadi pada trafo di MCC CLO2 (trafo 1) dimana nilai TDCG
25975 ppm dan Ttrafo EN-2M juga terjadi Partial Discharge (trafo 2) dengan nilai
TDCG 5920.6 ppm, sedangkan pada trafo VE-12 (trafo 3) masih dalam kondisi
normal dimana nilai TDCG hanya 630 ppm.
Menurut Penelitian [4], “Analisis Minyak Transformator Daya Berdasarkan
Dissolved Gas Analysis (DGA) Menggunakan Data Mining Dengan Algoritma J48
“Diagnosis gangguan transformator daya sangat penting untuk menjaga kontinuitas
penyaluran tenaga listrik, gangguan pada transformator daya mengakibatan
gagalnya sistem isolasi minyak yang dapat diketahui dari kandungan gas yang
terlarut, analisis gas yang terlarut dikenal dengan dissolved gas analysis (DGA).
Gangguan pada transformatorterhadap konsentrasi gas yang terlarut terjadi dengan
pola yang acak sehingga tidak linier dan sulit dipetakan secara matematis. Solusi
diperlukan adalah membangun sebuah pola pendekatan model non- matematis yang
dapat memetakan hubungan antara input yang berupa data hasil pengukuran DGA
dengan output berupa jenis gangguan yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan metode
lainya untuk melihat pola prediksi dari setiap atribut- atribut yang terdapat pada

5
6

data pengukuran minyak transformator. Data mining dan J48 bisa menjadi solusi
bagi masalah ini karena data mining merupakan kegiatan meliputi pengumpulan,
pemakaian data historis untuk menemukan keteraturan, pola atau hubungan dalam
set data berukuran besar. Akurasi pola prediksi yang diperoleh dapat mencapai
92.12 % dengan waktu yang sangat singkat 0,01 seconds. Akurasi tersebut
dihasilkan dari uji coba dengan mengunakan data pengukuran minyak
transformator yang telah dilakukan oleh berbagai macam perusahan mulai dari
tahun 1972 sampai dengan 1992 sebagai data testing.
Menurut Penelitian [5], “Analisis Kegagalan Transformator Di PT
Asahimas Chemical Banten Berdasarkan Hasil Uji DGA Dengan Metode Roger’s
Ratio”. Transformator digunakan secara luas, baik bidang tenaga listrik maupun
elektronika. Didalam transformator secara umum berisikan minyak yang berguna
sebagai isolator. Biasanya minyak ini juga berfungsi sebagai pendingin agar trafo
tidak panas. Namun didalam kandungan minyak terdapat kandungan gas-gas yang
dapat menyebabkan kegagalan transformator. Kegagalan gas tersebut biasa disebut
sebagai fault gas dimana permasalahan transformator tersebut merupakan
kegagalan termal dan kegagalan elektris. Dengan mengidentifikasi jenis dan jumlah
kandungan gas yang terlarut pada minyak transformator dapat memberi informasi
akan adanya indikasi kegagalan yang terjadi pada transformator. Penelitian ini akan
mengulas tentang bagaimana uji DGA (Dissolved Gas Analysis) dapat
mengidentifikasi indikasi kegagalan yang terjadi pada transformator di PT
Asahimas Chemical dengan menggunakan metode rasio roger. Metode rasio roger
adalah metode interpretasi uji DGA (Dissolved Gas Analysis) dengan menggunakan
magnitude rasio lima jenis fault gas. Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh,
kegagalan yang terjadi pada transformator di PT Asahimas Chemical disebabkan
oleh kegagalan isolasi dimana fungsi minyak transformator sebagai bahan isolasi
tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai
kandungan gas pada minyak dimana nilai kandungan gas H2, C2H2, C2H4, CO
melebihi standar yang ditetapkan. Semakin tinggi temperatur yang dihasilkan oleh
minyak transformator, maka fungsi dari minyak sebagai bahan isolator akan
menurun.
7

Menurut penelitian [6], “Analysis of Partial Discharge Phenomena in Paper-


Oil Insulation Systems as a Basis for Risk Assessment Evaluation”. Penilaian risiko
berbasis Partial Discharge dalam sistem isolasi listrik menjadi efektif hanya jika
sifat dari peluahan sebagian kerusakan dapat dipastikan. Dalam sistem isolasi
minyak / kertas, ini adalah item mendasar sejak awal, misalkan bahaya pelepasan
parsial yang dihasilkan oleh gelembung gas jauh lebih kecil daripada Partial
Discharge yang terjadi antara lapisan kertas, untuk alasan tersebut, analisa Partial
Discharge dari sistem isolasi minya atau kertas sering kali tidak memiliki korelasi
yang jelas antara penyebab dan efeknya.
2.2 Transformator

Transformator ialah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk menaikkan


dan menurunkan tegangan. Trafo step-up guna untuk menaikkan tegangan,
sedangkan trafo step-down adalah sebaliknya yaitu berguna untuk menurunkan
tegangan.

