Telah dilakukan penelitian terhadap pengelasan logam berbeda antara Baja Tahan
Aus HB 500 dengan Baja Konstruksi ST 42 menggunakan metode Gas Metal Arc
Welding (GMAW) untuk menentukan struktur mikro dan sifat mekanik yang
dihasilkan. Baja Tahan Aus HB 500 diketahui merupakan baja dengan paduan
rendah dengan kekerasan tinggi (High Strength Low Alloy Steel/ HSLA) yang
memiliki kekerasan sebesar 500 Hardness Brinell. Sedangkan Baja Konstruksi ST
42 sendiri merupakan baja karbon rendah dengan kekuatan tarik 415 MPa yang
memiliki sifat mampu las yang baik. Pengelasan dilakukan dengan memvariasikan
jumlah lapisan dan kuat arus. Hasil paling optimal terdapat pada perlakuan
pengelasan dengan jumlah lapisan sebanyak 4 (empat) dan kuat arus antara 80 –
150 A dengan nilai kekuatan tarik sebesar 434,689 – 444,582 MPa, kekuatan
tekuk sebesar 958.168 – 969.165 MPa dan kekerasannya sebesar 561 HB pada
daerah logam las.
Kata kunci : Baja Tahan Aus, Baja Konstruksi, Struktur Mikro dan Sifat
Mekanik
iv
ABSTRACT
Research of Dissimilar welding has been carried out between HB 500 Wear-
resistant Steel and ST 42 Construction Steel by using the Gas Metal Arc Welding
(GMAW) method to examine the microstructure and mechanical properties which
produced. The HB 500 wear-resistant steel is known as High Strength Low Alloy
Steel (HSLA) that has a hardness of 500 Brinell Hardness, whereas the ST 42
construction steel is a low carbon steel with a tensile strength of 415 MPa which
has a good weldability. Welding is done by varying the number of layers and the
current strength. The most optimal results are found in the welding treatment with
a total of 4 (four) layers and a current strength between 80 - 150 A generate a
tensile strength value of 434,689 - 444,582 MPa, a bending strength of 958,168 -
969,165 MPa and a hardness of 561 HB in the weld metal area.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya pada tempo ini saya dapat melaksanakan seluruh proses penelitian di
PT. Pindad (Persero) dari awal hingga penyelesaian laporan dengan judul
“Analisis Hasil Pengelasan Baja HB 500 dengan Baja ST 42 menggunakan
Metode Gas Metal Arc Welding (GMAW) di PT. Pindad (Persero) ”.
Penulisan skripsi ini tergolong jauh dari sempurna. Maka dari itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk peningkatan kualitas tulisan-
tulisan berikutnya. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat untuk civitas
akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa/i Program
Studi Fisika. Semoga kita tetap senantiasa semangat dalam menuntut ilmu,
meningkatkan produktivitas dan menjaga kesehatan di masa transisi normal baru
Pandemi Covid-19 ini.
Cut Fitria
NIM.11170970000001
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Bpk. Teuku Jamaluddin (Alm) dan Ibu Seha yang telah memberikan jasa
fundamental selama ini
2. Erwin H. Al-Jakartaty selaku Wakil Komandan Komando Nasional
Resimen Mahasiswa Indonesia, yang telah memberikan semangat dan
dukungan untuk senantiasa mengimplementasikan Panca Dharma Satya
Resimen Mahasiswa Indonesia
3. Bpk. Zen Wahyudin selaku Vice President Penjaminan Mutu & K3LH PT.
Pindad (Persero), yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
melaksanakan penelitian tugas akhir
4. Bpk. Trisno Mardi Yanto selaku Manager Pengembangan Kompetensi
Teknikal dan Sertifikasi PT. Pindad (Persero), yang telah memberikan
kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian tugas akhir
5. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Kepala Program Studi Fisika, yang selama ini
memberikan petunjuk dan arahan untuk pelaksanaan kegiatan akademik
6. Bpk. Arif Tjahjono, S.T, M.Si selaku Pembimbing I dari Program Studi
Fisika, yang telah memberikan suplemen penunjang terkait ilmu material
bahan, bimbingan pelaksanaan penelitian tugas akhir dan motivasi semangat
untuk selalu berjuang dan konsisten
7. Bpk. Iwan Setiawan selaku Pembimbing II dari PT. Pindad (Persero), yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kegiatan lapangan selama
pelaksanaan penelitian hingga proses penulisan selesai
8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Fisika UIN Jakarta atas ilmu dan
pengetahuan selama melaksanakan kegiatan perkuliahan
9. Keluarga Besar Komando Resimen Mahasiswa Satuan “Wira Dharma” UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
10. Seluruh mahasiswa di Program Studi Fisika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK iv
ABSTRACTS v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 4
1.3 Batasan Masalah 5
1.4 Tujuan 5
1.5 Manfaat 5
1.6 Sistematika Penulisan 6
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 3.6 Sketsa pengelasan Baja 79
Gambar 3.7 Malvern Microfocus X-ray Tube 80
Gambar 3.8 Material hasil pengelasan 81
Gambar 3.9 HD-CR / CR 35 NDT Imaging Plate Scanners 82
Gambar 3.10 TRUMPF TruLaser 1030 82
Gambar 3.11 Hasil pemotongan material 83
Gambar 3.12 Shimadzu Universal Testing Machine AGX.R 83
Gambar 3.13 Shimadzu Universal Testing Machine AGX.R 85
Gambar 3.14 Krisbow Mikroskop 100x Metal 86
Gambar 3.15 Vickers Hardness Tester Amstrong Pedestal 88
Gambar 3.16 Diagram Tahapan Penelitian 90
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Tarik 105
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Tekuk 108
Gambar 4.3 Skema pengujian kekerasan 111
Gambar 4.4 Grafik pengujian kekerasan 112
xi
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan faktor utama yang menjadi dasar dalam penyusunan desain sistem
pertahanan negara [1]. Dinamika ancaman ini dapat berupa ancaman aktual
berasal dari dalam negeri maupun luar negeri) dan ancaman potensial
(ancaman yang belum terjadi dan dapat terjadi dalam situasi tertentu) [2]. Hal
Sementara itu, perubahan yang terjadi pada era Revolusi Industri 4.0.
1
akan secara pararel harus diikuti dengan perubahan kualitas pengembangan
produk militer yang berupa kendaraan lapis baja bahkan telah mampu
diproduksi oleh PT. Pindad (Persero) seperti panser 6x6 Anoa, kendaraan
taktis 4x4 Komodo dan yang terbaru yaitu kendaraan taktis 4x4 Maung.
ketangguhan besi tempa pada jangka waktu tertentu dalam api arang yang
panas dari kekuatan besi gubal (scrap besi). Besi panas inilah yang menyerap
karbon dari arang, sehingga atom karbon berdifusi ke dalam kisi besi
aluminium, titanium, tungsten, dan kobalt [3]. Dengan berbagai macam baja
yang ada, kategori baja yang paling banyak digunakan di bidang pertahanan
salah satunya yaitu Baja Tahan Aus HB 500 yang biasa disebut baja Armor
atau baja lapis baja dengan nilai kekerasan sebesar 500 Hardness Brinell.
