Dosen Pembimbing
Dr. Ridho Hantoro, S.T., M.T.
Ir. Sarwono, MM.
Supervisor
Dr. Ridho Hantoro, S.T., M.T.
Ir. Sarwono. MM.
Abstrak
Industri semen merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi gas
rumah kaca di Indonesia. Utuk mengurangi emisi karbon yang
dihasilkan dalam produksi semen, pada pabrik Tuban I khususnya pada
preheater SLC, menggunakan konsep co-firing dimana menggunakan
dua jenis bahan bakar yang berbeda. Pembakaran co-firing merupakan
pembakaran serentak dua bahan bakar atau lebih. Sekam digunakan
sebagai bahan bakar alternative dalam pembakaran cofiring ini bersama
dengan batubara sebagai bahan bakar utama. Sifat sekam yang memiliki
nilai volatile yang tinggi serta karbon yang rendah akan membantu
pengurangan emisi khususnya emisi karbon namun tetap mempunyai
hasil pembkaran yang maksimal. Dari penelitian digunakan variasi
sekam sebanyak 5%, 7.5%, 10%, 12.5%, dan 15% dari total
penggunaakn bahan bakar selama proses pembakaran di calciner. Dari
penelitian diperoleh bahwa komposisis pembakaran paling efisien pada
variasi 15%. Dimana suhu hasil pembakaran tetap terjaga dengan emisi
CO dan CO2 yang menurun.
v
ANALYSIS OF COMBUSTION COMPOSITION IN
CLINKER PRODUCTION AT PABRIK TUBAN 1 PT
SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK BASED ON
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
Abstract
Cement manufacture is one of the biggest contributor green house gases
in Indonesia. For decreasing its emission in their cement production,
Pabrik Tuban I used cofiring combustion in SLC Preheater. Co firing
combustion is combustion of two or more fuels at once in the same
furnace. Rice husk is used as alternaive fuel in this combustion, together
with coal as main fuel. Characteristic of rice husk that has high volatile
matter and low carbon is being used for decreasing green house
emission with maintaining the energy consumption of clinker
production. In this research rice husk composition is vary in 5% until
15% with 2.5 different. And for the result composition of cofiring
combustion in this SL Calciner is at best on 15% variation of rice husk.
It shiws tahat the temperature of combustion still catch the target and
has low emission than other variation
vi
KATA PENGANTAR
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR SIMBOL xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pembakaran 5
2.2 Bahan Bakar 6
2.3 Stokiometri Pembakaran 8
2.4 Suspension Preheater 9
2.5 Computational Fluid Dynamics 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian 13
3.2 Perhitungan Numerik 14
3.3 Desain Separate Calciner 18
3.4 Simulasi 19
3.5 Validasi Hasil 24
3.6 Variasi Komposisi 24
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Validasi Hasil Simulasi 25
4.2 Efek Variasi Komposisi Variasi Sekam Terhadap
Temperatur Pembakaran 25
4.3 Efek VAriasi Komposisi Sekam Terhadap Pollutan 31
ix
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 35
5.2 Saran 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR SIMBOL
ρ Massa Jenis
∆Hc Entalpi Pembakaran
Φ Flammability Limit
AFR Air to Fuel Ratio
hfg Entalpi Uap Air
K Kelvin
m Massa Uap Air
ṁa Mass Fraction Air
ṁf Mass Fraction Fuel
DAFTAR SINGKATAN
AR As Received
DAF Dry Ash Free
DO Discrete Ordinates
HHV High Heating Value
LHV Low Heating Value
VM Volatile Matter
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas,
maka tujuan dilaksanakannya tugas akhir ini adalah sebagai
berikut.
a. Mengetahui profil pembakaran yang terjadi pada
separate line calciner.
b. Mengetahui komposisi bahan bakar yang efisien pada
separate line calciner dalam memenuhi kebutuhan
clinker production
4
𝑌𝑂2 .𝑎𝑖𝑟
𝑎(𝑌𝑐 𝑌𝐻 𝑌𝑂 𝑌𝑁 𝑌𝑆 ) + 𝑛 (1 − 𝑌 . 𝑁2 + 𝑂2 ) → 𝑏𝐶𝑂2 + 𝑐𝐻2 𝑂 + 𝑑𝑂2 +
𝑂2 .𝑎𝑖𝑟
𝑒𝑁2 + 𝑓𝐶𝑂 + 𝑔𝑁𝑂 + ℎ𝑁𝑂2 + 𝑖𝐶𝑘 𝐻𝑓 + 𝑗𝑆𝑂2 + 𝑚𝑁2 𝑂
5
6
(2.1)
Terdapat dua jenis nilai kalor yaitu.
a. High Heating Value (HHV) yaitu nilai kalor atas. Nilai
kalor atas ditentukan pada saat H2O, atau udara hasil
pembakaran pada produk pembakaran berbentuk cairan
b. Lower Heating Value (LHV) yaitu nilai kalor bawah.
