Anda di halaman 1dari 34

RANCANG BANGUN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH

METHANOL DENGAN METODE DISTILASI

Proposal Tugas Akhir


Diploma III Program Studi Teknik Konversi Energi
Di Jurusan Teknik Mesin

Oleh :

Ni’am Sukron Ramadhan NIM. 6517010101


Rizky Wahyudi NIM. 6517010123
Salsadila Puspitaningsih NIM. 6517010145

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2019
LEMBAR PENGESAHAN

RANCANG BANGUN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH


METHANOL DENGAN METODE DISTILASI

Diajukan Oleh:

Ni’am Sukron Ramadhan NIM. 6517010101


Rizky Wahyudi NIM. 6517010123
Salsadila Puspitaningsih NIM. 6517010145

Disetujui oleh:
Proposal ini telah disetujui untuk Tugas Akhir yang akan diujikan

Pembimbing I Pembimbing II

……………………………….. ……………………………….
NIP…………………………... NIP………………………….

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.5. Lokasi Objek ............................................................................................ 3
1.6. Manfaat Penulisan .................................................................................... 3
1.7. Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1. Metanol ..................................................................................................... 5
2.2. Distilasi ..................................................................................................... 6
2.4.1 Pengertian Distilasi ........................................................................... 6
2.4.2 Teori Dasar Distilasi ......................................................................... 7
2.4.3 Proses Distilasi .................................................................................. 8
2.4.4 Jenis-Jenis Distilasi ........................................................................... 8
2.4.5 Kesetimbangan Uap-Cair ................................................................ 20
2.4.6 Data Kesetimbangan Pada Distilasi Multikomponen ..................... 22
2.4.7 Bubble Point dan Dew Point ........................................................... 23
2.4.8 Jumlah Stage Minimum (Nm) .......................................................... 23
BAB III METODE PELAKSANAAN ................................................................. 24
3.1. Pengumpulan Data dan Informasi .......................................................... 24
3.2. Eksperimen Skala Laboratorium ............................................................ 24
3.3. Hasil Uji Laboratoium ............................................................................ 25
3.4. Teknis Perancangan Alat ........................................................................ 25
3.5. Analisis ................................................................................................... 25
3.6. Sub-Judul Individual .............................................................................. 25
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN .......................................... 26
4.1. Estimasi Biaya ........................................................................................ 26

iii
4.2. Jadwal Pelaksanaan ................................................................................ 28
BIODATA MAHASISWA ................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan bentuk
alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer, metanol berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau
yang khas. Metanol banyak digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut,
bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.

Penggunaan metanol di PT Badak NGL banyak digunakan di Laboratorium


sebagai pelarut amine pada analisa CO2 content. Sampel amine diambil dari plant
1 (Amine Plant). Amine diencerkan dengan methanol sebanyak 200 ml. Kemudian
campuran tersebut di titrasi menggunakan larutan KOH dengan normalitas 0,25
hingga mencapai Ph 11,2 dan didapatkan data untuk menghitung kandungan CO2
dalam amine. Setelah proses analisa, campuran methanol-amine menjadi limbah
yang terbuang dan tidak dimanfaatkan kembali. Limbah hasil proses analisa hanya
di bakar di incenerator dan ketika incinerator sedang dalam proses shutdown maka
limbah methanol diserahkan kepada pihak ketiga.

Melihat hal tersebut, penulis bermaksud untuk memurnikan kembali limbah


metanol sebagai upaya untuk mengurangi limbah yang dihasilkan Laboratorium PT
Badak NGL. Selain itu, pemurnian limbah metanol ditujukan agar metanol dapat
digunakan kembali sebagai pelarut amine pada proses analisa CO2 Content.

Penulis telah melakukan percobaan skala laboratorium dan menemui


beberapa kendala, diantaranya yaitu:

1. Tidak praktis
Harus dilakukan penyusunan alat distilasi setiap kali melakukan proses
pemurnian limbah methanol untuk skala laboratorium.
2. Proses distilasi berjalan lama
Hal ini terjadi karena air pendingin pada kondenser suhunya tidak bisa
dikontrol sehingga lama-kelamaan suhu meningkat.

1
3. Banyak ditemukan kebocoran pada sambungan pipa
Alat pemurnian limbah tidak kuat menahan tekanan uap methanol.
4. Kapasitas kecil
Kapasitas distilasi bergantung pada ketersediaan alat di Laboratorium
PT Badak NGL.

Melihat begitu banyaknya kendala yang dihadapi pada saat percobaan skala
laboratorium, maka penulis bermaksud untuk membuat “Rancang Bangun Unit
Pengolahan Limbah Methanol dengan Metode Distilasi” dengan harapan
pengolahan limbah methanol dapat dilakukan dengan optimum. Sehingga limbah
yang dihasilkan dapat dimurnikan dan dimanfaatkan kembali sebagai pelarut amine
pada analisa CO2 content di Laboratorium PT Badak NGL.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari proposal tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana proses permurnian limbah methanol agar dapat digunakan


kembali untuk analisis CO2 content?
2) Bagaimana desain dari rancang bangun unit pengolahan limbah
metanol?
3) Bagaimana pengaruh temperatur menara distilasi terhadap kecepatan
dan kemurnian produk yang dihasilkan?
4) Bagaimana sistem otomasi yang digunakan dalam unit pengolah limbah
methanol dengan metode distilasi?
5) Bagaimana kualitas metanol yang dihasilkan?
1.3. Tujuan
 Tujuan umum dari proposal tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1) Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan
Diploma III Politeknik Negeri Jakarta.
2) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam
bidang pengolahan gas, mekanikal rotating, dan listrik
instrumentasi serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
selama mengikuti proses beajar mengajar.