2
Baja Armor secara historis memberikan kinerja tahan balistik terhadap
konstruksi kendaraan tempur [5]. Salah satu Baja Konstruksi yang paling
benda kerja dan menambahkan bahan pengisi (logam las) untuk membentuk
sambungan yang kuat. [7] [8]. Pengelasan tidak hanya dapat dilakukan
terhadap material yang sama, melainkan juga dapat dilakukan pada material
baja yaitu Baja Tahan Aus dengan Baja Konstruksi. Hal tersebut disebabkan
oleh Baja Tahan Aus dengan kekerasan tinggi ternyata rumit untuk dilas,
karena memiliki kandungan karbon ekuivalen yang lebih tinggi. Maka dari
3
sambungan las tanpa retakan dan cacat. Sifat mekanis yang menjadi
(HAZ) pada material baja kekerasan tinggi harus berada dalam kisaran
Pindad (Persero)”, sehingga akan dapat diketahui jumlah lapisan dan kuat
4
1.3 Tujuan
1. Menentukan struktur mikro yang terbentuk pada daerah lasan antara Baja
tekuk dan kekerasan daerah lasan antara Baja HB 500 dengan Baja ST 42
antara lain:
1. Mengetahui banyaknya jumlah lapisan dan besar kuat arus yang paling
tahan aus kepada civitas akademika pada umumnya dan kepada mahasiswa
berikut:
5
1. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah Baja Tahan Aus
4. Kampuh las yang digunakan adalah butt joint single V-groove dengan
5. Variasi pengelasan dilakukan antara tiga dan empat layer, dengan kuat
yang sistematis dan tetap sejalur dengan topik yang dicanangkan. Maka dari
itu, skripsi ini tersusun atas 5 (lima) bab yang ditulis dengan interpretasi
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
penulisan.
6
BAB II Dasar Teori
pengujian.
Bab ini terdiri atas prosedur yang dilakukan saat penelitian, mencakup
informasi tentang waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan yang
akhir penelitian.
analisisnya.
BAB V Penutup
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Baja
metalografi baja mulai ramai di Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Jepang, dan
yang memberikan sifat unggul pada baja. Pemahaman yang lebih maju
tentang paduan dalam baja pada saat itu sangat dibutuhkan untuk
metalurgi Prancis terkenal Albert Portevin dan M. Garvin pada tahun 1919.
martensit keras tidak akan terjadi melainkan sampai baja yang dipadamkan
telah mendingin hingga suhu jauh di bawah suhu struktur perlit (lapisan besi
Baja pada dasarnya adalah paduan besi dan berbagai unsur lain yang
terdapat dalam tabel periodik. Sebagai definisi umum, baja adalah paduan
besi, dengan kadar karbon (di bawah 2% C), dan elemen paduan lainnya yang
dapat berubah bentuk pada saat perlakuan panas atau pendinginan menjadi
berbagai bentuk. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan baja
adalah bijih besi, batu bara, dan batu kapur [11]. Bahan-bahan ini
8
digabungkan dalam tanur sembur untuk dijadikan produk yang dikenal
sebagai "pig iron" (besi gubal), yang mengandung karbon dalam jumlah besar
(di atas 1,5%) dengan paduan : mangan, sulfur, fosfor, dan silikon. Adapun
besi gubal ini memiliki karakteristik keras, rapuh, dan tidak cocok untuk
diproses langsung menjadi olahan produk. Maka dari itu dilakukan proses
besi dengan menghilangkan elemen yang tidak diinginkan dari lelehan dan
ditentukan [12].
yang terbentuk, maka baja dapat disebut "musnah" karena berada dalam
utama bagi sifat keseluruhan dari material baja. Setiap elemen yang
9
elemen tersebut memiliki tanggung jawab atas banyak perbedaan antara
berbagai jenis atau kualitas baja. Daftar unsur-unsur yang biasa ditambahkan
ke besi dan pengaruhnya terhadap baja yang dihasilkan terdapat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Unsur penting dalam baja [6], [7], [11], [13], [14]
No. Unsur Titik Kegunaan
Lebur
1 Karbon (C) 3450°C Elemen paduan penting pada baja. Karbon bisa ditambahkan baik terlarut
dalam besi atau dalam bentuk gabungan, seperti pada besi karbida (Fe3C).
Peningkatan jumlah karbon dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan
tarik serta respon terhadap perlakuan panas (hardenability). Di sisi lain,
peningkatan jumlah karbon dapat mengurangi kemampuan las.
2 Mangan (Mn) 1221°C Termasuk juga sebagai elemen paduan penting di sebagian besar baja. Baja
biasanya mengandung setidaknya 0,3% mangan, yang bekerja tiga kali
lipat: membantu deoksidasi baja, menangkal kerapuhan dengan mencegah
pembentukan inklusi besi sulfida, dan meningkatkan kekuatan yang lebih
besar dengan meningkatkan kemampuan pengerasan baja. Jumlah
kandungan mangan hingga 1,5% umumnya ditemukan pada baja karbon.
Tingkat mangan yang tinggi menghasilkan baja austenitik dengan
ketahanan aus dan abrasi yang ditingkatkan.
3 Fosfor (P) 44°C Fosfor juga dianggap sebagai pengotor yang tidak diinginkan dalam baja.
Biasanya ditemukan dalam jumlah hingga 0,04%. Pada baja yang mengeras,
cenderung mempromosikan embrittlement (kerapuhan). Pada baja paduan
rendah dan kekuatan tinggi (High Strength Low Alloy Steel), fosfor dapat
ditambahkan dalam jumlah hingga 0,10% untuk meningkatkan kekuatan
,kekerasan, dan ketahanan korosi.
4 Sulfur (S) 118°C Biasanya dianggap sebagai pengotor pada baja. Ditambahkan ke baja
khusus dalam jumlah 0,1% -0,3% untuk meningkatkan kemampuan mesin.
Namun, dalam jumlah yang melebihi 0,05% cenderung menyebabkan
kerapuhan dan mengurangi kemampuan las.
5 Silikon (Si) 1414°C Ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan larutan padat
serta untuk meningkatkan kemampuan pengerasan. Ditambahkan ke baja
cair untuk menghilangkan oksigen (deoksidasi). Akibat deoksidasi, Silikon
dapat membentuk stringer silikat (inklusi silikon dioksida). Logam las
biasanya mengandung sekitar 0,5% silikon sebagai deoxidizer. Penambahan
Silikon tidak menyebabkabkan munculnya karbida pada baja. Ditambahkan
ke baja khusus untuk meningkatkan sifat listrik dan magnet serta
kemampuan pengerasan.
