Dalam kondisi as-cast besi cor nodular memiliki batasan kuat tarik maksimum
80 kgf/mm2, kekerasan maksimum 352 HB, harga impak maksimum 14 Joule. Proses
perlakuan panas dapat mengubah sifat-sifat mekanik besi cor nodular. Pola
pendinginan yang diterapkan dalam proses perlakuan panas sangat menentukan
Struktur Mikro yang dihasilkan dan juga sifat mekanik yang dapat dicapai. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa melalui proses perlakuan panas dapat dicapai kuat
tarik s/d 150 kgf/mm2 , kekerasan 656 HB dan harga impak 22 joule.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang Maha Pengasih, karena
dengan berkah dan rakhmat-Nya penulisan tugas sarjana ini dapat diselesaikan.
Tugas sarjana ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana teknik
dari Institut Teknologi Bandung. Penulisan tugas akhir ini berjudul “Analisis Perubahan
Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Besi Cor Nodular 700 Setelah Mengalami Proses
Perlakuan Panas (Annealing , Normalising, Hardening dan Austempering)”.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada :
• Bapak Dr. Ir. H. Rochim Suratman selaku pembimbing atas bimbingan
dan dorongannya dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.
• Bapak Ir Widodo dan Bapak Ir Casiman selaku asisten pembimbing
• Seluruh staf dan karyawan divisi pengecoran logam Polman yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian.
• Istri dan anak-anak tercinta, orang tua dan kakak atas doa-doanya
• Rekan-rekan S1 khusus atas dukungannya
Penulis menyadari, dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan. Karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
untuk kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga
penulisan tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandung, Januari 2001
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HAL
RINGKASAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Tujuan Penelitian 2
1.3 Ruang Lingkup Kajian 2
1.4 Cara Memperoleh Data 3
1.5 Sistematika Penulisan 4
iii
2.3 Pengujian Bahan 31
2.3.1 Uji Tarik 31
2.3.1.1 Standard Spesifikasi Benda Uji 31
2.3.1.2 Proses Pengujian Tarik 33
2.3.2 Uji Kekerasan 36
2.3.3 Uji Impak 38
2.3.3.1 Standard Spesifikasi Benda Uji 38
2.3.4 Uji Metalografi 41
2.3.4.1 Proses Pengujian Metalografi 41
2.3.4.2 Karakteristik dan Sifat-Sifat Struktur
Mikro Logam Ferro 42
BAB IV ANALISIS 66
4.1 Perubahan Sifat Mekanik 66
4.2 Perubahan Struktur Mikro 70
4.3 Analisis Perubahan Sifat Mekanik dan Struktur Mikro 70
iv
4.3.1 Pola Pendinginan Kontinyu 70
4.3.2 Pola Isotermal 72
DAFTAR PUSTAKA 78
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Diagram Besi – Karbon 7
Gambar 2.2 Struktur Mikro Besi Cor Nodular Grade 60-40-18 12
Gambar 2.3 Struktur Mikro Besi Cor Nodular Grade 65-45-12 12
Gambar 2.4 Struktur Mikro Besi Cor Nodular Grade 80-55-06 12
Gambar 2.5 Struktur Mikro Besi Cor Nodular Grade 100-70-03 13
Gambar 2.6 Kristal Hexagonal 13
Gambar 2.7 Skematik Pembentukan Grafit Bulat 14
Gambar 2.8 Hubungan Ketebalan Benda dan Nilai CE 16
Gambar 2.9 Hubungan Ketebalan Benda, % Si dan Kandungan Mn 17
Gambar 2.10 Diagram Pseudo-Biner Besi – Karbon – Silisium Untuk Si 2 % 22
Gambar 2.11 Pengaruh Kadar Silisium Pada Temperatur Kritik Besi Cor 23
Gambar 2.12 Diagram TTT Untuk Besi Cor Dengan Si Rendah 24
Gambar 2.13 Pengaruh Kandungan Unsur Mo Pada Diagram TTT Untuk
Besi Cor Nodular 25
Gambar 2.14 Proses Austempering ADI 29
Gambar 2.15 Temperatur Penahanan dan Waktu Penahanan 31
Gambar 2.16 Y Blok Standar DIN 32
Gambar 2.17 Standar Sampel Uji Tarik DIN 50 125 32
Gambar 2.18 Mekanisme Mesin Uji Tarik 33
Gambar 2.19 Kurva Stress – Strain Hasil Uji Tarik 34
Gambar 2.20 Penentuan Yield Strength Metode Offset 0,2 % 35
Gambar 2.21 Prosedur Pengujian Kekerasan Rockwell 38
Gambar 2.22 Spesimen Uji Impak Standar DIN 50 115 39
Gambar 2.23 Alat Uji Impak Charpy 40
Gambar 2.24 Pehitungan Energi Impak 41
Gambar 2.25 Struktur Ferrit 42
Gambar 2.26 Proses Pertumbuhan Perlit 43
Gambar 2.27 Struktur Perlit 43
Gambar 2.28 Struktur Bainit 44
Gambar 2.29 Struktur Martensit 45
Gambar 3.1 Struktur Mikro BCN As-cast Hasil Percobaan 51