2
 Tujuan khusus dari proposal tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1) Mendesain unit proses pengolahan limbah metanol sesuai.
2) Mendapatkan metanol yang sesuai dengan spesifikasi metanol yang
digunakan sebagai pelarut amine pada analisa CO2 Content.

1.4. Batasan Masalah


Batasan masalah dari proposal tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1) Penelitian ini berfokus pada pengolahan limbah methanol hasil dari


analisa CO2 content pada amine di Laboratorium PT Badak NGL.
2) Penelitian ini berfokus pada perancangan mini plant distilasi metanol.
3) Penelitian ini berfokus pada pengaruh perubahan temperatur kolom
destilasi terhadap aliran massa dan kemurnian distilate yang dihasilkan.
4) Analisa spesifikasi methanol hasil distilasi berfokus pada bisa tidaknya
methanol digunakan untuk analisa CO2 content.

1.5. Lokasi Objek


Lokasi objek Tugas Akhir berada di Seksi Laboratorium, Departemen
Teknikal, Badak LNG, Bontang, Kalimatan Timur

1.6. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Bagi Penulis
a) Sebagai syarat untuk memenuhi penyusunan Tugas Akhir guna
mendapatkan gelar Diploma III dari Program Studi Teknik
Konversi Energi di Politeknik Negeri Jakarta.
b) Menambah pengalaman dan keterampilan dalam merancang
bangun suatu alat industri.
c) Dapat mengimplementasikan pengetahuan yang telah diperoleh
selama masa perkuliahan dengan mempraktikkannya secara nyata.
 Bagi LNG Academy dan Politeknik Negeri Jakarta
a) Sebagai media pembelajaran alat distilasi berbasis automatic
control system.

3
 Bagi PT Badak NGL
a) Berkontribusi dalam menyediakan alat pengolah limbah B3 bagi
Seksi Laboratorium.
b) Berkontribusi dalam mendapatkan PROPER Emas PT Badak NGL
karena adanya alat pengolah limbah B3.
c) Mengurangi biaya pengadaan metanol oleh PT Badak NGL.

1.7. Sistematika Penulisan


BAB 1. PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang pemilihan topik, perumusan masalah, tujuan


umum dan khusus, ruang lingkup penelitian dan batasan masalah, lokasi objek tugas
akhir, manfaat yang akan didapat, dan sistematika penulisan keseluruhan proposal
tugas akhir.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi studi pustaka atau literatur, memaparkan rangkuman kritis atas


pustaka yang menunjang penyusunan atau penelitian, meliputi pembahasan tentang
topik yang akan dikaji lebih lanjut dalam tugas akhir.

BAB 3. METODE PELAKSAAN

Menguraikan tentang metodologi, yaitu metode yang digunakan untuk


menyelesaiakan masalah atau penelitian, meliputi prosedur, pengambilan sampel
dan pengumpulan data, pengumpulan data, teknik analisis data atau teknis
perancangan.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

Ringkasan anggaran biaya sebagai berikut:

1) Peralatan penunjang yang ditulis sesuai kebutuhan.


2) Bahan habis pakai yang ditulis sesuai dengan kebutuhan.
3) Biaya akomodasi
4) Lain-lain: administrasi, publikasi, seminar, laporan, lainnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metanol
Metanol, atau yang biasa disebut sebagai metil alkohol, wood alcohol atau
spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol disebut
sebagai wood alcohol karena dahulu didapatkan dari hasil penyulingan kayu. Saat
ini, metanol diproduksi secara industri dengan cara hidrogenasi karbon monoksida.
Sebagai alkohol alifatik yang paling sederhana, reaktifitas metanol ditentukan oleh
group hidroksil fungsional. Metanol bereaksi melalui pemutusan ikatan C-O atau
O-H yang dikarakterisasi dengan penggantian group –H atau –OH. Pada temperatur
dan tekanan lingkungan, metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap,
tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih
ringan daripada etanol). Metanol biasa digunakan sebagai bahan pendingin anti
beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.

Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alcohol
- alkohol lain, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit
larut dalam lemak dan minyak. Secara fisika metanol mempunyai afinitas khusus
terhadap karbon dioksida dan hidrogen sulfida. Titik didih metanol berada pada
64,7oC dengan panas pembentukan (cairan) –239,03 kJ/mol pada suhu 25oC .
metanol mempunyai panas fusi 103 J/g dan panas pembakaran pada 25oC sebesar
22,662 J/g. Tegangan permukaan metanol adalah 22,1 dyne/cm sedangkan panas
jenis uapnya pada 25oC sebesar 1,370 J/(gK) dan panas jenis cairannya pada suhu
yang sama adalah 2,533 J/(gK) (Puspita Firsty dkk., 2011).

Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.


Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air (Puspita Firsty dkk., 2011).

Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon


dioksida dan air adalah sebagai berikut:

2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O

5
Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat
api yang tak terlihat.