10
Tabel 2.1 Unsur penting dalam baja [6], [7], [11], [13], [14]
No. Unsur Titik Kegunaan
Lebur
6 Nikel (Ni) 1453°C Nikel ditambahkan ke baja untuk meningkatkan kemampuan kekerasan,
kekuatan, ketangguhan dan keuletan. Penambahan unsur ini tidak
membentuk karbida pada baja. Nikel sering digunakan untuk meningkatkan
ketangguhan baja pada suhu rendah.
7 Krom (Cr) 1920°C Merupakan elemen paduan yang kuat dalam baja. Ditambahkan untuk
meningkatkan kekerasan baja dan ketahanan korosi dan oksidasi suhu
tinggi. Keberadaannya di beberapa baja bisa menyebabkan kekerasan yang
berlebihan dan retak di bagian dalam dan di daerah sekitar lasan. Pada baja
tahan karat, jumlah kandungan kromium melebihi 12%.
8 Molibdenum 2623°C Unsur ini merupakan pembentuk karbida yang kuat dan biasanya terdapat
(Mo) pada baja paduan dalam jumlah kurang dari 1,0%. Penambahan
molybdenum ditujukan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan
larutan padat serta untuk meningkatkan kemampuan pengerasan. Elemen ini
juga dapat meningkatkan sifat suhu tinggi, termasuk kekuatan mulur,
menangkal kerapuhan,dan tahan korosi.
9 Tembaga (Cu) 1920°C Merupakan logam yang lunak, ulet, dan mudah dibentuk yang meleleh pada
suhu 1.984 ° F. Tembaga juga sangat tahan korosi dan tidak membentuk
karbida. Dalam jumlah kecil yang digunakan (0,10-0,40%) tembaga tidak
berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik. Namun, efek samping dari
penambahan unsur ini cenderung menyebabkan kerapuhan saat panas,
sehingga menurunkan kualitas permukaan .
10 Kobalt (Co) 2623°C Penambahan unsur ini dilakukan untuk meningkatkan kekuatan,
kekerasan,dan kekerasan panas. Pembentuk karbida yang lemah. Unsur ini
juga berperan penting dalam beberapa baja perkakas dan baja tahan panas.
11 Tungsten (W) 1084°C Tungsten adalah logam baja abu-abu yang berbobot lebih dari dua kali lebih
berat dari besi. Penambahan unsur ini dapat meningkatkan kekerasan,
ketahanan aus, dan kekuatan tarik pada baja. Dalam jumlah dari 17 - 20 %
dikombinasikan dengan kromium dan molibdenum, dapat menghasilkan
baja yang mempertahankan kekerasannya pada suhu tinggi .
12 Vanadium (V) 1492°C Penambahan vanadium akan meningkatkan kekuatan dan kekerasan baja
dengan kontrol ukuran butir (grain refinement) serta untuk meningkatkan
kemampuan pengerasan. Unsur ini juga sebagai pembentuk nitrida yang
kuat yang juga membentuk karbida. Namun, dalam jumlah yang lebih besar
dari 0,05%, akan ada kecenderungan baja menjadi getas (brittle) selama
proses thermal stress relief treatments .
11
Tabel 2.1 Unsur penting dalam baja [6], [7], [11], [13], [14]
No. Unsur Titik Kegunaan
Lebur
13 Kolumbium 3380°C Kolumbium (juga disebut niobium), seperti vanadium umumnya dianggap
(Cb) meningkatkan kekerasan baja. Namun, karena afinitasnya yang kuat
terhadap karbon, ia dapat bergabung dengan karbon dalam baja sehingga
menghasilkan penurunan kemampuan pengerasan secara keseluruhan.
15 Alumunium 1726°C Aluminium merupakan unsur tidak pernah ditemukan di alam dalam
(Al) keadaan murni. Pada umumnya unsur tersebut berasal dari bauksit, suatu
jenis aluminium hidroksida. Aluminium adalah salah satu logam paling
ringan: beratnya sekitar sepertiga dari besi. Selain itu, ia juga konduktor
panas dan listrik yang baik dan sangat tahan terhadap korosi atmosferik.
Aluminium ulet dan mudah dibentuk. Ia dapat dengan mudah dicor,
diekstrusi, ditempa, digulung, dan ditarik. Aluminium dapat digabungkan
dengan pengelasan, pematri, penyolder, pengikat perekat, dan pengikatan
mekanis. Aluminium digunakan baik dalam baja karbon maupun baja
paduan. Karena mudah digabungkan dengan oksigen, ia berperan sebagai
deoxidizer dan pembersih yang andal. Ia juga menghasilkan ukuran butir
austenitik halus. Ketika aluminium hadir dalam jumlah sekitar 1%, dapat
meningkatkan kekerasan baja yang tinggi.
16 Titanium (Ti) 2477°C Logam-logam ini kadang-kadang ditambahkan dalam jumlah kecil ke baja
Zirkonium (Zr) paduan rendah berkekuatan tinggi tertentu untuk mendeoksidasi logam,
mengontrol ukuran butiran halus (grain size), dan meningkatkan sifat fisik
material.
17 Boron (B) 2075°C Penambahan boron dapat meningkatkan pengerasan baja, dengan kedalaman
dimana baja akan mengeras saat di-quenching. Efektivitas Boron terbatas
pada bagian ukuran dan bentuknya saat proses liquid quenching. Boron juga
mengintensifkan karakteristik pengerasan elemen lain yang ada dalam baja.
Ini sangat efektif bila digunakan dengan baja karbon rendah. Efeknya yaitu
dapat meningkatkan kandungan karbon pada baja. Boron juga ditambahkan
ke baja untuk aplikasi reaktor nuklir karena penampang neutronnya yang
tinggi.
18 Timbal (Pb) 328°C Timbal adalah logam berat yang lunak, mudah dibentuk. Timbal memiliki
kekuatan tarik yang kecil, sangat tahan terhadap korosi. Penambahan timbal
ke baja karbon dan baja paduan dapat meningkatkan kemampuan mesin
tanpa mempengaruhi sifat mekanik material secara signifikan. Timbal
ditambahkan ke komposisi basa dengan kandungan fosfor, karbon, sulfur,
dan nitrogen yang tinggi untuk mendapatkan kemampuan mesin yang
optimal. Timbal digunakan secara luas dalam industri perpipaan, penutup
kabel, dan baterai. Ia juga digunakan dalam pembuatan paduan seperti
solder, logam bantalan, dan pelat terne.
12
Baja diklasifikasikan dengan meninjau kandungan komposisi kimianya.