Nilai kalor bawah ditentukan saat udara hasil pembakaran
berbentuk gas
7
𝜌𝑎𝑖𝑟 32 16 32 𝑘𝑔𝑎𝑖𝑟
𝐴𝐹𝑅 = ( %𝐶 + %𝐻 − %𝑂 + %𝑆 + %𝑁)
𝜌𝑜𝑘𝑠𝑖𝑔𝑒𝑛 × 𝜌𝑎𝑖𝑟 12 2 14 𝑘𝑔𝑓𝑢𝑒𝑙
(2.5)
Untuk mencapai pembakaran ideal diperlukan suplai
udara yang lebih banyak. Jumlah kelebihan udara tersebut dapat
dihitung dengan dasar nilai rasio udara terhadap jumlah bahan
bakar yang digunakan. Dalam keadaan pembakaran yang ideal
jumlah udara dan bahan bakar sesuai dengan komposisi
kesetimbangan kimia.
b. Processing
Pada tahap ini dilakukan perhitungan data-data input dengan
persamaan yang terlibat secara iterasi. Iterasi dilakukan sampai
diperoleh nilai error terkecil dan didapatkan hasil yang
konvergen.
c. Post Processing
Tahap terakhir adalah tahap post-processing dimana hasil
perhitungan ditampilkan dalam bentuk gambar, grafik, ataupun
animasi dengan pola warna tertentu.
14
13
14
batu bara 2.05 kg/s dan mass flow rate sekam 1.28 kg/s yang
sama dengan mass flowrate batubara sebesar 5.03 kg/s dalam
fraksi bebas abu kering, akan didapatkan kebutuhan udara
pembakaran sebesar 9.41 kg udara/ kg batubara. Mass flow rate
bahan bakar yang tertulis adalah kebutuhan keadaan sebenarnya
dalam memenuhi produksi clinker sebanyak 153 kg/s.
b. Meshing
Meshing merupakan pembagian geometri menjadi bagian
bagian yang lebih kecil. Dimana bagian yang lebih kecil tersebut
akan disebut control volume yang akan dihitung dengan
Persamaan yang sesuai dengan kondisi aliran fluida sebenarnya.
Semakin kecil meshing yang dilakukan, maka akan semakin detail
perhitungan yang didapat. Berikut adalah ukuran meshing yang
digunakan dalam simulasi ini.
20
25
26
1050
1040
1030
1020
1010
1000 997 997 996 998
990 990
980
970
960
950
2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5
VARIASI SEKAM
7.5
10
29
12.5
15
7.5
31
12.5
15
32
Grafik NOx
5.00E-02
MASS FRACTION NOX
4.00E-02
3.00E-02
2.70E-02
2.00E-02 1.88E-02
1.00E-02 1.25E-021.25E-02
7.41E-03
0.00E+00
2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5
VARIASI SEKAM (%)
Grafik CO
1.00E-04
8.99E-05 8.99E-05
MASS FRECTION CO
8.00E-05 8.09E-05
7.15E-05
6.00E-05
5.47E-05
4.00E-05
2.00E-05
0.00E+00
2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5
VARIASI SEKAM
Grafik CO 2
9.00E-04
7.96E-04 8.23E-04 8.23E-04
MASS FRACTION CO2
7.00E-04
6.05E-04
5.00E-04
4.32E-04
3.00E-04
1.00E-04
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan simulasi dan analisa data yang telah dilakukan,
maka kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
a. Profil pembakaran co firing pada SL-calciner memiliki
distribusi temperature yang merata dalam ruang bakar.
Temperature total pada pembakarn co firing dalam calciner
ini tidak hanya bergantung dengan nilai bahan bakar yang
digunakan namun juga terdapat temperature clinker dari
cyclone 4 yang membuat temperature total dalam calciner
terjaga.
b. Komposisi pembakaran yang paling efisien dari variasi
sekam 5, 7.5, 10, 12.5 dan 15 % adalah pada komposisi 15 %
dimana hampir seluruh proses pembakaran terjadi secara
sempurna ditandai dengan menurunnya mass fraction CO
yang signifikan.
5.2 Saran
Berikut ini adalah saran yang diberikan peneliti oleh untuk
keberlanjutan penelitian yang dilakukan:
a. Perlu dilakukan permodelan pembakaran serentak yang dapat
merepresentasikan keadaan pembakaran serentak atau co
firing yang terjadi pada SL calciner .
b. Perlu dilakukan analisis pengaruh dominansi variasi pada
variasi campuran bahan bakar.
c. Perlu dilakukan penelitian dengan perbedaan variasi yang
lebih besar.
37
38
[3] R.M. Farisa, d., 2013. Evaluasi Efiesiensi Panas Dan Emisi
Gas Rumah Kaca Pada Rotary Kiln Pabrik Semen. TEKNIK,
p. Vol. 34 No. 1.
[4] Dai, J. et al., 2008. Overview and Some Issues Related to Co-
Firing. THE CANADIAN JOURNAL OF CHEMICAL
ENGINEERING, 86(3), pp. 367-386.
39
40
a. General Setting
e. Boundary Condition
f. Set up Boundary Condition
g. Solution Method
h. Solution Control
i. Residual Monitor
j. Solutin Initialization
k. Run Calculation
BIODATA PENULIS