Gambar 3.2 Dimensi Sampel Uji Impak 53
vi
Gambar 3.3 Struktur Mikro Full Anil 700 60
Gambar 3.4 Struktur Mikro Anil 61
Gambar 3.5 Struktur Mikro Normalising Pendinginan Udara Bebas 61
Gambar 3.6 Struktur Mikro Normalising Pendinginan Udara Tiup 62
Gambar 3.7 Struktur Mikro Hardening Pendinginan Celup Oli 62
Gambar 3.8 Struktur Mikro Hardening Celup Oli - Temper 63
Gambar 3.9 Struktur Mikro Hardening Pendinginan Celup Air 63
Gambar 3.10 Struktur Mikro Hardening Celup Air - Temper 64
Gambar 3.11 Struktur Mikro Austempering 260 64
Gambar 3.12 Struktur Mikro Austempering 400 65
Gambar 4.1 Pola Pendinginan Kontinyu 71
Gambar 4.2 Pola Isotermal 72
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Sifat Mekanik Besi Cor Nodular Menurut Standar JIS G 5502 1
Tabel 2.1 Sifat Mekanik Besi Cor Nodular 10
Tabel 2.2 Besi Cor Nodular Standar ISO 1083:1987 10
Tabel 2.3 Besi Cor Nodular Standar DIN 1693 10
Tabel 2.4 Besi Cor Nodular Standar JIS G 5502 11
Tabel 2.5 Besi Cor Nodular Standar ASTM A 536 – 84 11
Tabel 2.6 Komposisi BCN Rekomendasi BCIRA 18
Tabel 2.7 Sifat Mekanik Austempered Ductile Iron ASTM A 897 M –90 28
Tabel 2.8 Jenis-Jenis Garam Untuk Austempering 31
Tabel 2.9 Berbagai Metode Pengujian Kekerasan 37
Tabel 3.1 Peramuan Bahan Baku Besi Cor Nodular 700 49
Tabel 3.2 Hasil Pengecekkan Spetrometer 50
Tabel 3.3 Data Dimensi Aktual Sampel Uji Tarik 57
Tabel 3.4 Data Hasil Pengujian Tarik 58
Tabel 3.5 Harga Kuat Tarik, Yield Strength dan Elongasi 58
Tabel 3.6 Data Dimensi Aktual Sampel Uji Impak 59
Tabel 3.7 Data Hasil Pengujian Impak 59
Tabel 3.8 Data Hasil Pengujian Kekerasan 60
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Uji Tarik 66
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Uji Kekerasan 67
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Uji Impak 67
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Uji Metalografi 70
Tabel 5.1 Resume Hasil Penelitian 74
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Besi cor nodular (BCN) atau istilah lain FCD/Ferro Casting Ductile
adalah paduan besi dengan kandungan karbon diatas 2,06 %, memiliki matrik
dengan struktur mikro perlit dan/atau ferit dan mengandung grafit berbentuk
bulat. Besi cor nodular dalam kondisi as-cast tanpa paduan khusus memiliki
sifat-sifat mekanik yang cukup baik seperti terlihat pada tabel berikut yang
Tabel 1.1 Sifat Mekanik Besi Cor Nodular Menurut Standard JIS G 5502
maka besi cor nodular dapat dijadikan alternatif pengganti baja. Salah satu
kelebihan besi cor nodular yaitu temperatur cair besi cor nodular lebih rendah
daripada baja cor. Proses pengecoran besi cor lebih mudah dan murah
dibanding baja cor. Sehingga dewasa ini banyak komponen mesin yang
lebih baik dari besi cor nodular dapat diperoleh melalui 2 cara yaitu :
1
Bab I - Pendahuluan 2
paduan pada proses peleburannya yaitu mengatur kadar C, Si, Mn, S, P dan
paduan khusus agar dapat dihasilkan sifat mekanik tertentu yang lebih baik
dari proses liquid treatment tidak dapat tercapai atau tidak sesuai dengan
dan struktur mikro besi cor nodular. Bagaimana fenomena perubahan sifat
mekanik dan struktur mikro besi cor nodular yang terkait didalam perubahan
dalam rangka tugas akhir dengan judul “ Analisis Perubahan Sifat Mekanik
dan Struktur Mikro Besi Cor Nodular 700 Setelah Mengalami Proses Perlakuan
harga impak) serta perubahan struktur mikro besi cor nodular 700
pada sampel uji dengan bahan BCN 700. Dengan kondisi awal disyaratkan
Bab I - Pendahuluan 3
pembulatan grafit minimum 85 %. Sampel uji akan dicor dalam bentuk Y blok
dengan ketebalan uji terpakai 25 mm (standard DIN 50 125 Nr. Y 2). Perlakuan
pola pendinginan :
1. Pendinginan kontinyu
dan air)
2. Penahanan isotermal
Setelah itu akan dilakukan pengujian tarik, kekerasan , impak dan metalografi.
Kajian dalam tulisan ini akan di fokuskan terhadap analisa perubahan sifat
mekanik yaitu kuat tarik, kekerasan, harga impak dan perubahan struktur
• Data uji kekerasan, uji tarik dan uji impak untuk mendapatkan sifat
kekerasan , kuat tarik dan harga impak yang terjadi menurut jenis
dituangkan dalam bentuk karya tulis dengan sistematika sebagai berikut ini :
sistematika penulisan.