Berbagai elemen paduan ditambahkan dengan untuk tujuan mencapai sifat dan
Ferrous Alloys
Klasifikasi
Klasifikasi
berdasarkan nama
berdasarkan
dagang atau
struktur
pengaplikasian
Alloy tanpa
Baja
eutectic (<2% C
pada bagan Fe-C)
Baja Karbon Biasa
Martenisitik
Baja Paduan
Tinggi dengan
Bainitik
>8% elemen
Austenitik
Presipitasi
Hardening
Austenitik -
Tahan Korosi
Feritik
Struktur
Tahan Panas
Dupleks
Tahan Aus
13
2.1.1 Baja Karbon
atas Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Sedang, dan Baja Karbon
Tinggi.
- 2,0 % karbon. Baja ini lebih sulit untuk dilas daripada baja
14
pengelasan diupayakan untuk menghilangkan kekerasan dan
[7].
- 0,59 % ini memiliki sifat lebih kuat dari baja karbon rendah
15
banyak daripada semua baja lain untuk dimanfaatkan pada
16
2.1.2 Baja Paduan
pengelasan seperti MIG / MAG dan TIG [7]. Baja paduan terbagi
menjadi dua, yaitu baja paduan tinggi dan baja paduan rendah.
17
adalah bahwa kita dapat meningkatkan sifat mekanik material
ketahanan korosi
[16].
18
hingga 2,0% yang ditujukan untuk menghasilkan
[18] :
19
sarana untuk mengembangkan dan mengontrol mikrostruktur,
20
Baja yang diklasifikasikan berdasarkan struktur mikro
dan austenitik.
mangan, dan nikel. Ada dua jenis larutan padat pada struktur
Interstisial
Substitusional
21
seperti mangan dan nikel berdifusi dengan sangat sulit.
Gambar 2.3 Struktur mikro pada feritik penuh, baja karbon ultralow,
etch + HF, 300x. Dokumentasi dari A.O. Benscoter, Lehigh University
[19]
22
B. Feritik-Perlitik
Normalisasi
23
Hal ini bertujuan untuk memperhalus ukuran butir
Anil
24
Gambar 2.4 Struktur mikro pada jenis baja structural ferit-perlit [19]
C. Perlitik
25
Perlit sendiri terbentuk pada komposisi eutektoid
26
sepenuhnya memberikan ketahanan aus yang sangat baik
D. Martensitik
aslinya [21].
Lath martensite
27
memperoleh struktur halus. Efek ini sering dicari dengan
Plate martensite
a. b.
Gambar 2.6 Struktur mikro pada jenis baja martensit, a. lath martensit, b.
plate martensit [21]
28
melarutkan tidak lebih dari sekitar 0,6% C ke dalam austenite
sebagai berikut:
Struktur kembar
E. Bainitik
29
Bainit atas
Bainit bawah
30
F. Austenitik (Besi Gamma)
kondisi larutan padat dari satu atau lebih elemen dalam FCC
Austenit tidak stabil saat suhu kamar pada baja biasa. Baja
31
karburasi yang mengeras dan karbon tinggi, baja highalloy,
muncul [22].
dupleks [22].
32
baja. Peningkatan kandungan karbon dapat menurunkan
dingin [23].
33
macamnya, pada dasarnya yaitu memberikan bobot ke elemen
Gambar 2.9 Diagram Graville untuk Baja HSLA (High Strength Low Alloy
(2.1)
34
2.2 Pengelasan
berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam hal ini, diartikan
35
Bead Welds (Las Manik)
Fillet Welds
36
memperkuat sambungan sudut. Pada sambungan T yang
hingga 30° dari tegak lurus, dan salah satu sudut tepi yang
Groove Welds
37
Gambar 2.12 Ilustrasi jenis pengelasan groove welds [22]
[7], [26].
38
Gambar 2.13 Pengukuran pada groove welds [22]
Plug Welds
39
Arc Welding
2.15. [27].
40
o Flux Cored Arc Welding
o Electrogas Welding
Gambar 2.15 Skema representasi untuk metode Shield metal arc welding
[27]
Resistance Welding
41
menggunakan proses resistensi secara ekstensif pada
[27].
o Flash Welding
o Upset Welding
bawah titik leleh base metal dan filler metal. Proses solid-
42
state memiliki kemampuan untuk menggabungkan logam
o Forge Welding
o Friction Welding
o Diffusion Welding
o Ultrasonic Welding
o Explosion Welding
o Cold Welding
43
Gambar 2.16 Pengelasan tempa (friction welding) kuno [27]
Oxyfuel Welding
kelabu [27].
44
dan cairan logam pengisi ditambahkan untuk mengisi celah pada
dari 0,020 inci (0,5 mm) hingga pelat yang tebal atau pipa sesuai
45
dengan kebutuhan. Gas pelindung atau campuran gas yang
Gambar 2.17 Proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding [27]
46
Berdasarkan intensitas sumber panas, metode pengelasan
[28]
Tabel 2.4 Jenis flux welding untuk proses pengelasan metode GMAW [28]
N Proses Su Sumber Mekanika Gas Jenis Aplikasi
o. mb daya dan pelindung Logam Kis Penggunaan
er polaritas ara di Industri
Pan n
as ket
eba
lan
Fluks diapit oleh Slag dan
elektroda tubular gas, baik
Gas dengan diameter yang
Pengelasan
Metal Arus smaal. Otomatis dihasilkan 1
logam
Arc searah, atau semi otomatis. sendiri Baja mm
1 Arc lembaran,
kawat elektroda Kawat diumpankan atau dari karbon ke
general
flux- positif terus menerus sumber atas
engineering
cored melalui pistol eksternal
dengan atau tanpa (biasanya
pelindung gas CO2)
Logam Pengelasan
Argon,
Sama seperti di nonferrous, baja paduan
atau
Arus atas, tapi baja 2 tinggi dan
Helium,
searah, menggunakan solid karbon, mm logam
Arc Argon/O2
elektroda wire, terdapat baja paduan ke nonferrous,
atau
positif perpindahan logam rendah, atas pengelasan
Argon/C
secara free flight baja paduan pipa, general
O2
Gas tinggi engineering
Metal Arus Sama seperti di Baja 1
Arc Argon/O2, Logam
2 searah, atas, tetapi dalam karbon dan mm
kawat Arc Argon/C lambaran
elektroda mode perpindahan baja paduan ke
flux- O2, CO2 (plat)
positif logam short-circuit rendah atas
cored Logam
Pulsa melepaskan
nonferrous, Posisional
penurunan di ujung
Arus Argon, baja 1 pengelasan
Pul elektroda dan
searah, Argon/O2, karbon, mm terhadap
sed memungkinkan
elektroda Argon/C baja paduan ke baja karbon
Arc transfer logam
positif O2 rendah, atas tipis atau
secara free flight
baja paduan baja paduan
pada arus rendah
tinggi
47
Pengelasan dengan metode gas metal arc welding
48
Efisiensi welder dan operator yang lebih tinggi, jika
lainnya
pengelasan lainnya
berikut :
49
Transfer input panas yang lebih tinggi umumnya membatasi
2.2.3 Elektroda ER 70 S
Gas pelindung yang digunakan untuk metode ini berasal dari baja
hasil arc yang mudah menyambar dan stabil. Bahan pelapis ini
mekanik dan kimia yang baik pada paduan yang terbentuk antara
50
Kemurnian gas CO sebesar 99,8 vol% min dan Ar sebesar
Laju aliran gas harus 20-25 l/mnt dan kecepatan gas 2 m/s.