2.2.1 Transformator Daya


Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tengangan rentah maupun
sebaliknya
2.2.2 Bagian Bagian Transformator
Transformator terdiri dari :
1. Inti besi
Inti besi pada transformator berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi
yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melewati kumparan. Dibuat
dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk
mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus
eddy.
2. Kumparan Transformator
Adalah b=eberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu
kumparan. Kumparan tersebut terdiri kumparan primer dan kumparan
sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antara
kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain.
Kumparan tersebut sabagai alat transformasi tegangan dan arus.
8

Besarnya arus yang mengalir melalui kumparan pada transformator


dapat dihitung dengan rumus

𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
𝐼𝐿𝑠 = (2,1)
√3.𝑉𝐿𝑆.𝐶𝑂𝑆𝜑

Dengan : ILs : Arus line sekunder (A)


Pout : Daya keluaran transformator (W)
VLs : Tegangan sekunder (V)
Cos φ : Faktor daya

Pin = Pout + Rugi-rugi


Dengan : Pin : Daya masuk (W)
Pout : Daya keluar (W)
Pada transformator terdapat luas penampang yang dapat
mempengaruhi nilai dari kerapatan arus. Dimana kerapatan arus dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan

𝐼
𝛿= (2,2)
𝐴

Dengan : δ : Rapat arus (A/mm2 )


I : Besarnya arus (A)
A : Luas penampang (mm2 )

3. Bushing

Bushing merupakan suatu peralatan listrik yang menyediakan


titik persambungan sehingga memungkinkan aliran listrik dapat
mengalir dari atau ke peralatan tenaga listrik. Bushing berfungsi
sebagai pengisolasi secara elektrik antara sambungan yang menuju
ke peralatan tegangan tinggi dan dinding peralatan tersebut. Bushing
layaknya seperti sebuah jembatan dimana potensial listriknya
merupakan panjang dari jembatan dan semakin panjang jembatan
9

tersebut maka akan semakin mendukung isolasi hubungan


dengan dinding peralatan tenaga yang dihubung tanahkan. Jumlah
arus yang dapat mengalir pada konduktor bushing dinterpretasikan
sebagai jumlah jalur lintasan pada jembatan. Jika jumlah jalur
lintasan dikurangi pada lalu lintas yang padat, maka penumpukan
kendaraan dalam jumlah banyak akan terjadi.
Ada dua faktor penting yang harus diperhatikan karena
mempengaruhi kinerja sebuah bushing yaitu:

a. Sistem isolasi, untuk mencegah kegagalan pada kondisi


over voltage
b. Lintasan konduktor, untuk mencegah kegagalan pada kondisi
over current
Over voltage akan mengakibatkan flash over pada isolasi dan over
current akan mengakibatkan panas berlebih pada konduktor dengan
memperhatikan losses berupa I2R.

Jenis-jenis Bushing :

Bushing yang diaplikasikan pada tegangan tinggi seperti


transformator dan breaker dibuat dengan berbagai macam prinsip
seperti :

a. Composite bushing, merupakan sebuah bushing yang isolasinya


terdiri dari 2 atau lebih lapisan coaxial yang berbeda material
isolasinya.
b. Compound-Filled bushing, bushing dengan space antara isolasi
utama dan konduktor diisi dengan senyawa yang memiliki sifat
isolasi.
c. Condenser bushing, merupakan bushing dengan lapisan-lapisan
penghantar silender yang disusun berdasarkan coaxial antara
material konduktor dan isolatornya. Panjang dan diameter
silinder didisain sedemikian rupa untuk mengatur distribusi
medan listrik dan dan permukaan luar dan dalam bushing.
10

d. Dry or unfilled type bushing, terdiri dari tabung porselin yang


tidak ada pengisi antara lapisan luar dan konduktor. Bushing
jenis ini biasanya digunakan pada tegangan 25kV kebawah.
e. Oil-filled bushing, bushing dengan celah antara isolasi dan
permukaan dalam konduktor diisi oleh minyak isolasi.
f. Oil Immersed bushing, bushing yang tersusun dari sistem isolasi
utama yang merendam bushing dalam kolam minyak isolasi.
g. Oil-impregnated paper-insulated bushing, bushing yang berada
dalam struktur internal yang terbuat dari material selulosa
impregnated dengan minyak.
h. Resin-bonded, paper insulated bushing, bushing yang isolasi
utamanya terdiri dari material selulosa yang dicampur resin.
i. Solid (ceramic) bushing, bushing dengan isolasi utama terdiri
dari keramik.