DASAR TEORI
paling banyak penggunaannya dari mulai mesin produksi, otomotif, alat berat
dll. Pada tingkat kemurnian tinggi (99,75 %) besi memiliki sifat mekanik sebagai
Elongasi : 35 – 40 %
Reduksi area : 75 %
Dari data diatas terlihat bahwa besi memiliki kuat tarik yang relatif
rendah dan elongasi serta reduksi area yang cukup tinggi. Padahal tuntutan
cukup tinggi bahkan dapat mencapai kebutuhan kuat tarik lebih dari 1000
1535O C, temperatur tersebut cukup tinggi bagi peralatan pelebur yang ada
paduan yang paling penting bagi besi. Besi dan karbon dapat membentuk
suatu senyawa intermetalik dengan rumus kimia Fe 3C, dengan sifat yang
sangat keras dan getas serta kuat tarik yang tinggi. Karbida besi tersebut
dan karbon menjadi suatu logam dasar dimana paduan lainnya seperti Si,
6
Bab II - Dasar Teori 7
maka titik cair logam paduan besi karbon dapat lebih rendah dari besi murni,
dapat digambarkan dalam suatu diagram fasa besi-karbon. Berikut ini suatu
dengan 6,67 %.
Cair
Cair +
Austenit
Cair +
Austenit Sementit primer
Kristal-
Austenit +
Sementit primer
Sementit Sekunder
+ Ledeburit i + Ledeburit I
Austenit
Sementit sekunder
dan karbon pada pendinginan lambat. Diagram fasa besi dan karbon
tersebut tidak benar-benar stabil karena karbida besi Fe3C bukan merupakan
penambahan unsur Si maka Fe3C dapat terurai menuju kondisi yang lebih
• ferrit : fasa ini merupakan suatu larutan padat interstisi karbon dalam latis
kristal BCC besi. Seperti yang digambarkan pada diagram maka karbon
pada 0o C.
• Austenit () : Larutan padat interstisi karbon dalam besi disebut austenit.
Austenit memiliki latis kristal FCC dan kelarutan yang lebih tinggi dibanding
• ferrit : Larutan padat interstisi karbon pada latis kristal BCC besi disebut -
ferrit. Latis BCC -ferrit memliki konstanta latis yang lebih besar dibanding
1465o C.
yaitu :
• Besi dengan kandungan karbon > 2,06 % disebut besi cor (cast
Besi cor nodular merupakan salah satu jenis besi dengan kandungan
karbon > 2,06 % masuk dalam kelas besi cor (cast iron). Penambahan kata
nodular dikarenakan besi cor nodular memiliki matriks struktur dasar ferrit –
Total karbon pada besi cor nodular berkisar antara 3,6 % s/d 3,8 %
struktur ferrit dan perlit. Matriks struktur dasar ferrit dan perlit pada besi cor
mengakibatkan kuat tarik , modulus elastisitas, dan harga impak yang dimiliki
oleh besi cor nodular lebih rendah dibanding baja dengan matriks yang
sama.
Matriks besi cor nodular bervariasi dari mulai struktur ferrit yang lunak
dan ulet sampai dengan struktur perlit yang lebih keras serta kuat. Struktur-
struktur yang lebih kuat lagi dapat juga dicapai melalui penambahan bahan
paduan maupun melalui perlakuan panas seperti struktur martensit dan bainit.
Secara umum produksi besi cor nodular dibuat dalam matriks ferritik, ferrit dan
As-cast as-cast
Ferritik/ Normalising
Sifat-sifat dan
Di anil Pearlitik Pearlitik Pearlitik
Ferritik
Kuat Tarik N/mm2 370 - 500 500 - 600 650 - 750 750 - 1000
2
0.1 Batas Mulur N/mm 221 - 323 323 - 346 360- 410 410 - 550
Elongasi % 25 -- 12 7 -- 3 5 -- 1 7 -- 2
Modulus Elastisitas GN/m2 168 - 170 169 - 174 175 - 177 172 - 173
Kekerasan HB 116 - 170 172 - 247 239 - 255 255 - 300
2
Batas Fatik (Tanpa Takik) N/mm 186 - 224 224 - 248 360 - 300 300 - 330
Batas Fatik (dgn takik) N/mm2 117 - 134 134 - 149 156 - 180 180 - 200
Tabel 2.3 Besi Cor Nodular Menurut DIN 1693 (Okt. 1973). 7
Bab II - Dasar Teori 11
matriks dasar ferrit dan perlit, serta prosentase pembulatan grafit yang terjadi.