[30].
Tabel 2.5 Klasifikasi dan persyaratan kawat las untuk metode GMAW
berdasarkan AWS A5,18:2005 dan A5,20:2005 [30]
Gas Tip
Komposisi kimia peli e
Klasifikasi
ndu aru
C Mn Si P S Cu Ti Zr Al Cr Ni Mo V ng s
0,07 0,9 0,05 0,02 0,05
0,4 -
ER70S-2 mak - - - -
0,7
s 1,4 0,15 0,12 0,15
Solid
DC
Wire 0,06 0,9 0,45 0,025 0,035 0,5 0,15 0,15 0,15 0,03
CO2 -
(A5, ER70S-3 - - - maks maks maks maks maks maks maks
EP
18) 0,15 1,4 0,75
- - -
0,06 1,4
0,8 -
ER70S-6 - -
1,15
0,15 1,85
E70T-1C CO2
Flux
Cored 0,12 1,75 0,9 Ar+ DC
E70T-1M 0,03 0,03 0,35 0,2 0,5 0,3 0,08
Wire mak mak mak - - - CO2 -
maks maks maks maks maks maks maks
(A5, E71T-1C s s s CO2 EP
20)
Ar+
E71T-1M
CO2
51
Penggunaan kawat las pada metode ini dapat
52
low-alloy steel / HSLA) dan baja karbon rendah (low carbon steel
53
Hal tersebut disebabkan oleh kontrol input panas pengelasan yang
dalam tiga kategori utama, yaitu : (1) proses dan prosedur, (2)
antara lain :
54
Retak (Crack)
Porositas
(a.) (b.)
Gambar 2.18 Diskontinuitas hasil pengelasan, (a.) retak dan (b.) porositas [29]
55
Undercut
yang berdekatan dengan ujung las atau akar las dan dibiarkan
tidak terisi oleh logam las, seperti yang terlihat pada Gambar
Gambar 2.19 Peleburan berlebihan (undercut) terjadi pada daerah lasan [29]
Underfill
56
Undersized
(a.) (b.)
Gambar 2.20 Diskontinuitas hasil pengelasan, (a.) underfill dan (b.) undersized
[29]
Inklusi
57
Penetrasi Tidak Menyeluruh
(a.) (b.)
Gambar 2.21 Diskontinuitas hasil pengelasan, (a.) unklusi dan (b.) penetrasi
Percikan (Spatter)
[24].
58
Kawah (Crater)
(a.) (b.)
Gambar 2.22 Diskontinuitas hasil pengelasan, (a.) percikan pada permukaan las
Arc Strike
59
yang dibuat oleh logam dasar di sekitarnya. Diskontinuitas ini
2.3 Radiografi
pengujian tidak rusak (non destructive test) yang dilakukan untuk memeriksa
perubahan ketebalan, defect atau cacat, dan detail suatu perakitan untuk
60
lepas pantai, petrokimia, kelautan, dan pembangkit listrik [36]. Hasil dari
fatigue (kelelahan) dan deteksi retakan pada lapisan las, pada pengendalian
mutu untuk kondisi adhesi yang buruk, retak dalam pengelasan, pori-pori di
logam yang tidak seragam dan penentuan cacat material [38]. Prinsip kerja
61
Gambar 2.25 Prinsip kerja pada pengujian radiografi [38]
2.4 Metalografi
seorang operator. Dengan demikian, inspeksi mulai dari non destructive test
Gambar 2.26.
Gambar 2.26 Pemeriksaan struktur makro hasil pengelasan dengan metode GMAW [39]
62
Pemeriksaan metalografi berperan sebagai destructive test hasil lasan,
yang terkena panas, serta untuk mendeteksi retakan dan void. Sektor-sektor
Gambar 2.27 Daerah hasil pengelasan yang teridentifikasi pada metalografi [40]
menentukan mode retak dan mekanisme retak, sebagai identifikasi fase atau
konstituen dalam logam las, zona yang terkena panas, logam dasar (weld
metal), dan inklusi nonlogam – yang terkait dengan spesifikasi yang mengatur
tentang kesesuaian hasil atau penyebab kegagalan suatu produk las [41].
Adapun, di dalam logam las dan zona yang terkena panas, sering kali
63
dan kekerasan. Maka dari itu, perlu untuk dilakukan pengamatan terhadap
menjadi perhatian utama. Kekuatan tarik dalam hal ini dapat diukur baik dari
tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh material tersebut. Uji tarik
Maka, gaya tarik yang dihasilkan kemudian dicatat sebagai fungsi dari
(2.2)
(2.3)
64
Dimana adalah regangan, adalah perubahan panjang dengan satuan
Untuk sebagian besar material, bagian awal kurva adalah linier atau
garis lurus. Kemiringan yang terdapat pada daerah linier ini disebut modulus
(2.4)
Dimana E adalah modulus Young dengan satuan N/m 2, yang merupakan rasio
batas elastis bahan yang setelahnya bahan mulai luluh (yield). Ketika titik ini
tidak terlihat jelas atau dapat diuraikan dalam pengujian, kekuatan luluh off di
length. Demikian pula, ekstensi dengan hasil di bawah beban atau extension
by yield under load (EUL) dihitung dengan mengimbangi regangan 0,5% dari
gauge length. Wilayah antara titik A dan B pada grafik juga murni elastis,
dengan pemulihan penuh pada pelepasan logam, tetapi pada dasarnya tidak
linier [42].
65
Beban
Maksimum
Offset Batas
Kekuatan Plastis
Luluh (necking)
C D
B
Batas
Elastis
A Fraktur
E
Regangan, σ
Kekuatan
Ekstensi Tarik
Luluh di
Bawah
Beban
F G H Tegangan , ε ∆
0,2%
kuat hasil pengelasan tersebut, melihat bagian mana yang mengalami fraktur
(apakah itu logam las atau logam dasar?) dan meninjau apakah kekuatan
terkait uji tarik ini salah satunya dilakukan pada sampel ASTM E8 untuk
menilai kekuatan dan keuletan las [44]. Berdasarkan studi tersebut terlihat
bahwa kegagalan tarik terjadi pada logam induk AISI 316 (dimana
merupakan baja yang kekuatannya lebih rendah) seperti pada Gambar 2.29.
66
Gambar 2.29 Hasil uji tarik yang memperlihatkan fraktur pada induk logam yang
kekuatannya lebih rendah [44]
pada logam akibat deformasi plastik akibat perubahan bentuk material. Bahan
ini diberi tekanan di atas batas kekuatan luluh tetapi di bawah kekuatan tarik.
saja. Material pada uji tekuk ini ditempatkan pada sebuah cetakan dan
atas ditekan, dengan pukulan berbentuk ram menekan pelat dan membentuk
memiliki kapasitas tekan 20 - 200 ton sesuai aplikasi yang diberikan [45].