4. Tanki Konversator
Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator, minyak
isolasi akan memuai sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya
saat terjadi penurunan suhu operasi, maka minyak akan menyusut
dan volume minyak akan turun.Konservator digunakan untuk
menampung minyak pada saat transformator mengalamui kenaikan
suhu.Seiring dengan naik turunnya volume minyak dikonservator
akibat pemuaian dan penyusutan minyak, volume udara didalam
konservator akan bertambah dan berkurang. Penambahan atau
pembuangan udara didalamkonservator akan berhubungan dengan
udara luar. Agar minyak isolasi transformator tidak terkontaminasi
oleh kelembaban dan oksigen dari luar, maka udara yang akan
masuk kedalam konservator akan difilter melalui silicagel.
5. Pendingin
Pada inti besi dan kumparankumparan akan timbul panas akibat
rugi-rugi besi dan rugirugi tembaga. Bila panas tersebut
mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak
isolasi di dalam transformator, maka untuk mengurangi kenaikan
suhu yang berlebihan tersebut transformator perlu dilengkapi
dengan sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar
transformator. Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat
berupa: Udara/gas, minyak dan air. Pada cara alamiah (natural),
pengaliran media sebagai akibat adanya perbedaan suhu media dan
untuk mempercepat perpindahan panas dari media tersebut ke udara
luar diperlukan bidang perpindahan panas yang lebih luas antara
media (minyak-udara/gas), dengan cara melengkapi transformator
dengan sirip-sirip (Radiator).
6. Tap Changer (Perubah Tap)
Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu
hal yang dinilai sebagai kualitas tegangan. Transformator dituntut
memiliki nilai tegangan output yang stabil sedangkan besarnya
tegangan input tidak selalu sama. Dengan mengubah banyaknya
belitan pada sisi primer diharapkan dapat merubah ratio antara
belitan primer dan sekunder dan dengan demikian tegangan
output/sekunder pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem
berapapun tegangan input/primernya. Penyesuaian ratio belitan ini
disebut Tap changer.Proses perubahan ratio belitan ini dapat
dilakukan pada saat transformator sedang berbeban (On load tap
changer) atau saat transformator tidak berbeban (Off load tap
changer).
7. Alat Pernapasan
Karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun
suhu udara luar, maka suhu minyak pun akan berubah-ubah
mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan
memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari
tangki, sebaliknya apabila suhu minyak turun, minyak menyusut
maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas
disebut pernapasan transformator. Akibat pernapasan transformator
tersebut maka permukaan minyak akan selalu bersinggungan

11
dengan udara luar. Udara luar yang lembab akan menurunkan nilai
tegangan tembus minyak transformator, maka untuk mencegah hal
tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi dengan
alat pernapasan.
8. Indikator
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu
adanya indikator pada transformator sebagai berikut:
• Indikator suhu minyak
• Indikator permukaan minyak
• Indikator sistem pendingin
• Indikator kedudukan tap
2.3 Minyak Transformator
Isolator merupakan suatu sifat bahan yang mampu untuk memisahkan dua
buah penghantar atau lebih yang berdekatan untuk mencegah adanya kebocoran
arus/hubung singkat, maupun sebagai pelindung mekanis dari kerusakan yang
diakibatkan oleh korosif atau stressing. Minyak isolator yang dipergunakan dalam
transformator daya mempunyai beberapa tugas utama, yaitu :
1. Media isolator
2. Media pendingin
3. Media/alat untuk memadamkan busur api
4. Perlindungan terhadap korosi atau oksidasi
1. Karakteristik Minyak Terhadap Temperatur
Kenaikan temperatur akan mengkatalis terjadinya oksidasi di dalam minyak
transformator. Dengan semakin tingginya pembebanan transformator maka reaksi
kimia yang terjadi didalam minyak transformator akan semakin cepat sehingga
kandungan asam akan semakin tinggi. Dengan meningkatnya kandungan asam
dalam minyak, maka kualitas minyak menjadi menurun.

12
13

Untuk mengetahui nilai temperatur, menurut IEEE Std. C57. 104-1991


dapat menggunakan rumus.
T (°C) = (100 . C2H4/C2H6) + 150 (2,3)
Kenaikan temperatur yang terjadi pada transformator dapat dipengaruhi
oleh arus yang mengalir pada transformator, dimana kinerja transformator dapat
dipengaruhi oleh temperatur. Kenaikan temperatur yang berpengaruh oleh arus
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan.
𝐼𝑠 2 . 𝜌. t
𝜃=
αs 2 . 𝑔. ℎ
(2,4)
Dengan: θ : kenaikan temperatur (°C)
Is : arus yang mengalir (A)
ρ : resistivitas (Ωm)
αs : luas penampang konduktor (mm2 )
t : waktu (s)
g : rapat material konduktor (kg/m3 )
h : panas material konduktor (J/kg-°C)
2.4 Kegagalan Bahan Isolasi

Isolasi adalah salah satu persoalan yang memegang peranan penting


dalam teknik tenaga listrik, terutama pada persoalan teknik tegangan tinggi.
Isolasi pada tegangan tinggi dimaksudkan sebagai suatu bahan yang dapat
menghindarkan suatu peralatan dari kerusakan akibat lompatan arus dari suatu
konduktor ke konduktor lainnya.