Ferrit memiliki kuat tarik rendah dan elongasi tinggi dan perlit memiliki kuat
tarik tinggi dan elongasi rendah. Semakin banyak struktur perlit maka kuat
tarik akan semakin tinggi namun elongasi menurun. Semakin baik prosentase
nodularisasi (pembulatan) grafit yang terjadi semakin tinggi kuat tarik dan
elongasinya. Berikut ini beberapa gambaran struktur mikro besi cor nodular
bentuk kristal hexagonal, dari bentuk kristal tersebut arah pertumbuhan grafit
ada 2 arah yaitu arah basal plane (0001) dan prism plane ( 1010 ). Bila arah
pertumbuhan grafit tegak lurus prism plane maka akan terbentuk grafit film
(flake). Bila arah perumbuhan grafit tegak lurus basal plane maka akan
grafit maka ruang dengan permukaan bebas harus terlebih dahulu ada dan
grafit akan menginti pada permukaan bebas tersebut kemudian grafit akan
gas yang terjadi dari penguapan bertekanan tinggi dari suatu unsur seperti
gas yang bertanggung jawab atas pembentukan grafit bulat adalah gas CO,
SiO2 mikroskopik.
SiO2 + 2 C → Si + CO
A B
C D
A = Gas
B = Grafit kristal tunggal
C = Cairan
D = Besi padat
Proses produksi besi cor nodular, dalam hal ini proses peramuan dan
peleburan bahan besi cor nodular dapat digambarkan dalam diagram alir
berikut :
Bab II - Dasar Teori 15
MULAI
PERSIAPAN
Perhitungan
komposisi dan
bahan baku
PELEBURAN
YA
S > 0,02 % DESULFURISASI
TIDAK
NODULARISASI
INOKULASI
PENUANGAN
SELESAI
a. Penentuan CE
berpengaruh akan masuk dalam perhitungan CE. Pada besi cor nodular unsur
CE = %C + 1/3 (% Si + % P)
Bab II - Dasar Teori 16
benda maka laju pendinginannya makin cepat dan mampu cornya harus
semakin baik maka nilai CE-nya harus semakin tinggi. Pengambilan nilai CE
CE
b. Penentuan Si
Semakin tinggi nilai CE maka semakin tinggi Si yang harus diberikan agar tidak
mau dibuat. Pemberian Si berkisar antara 1,9 s/d 2,8 %. Semakin tinggi kualitas
c. Penentuan Mn
semakin banyak perlit yang terbentuk dan sedikit ferit yang terbentuk
d. Penentuan P maksimum
bila terlalu tinggi akan membuat bahan rapuh. Kandungan P untuk BCN
adalah :
Bab II - Dasar Teori 18
e. Penentuan S maksimum
pig iron. Untuk mendapatkan BCN yang baik maka kandungan belerang max
adalah 0,02 %. Untuk menghasilkan coran BCN yang berkualitas baik maka
apabila kandungan sulfur di cairan dasar sangat tinggi maka perlu diturunkan
dilakukan yaitu :
f. Penentuan Mg
pembulatan grafit. Kandungan Mg sisa yang harus tersedia pada BCN adalah
berkisar 0,03 % s/d 0,06 %. Bila Mg > 0,06 % maka dapat terjadi karbida dan
0,76 (S − 0,01) + K + t 10 −3
2
T
Q=W
Y Mg 1450
100
Dimana :
Contoh perhitungan :
T = 1485 o C
2
0,76 (0,04 − 0,01) + 0,035 + 8 10 −3 1485
Maka : Q = 250 = 3,19 kg.
60 9 1450
100
(FeSiMg 9)
g. Inokulasi
pendinginan dari logam atau paduan logam dalam keadaan padat untuk
mencapai suatu kondisi yang diinginkan atau untuk mencapai sifat-sifat yang
kualitas yang baik dengan biaya yang diharapkan tidak terlalu tinggi.
Kualitas tinggi dapat dicapai dengan mengendalikan struktur mikro dan sifat-
pengendalian struktur mikro dan sifat-sifat besi cor nodular adalah melalui
dapat dibentuk sesuai dengan yang diinginkan, bahkan melebihi batas yang
hanya dapat dicapai pada kondisi as-cast. Perlakuan panas besi cor nodular
Besi cor nodular dan baja memiliki kesamaan secara metalurgi yaitu
matrik dasar struktur mikro dari besi cor adalah ferrit dan perlit. Namun karena
kandungan karbon dan silikon besi cor nodular cukup tinggi mengakibatkan
sehingga perlakuan panas dapat dilakukan pada benda cor yang tebal
khusus. Namun tingginya kandungan karbon pada besi cor nodular dapat
Pada proses perlakuan panas bentuk grafit bulat dalam besi cor
cukup penting. Grafit dalam besi cor nodular berfungsi sebagai sumber dan
penarik (source and sink) karbon selama proses perlakuan panas. Ketika
dipanaskan sampai suhu austenit karbon berdifusi dari grafit bulat ke austenit
Kemampuan karbon berpindah antara matrik dan grafit bulat membuat besi
cor nodular lebih mudah di proses perlakuan panas dan meningkatkan range
Pada diagram besi-karbon diatas temperatur kritik (A1 : 723 o C) fasa austenit
stabil terbentuk. Tidak seperti baja yang memiliki temperatur kritik yang
konstan, besi cor nodular memiliki sifat terner dimana kombinasi kadar besi-
bergantung kadar karbon dan silisum. Pada gambar 2.10 menunjukkan efek
dari karbon dan silisium pada kadar Si 2 % dan gambar 2.11 menunjukan
pengaruh kadar silisium terhadap temperatur kritik untuk besi cor. Dari grafik
tersebut dapat ditentukan temperatur kritik dari suatu besi cor nodular
temperatur austenisasi yang tepat untuk perlakuan panas besi cor nodular.