(2.5)
Dimana adalah sudut yang dihasilkan, s adalah jarak dari kedua beban bagian
67
Jika spesimen patah, bahan tersebut gagal dalam pengujian. Jika tidak terjadi
patahan total, kriteria kegagalan ditinjau dari jumlah dan ukuran retakan atau
oleh standar produk [46]. Prinsip kerja dari uji tekuk ini dapat dilihat pada
Gambar 2.30.
Gambar 2.30 Prinsip kerja untuk guided bend, no die test [46]
bergantung pada besar gaya yang diterapkan dan kekerasan material uji,
seperti yang terlihat pada Gambar 2.31. Pengujian kekerasan pada hasil
68
Gambar 2.31 Skema yang menggambarkan indentor piramida berlian Vickers dan lekukan
yang dihasilkan [46]
angka kekerasan yang sama besarnya dengan angka Brinell. Rasio d / D yang
ideal untuk indentor bola senilai 0,375. Kelebihan uji kekerasan piramida
Vickers standar, beban yang digunakan mulai dari 1 hingga 120 kgf, dengan
sebagai berikut :
69
(2.6)
dengan L sebagai beban dengan satuan kgf, yaitu sudut muka sebesar 136°,
dan d adalah rata-rata dari diagonal bekas indentor dengan satuan mm.
pada HAZ dan logam las serta logam induk terhadap material hasil
pengelasan itu sendiri. Hasil dari pengujian kekerasan dapat dilihat pada
Gambar 2.32.
70
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Waktu
Juni 2021
3.1.2 Tempat
3.2.1 Alat
71
6. Vickers Hardness Tester Armstrong Pedestal
9. Pasta Alumina
3.2.2 Bahan
2. Baja Konstruksi ST 42
3. Kawat Las ER 70 S
4. Gas CO
mekanik material dari hasil pengelasan dua logam berbeda (dissimilar metal
tinggi.
72
Tabel 3.1 Variasi Pengelasan Baja HB 500 dengan Baja ST42
Kuat Arus
Kode Lapisan
No. I II III IV
Sampel Pengisi
yang diamati untuk mencapai tujuan dari penelitian. Selain itu, pada
73
A. Identifikasi Masalah
kuat arus yang biasa digunakan oleh WPS dari mesin tersebut.
B. Studi Lapangan
C. Studi Literatur
74
dilengkapi dengan macam, metode, dan inklusi, serta prosedur dari
mekanik.
A. Persiapan Material
pelat
pelat
75
3. Melakukan pemeriksaan kandungan komposisi material
Gambar 3.2 Emisi Optik Sperktrometer keluaran Bruker tipe Q4 Tasman [47]
pengujian sebelumnya
karakterisasi material
76
e. Mesin di-Xtras menggunakan RE-12, lalu multiple
B. Persiapan Pengelasan
pengelasan
77
3. Membuat kampuh las bentuk V groove dengan sudut sebesar
30°
dengan ST 42
kuat arus
78
3.4.3 Tahap Pelaksanaan
A. Proses Pengelasan
ini :
Gambar 3.6 Sketsa pengelasan Baja Tahan Aus HB 500 dengan Baja Konstruksi
ST 42
B. Radiografi
79
Pengujian ini dilakukan untuk melihat defect yang
ini :
kedalam film
berikan tanda
80
Gambar 3.8 Material hasil pengelasan yang sudah diberikan tanda
radiasi
dengan identifikasi
81
Gambar 3.9 HD-CR / CR 35 NDT Imaging Plate Scanners [50]
C. Pemotongan Material
82
Material dipotong sebanyak dua buah untuk pengujian
tarik, dua buah untuk pengujian tekuk, satu buah untuk gabungan
[52]
D. Pengujian Tarik
dengan ST42.
83
Berikut langkah-langkah pengujian tarik :
jangka sorong
(pelat/silinder)
elongasi
E. Pengujian Tekuk
84
Gambar 3.13 Shimadzu Universal Testing Machine AGX.R [53]
(pelat/silinder)
F. Metalografi
85
pengujian secara makroskopis untuk melihat defect pada
permukaan sampel.
komputer
monitor
86
5. Apabila hasil gambar masih ditemukan kecacatan, maka
berikutnya
antara lain :
G. Pengujian Kekerasan
mikroskop.
87
Gambar 3.15 Vickers Hardness Tester Amstrong Pedestal [55]
antara lain :
88
6. Menginjak pedal beban dengan tangan kanan pada posisi siap
untuk penetrasi
mikroskop.
89
3.5 Diagram Alir
Mulai
Studi Literatur
Pembuatan
Kampuh Las
Proses Pengelasan
Radiografi
Pengujian
Uji
Metalografi Uji Tarik Uji Tekuk
Kekerasan
Polished Etched
Rekapitulasi Data
dan Analisis
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
90
BAB IV
4.1.
Unsu Al As B Bi Ce Co Mg Nb Pb
r % % % % % % % % %
0.004 0.002 0.009 0.01 0.003 0.005 <0.003
Hasil 0.079 0.002
7 3 9 5 7 5 0
9
Unsu Sb Sn Ta La Ti V W Zr Fe
r % % % % % % % % %
<0.005 <0.03 0.003 0.04 0.002
Nilai 0.002 0.028 0.037 97.46
0 0 2 1 7
9
91
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Baja HB 500 pada
sebagai berikut :
92
Tabel 4.2 Analisa Kandungan Unsur ST 42 Program Fe120
Unsu C Si Mn P S Cr Mo Ni Cu
r % % % % % % % % %
0.008 0.008 0.001 <0.001
Hasil 0.177 0.049 0.964 0.005 0.013
9 2 2 5
4
Unsu Al As B Bi Ce Co Mg Nb Pb
r % % % % % % % % %
0.005 0.001 0.003 0.002
Hasil 0.393 0.020 0.018 0.0060 0.010
0 3 4 5
0
Unsu Sb Sn Ta La Ti V W Zr Fe
r % % % % % % % % %
0.007 <0.03 0.002
Nilai 0.002 0.004 0.019 0.064 0.0052 98.18
3 0 6
2 3
karbon rendah dengan kadar karbon sebesar 0,177%. Dan baja ini
oksidasi pada suhu tinggi. Di samping itu, unsur Krom yang tinggi
93
berpotensi retak di bagian dalam dan di daerah sekitar lasan [11],
memang tidak sekeras baja tahan aus, namun memiliki sifat mampu
molibdenum yang baik pada baja kurang dari 1%. Elemen ini
kerapuhan dan tahan korosi [11], [14]. Kandungan nikel, silikon dan
kobalt dari kedua material tersebut juga lumayan berbeda. Pada baja
94
memiliki kekerasan yang tinggi karena penambahan unsur nikel,
kekerasan, mampu las dan mampu mesin yang baik dengan tingkat
baja tahan aus jauh lebih kaku dibandingkan dengan baja konstruksi.