Kegagalan isolasi berkaitan erat dengan partial discharge. Partial


discharge (peluahan parsial) merupakan peristiwa terjadinya pelepasan bunga
api listrik pada suatu bagian isolasi sebagai akibat adanya perbedaan potensial
yang sangat tinggi dalam bahan isolasi tersebut. Kegagalan isolasi pada peralatan
tegangan tinggi akan sangat berpengaruh pada operasi peralatan tersebut dan
akan mengganggu kestabilan sistem. Partial discharge dapat terjadi pada
material isolasi padat, cair maupun gas.
2.4.1 Kegagalan isolasi padat

Mekanisme kegagalan pada bahan isolasi padat meliputi kegagalan asasi


(intrinsik), elektro mekanik, streamer, thermal dan kegagalan erosi. Mekanisme
ini merunut kepada fungsi waktu penerapan tegangannya. Hal ini ditunjukkan
sebagai berikut.

a) Kegagalan intrinsik, kegagalan yang berhubungan dengan jenis dan suhu


bahan tanpa menghiraukan berbagai faktor lain sebagai pengaruh luar
seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian dan kantong udara.
Kegagalan terjadi saat tegangan dinaikkan sehingga meningkatkan
tekanan listrik yang terjadi pada bahan isolasi hingga 106volt/cm dalam
waktu yang sangat singkat sekitar 10-8 detik. Kegagalan ini terjadi pada
lapisan dielektrik yang tipis dengan tegangan tinggi yang diterapkan.
Dengan waktu yang singkat dan medan listrik yang tinggi
memungkinkan elektron mendapatkan energi tambahan untuk melintasi
forbidden energy gap hingga mencapai lapisan konduksi.

b) Kegagalan Elektromagnetik kegagalan yang berhubungan dengan


tekanan listrik pada bahan isolasi yang diakibatkan oleh perbedaan
polaritas antara elektroda yang mengapit isolasi tersebut. Tekanan listrik
tersebut menimbulkan tekanan mekanik yang berupa gaya yang bekerja
pada suatu bahan yang berhubungan dengan Modulus Young.
c) Kegagalan Streamer, kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran
elektron. Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda
akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh
energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu membentur.
Jika lintasan bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh
melebihi pengionisasi latice. Akibatnya dihasilkan tambahan elektron
elektron pada saat terjadi benturan. Jika suatu tegangan V dikenakan
terhadap elektroda bola, maka pada media yang berdekatan timbul
tegangan
d) Kegagalan thermal, kegagalan yang berhubungan dengan kecepatan
pembangkitan panas disuatu titik melebihi laju kecepatan

14
pembuangannya. Sehingga terjadi penumpukan energi panas pada titik
tersebut dan akan mengakibatkan keadaan tidak stabil sehingga
berdampak pada kegagalan.
e) Kegagalan Erosi, kegagalan yang diakibatkan oleh ketidaksempurnaan
bahan isolator yang digunakan seperti terdapat rongga dalam isolasi
tersebut. Hal ini berakibat pada nilai tegangan normal kekuatan medan
pada rongga dapat bernilai melebihi kekuatan kegagalan, sehingga dapat
menyebabkan kegagalan. Hal ini dikarenakan rongga tersebut memiliki
kekuatan medan atau kekuatan dielektrik yang berbeda dengan kekuatan
dielektrik dari bahan isolasi. Kekuatan medan dalam rongga ditentukan
oleh perbandingan dari permitivitas dan bentuk rongga. Pada setiap
pelepasan muatan maka energi berupa panas juga dihasilkan, akumulasi
panas yang berlebihan akan menghasilkan karbonisasi pada rongga
tersebut sehingga merusak susunan kimia bahan isolasi tersebut.
2.4.2 Kegagalan Isolasi Cair

Isolasi berupa cairan rentan terhadap pengotor maupun zat lain seperti
gelembung udara, partikel asing dan lain-lain yang mengisi bahan tersebut
sehingga tingkat kemurniannya tidak begitu tinggi. Tentu hal ini mengakibatkan
berkurangnya ketahanan isolasi cair terhadap kegagalan. Beberapa teori yang
menjelaskan mekanisme kegagalan bahan isolasi cair saat ini belum mampu
menjelaskan proses kegagalan dalam zat cair yang benar-benar sesuai antara
keadaan secara teoritis dan keadaan sebenarnya. Beberapa teori yang sering
dikemukakan antara lain :

a. Kegagalan Elektronik, kegagalan yang diakibatkan oleh permukaan


konduktor yang tidak rata sehingga memiliki bagian yang lebih runcing
yang mengakibatkan daerah tersebut memiliki kuat medan terkuat. Hal
ini mengakibatkan elektron awal dilepaskan sebagai permulaan
terbentuknya banjiran elektron. Kemudian elektron- elektron berikutnya

b. dihasilkan yang kemudian menyebabkan timbulnya arus konduksi dalam


bahan isolasi cair pada kuat medan yang tinggi.
c. Kegagalan Kavitasi, kegagalan yang terjadi pada isolasi cair yang

15
diakibatkan oleh adanya gelembung-gelembung udara di dalamnya.
Medan listrik dalam gelembunggas yang ada dalam isolasi cair.
d. Kegagalan Bola Cair, kegagalan yang diakibatkan jika suatu zat isolasi
mengandung sebuah bola cair dari jenis lain, maka dapat terjadi
kegagalan akibat ketidakstabilan bola cair tersebut dalam medan listrik.
Medan listrik akan menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan didalam
minyak memanjang searah medan listrik
e. Kegagalan Butiran Padat, kegagalan yang disebabkan oleh adanya
butiran zat padat didalam isolasi cair yang akan memulai terjadi
kegagalan.
2.4.3 Kegagalan Isolasi Gas