Gambar 2.11 Pengaruh Kadar Silisium Pada Temperatur Kritik Besi Cor 6
2.3.2 Austenisasi
tergantung pada struktur mikro dan komposisi dari material as-cast. Untuk
dapat dilihat pada diagram fasa besi-karbon. Untuk kondisi laju pendinginan
dari suatu material yang di proses perlakuan panas dengan laju pendinginan
tertentu.
perlakuan panas pada besi cor nodular. Gambar 2.12 menunjukkan diagram
TTT untuk besi cor dengan kadar Si rendah. Masing-masing garis pendinginan
hidung daerah transformasi struktur mikro lain (ferrit, perlit atau bainit).
• Dalam furnace.
• Udara diam.
• Udara bergerak.
• Oli diam.
• Oli diagitasi.
• Air diam.
• Air diagitasi.
2.3.5 Annealing
nodular dengan menghasilkan matriks ferritik 100 % dan bebas dari karbida.
900o C.
ketebalan material.
udara bebas.
2.3.6 Normalising
material BCN adalah 2 jam untuk ketebalan sampai 25 mm dan 1 jam untuk
dilakukan dengan udara bebas atau udara tiup. Pendinginan dengan udara
2.3.7 Hardening
austenisasi maka sementit akan terurai dan larut dalam austenit. Austenit
memiliki latis kristal FCC, kemudian karena adanya pendinginan yang cepat
dinamakan martensit yang memiliki sifat keras dan getas. Kekerasan yang
2.3.8 Tempering
suatu perlakuan yang diberikan kepada material yang sudah melalui proses
Untuk besi cor nodular tempering dilakukan pada temperatur 400 – 600o C
penahanan selama 2 s/d 4 jam. Proses perubahan struktur mikro yang terjadi
diterapkan dan jenis BCN tersebut dinamakan ADI (Austempered Ductile Iron).
Tabel 2.7 Sifat Mekanik Austempered Ductile Iron Menurut ASTM A 897 M – 90 3
Bab II - Dasar Teori 29
Sifat mekanik dari ADI utamanya ditentukan oleh matrik dasar struktur
mikronya. Struktur mikro yang terbentuk dalam ADI adalah acicular ferrit dan
ends). Bainit terdiri dari karbida dan acicular ferrit sedangkan ausferrit terdiri
dari austenit dan acicular ferrit, sehingga sifat ausferrit lebih ulet dibanding
bainit.
austenit.
pada media garam cair nitrat/nitrit atau cairan timah putih atau timah hitam.
Berikut tabel garam-garam yang biasa dipakai untuk quench pada proses
austemper :
terjadi. Pada temperatur rendah yaitu 230 o C matriks struktur yang terjadi
terlalu lama maka akan terjadi over temper dimana akan terbentuk bainit
alat uji yang sesuai dengan tujuan pengujian yang akan dilakukan. Selain
Melalui pengujian metalografi dapat diketahui struktur mikro dan grafit yang
terbentuk pada logam yang diuji , sehingga sifat dan karakteristik logam
dapat dianalisa.
pihak lain maka pengujian yang akan dilakukan harus mengacu pada
standar yang diakui oleh semua pihak. Pembuatan sampel uji tarik untuk besi
cor nodular yaitu dengan membuat dulu (mengecor) sebuah y blok bersama-
Bab II - Dasar Teori 32
ketebalan rata-rata benda yang dibuat. Penentuan ukuran sampel uji tarik
(do) bergantung kekuatan mesin uji tarik dan perkiraan kekuatan material.
• Y blok
R4 min
d0 d1
L0
h Lc h
L
t
material. Caranya yaitu dengan menarik sampel uji tarik dengan mesin uji
Prinsip kerja mesin uji tarik yaitu : Sampel uji dijepit pada kedua
ujungnya, salah satu bagian ujung sampel dijepit pada kepala diam dan
bagian yang lain pada kepala bergerak. Pada kepala diam terdapat load
cell yaitu alat yang dapat mendeteksi beban yang diberikan pada sampel.
Bagian yang bergerak digunakan untuk menarik sampel uji. Gaya (beban)
yang diberikan pada sampel dideteksi oleh load cell kemudian data dikirim
• Modulus of elasticity.
elastis. Untuk logam batas deformasi elastis biasanya kurang dari 0,5 %.
beban dilepas material masih dapat kembali lagi pada ukuran aslinya.