2.2. Distilasi
2.4.1 Pengertian Distilasi
Istilah distilasi sederhana umumnya berkaitan dengan pemisahan suatu
campuran yang terdiri dari dua atau lebih cairan melalui pemanasan. Pemanasan
dimaksudkan untuk menguapkan komponen-komponen yang lebih mudah
menguap (titik didih lebih rendah) dan kemudian uap yang diperoleh dikondensasi
kembali menjadi cair dan kemudian ditampung dalam suatu bejana penerima (Cook
dan Cullen, 1986).

Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan untuk


memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau
campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa
uap dan fasa cair. Semua komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap.
Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan (evaporasi) pada titik didihnya
(Geankoplis, 1983).

Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara


distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan terjadi
keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-komponennya cukup dapat
menguap. Suhu cairan yang medidih merupakan titik didih cairan tersebut pada
tekanan atmosfer yang digunakan (Geankoplis, 1983).

Distilasi umumnya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: pemanasan yang


dilakukan oleh reboiler untuk mengevaporasi komponen yang memiliki titik didih
rendah; pemisahan yang dilakukan oleh kolom distilasi untuk memisahkan antara
komponen dengan volatilitas tinggi dengan komponen lain yang memiliki
volatilitas rendah; serta kondensasi yang dilakukan oleh kondenser untuk
mencairkan komponen yang menguap.

6
Gambar 2.1 Peralatan pada proses distilasi

2.4.2 Teori Dasar Distilasi


Titik didih dapat didefiniskan sebagai nilai suhu pada tekanan atmosfer atau
ada tekanan tertentu lainnya, dimana cairan akan berubah menjadi uap atau suhu
dimana tekanan uap dari cairan tersebut sama dengan tekanan lingkungan. Jika
dilakukan proses penyulingan pada tekanan atmosfir maka tekanan uap tersebut
akan sama dengan tekanan air raksa dalam kolom setinggi 760 cmHg.
Berkurangnya tekanan pada lingkungan di atas cairan akan menurunkan titik didih.
Sebaliknya, peningkatan tekanan di atas permukaan cairan akan menaikkan titik
didih cairan tersebut (Guenther, 1987).

Perbedaan sifat campuran suatu fase dengan campuran dua fase dapat
dibedakan secara jelas jika suatu cairan menguap, terutama dalam keadaan
mendidih. Pada suhu tertentu molekul-molekul cairan tersebut memiliki energi
tertentu dan bergerak bebas secara tetap dan dengan kecepatan tertentu. Tetapi
setiap molekul dalam cairan hanya bergerak pada jarak pendek sebelum
dipengaruhi oleh molekul-molekul lain, sehingga arah geraknya berubah. Setiap
molekul pada lapisan permukaan yang bergerak ke arah atas akan meninggalkan
permukaan cairan dan akan menjadi molekul uap. Molekul-molekul uap tersebut
akan tetap berada dalam gerakan yang konstan, dan kecepatan molekul-molekul
dipengaruhi oleh suhu pada saat itu (Guenther, 1987).

7
Kondensasi atau proses pengembunan uap mejadi cairan, dan penguapan
suatu cairan menjadi uap melibatkan perubahan fase cairan dengan koefisien pindah
panas yang besar. Kondensasi terjadi apabila uap jenuh seperti steam bersentuhan
dengan padatan yang temperaturnya di bawah temperatur jenuh sehingga
membentuk cairan seperti air (Geankoplis, 1983).

2.4.3 Proses Distilasi


Menurut Brown (1984), dalam prakteknya ada berbagai macam proses
distilasi. Hal ini disebabkan oleh kondisi tertentu dimana proses pemisahan
komponen dalam suatu campuran dilakukan. Contoh kondisi tersebut yaitu
perbedaan titik didih antar komponen yang cukup besar atau kecil dan tingkat
kemurnian yang diinginkan dari produk yang dihasilkan.

2.4.4 Jenis-Jenis Distilasi


2.4.4.1 Jenis Distilasi Secara Umum
Secara umum distilasi dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

a. Distilasi Sederhana

Distilasi sederhana yaitu salah satu jenis distilasi yang


beroperasi pada tekanan atmosfer. Distilasi jenis ini biasa digunakan
pada saat perbedaan titik didih campuran yang ingin dipisahkan
cukup besar, sehingga proses pemisahannya mudah dikerjakan.
Ketika campuran dipanaskan, maka komponen yang titik didihnya
lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Sebagai contoh yaitu
campuran benzena dan toluena. Benzena pada tekanan 760 mmHg
memiliki titik didih sebesar 176.2ºC, sedangkan toluena pada
tekanan yang sama titik didihnya sebesar 231.1ºC. Proses
penyulingan juga temasuk dalam kelompok distilasi normal.

b. Distilasi Fraksionasi

Distilasi fraksionasi atau distilasi bertingkat adalah distilasi


yang dilakukan secara bertingkat yaitu produk dari distilasi pertama
disitilasikan kembali. Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi
sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi

8
pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada
setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk
proses pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya.
Distilasi fraksionasi biasa digunakan untuk memisahkan campuran
yang memiliki titik didih berdekatan dan bekerja pada tekanan
atmosfer atau tekanan rendah (vakum). Proses ini banyak digunakan
pada industri minyak mentah untuk memisahkan komponen-
komponen dalam minyak mentah.