95
4.1.2 Pengujian Radiografi
pada saat root pass yang terlalu tinggi [37]. Karena kondisi logam
sambungan [35].
96
Tabel 4.3 Radiografi Hasil Pengelasan x = 180 mm
Kode
No. Hasil Pemeriksaan
Sampel
1 3A
2 3B
3 4A
4 4B
97
Pada Kode Sampel 3B dengan pengisian sebanyak 3x dan kuat
cuaca kurang berfungsi atau bisa juga salut elektroda terkupas dapat
terlihat seperti alur yang tidak terisi pada logam dasar di tepi lasan.
tidak tepat, arus yang berlebihan, dan kecepatan gerak yang tidak
98
disebutkan yaitu arus yang berlebihan pada ke-empat lapisan yang
diberikan.
42, garis fusi ST 42, logam las ER70S, garis fusi HB 500, HAZ HB
99
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Struktur Fasa Pengelasan pada Pembesaran 200x
Nama Kode Sampel Struktur
Bagian 3A 3B 4A 4B Fasa
Logam
Dasar
ST 42
Ferit-
Perlit
HAZ
ST 42
Ferit-
Perlit
Garis
Fusi
ST 42
Ferit-
Perlit
Logam
Las
Ferit-
Perlit
100
Garis
Fusi
Ferit-
HB
Perlit
500
(Kiri),
Martensit
(Kanan)
HAZ
HB
500
Martensit
Logam
Dasar
HB
500
Martensit
101
karbida di permukannya. Pada garis fusi, terlihat jelas batas pemisah
sampel untuk melihat hasil fusi dari pengelasan itu sendiri. Hasil dari
102
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Makroskopis
Kode
No. Hasil Pengamatan
Sampel
1 3A
2 3B
3 4A
4 4B
sampel adalah fusi. Pada kode sampel 3A, terlihat hasil fusi yang
103
kurang optimal, lebar HAZ yang pendek dan tidak ditemukan
diskontinuitas. Pada kode sampel 3B, terlihat hasil fusi yang lebih
baik dari 3A dengan lebar HAZ yang lebih panjang serta tidak
pengujian tarik untuk melihat sifat mekanik yang terdapat pada hasil
104
Uji Tarik Hasil Pengelasan HB 500 x ST 42
3A1 4A1
3A2 4A2
3B1 4B1
3B2 4B2
105
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tarik
Kode Teganga Teganga Perpanja
No. Samp n Tarik n Luluh ngan Gambar Material
el
MPa MPa %
106
Berdasarkan Tabel 4.6, hasil pengujian tarik dari seluruh
sampel baik pada bagian root maupun face secara fisis fraktur pada
logam dasar ST 42 [44]. Ditinjau dari Tabel 2.2 tentang lembar data
Tabel 2.6 tentang sifat mekanik logam las, logam las ER70S
memiliki tegangan tarik 482 MPa, tegangan luluh 399 MPa dan
yang kurang optimal baik pada bagian root maupun face yaitu kode
107
4.2.2 Pengujian Tekuk
3A R 4A R
3A F 4A F
3B R 4B R
3B2 F 4B F
108
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Tekuk
Beban
Sudut
Kode Maksimu
N Terbentuk
Samp m Gambar Material Keterangan
o.
el MPa °
Tidak
1 3A F 932.307 75,12° terdapat
retak
Terdapat
2 3A R 830.341 129,47° cacat
terbuka
Terdapat
3 3B F 1003.41 79,08° cacat
terbuka
Terdapat
4 3B R 873.826 94,78° cacat
terbuka
Tidak
5 4A F 969.165 81,784° terdapat
retak
Tidak
6 4A R 958.168 92,52° terdapat
retak
Tidak
7 4B F 919.544 86,14° terdapat
retak
Tidak
8 4B R 874.496 85,414° terdapat
retak
109
Berdasarkan Tabel 4.7, hasil pengujian tekuk dari seluruh
sampel baik pada bagian face maupun root logam las diperoleh hasil
yang berbeda dari setiap sampel. Pada kode sampel 3A, untuk
pada sudut tersebut tidak terdapat retak dan mampu menahan beban
129,47° dan retak pada beban 830,341 MPa. Pada kode sampel 3B,
retak pada saat beban mencapai 1.003,41 MPa, bagian root diperoleh
terbuka baik pada bagian face maupun root dengan sudut terbentuk
Hasil yang lebih optimal secara visual diperoleh pada kode sampel
4B, yang mana diketahui sampel ini mendapat perlakuan arus yang
110
sampel 4A memperoleh nilai paling unggul untuk bagian face diikuti
dari logam las menuju logam dasar ST 42 dan 25 titik dari logam las
Gambar 4.4.
111
Gambar 4.4 Grafik pengujian kekerasan pada spesimen hasil pengelasan
4mm dari batas garis fusi. Sedangkan Baja HB 500, terdapat kriteria
sambungan.
112
Kekerasan mikro yang ditunjukan pada Baja ST 42 untuk
diikuti oleh 3B, lalu hasil yang minim ditunjukan 4A dan 4B secara
mikro yang hampir sama. Pada daerah logam dasar, hasil kekerasan
panas.
500 untuk daerah logam las terlihat kode sampel 4A yang paling
unggul, diikuti oleh 3A, 3B dan 4B. Pada daerah logam las ini,
yang terlihat fluktuatif. Pada daerah logam dasar ditinjau dari MIL-
113
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
arc welding yang kemudian dianalisis hasil struktur mikro dan sifat mekanik
561 HB pada daerah logam las. Hasil ini menunjukan bahwa dalam
114
5.2 Saran
hati agar tidak terjadi korosi pada test piece itu sendiri.
115
DAFTAR PUSTAKA
016-722, 2017.
[5] DIN Standard, “Steels for General Structure Purposes : Quality Standard,”
pp. 2–15.
[7] E. Bonnart, Welding Principles and Practices, 5th ed. New York: McGraw-
116
USA, 1979.
[10] C. R. Simcoe, “The history of alloy steels: Part II,” Adv. Mater. Process.,
[11] ASM International, Metallographer’s Guide : Irons and Steels. New York:
[12] G.L. Huyett, Engineering Handbook, 1st ed. Minneapolis: G.L. Huyett
Manufacturer, 2004.
[13] V. Ostermna and H. Antes, Critical Melting Points and Reference Data for
[14] D. Gandy, Carbon Steel Handbook, 2nd ed. California: Electric Power
[15] A. Tjahjono, Fisika Logam dan Alloy. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013.
[17] ASM International, Alloying: Understanding the Basics. New York: ASM
International, 2001.
in Metals Handbook Desk Edition, 2nd ed., J. . Davis, Ed. New York: ASM
117
International, 2018, pp. 153–173.