Yield strength at 0,2 % offset yaitu : Batas kekuatan luluh material pada
adalah suatu cara untuk menentukan besar yield strength dengan cara
Bab II - Dasar Teori 35
memiliki keuletan tinggi maka akan terjadi necking / pengecilan area pada
bagian kritisnya. Akibatnya besar tegangan yang tercatat pada kertas grafik
tensile strength maka dari puncak kurva ditarik garis horisontal sampai
memotong garis tegangan maka didapat harga ultimate tensile strength atau
material.
biasanya berbentuk bola, piramid atau konus. Material indenter dibuat dari
bahan yang lebih keras dibanding material yang akan diukur kekerasannya,
menekankan indenter pada posisi 90o kepada material yang akan diuji.
digambarkan pada tabel 2.9. Dalam tulisan ini akan sedikit diulas mengenai
alat uji yang dirancang khusus dengan menggunakan sistem berat dan
lengan. Nilai kekerasan dapat langsung dibaca pada dial indicator dimana
semakin dalam tertekan maka benda uji terbaca semakin lunak. Indenter
Bab II - Dasar Teori 37
atau penetrator yang dipakai dapat berbentuk bola baja (steel ball) atau
tekanan awal dan ditahan pada posisi tersebut, kemudian dial indicator diset
nol pada skala warna hitam, lalu beban mayor diberikan selama kurang lebih
30 detik. Besar beban mayor umumnya 60 kg atau 100 kg untuk indentor steel
ball dan 150 kg untuk indentor intan. Setelah beban mayor diberikan selama
Dial dibuat dua skala yang satu hitam dan yang lain merah dengan
oleh material sebelum retak dan patah (fracturing). Salah satu cara pengujian
Standar sampel uji impak menurut standar DIN 50 115 adalah sebagai
berikut :
Bab II - Dasar Teori 39
bagian pendulum yang berbentuk tirus (seperti kampak) sehingga benda uji
tinggi awal dan tinggi akhir pendulum maka dapat dihitung enegi yang
Dimana :
m = masa pendulum.
putaran.
Bab II - Dasar Teori 41
dan grafit yang terbentuk dari suatu material. Pembentukan struktur mikro
data mengenai : jenis-jenis struktur mikro, besar butiran, jenis dan besar grafit
• Pengambilan benda uji dari sistim saluran atau bagian dari benda
• Poleshing pada kain poles dengan media poles pasta intan atau alumina.
a. Ferrit
yaitu sekitar 70 – 100 HB. Pada pengamatan struktur mikro pada logam yang
dietsa dengan bahan etsa nital maka ferrit terlihat berwarna putih dan terlihat
b. Fe3C (Sementit)
dari unsur Fe (metalik) dengan elektropositif yang tinggi dan C (non metalik)
tinggi antara Fe (no atom 26) dan C (no atom 6) mengakibatkan ikatan yang
terjadi sulit untuk dipisahkan, perlu energi yang tinggi sehingga Fe 3C memiliki
mikroskopi berwarna putih dengan bentuk kaku dan biasanya terdapat pada
batas butir.
c. Perlit
dan ferrit dipisahkan oleh batas fasa (phase boundaries). Perlit memiliki
Phase Boundaries
d. Bainit
proses pendinginan isothermal antara suhu 250 o s/d 370o C yaitu dibawah
e. Ausferrit
pembentukan bainit (bainit ends). Secara struktur mikro bentuk ausferrit mirip
dengan bainit namun sifat mekanik ausferrit berbeda dengan bainit dimana
elongasi dan harga impak yang dimiliki ausferrit lebih tinggi dibanding bainit.
Kekerasan dan kuat tarik struktur ausferrit lebih rendah dibanding bainit.
Bab II - Dasar Teori 45
f. Martensit
timbulnya retakan.
Bentuk fasa martensit seperti jarum yang lebih padat dibanding bainit.
g. Martensit Temper
ferit stabil dan sementit. Struktur mikro martensit temper terdiri dari partikel-
partikel sementit yang sangat kecil dan tersebar merata beralaskan matriks
dengan keuletan dan ketangguhan yang lebih baik. Kekerasan dan kekuatan
merata dalam matriks ferrit sehingga luas area bidang batas fasa antara ferit
dan sementit per unit volumenya juga besar. Fasa sementit yang keras
deformasi plastis. Fasa ferrit yang lunak menjadi matriks dasar menambah
MULAI
PERSIAPAN
Bahan baku,
Cetakan Y blok
PELEBURAN
NODULARISASI
ANALISIS
INOKULASI
PENUANGAN Y BLOK
CEK Not OK
PEMBULATAN GRAFIT
& STRUKTUR MIKRO
OK
PEMBUATAN SAMPEL
Sampel uji tarik, dan impak
ANALISIS
KESIMPULAN
SELESAI
47
Bab III - Proses dan Data Percobaan 48
• Pemotongan dan pemesinan Y blok menjadi sampel uji tarik dan impak
Cetakan Y blok dibuat dengan memakai pola standar Y blok yang sudah
tersedia. Y blok yang dipakai adalah standar DIN 1693 Nr. Y 2 seperti yang
sebagai berikut :
- Pasir kuarsa : 50 kg
- Air kaca (4 %) : 2 kg
Pasir kuarsa dan air kaca diaduk dengan mixer sampai tercampur rata.
temperatur 110 o C selama + 1 jam. Setelah itu cetakan ditanam dalam sebuah
rangka cetak yang diisi oleh pasir greensand agar tidak pecah saat penuangan.