c. Distilasi Uap

Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang


memiliki titik didih mencapai 200oC atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100oC
dalam tekanan atmosfer menggunakan uap atau air mendidih. Sifat
yang mendasar dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran
senyawa dibawah titik didih dari masing-masing senyawa
campurannya. Selain itu, distilasi uap dapat digunakan untuk
campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat
didistilasi dengan air. Distilasi uap biasa digunakan untuk
mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari
eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstrasi
minyak parfum dari tumbuhan.

d. Distilasi Vakum

Proses distilasi vakum yaitu suatu proses distilasi dengan


menggunakan tekanan rendah di bawah tekanan lingkungan
(vakum). Distilasi jenis vakum biasa digunakan untuk memisahkan
campuran dengan titik didih yang sangat tinggi dan senyawa yang
tidak stabil, dimana campuran tersebut akan terdekomposisi
sebelum atau mendekati titik didihnya karena pengaruh temperatur
yang tinggi. Dengan mengubah tekanan operasi menjadi vakum,
maka titik didih masing-masing komponen akan berubah menjadi
lebih rendah sehingga campuran tidak akan mengalami dekomposisi

9
karena temperatur yang tinggi. Sebagai pengaplikasian distilasi
vakum yaitu pemisahan residu (karbon rantai panjang) pada bidang
minyak bumi.

2.4.4.2 Jenis Distilasi Berdasarkan Jumlah Komponen


Berdasarkan komponennya, distilasi dibagi menjadi dua, yaitu
(Geankoplis, 2003):

a. Distilasi Dua Komponen (Binary)

Distilasi dua merupakan proses pemisahan larutan biner, yaitu


larutan yang mengandung dua komponen yang dapat melarutkan
dengan baik. Contoh dari distilasi dua komponen adalah proses
pemisahan benzena dan toluene yang dapat dilihat pada Gambar
2.2.

Benzena

Benzena + Toluena

Toluena

Gambar 2.2 Distilasi dua komponen (Benzena - Toluena)

 Persamaan Neraca Massa untuk Distilasi

Perhitungan neraca massa berfungsi untuk mengetahui fraksi


mol komponen di umpan, distilat, dan bottom. Selanjutnya hasil
perhitungan tersebut dapat digunakan untuk menentukan jumlah
stage teoritis menggunakan kurva McCabe-Thiele untuk distilasi
dua komponen.

Asumsi yang digunakan pada metode McCabe-Thiele adalah


terjadinya kesetimbangan pada menara distilasi antara umpan masuk
dengan top tray-nya dan antara umpan masuk dengan bottom tray-
nya. Dapat dilihat pada Gambar 2.3, fasa cair dan uap memasuki

10
tray, kemudian terjadi kesetimbangan, dan selanjutnya
meninggalkan tray.

n-1

Vn, yn Ln – 1, xn – 1

Vn + 1, yn + 1 Ln, xn

n+1

Gambar 2.3 Laju fasa uap dan cair ketika memasuki dan
meninggalkan tray

Neraca massa totalnya adalah sebagai berikut:

𝑉𝑛+1 + 𝐿𝑛−1 = 𝑉𝑛 + 𝐿𝑛

Neraca massa komponennya adalah sebagai berikut:

𝑉𝑛+1 𝑦𝑛+1 + 𝐿𝑛−1 𝑥𝑛+1 = 𝑉𝑛 𝑦𝑛 + 𝐿𝑛 𝑥𝑛

Keterangan:

Vn+1 = laju alir uap dari tray n+1

Ln-1 = laju alir cairan dari tray n-1

Vn = laju alir uap dari tray ke-n

Ln = laju alir cairan dari tray ke-n

yn+1 = fraksi mol cair suatu komponen di Vn+1

xn-1 = fraksi mol cair suatu komponen di Ln-1

yn = fraksi mol uap dari tray ke-n

xn = fraksi mol cair dari tray ke-n

Neraca massa overall di keseluruhan bagian kolom distilasi


dihitung dengan menggunakan persamaan (3):

F=D+W

11
Sedangkan, persamaan neraca massa komponennya dapat
dilihat pada persamaan (4):

𝑥𝑓 . 𝐹 = 𝑥𝐷 . 𝐷 + 𝑥𝑊 . 𝑊

Keterangan:

xF = fraksi mol umpan (mol)

xD = fraksi mol distilat (mol)

xW = fraksi mol bottom (mol)

F = laju alir mol umpan (kmol/jam)

D = laju alir mol distilat (kmol/jam)

W = laju alir mol bottom (kmol/jam)

 Menghitung Jumlah Stage Teoritis (N) Menggunakan Kurva


McCabe-Thiele

Salah satu metode yang sering digunakan dalam menghitung


jumlah stage ideal untuk distilasi dua komponen (binary distillation)
adalah dengan menggunakan metode McCabe-Thiele, disamping itu
terdapat metode lain, yaitu metode Ponchon Savarit. Bila
dibandingkan dengan metode Ponchon Savarit, maka metode
McCabe-Thiele lebih mudah digunakan karena dengan metode
McCabe-Thiele tidak memerlukan perhitungan Heat Balance
(neraca panas) untuk menentukan jumlah stage yang dibutuhkan.
Metode McCabe-Thiele ini mengasumsikan bahwa laju alir molar
baik liquid maupun vapour atau L/V konstan, atau dikenal juga
dengan istilah Constant Molar Overflow (CMO), namun pada
keadaan sebenarnya keadaan CMO tidaklah konstan. Dalam
perhitungan theoritical stage ada beberapa tahap yang harus
dilakukan, yaitu (Ariana, 2010):

12
1. Pembuatan kurva kesetimbangan uap cair (biasanya untuk
senyawa atau komponen yang lebih ringan).