Ion merupakan atom atau gabungan atom yang memiliki muatan listrik,
ion terbentuk apabila pada peristiwa kimia suatu atom unsur menangkap
atau melepaskan elektron. Proses terbentuknya ion-ion ini disebut ionisasi. Jika
diantara dua elektroda yang dimasukkan dalam media gas diterapkan tegangan
V maka akan timbul suatu medan listrik E yang mempunyai besar dan arah
tertentu yang akan mengakibatkan elektron bebas mendapatkan energi yang
cukup kuat menuju ke arah anoda sehingga dapat merangsang timbulnya proses
ionisasi.

Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang
diionisasikan akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ion yang
ditangkap melalui oksigen. Tiap-tiap elektron ini kemudian akan berjalan
menuju anoda secara kontinyu dan selama perjalan ini elektron- elektron tersebut
juga akan membentur atom-atom lain sehingga membebaskan elektron lebih
banyak lagi. Ionisasi karena benturan ini merupakan proses dasar terjadinya
kegagalan isolasi udara atau gas.

Proses kegagalan dalam gas ditandai dengan adanya percikan secara tiba-
tiba, percikan ini dapat terjadi karena adanya pelepasan yang terjadi pada gas
tersebut. Proses dasar yang paling penting dalam kegagalan gas adalah proses
ionisasi karena benturan, tetapi proses ini tidak cukup untuk menghasilkan
kegagalan. Proses lain yang terjadi dalam kegagalan gas adalah mekanisme

16
primer dan mekanisme sekunder.

Mekanisme primer banyak dipengaruhi oleh proses katoda, pada proses


ini diawali dengan pelepasan elektron oleh suatu elektroda yang diuji, peristiwa
ini akan mengawali terjadinya kegagalan percikan (spark breakdown). Elektroda
yang memiliki potensial rendah (katoda) akan menjadi elektroda yang
melepaskan elektron. Elektron awal yang dilepaskan oleh katoda akan memulai
terjadinya banjiran elektron dari permukaan katoda. Jika jumlah elektron yang
dibebaskan makin lama makin banyak atau terjadinya peningkatan banjiran
maka arus akan bertambah dengan cepat sampai terjadi perubahan pelepasan dan
peralihan pelepasan ini akan menimbulkan percikan atau kegagalan dalam gas.
2.5 Partial Discharge

IEC Standard, IEC 60270 menyatakan partial discharge adalah “


alocalised electric discharge that only partially bridges the insulation between
conductors and which may or may not occur adjacent to a conductor”. Partial
discharge merupakan peluahan listrik secara lokal yang menghubungkan secara
parsialatau sebagian dari isolasi diantara konduktor dan yang terjadi baik
dipermukaan maupun didalam.

Partial discharge merupakan peristiwa pelepasan/loncatan bunga api


listrik (spark) yang terjadi pada suatu bagian isolasi baik pada rongga dalam
atau pada permukaan bahan isolasi tersebut sebagai akibat adanya beda
potensial yang sangat tinggi dalam isolasi tersebut. Partial discharge juga dapat
didefinisikan sebagai akibat dari konsentrasi electrical stress pada suatu lokasi
didalam atau pada permukaan isolasi. Secara umum discharge terlihat sebagai
pulsa atau signal dengan durasi jauh lebih kecil dari 1µs.

Energi yang dibebaskan oleh partial discharge akan menyebabkan


penurunan kualitas (degradasi) dari bahan isolasi. Hal ini dapat berakibat
terbentuknya lintasan (track) menyerupai pohon yang dapat di sepanjang
permukaan atau bahkan menembus bahan isolasi tersebut. Lintasan yang
terbentuk ini dapat berubah fungsi menjadi bahan konduksi karena adanya
karbon dari hasil degradasi kualitas isolasi. Jika partial disharge ini terjadi
secara terus menerus, maka tekanan listrik akan selalu terkonsentrasi pada ujung

17
rambatan pohon sehingga panjang rambatannya akan semakin memanjang.
Partial discharge terjadi pada bahan isolasi yang waktu pemakaiannya sudah
lama, isolasi yang cacat atau kualitas yang buruk dari isolasi dan kegagalan
isolasi ini akan terus merambat dan berkembang hingga isolasi tidak mampu
lagi menahan tegangan listrik sehingga berakibat terjadinya flasover dan
kegagalan isolasi total.

Partial discharge dapat dijadikan indikator awal terjadinya kegagalan


isolasi. Cacat ini kemudian terus berkembang sehingga dapat mengakibatkan
kegagalan isolasi secara keseluruhan. Semakin tinggi tegangan yang
diterapkan akan semakin tinggi pula resiko kegagalan yang akan didapat.
Fenomena partial discharge hanya terjadi pada tegangan bolak-balik
(alternating current) dengan tegangan diatas 2000 V atau lebih.