Bab III - Proses dan Data Percobaan 49
dengan kapasitas tanur 250 kg. Peleburan dilakukan tidak hanya khusus untuk
BCN 700. Berikut ini adalah perhitungan ramuan bahan baku dan paduan untuk
Untuk menghasilkan struktur mikro BCN 700 dengan kandungan perlit > 90
C Si S P Mn Ni Cr Mo V Cu
3.63 2.56 0.008 0.01 0.33 0.03 0.06 - 0.002 0.79
W Ti Sn Al Pb Sb Nb Mg Zn Fe
0.004 0.009 0.003 0.02 0.002 0.003 0.002 0.039 0.003 92.51
benda cor Y blok. Setelah itu Y blok yang masih kotor oleh pasir-pasir sisa
terjadi apakah sudah menghasilkan struktur mikro BCN 700 atau tidak.
Grafit :
Bentuk : VI (bulat)
Ukuran :6
Pembulatan : > 90 %
Struktur mikro :
Hasil struktur mikro yang terjadi sudah cukup baik dan dapat
Y blok dipotong dan dimesin untuk dibuat sampel uji tarik dan
sampel uji impak yang kemudian akan diproses perlakuan panas. Masing-
standar DIN 50 125 seperti yang ditunjukkan pada bab 2.4.1.1. D o diambil
mesin uji tarik. Diperkirakan harga kuat tarik yang akan terjadi setelah
kgf/mm2 dan kapasitas mesin uji tarik yang akan dipakai adalah 20 ton.
20000
A= = 133.33 [mm2 ]
150
133.33 4
Diameter benda uji maksimum: D= = 13.09 [mm]
Untuk keamanan mesin maka diameter benda uji dipilih lebih kecil
2. Annealing (anil)
Austenisasi 900 o C (2 jam) – pendinginan dalam tungku
o
C
2 JAM
900o
TUNGKU
o
C
2 JAM
900o
UDARA BEBAS
o
C
2 JAM
900o
UDARA TIUP
Bab III - Proses dan Data Percobaan 55
o
C
2 JAM
900o
CELUP OLI
o
C
2 JAM
900o
CELUP AIR
o
C
2 JAM
900o
o
C
2 JAM
900o CELUP GARAM CAIR
Uji tarik dilaksanakan di laboratorium POLMAN. Mesin uji tarik yang dipakai
memakai sistem komputer untuk mencatat hasil yang diperoleh dari pengujian
tarik. Berikut ini hasil pengujian tarik dari sampel sebelum perlakuan panas dan
h
L0
No Jenis HT Do Lo Ao
(mm) (mm) (mm2)
1 Full anil 700 12.2 50 116.8987
2 Anil 12.7 50 126.6769
3 Norm. 1 12.5 50 122.7185
4 Norm. 2 12.6 50 123.7022
5 Hard. 1 - temper 8.2 50 52.81017
6 Hard. 2 - temper 8.0 50 50.26548
7 Aust. 260 9.1 50 65.03883
8 Aust. 400 8.3 50 54.10608
9 Non HT 12.4 50 120.7628
Temperatur : 25 O C
Bab III - Proses dan Data Percobaan 58
ruangan.
l
p
Bab III - Proses dan Data Percobaan 59
NO Jenis HT P L t h Luas
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm2)
1 Full anil 700 55.45 10.20 10.20 8.30 84.66
2 Anil 55.20 10.10 10.30 8.00 80.80
3 Norm. 1 54.80 10.00 10.00 8.05 80.50
4 Norm. 2 55.00 9.95 10.00 8.00 79.60
5 Hard. 1 – temper 54.75 9.80 9.75 8.00 78.40
6 Hard. 2 – temper 54.85 9.90 9.90 8.00 79.20
7 Aust. 260 54.90 9.85 9.90 8.20 80.77
8 Aust. 400 55.05 10.25 10.25 8.45 86.61
9 Non HT 54.65 10.05 9.95 8.10 81.41
Temperatur ruang : 26 o C
Rockwell C. Uji kekerasan dapat dilakukan pada benda uji tarik sebelum
bukan pada daerah uji tarik agar bekas jejak yang ditinggalkan oleh pengujian
mikro material BCN 700 setelah mengalami proses perlakuan panas. Pengujian
pada bab 2.4.4.1. berikut ini hasil pengujian metalografi dari masing-masing
sampel :
Martensit : 100 %
ANALISIS
Dalam penelitian proses perlakuan panas yang dilakukan secara
Dari hasil pengujian mekanik yaitu uji tarik, kekerasan dan impak maka
didapat suatu peningkatan dan ada juga penurunan. Bila dirangking dari
yang paling rendah sampai yang paling tinggi maka perbandingan kuat tarik,
yield strength , kekerasan dan harga impak dengan metoda perlakuan panas
adalah sbb :
UJI TARIK
66
Bab IV - Analisis 67
UJI KEKERASAN
UJI IMPAK
160
140
120
100
Kgf/mm2
80
60
40
20
0
Hard. 1 - Hard. 2 - Full anil
Non HT Anil Norm. 1 Norm.2 Aust. 400 Aust. 260
temper temper 700
UTS Non HT 81.07
0,2 % YS Non HT 65.09
UTS HT 72.39 105.12 114.63 111.15 115.59 46.71 106.27 148.83
0,2 % YS HT 58.02 84.34 91.91 94.68 93.1 37.38 85.2
Jenis HT
Grafik Elongasi
35
30
25
20
%
15
10
0
Hard. 1 - Hard. 2 - Full anil
Non HT Anil Norm. 1 Norm. 2 Aust. 400 Aust. 260
temper temper 700
Non HT 12.4
HT 12.8 9.3 6.9 2.8 3.6 30.4 17 0
Jenis HT
Bab IV - Analisis 69
Grafik Kekerasan
700