2. Membuat garis operasi baik seksi rectifying (enriching)


maupun stripping.

3. Membuat garis umpan/ feed (q-line), q-line ini akan


menunjukkan kualitas dari umpan itu sendiri, berada dalam
keadaan uap jenuh, liquid jenuh, dan lain-lain.

4. Membuat atau menarik garis stage yang memotong kurva


kesetimbangan yang memotong kurva kesetimbangan xy,
garis operasi rectifying dan stripping yang diawali dari XD
dan berakhir pada XB.

Pada Gambar 2.4 merupakan contoh penentuan jumlah stage


teoritis pada distilasi dua komponen (benzene-toluene) dengan
menggunakan grafik McCabeThiele.

Gambar 2.4 Grafik McCabe-Thiele untuk menentukan jumlah


stage teoritis

13
 Menghitung Jumlah Stage Minimum (Nm) untuk Distilasi
Biner

Jumlah stage minimum merupakan suatu kondisi dimana kedua


garis operasinya (rectifying dan stripping) saling berimpitan dengan
garis y = x disebut dengan refluks total (total reflux), pada kondisi
ini akan memberikan jumlah stage minimum.

Pada saat rasio refluks menjadi tidak terhingga menghasilkan


jumlah minimum stage, atau garis operasi rectifying dan stripping
saling berimpitan pada garis y = x sehingga membentuk sudut 45o
kondisi ini disebut juga dengan refluks total. Pada kondisi ini, semua
kondensate dikembalikan ke dalam kolom sebagai refluks, tidak ada
produk yang diambil serta tidak ada umpan yang masuk. Pada saat
start up, kolom-kolom distilasi sering kali dijalankan pada keadaan
refluks total hingga mencapai keadaan steady. Untuk menentukan
berapa jumlah stage minimum dari suatu pemisahan adalah dengan
membuat stage yang dimulai dari fraksi mol distilat dan berakhir
pada fraksi mol produk bawah. Kedua garis operasi berimpit pada
garis y = x sehingga dihasilkan kurva seperti pada Gambar 2.5.

14
Gambar 2.5 Jumlah stage pada kondisi refluks total

Untuk menentukan jumlah stage minimum pada distilasi dua


komponen digunakan persamaan (5) berikut ini:

𝑥 ⁡. 1 − 𝑥
log⁡(1𝐷− 𝑥 ⁡. 𝑥𝑤 )
𝐷 𝑤
𝑁𝑚 =
𝑙𝑜𝑔𝑎𝑎𝑣

𝑎𝑎𝑣 = (𝑎𝐷 𝑎𝑊 )1/2

Keterangan:

Nm = jumlah stage minimum

xD = fraksi mol produk atas

xW = fraksi mol produk bawah

aav = relative volatility rata-rata

aD = relative volatility di produk atas

aW = relative volatility di produk bawah

15
 Reflux Ratio Minimum

Refluks memiliki peranan yang penting dalam seuah


pengoperasian kolom. Kurva hubungan antara rasio refluks dengan
jumlah stage (N) ditunjukan pada Gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6 Hubungan antara rasio refluks (R) dengan jumlah


stage (N)

Dapat dilihat pada seiring dengan naiknya nilai rasio refluks,


maka jumlah stage yang dibutuhkan akan semakin kecil, begitu juga
sebaliknya apabila nilai rasio refluks semakin kecil maka jumlah
stage yang dibutuhkan akan semakin banyak hingga pada akhirnya
jumlah stage akan menjadi tidak terhingga. Jumlah stage yang tidak
terhingga terjadi pada nilai rasio refluks minimum. Pada saat jumlah
stage tidak terhingga konsentrasi komponen pada liquid dan uap
tidak mengalami perubahan. Zona tidak terjadi perubahan ini disebut
juga dengan zona invariant, istilah lainnya adalah pinch point (titik
pencekik), seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut ini.

16
Gambar 2.7 Rasio refluks minimum dan jumlah stage yang
tidak terhingga dengan menggunakan metode McCabe-Thiele

Untuk menentukan reflux ratio minimum pada distilasi dua


komponen digunakan persamaan (7) berikut ini:

𝑅𝑚 𝑥𝐷 − 𝑦′
=
𝑅𝑚 + 1 𝑥𝐷 − 𝑥′

Keterangan:

Rm = rasio refluks minimum

xD = fraksi mol produk atas

y’ = fraksi mol uap pada pinch point

x’ = fraksi mol cair pada pinch point

Umumnya reflux ratio minimum dapat terjadi oleh kondisi :

1. Perpotongan antara garis umpan (q-line) dengan kurva


kesetimbangan uap-cair dan dapat juga terjadi pada ketika
garis operasi rectifying menyinggung garis kesetimbangan
uap-cair. Pada umumnya kondisi ini terjadi pada jenis kurva

17
kesetimbangan normal, q line mempunyai peranan penting
daripada kurva kesetimbangan.