Kuantitas dari partial discharge menunjukkan seberapa besar kegagalan


tersebut terjadi. Ada beberapa parameter kuantitas partial discharge yang dapat
dilihat dari sebuah pendeteksian :

a. Magnitudepartial disharge, dengan satuan milivolt (mV) atau


picocoulumb (pC) yaitu ukuran atau volume kegagalan
b. Pulse count, dengan satuan pulse per second (pps) menunjukkan jumlah
atau pertumbuhan kegagalan
c. Intensitas atau daya partial discharge, dengan satuan miliwatt (mW)
yaitu sejumlah daya perusak yang dihasilkan oleh kegiatan partial
discharge
d. Partial discharge signature, yaitu menunjukkan fasa dan tipe dari
kegagalan.

18
19

Berdasarkan magnitude partial discharge, ada beberapa bentuk kegagalan yang


dapat terjadi, yaitu :

a. 10 – 50 pC belum terjadi kegagalan isolasi,


b. <300 – 500 pC awal terjadinya penurunan kualitas isolasi
c. 1000 – 3000 pC perkembangan kegagalan, pada isolasi kertas sudah
terjadi kegagalan sempurna
d. 10.000 – 100.000 pC terjadinya kerusakan tahanan isolasi minyak.
2.6 Metode Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis)
2.6.1 Definisi DGA
Kegagalan isolasi berupa partial discharge umumnya pada isolasi cair
menghasilkan gas-gas berbahaya yang biasa dikenal dengan fault gas.
Kebanyakan bushing menggunakan minyak isolasi yang fungsinya sebagai
pendingin juga sebagai pelarut gas-gas berbahaya agar tidak beredar bebas.
Identifikasi jenis dan jumlah konsentrasi gas yang terlarut pada minyak dapat
memberikan informasi akan adanya indikasi kegagalan seperti partial
discharge. Metode untuk mengidentifikasi dan menganalisis gas-gas terlarut ini
dikenal dengan DGA (Dissolved Gas Analysis).
2.6.2 Metode Ekstrasi Gas
1) Gas Chromotograph
Adalah sebuah teknik untuk memisahkan zatzat tertentu dari sebuah
senyawa gabungan, biasanya zat-zat tersebut dipisahkan berdasarkan
tingkat penguapannya.
2) Photo-Acoustic Spectroscopy
Proses pengukuran dengan metode PAS dimulai dengan sumber radiasi
yang menciptakan radiasi gelombang elektromagnetik sinar infra merah.
Radiasi tersebut dipantulkan pada cermin parabolic lalu menuju piringan
pemotong yang berputar dengan kecepatan konstan dan menghasilkan efek
stoboskopik terhadap sumber cahaya.
2.6.3 Metode Interprestasi Data Uji DGA
1. Standar IEEE IEEE C57.104- 2008
IEEE menetapkan standarisasi untuk melakukan analisis berdasarkan
jumlah gas terlarut pada sampel minyak
Tabel 2.1. Batas konsentrasi gas terlarut dalam satuan ppm (part per
million)
Dissolved Key Gas Concentration Limit (ppm)

Status H2 CH4 C 2H2 C 2H 4 C 2H6 CO CO2 TDCG


Condition
1 100 120 1 50 65 350 2500 720
Condition 101- 121- 51- 66- 351- 2500- 721-
2 700 400 2-9 100 100 570 4000 1920
Condition 701- 401- 10- 101- 101- 571- 4001- 1921-
3 1800 1000 35 200 150 1400 10000 4630
Condition
4 >1800 >1000 >35 >200 >150 >1400 >10000 >4630

a. Pada kondisi 1, transformator beroperasi normal. Namun, tetap perlu


dilakukan pemantauan kondisi gas-gas tersebut.
b. Pada konsdisi 2, tingkat TDCG mulai tinggi. Ada kemungkinan timbul
gejala gejala kegagalan yang harus mulai diwaspadai, perlu dilakukan
pengambilan sampel minyak yang lebih rutin dan sering.
c. Pada kondisi 3, TDCG menunjukkan adanya dekomposisi dari isolasi
kertas minyak transformator. Berbagai kegagalan pada kondisi ini mungkin
sudah terjadi dan trasnformator harus sudah diwaspadai dan diperlukan
perawatan yang lebih lanjut.
d. Pada kondisi 4, TDCG pada tingkat ini menunjukkan adanya kerusakan
pada isolator kertas dan kerusakan minyak trafo pada kondisi ini sudah
meluas.
2.6.4 Key Gas
Key gas didefinisikan oleh IEEE std.C57 – 104.2008 sebagai gas-gas yang
terbentuk pada transformator pendingin minyak yang secara kualitatif dapat
digunakan untuk menentukan jenis kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis gas
yang khas atau lebih dominan terbentuk pada berbagai temperatur.