600
500
400
HB
300
200
100
0
Hard. 1 - Hard. 2 - Full anil Aust Aust
Non HT Anil Norm. 1 Norm. 2 Hard. 1 Hard. 2
Temper Temper 700 400 260
Non HT 228
HT 219 303 350 341 360 621 656 143 232 401
Jenis HT
25
20
15
Joule
10
0
Full anil
Non HT Anil Norm. 1 Norm. 2 Hard. 1 Hard. 2 Aust. 400 Aust. 260
700
Non HT 6
HT 6 7 7 7 7 20 22 8
Jenis HT
Bab IV - Analisis 70
penahanan yang berbeda. Berikut ini analisis perubahan sifat mekanik dan
karbon
A
F
Anil
B
Ud. bebas
Oli
memiliki kesempatan untuk berdifusi dan memisahkan diri dari besi sehingga
maka atom karbon semakin sedikit kesempatan untuk memisahkan diri dari
besi dan terjadi pembentukan perlit. Lebih cepat lagi maka perlit yang
terbentuk akan semakin halus dan terjadi pembentukan bainit semakin halus
perlit semakin tinggi kuat tarik dan kekerasannya. Pada kondisi yang
pendinginan yang sangat cepat maka akan terbentuk martensit, yaitu suatu
Tingginya kekerasan dan kuat tarik pada struktur perlit yang halus
karena semakin halus perlit maka akan semakin banyak batas fasa yang
deformasi. Pada martensit kristal yang terbentuk adalah BCT (body centered
Bab IV - Analisis 72
adanya atom karbon yang tidak sempat berdifusi keluar pada saat
strain hardening.
Harga impak yang relatif stabil terjadi karena adanya kontribusi ukuran
grafit. Pada umumnya semakin keras suatu material maka semakin rendah
mempengaruhi hasil pengujian impak. BCN dengan ukuran grafit yang besar
akan menghasilkan harga impak yang lebih rendah dibanding BCN dengan
ukuran grafit yang lebih kecil. Pada proses perlakuan panas pemanasan
karbon terjadi dari Fe3C dengan kandungan karbon 6,67 ke ferrit pada matrik
perlit. Dan difusi juga terjadi dari grafit keluar menuju matrik struktur mikro
cepat menyebabkan karbon tidak bisa kembali ke grafit. Terlihat pada proses
grafit yang relatif lebih kecil dibanding annealing. Kecilnya grafit yang terjadi
F
Full anil
A
P
Aust. 400
B
Aust. 260
230 o C s/d 400 o C adalah daerah pembentukan bainit. Dan < 230 o C
dengan kristal BCC dan kandungan karbon menurun sampai 0,02 % pada
matriks struktur mikro ferrit sehingga sifat material menjadi lebih lunak, elongasi
antara garis bainit begins dan bainit ends kemudian didinginkan di udara
bebas. Pada saat itu kondisi struktur mikro adalah austenit dan acicular ferrit
ausferrit yang halus. Sifat mekaniknya berubah yaitu kuat tarik tinggi, elongasi
berubah yaitu kuat tarik dan kekerasan meningkat walau tidak terlalu tinggi,
elongasi meningkat dan hal yang paling signifikan adalah harga impak yang
meningkat tajam.
Kuat tarik dan kekerasan yang meningkat karena bentuk struktur mikro
adalah acicular ferrit dalam matrik austenit banyak batas fasa menghalangi
gerak dislokasi
matriks austenit yang memiliki kristal FCC dengan bidang slip (111). Susunan
atom bidang (111) FCC cukup padat (close packed) kondisi tersebut lebih
memiliki bidang slip (110) dimana susunan atomnya pada bidang itu kurang
5.1 Kesimpulan
mikro besi cor nodular 700 setelah proses perlakuan panas. Prosentase
75
BabVI - Kesimpulan dan Saran 76
hasil struktur mikro dan sifat mekanik yang terjadi dimana semakin
tertinggi :
5.2 Saran
struktur mikro besi cor nodular 700 setelah mengalami proses perlakuan panas
BabVI - Kesimpulan dan Saran 77
didapat bahwa sifat mekanik besi cor nodular dapat di ubah melebihi
batasan yang hanya dapat dicapai pada kondisi as-cast. Proses perlakuan
panas yang dilakukan dalam penelitian ini hanyalah sebagian dari berbagai
macam proses perlakuan panas yang dapat diterapkan pada besi cor
kualitas berbeda (BCN 400, BCN 500, BCN 600, BCN 700 dan BCN
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
NON HT
Lampiran - 2
Lampiran
ANNEALING
Lampiran - 3
Lampiran
Lampiran - 4
Lampiran
Lampiran - 5
Lampiran
Lampiran - 6
Lampiran
Lampiran - 7
Lampiran
AUSTEMPERING 260
Lampiran - 8
Lampiran
AUSTEMPERING 400
Lampiran - 9
Lampiran
Lampiran - 10
Lampiran
Lampiran - 11