2. Garis operasi rectifying menyinggung kurva kesetimbangan


uap-cair, titik singgung ditunjukkan oleh pinch point.
Umumnya terjadi pada jenis kurva kesetimbangan yang
tidak normal, kurva kesetimbangan mempunyai peranan
penting dari pada q line.

b. Distilasi Multi Komponen

Pada umumnya, di industri proses pemisahan menggunakan


distilasi melibatkan lebih dari dua komponen. Secara umum, desain
untuk menara distilasi multikomponen sama dengan distilasi dua
komponen (binary). Begitu pula dengan neraca massa, pada distilasi
multikomponen terdapat neraca massa untuk masing-masing
komponen di dalam campuran. (Geankoplis, 2003)

Pada distilasi dua komponen hanya digunakan satu menara


untuk memisahkan dua komponen A dan B menjadi komponen yang
lebih murni. Komponen A mempunyai sifat lebih volatile daripada
komponen B, sehingga pada hasil proses distilasi komponen A
sebagai produk atas dan komponen B sebagai produk bawah.
Berbeda dengan distilasi dua komponen, pada campuran
multikomponen yang terdiri dari n komponen, akan dibutuhkan n-1
fractionator untuk memisahkan komponen-komponen tersebut.
Sebagai contoh, untuk memisahkan komponen A, B, dan C. A dan
B merupakan komponen yang paling mudah menguap dengan
volatilitas berdekatan dan C merupakan komponen yang paling sulit
menguap. Untuk memisahkan ketiga komponen tersebut dibutuhkan
dua buah kolom seperti pada Gambar 2.8.

18
A, B A

Umpan
1 2
A, B, C

C B

Gambar 2.8 Pemisahan tiga komponen (A, B, dan C)

Umpan yang terdiri dari komponen A, B, dan C didistilasi di


kolom 1. Produk atas yang dihasilkan, yaitu komponen A dan B,
sedangkan produk bawahnya merupakan komponen C. Di bottom
masih dapat terkandung komponen A dan B dalam jumlah yang
sedikit (sering disebut trace component).

Pada kolom 2 terjadi pemisahan komponen A dan B. Distilat


yang dihasilkan, yaitu komponen A dengan sejumlah kecil
komponen B, sedangkan pada bottom dihasilkan komponen B yang
juga mengandung sedikit komponen A dan C.

Pada campuran multikomponen, dengan mengetahui komposisi


dari satu komponen tidak dapat langsung mengetahui komposisi dari
komponen lainnya. Selain itu, jika umpan mengandung lebih dari
dua komponen tidak dapat ditentukan komposisi produk atas dan
produk bawahnya secara langsung. Akan tetapi, hal tersebut dapat
diketahui dengan menentukan dua komponen kunci (key
components) (Sinnott, 2005).

 Key Component pada Distilasi Multikomponen

Proses pemisahan dari campuran multikomponen pada menara


distilasi hanya akan terjadi pada dua komponen saja. Misalnya,
untuk campuran A, B, C, D, dan seterusnya, proses pemisahan dalam
satu menara distilasi hanya dapat terjadi antara komponen A dan B,
atau B dan C, dan seterusnya. Misalnya, pada distilasi

19
multikomponen ini terjadi pemisahan antara komponen A dan B.
Komponen A merupakan light key component dan komponen B
merupakan heavy key component. Light key component merupakan
komponen yang lebih mudah menguap (LK) yang akan dihasilkan
pada distilat. Heavy key component merupakan komponen yang
lebih sulit untuk menguap (HK) dan akan dihasilkan pada bottom.
Komponen-komponen yang lebih mudah menguap dari light key
component disebut dengan light components yang akan terdapat
dalam jumlah yang sedikit pada bottom. Untuk komponen-
komponen yang lebih sulit menguap daripada heavy key
components akan terdapat pada distilat dalam jumlah yang sedikit
(Geankoplis, 2003).

2.4.5 Kesetimbangan Uap-Cair


Komposisi uap yang berada dalam kesetimbangan dengan suatu
cairan yang terdiri dari komponen-komponen dengan komposisi tertentu
ditentukan secara eksperimen. Data komposisi uap ditampilkan pada
diagram komposisi terhadap temperatur seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 2.9 (Henley, 1981).

Gambar 2.9 Kurva antara komposisi dan temperatur

Tampilan data kesetimbangan uap-cair yang normal diperlihatkan


oleh Gambar 2.9a, kurva ABC menunjukkan suatu cairan dengan berbagai
komposisi yang mendidih pada berbagai suhu dan kurva ADC menunjukkan
komposisi uapnya pada berbagai suhu yang bersangkutan.

20
Contoh, suatu cairan dengan komposisi x1 akan mendidih pada suhu
T1, dan komposisi uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan
tersebut adalah y1 (ditunjukkan oleh titik D).

Berdasarkan kurva-kurva dalam Gambar 2.9a, b, dan c dapat


disimpulkan bahwa untuk sembarang cairan dengan komposisi x 1 akan
menghasilkan uap dengan komposisi tertinggi dimiliki oleh komponen (zat)
yang lebih mudah menguap (volatile). Simbol-simbol x dan y menunjukkan
fraksi mol komponen yang lebih volatile di dalam cairan dan di dalam uap.

Pada Gambar 2.9b dan c terdapat suatu komposisi kritis (critical


composition) xg. Pada titik ini uap memiliki komposisi yang sama dengan
cairan, dengan demikian tidak ada perubahan yang terjadi pada proses
pendidihan. Campuran kritis itu disebut azeotrope.