20
Tabel 2.2 Key gas
Fault Key Gas Criteria Gas Percent
Amount
Arcing Acetyle Large Amount of H2 and C2H2 and minor quantities of CH4 And H2 : 60%
ne C2H2, CO, and CO2 maybe also exist if cellulose is involved C2H2 : 30%
(C2H2)
Corona (Low Hydrog Large amount of H2 some CH4. with small quantities of C2H4 and H2 : 85%
Energy PD) en (H2) C2H6, CO and CO2 maybe comparable if cellulose is involved CH4 : 13%
Overheating of Oil Ethylen Large amount of C2H4 less amout of CH4 and H2 C2H4 : 63%
e (C2H4) C2H6 : 20%
Overhea Carbon Large amount of CO and CO2 hydrocarbon gases may exist CO : 90%
ting of cellulose monoxi
de (CO)

2.6.5 Metode Roger’s Ratio


Rogers Ratio Method (RRM) memiliki persamaan diagnosa yang
dilakukan dengan Doernenburg Ratio Method (DRM). Perbedaannya itu terletak
pada ketelitian dan banyaknya rasio konsentrasi yang akan dianalisa. Rasio gas
tersebut antara lain C2H4/CH4, C2H2/C2H4, CH4 /H2, C2H4/ C2H6. Rasio ini
sudah dihilangkan dalan revisi standar IEEE C57.104
Tabel 2.3 Metode Roger’s Ratio
Kode Ratio Gas
CH4 : H2 C2H6 : CH4 C2H4 : C2H6 C2H2 : C2H4 Diagnosis
0 0 0 0 Normal
5 0 0 0 Partial Discharge
Over Heating
1-2 0 0 0 (>150℃)
Over Heating (150℃
1-2 1 0 0 - 200℃)
Over Heating
0 1 0 0 (2000℃ - 300℃)
Arus Pusar Pada
1 0 0 0 Belitan
Arus pusar pada
tangka dan inti, over
heating pada
1 0 2 0 sambungan
Flash over tanpa
0 0 0 0 diikuti daya
Arching dengan
0 0 1-2 1-2 diikuti daya
Adanya sparking
0 0 2 2 yang kontinu
Partial Discharge
berkaitan dengan gas
5 0 0 1-2 CO

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan metode Roger’s Ratio yang dimana guna
untuk menganalisa adanya gangguan Partial Discharge pada sebuah
transformator yang dapat menyebabkan kerusakan pada transformator tersebut
bila minyak transformator semakin memburuk efesiensinya.
3.2 Diagram Alur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, maka tahapan-tahapan penelitian harus
ditentukan terlebih dahulu sehingga penelitian yang dilakukan akan lebih jelas
dan juga memudahkan dalam menganalisa permasalahan yang ada. Tahap
dalam analisa dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Start

Pengambilan
sample minyak

Ekstrasi gas

Interpretasi data TDCG mengacu


pada standar IEEE Std. C57.105-
2008

Tidak
TDCG <700 ppm

22
23

Uji DGA dengan


methode Roger’s
Ratio

Perhitungan dan analisis


minyak transformator

Pengambilan kesimpulan
dan saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

3.3 Tahapan Penelitian


Adapun tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat sebagai
berikut.
3.3.1 Studi Literatur
Mempelajari teori-teori terkait dengan penelitian yang akan dilakukan dari
berbagai sumber. Adapun studi literatur yang dilakukan adalah mempelajari
tentang sistem jaringan distribusi dan keandalan sistem distribusi dari jurnal yang
terkait.
a. Spesifikasi transformator
b. Jenis gas yang terlarut
c. Menganalisa gas yang terlarut yang menyebabkan PD
24

3.3.2 Analisa dan Pembahasan


Analisa dan pembahasan ini bertujuan untuk memperjelas hasil dari
pengolahan data. Dan hasil dari analisis ini akan digunakan untuk mengetahui
jenis gas yang terlarut dalam minyak transformator, temperatur yang dihasilkan
dari jenis dan kualitas minyak pada transformator.
3.3.3 Perhitungan dan Analisis Data
Data – data yang akan terkumpul tersebut selanjutnya diolah melalui
perhitungan dan analisis sehingga diperoleh hasil dari parameter – parameter yang
terdapat pada metode roger’s ratio. Dengan memperhatikan hasil pengujian minyak
transformator dan membandingkan standar normal kondisi minyak yang terdapat
pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1 Standar Tes DGA
SAMPEL MINYAK Nilai
UNTUK DIUJI Akhir
Acuan
KARAKTERISTIK
MINYAK
1.Warna ASTM D1500 Clear Gelap
0.1-
2.Keasaman IEC 296 <0.10 0.15 >0.15
3.Faktor Kebocoran
Dielektrik IEC 247 <0.10 0.1-0.2 >0.20
4.Tahanan Jenis IEC 247 >3 3.0-0.2 <0.20
5.Kadar Air IEC 60422-2005
Normal (720
DGA TDCG ppm)
H2 <100 ppm
C2H2 <35 ppm
CH4 <120 ppm
C2H4 <50 ppm
C2H6 <65 ppm
CO <350 ppm
CO2 <10000 ppm
N2 <1%-10%
O2 <0.2% - 0.35%
25

Setelah mengetahui hasil minyak transformator pada laboratorium nilai


perbandingan fault gas dan digit kode untuk metode roger’s ratio dapat dihitung
dengan melihat tabel sebagai berikut.