Springer-Verlag, 2004.
[27] AWS, Welding Handbook, Welding Science & Technology, 9th ed., vol. 1.
118
[28] J. F. Lancaster, Metallurgy of Welding, 3rd ed. London: George Allen &
[29] Lincoln Electric, Gas Metal Arc Welding Guidlines. Cleveland: Lincoln
[30] Kobelco, Arc Welding of Specific Steels and Cast Irons. Tokyo: KOBE
Using Advanced Gas Metal Arc Welding Processes,” Rev. Adv. Mater. Sci.,
Metals in Car Body Manufacturing,” J. Weld. Join., vol. 38, no. 1, pp. 8–
2016.
119
[37] S. P. P. Warman, “Analisis Faktor Penyebab Cacat Pengelasan pada Pipa (
Study Kasus Pada Pipa Distribusi PDAM Kabupaten Kutai Barat ),”
304 Stainless Steels and AISI 1010 Low Carbon Steel Welded by CO2
Laser Beam Welding,” Mater. Test., vol. 53, no. 11–12, pp. 741–747, 2011,
doi: 10.3139/120.110283.
[39] G. F. Vander Voort, Metallography Principles and Practice, 4th ed. Ohio:
Dissimilar AISI 430 / DQSK Steels Resistance Spot Welds,” no. June,
2015.
[42] J. . Davis, Tensile Testing, 2nd ed. Ohio: ASM International, 2004.
[43] American Association State, “Standard Test Methods for Tension Testing
International, 2014.
and AISI 316 Dissimilar Weldments,” Procedia Eng., vol. 75, pp. 29–33,
120
[45] A. Ruchiyat, M. Anhar, Y. Yusuf, and B. S. E. Polonia, “The Effect of
[46] “Standard Test Methods for Bend Testing of Material for Ductility,” in
https://trends.directindustry.com/bruker-axs-gmbh/project-30028-
[48] L. Taizhou Yihong Import & Export Co., “Hydraulic Automatic Brass
machinery.en.made-in-china.com/product/TdsnFbwEArkp/China-
Hydraulic-Automatic-Brass-Bar-Tube-Circular-Saw-Cutting-Machine.html
https://www.malvernpanalytical.com/en/products/category/x-ray-tubes/x-
121
http://www.ailu.co.uk/laser_technology/news/2019-08-
[52] ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Qualification Standard for
Engineers, 2004.
https://www.shimadzu.com/an/products/materials-testing/uni-
2021).
endustriyel.com.tr/tr/hizmetler-destek/analiz-hizmetleri/metalografi-
https://spectrographic.co.uk/products/vickers-hardness-tester-armstrong-
Transformasi C-Mn Steel Produk Lokal sebagai Bahan Baku Baja Tahan
Aus,” Pros. SNST ke-7 Tahun 2016 Fak. Tek. Univ. Wahid Hasyim
122
Using Taguchi Optimization Method,” J. Miner. Mater. Charact. Eng., vol.
123
LAMPIRAN
Tabel 4.8 Distribusi Kekerasan Hasil Pengelasan
Nilai Kekerasan ST 42 Nilai Kekerasan HB 500
No. Titik No. Titik
3A 3B 4A 4B 3A 3B 4A 4B
1 -25 141,87084 134,3359 178,81255 134,69824 1 1 181,05469 181,62181 178,81255 186,25631
2 -24 145,46995 132,54597 177,15816 133,6156 2 2 163,24877 172,33046 241,62963 186,25631
3 -23 143,45376 132,90108 174,98779 137,27613 3 3 172,33046 288,5053 341,50565 186,84807
4 -22 140,31397 130,79157 161,80517 134,3359 4 4 164,22194 434,78006 530,18388 191,07049
5 -21 142,65901 131,48913 155,31508 137,65044 5 5 321,875 359,7974 591,78397 203,28056
6 -20 139,16307 132,19228 136,16234 134,69824 6 6 487,57396 310,13587 456,62494 222,7502
7 -19 139,16307 135,42732 137,65044 139,16307 7 7 335,71752 311,40822 371,15445 482,61141
8 -18 138,78258 135,06204 139,16307 141,08918 8 8 332,87848 376,187 424,44083 324,57415
9 -17 137,27613 135,42732 139,92875 138,02628 9 9 383,05785 397,37654 434,78006 302,66299
10 -16 140,70077 133,25762 144,25518 135,06204 10 10 390,11868 434,78006 447,69362 337,15068
11 -15 139,16307 134,69824 139,54512 140,31397 11 11 285,12111 447,69362 461,19116 393,72253
12 -14 139,16307 134,69824 139,54512 142,2641 12 12 458,89953 452,1262 458,89953 391,91439
13 -13 139,92875 133,97503 145,46995 142,2641 13 13 477,72424 447,69362 454,36722 410,57439
14 -12 144,25518 134,69824 140,70077 143,85363 14 14 487,57396 454,36722 468,17 439,02179
15 -11 141,08918 136,16234 139,16307 143,05556 15 15 472,91093 477,72424 468,17 458,89953
16 -10 146,28835 136,90336 140,70077 140,31397 16 16 397,37654 480,1585 485,08317 465,82622
17 -9 150,48579 139,92875 150,48579 136,16234 17 17 468,17 487,57396 449,90172 477,72424
18 -8 150,05797 143,05556 144,65841 141,08918 18 18 492,61346 497,73148 470,53151 482,61141
19 -7 150,48579 147,11367 145,06333 145,46995 19 19 477,72424 502,92969 465,82622 490,08399
20 -6 178,81255 147,94599 154,41989 145,06333 20 20 468,17 519,02242 470,53151 485,08317
21 -5 234,79946 165,20383 155,31508 147,11367 21 21 454,36722 500,32046 475,30844 475,30844
22 -4 226,66145 170,24793 161,80517 160,85337 22 22 513,57341 516,28713 480,1585 495,16255
23 -3 206 195,43768 174,98779 175,52663 23 23 468,17 516,28713 470,53151 502,92969
24 -2 179,36916 228,25485 177,15816 178,81255 24 24 508,20975 535,9001 461,19116 492,61346
25 -1 176,06796 181,05469 178,81255 177,15816 25 25 565,91679 505,55938 447,69362 492,61346
Tabel 4.9 Sudut saat defleksi maksimum
Defleksi
Jarak Ѳ Ѳx 2
No. Kode Sampel maks.
mm N ° °
1 3A root 30 8,3584 79,05 148,862
2 3A face 30 38,995 37,56 75,12
3 3B root 30 19,27 74,488 148,89
4 3B face 30 23,0 52,516 105,03
5 4A root 30 17,36 59,941 119,88
6 4A face 30 34,622 40,892 81,784
7 4B root 30 32,49 42,707 85,414
8 4B face 30 32,071 43,07 86,14