Diagram-diagram yang disajikan pada Gambar 2.9 tersebut berlaku


untuk kondisi tekanan konstan. Perlu diingat bahwa komposisi uap yang
berada dalam kesetimbangan dengan cairan berubah dengan berubahnya
tekanan.

Untuk kegunaan proses distilasi, data kesetimbangan uap-cair lebih


bermanfaat jika disajikan dalam bentuk grafik x versus y pada tekanan
konstan, hal ini disebabkan kebanyakan operasi distilasi dalam industri
dilakukan pada tekanan konstan. Grafik yang dimaksud ditunjukkan oleh
Gambar 2.10. Perlu dicatat bahwa suhu bervariasi di sepanjang kurva.

Gambar 2.10 Kurva perbandingan antara fraksi mol cair dan fraksi
mol uap pada tekanan tetap

21
2.4.6 Data Kesetimbangan Pada Distilasi Multikomponen
Pada distilasi multikomponen, hukum Raoult dapat digunakan untuk
menentukan komposisi fasa uap dalam keadaan setimbang dengan fasa
liquidnya. Misalkan, untuk komponen A, B, C, dan D rumus untuk mencari
komposisi fasa uapnya adalah sebagai berikut (Geankoplis, 2003):

𝑝𝐴 = 𝑃𝐴 𝑥𝐴 𝑝𝐵 = 𝑃𝐵 𝑥𝐵 𝑝𝐶 = 𝑃𝐶 𝑥𝐶 𝑝𝐷 = 𝑃𝐷 𝑥𝐷
𝑝𝐴 𝑝𝐴 𝑝𝐴 𝑝𝐴 𝑝𝐴 𝑝𝐴 𝑝𝐴 𝑝𝐴
𝑦𝐴 = = 𝑥𝐴 𝑦𝐴 = = 𝑥𝐴 𝑦𝐴 = = 𝑥𝐴 𝑦𝐴 = = 𝑥𝐴
𝑃 𝑃 𝑃 𝑃 𝑃 𝑃 𝑃 𝑃

Untuk senyawa hidrokarbon, data kesetimbangannya dirumuskan


sebagai berikut:

𝑦𝐴 = 𝐾𝐴 𝑥𝐴 𝑦𝐵 = 𝐾𝐵 𝑥𝐵 𝑦𝐶 = 𝐾𝐶 𝑥𝐶 𝑦𝐷 = 𝐾𝐷 𝑥𝐷

KA merupakan konstanta kesetimbangan fasa uap - cair atau


koefisien distribusi untuk komponen A. Nilai K untuk senyawa hidrokarbon
ringan (metana sampai dekana) sudah ditentukan secara semi-empiris dan
masing-masing nilai K merupakan fungsi dari suhu dan tekanan.

Pada penentuan nilai relative volatility (ai) untuk masing-masing


komponen pada campuran multikomponen digunakan cara yang sama
seperti pada distilasi dua komponen, maka:

𝐾 𝐾𝐴 𝐾𝐵 𝐾 𝐾𝐷
𝑎𝑖 = 𝐾 𝑖 𝑎𝑖 = 𝑎𝑖 = 𝑎𝑖 = 𝐾𝐶 𝑎𝑖 =
𝐶 𝐾𝐶 𝐾𝐶 𝐶 𝐾𝐶

Relative volatility (ai) ini adalah ukuran kemudahan terpisahkan


lewat eksploitasi perbedaan volatillitas. Menurut konsensus, relative
volatility ditulis sebagai perbandingan nilai K dari komponen lebih mudah
menguap (MVC = more-volatile component) terhadap nilai K komponen
yang lebih sulit menguap. Oleh karena itu, jika harga ai mendekati satu atau
bahkan satu, maka kedua komponen sangat sulit bahkan tidak mungkin
dipisahkan melalui operasi distilasi.

22
2.4.7 Bubble Point dan Dew Point
Pada suatu tekanan tertentu, nilai bubble point dari campuran
senyawa multikomponen harus memenuhi persamaan ∑yi = 1. Untuk
campuran A, B, C, dan D dengan C sebagai light key component, maka:

∑𝑦𝑖 = ∑𝐾𝑖 ⁡𝑥𝑖 = 1

Perhitungan dilakukan dengan cara trial and error. Pertama,


dilakukan pengasumsian suhu sehingga diperoleh nilai Ki. Selanjutnya,
dapat dihitung nilai ∑Ki xi, jika nilainya lebih atau kurang dari 1 maka
dilakukan asumsi suhu yang berbeda. Nilai suhu yang dapat memenuhi
persamaan ∑Ki xi = 1 merupakan bubble point.

Untuk perhitungan nilai dew point juga digunakan cara trial and
error suhu hingga memenuhi persamaan sebagai berikut:

𝑦𝑖
∑𝑥𝑖 = ∑ =1
𝐾𝑖

2.4.8 Jumlah Stage Minimum (Nm)


Jumlah stage minimum (Nm) untuk distilasi multikomponen dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan Fenske. Akan tetapi, hanya dua
komponen saja yang digunakan, yaitu heavy key (HK) dan light key (LK).
Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

𝑦𝑖
∑𝑥𝑖 = ∑ =1
𝐾𝑖

∑𝑦𝑖 = ∑𝐾𝑖 ⁡𝑥𝑖 = 1

Keterangan:

xLD = fraksi mol light key di produk atas

xLW = fraksi mol light key di produk bawah

𝛼L, av = relative volatility rata-rata dari light key

𝛼LD = relative volatility light key pada suhu top (dew point)

𝛼LW = relative volatility light key pada suhu bottom (bubble point)

23
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Pengumpulan Data dan Informasi


Informasi dan data-data didapatkan dari hasil penelitian atau percobaan
yang berkaitan dengan distilasi methanol sehingga menjadi acuan dalam pembuatan
alat ini. Informasi tersebut diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan ilmiah, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak
maupun elektronik.