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Untuk Mengetahui Digit Kode


Fault Nilai Akhir Perbandingan Fault Digit
Gas Kondisi Normal Minyak Gas Kode
H2 <100 ppm
CH4 : H2 =
C2H2 <35 ppm
CH4 <120 ppm
C2H4 <50 ppm C2H6 : CH4 =
C2H6 <65 ppm
CO <350 ppm
C2H4 : C2H6 =
CO2 <10000 ppm
N2 <1%-10%
C2H2 : C2H4 =
O2 <0.2% - 3.5%

3.3.4 Pengujian Arus Yang Mengalir


Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan dilakukan pengujian arus yang
mengalir, pengujian dilakukan dengan cara mengumpulkan data beban pada PLTU
Rembang, kemudian dilakukan perhitungan arus agar dapat diketahui apakah
terjadi overload arus atau tidak. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
rumus (2,1) berikut:
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
𝐼𝐿𝑠 =
√3. 𝑉𝐿𝑠 . 𝐶𝑂𝑆𝜑
Dengan : ILs : Arus line sekunder (A)
Pout : Daya keluaran transformator (W)
VLs : Tegangan sekunder (V)
Cos φ : Faktor daya

Pin = Pout + Rugi-rugi


Dengan : Pin : Daya masuk (W)
Pout : Daya keluar (W)
26

3.3.5 Pengujian Kenaikan Temperatur


Besar luas penampang yang terdapat pada sisi sekunder dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (2,2) sebagai berikut
𝐼
𝑠
𝐴
Dengan menggunakan rumus persamaan (2,3) berikut dapat dibuktikan
bahwa dengan meningkatnya nilai arus yang ada pada transformator, maka akan
mempengaruhi nilai dari temperatur
𝐼𝑠 2 . 𝜌. t
𝜃=
αs 2 . 𝑔. ℎ
Dengan: θ : kenaikan temperatur (°C)
Is : arus yang mengalir (A)
ρ : resistivitas (Ωm)
αs : luas penampang konduktor (mm2 )
t : waktu (s)
g : rapat material konduktor (kg/m3 )
h : panas material konduktor (J/kg°C)

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Minggu ke--
No Jenis kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Study pustaka
2 Persiapan
Pelaksanaan penelitian dan
3 pengumpulan data terkait
penelitian
4 Penganalisa data
Penyusunan laporan
5 penelitian dan Seminar
hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
[1] T. Committee of the IEEE Power Engineering Society, IEEE Std C57.104-
2005, IEEE Guide for the Interpretation of Gases Generated in Silicone-
Immersed Transformers, vol. 2009, no. February. 2008.

[2] G. Yulisusianto, H. Suyono, and R. Nurhasanah, Diagnosis Kondisi


Transformator Berbasis Analisis Gas Terlarut Menggunakan Metode
Sistem Pakar Fuzzy, vol. 9, no. 1. 2015.

[3] A. Bachtiar and Thomas, Evaluasi Dan Analisa Partial Discharge


Terhadap Isolator Pada Transformator-Aplikasi Pada PT . Indah Kiat Pulp
And Paper Perawang. 2018.

[4] A. Pramono, M. Haddin, and D. Nugroho, Analisis Minyak Transformator


Daya Berdasarkan Dissolved Gas Analysis (Dga) Menggunakan Data
Mining Dengan Algoritma J48, vol. 9, no. 2. 2016.

[5] D. A. Arifianto, I. Soemarwanto, and I. H. Purnomo, Analisis Kegagalan


Transformator Di PT Asahimas Chemical Banten Berdasarkan Hasil Uji
DGA Dengan Metode Roger ’ s Ratio, vol. 1–6, no. 2. 2013.

[6] A. Cavallini, G. C. Montanari, and F. Ciani, Analysis of partial discharge


phenomena in paper-oil insulation systems as a basis for risk assessment
evaluation. 2005.

[7] A. Syakur and W. Lazuardi, Penerapan Metode Interpretasi Rasio Roger ,


Segitiga Duval , Breakdown Test , dan Water Content Test untuk Diagnosis
Kelayakan Minyak Transformator, vol. 40, no. 1. 2019.

[8] M. Wu, H. Cao, J. Cao, H. L. Nguyen, J. B. Gomes, and S. P.


Krishnaswamy, An overview of state-of-the-art partial discharge analysis
techniques for condition monitoring, vol. 31, no. 6. 2015.

[9] I. Cotton, Dissolved Gas Analysis of Alternative, vol. 23, no. 5. 2007.

27
[10] R. Hardityo, “Deteksi dan analisis indikasi kegagalan transformator dengan
metode analisis gas terlarut,” Skripsi Univ. Indones., pp. 1–67, 2008.

[11] N. Naibaho, T. Elektro, F. Teknik, U. Krisnadwipayana, and M.


Transformator, Analisis kegagalan transformator berdasarkan hasil
pengujian dga. .

28

Anda mungkin juga menyukai