3.2. Eksperimen Skala Laboratorium


Untuk memperkuat hipotesis mengenai desain alat dari proses pemurnian
kembali limbah methanol dengan metode distilasi, maka dilakukan eksperimen
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengambilan limbah metanol hasil analisis CO2 content dari Laboratorium PT


Badak NGL.
2. Analisis kandungan amine (amine strength) yang terdapat pada limbah.
3. Pemilihan perlengkapan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan
distilasi skala laboratorium.
4. Penyusunan alat distilasi skala laboratorium.
5. Memasukkan limbah kedalam labu alas bulat.
6. Limbah dipanaskan menggunakan heat mantle hingga temperatur mencapai
68-72oC.
7. Uap metanol didinginkan di kondenser menggunakan air dingin sebagai media
pendinginnya.
8. Pastikan terdapat tetesan cairan metanol yang telah terkondensasi menuju
Erlenmeyer penampung distilat.
9. Ulangi proses distilasi menggunakan temperatur yang berbeda-beda.
10. Analisis temperatur optimal agar didapatkan produk metanol dengan cepat dan
murni.
11. Analisis kandungan (fisika dan kimia) metanol hasil distilasi.
12. Pengujian metanol hasil distilasi pada analisis CO2 content pada amine.

24
3.3. Hasil Uji Laboratoium
Menganalisis temperatur paling optimal agar didapatkan produk akhir
dengan cepat dan murni. Selain itu juga menganalisis kandungan dari metanol hasil
distilasi.

3.4. Teknis Perancangan Alat


Langkah-langkah rancang bangun unit pengolahan limbah methanol dengan
metode distilasi adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan referensi.
2. Pemilihan jenis ditilasi.
3. Desain masing-masing alat untuk setiap prosesnya.
4. Pemilihan dan pengadaan material.
5. Pembuatan komponen masing-masing alat setiap prosesnya.
6. Perakitan unit pengolahan limbah methanol dengan metode distilasi.
7. Pengujian alat.
8. Perbaikan dan penyempurnaan alat.

3.5. Analisis
Analisis kandungan metanol hasil distilasi, serta menentukan temperatur
paling optimal agar didapatkan produk akhir dengan cepat dan murni.

3.6. Sub-Judul Individual


a. Konsentrasi Pengolahan Gas
Optimalisasi Regenerasi Metanol berdasarkan Kinerja Menara Distilasi
berbasis Kondisi Operasi pada Unit Pengolahan Limbah Metanol Hasil
Analisis CO2 Content.
b. Konsentrasi Listrik dan Instrumentasi
Automatic Control System Proses Service Pada Unit Pengolahan Limbah
Methanol Hasil Analisis CO2 Content.
c. Konsentrasi Mekanikal dan Rotating
Perancangan Konstruksi Unit Distilasi untuk Optimalisasi Regenerasi Metanol
berdasarkan Kinerja Menara Distilasi berbasis Kondisi Operasi pada Unit
Pengolahan Limbah Metanol Hasil Analisis CO2 Content.

25
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN

4.1. Estimasi Biaya


No Uraian Qty Satuan Harga Jumlah
1 Pipe SS 6" 1 Buah IDR 660.000,00 IDR 660.000,00
2 Tube SS 0,7" 150 Sentimeter IDR 5.200,00 IDR 780.000,00
3 Ball Valve SS 3 Buah IDR 270.000,00 IDR 810.000,00
4 Pipe SS 4" 1 Buah IDR 320.000,00 IDR 320.000,00
5 Selang Air 10 Meter IDR 11.000,00 IDR 110.000,00
6 Botol Reagen 1 liter 1 Buah IDR 175.000,00 IDR 175.000,00
7 Box Air 45 liter 1 Buah IDR 180.000,00 IDR 180.000,00
8 Ice Gel Pack 20 Buah IDR 25.000,00 IDR 500.000,00
9 Analisis Metanol 1 - IDR 500.000,00 IDR 500.000,00
10 Plat Besi 1 Lembar IDR 560.000,00 IDR 560.000,00
11 Roda 1 Set IDR 285.000,00 IDR 285.000,00
12 Arduino Mega2526 R3 2 Buah IDR 700.000,00 IDR 1.400.000,00
13 LCD 3.2 Inch Touch Screen TFT RGB ILI9341 1 Buah IDR 200.000,00 IDR 200.000,00
14 Arduino Mega TFT LCD Shield Adapter V.2.2 1 Buah IDR 80.000,00 IDR 80.000,00
15 MAX6675 Module plus K-Type Thermocouple 2 Buah IDR 70.000,00 IDR 140.000,00
16 Mini Level Switch SS High Temp 1 Buah IDR 800.000,00 IDR 800.000,00
17 Case Acrylic Pelindung Arduino Mega 2 Buah IDR 60.000,00 IDR 120.000,00
18 Element Heater Horizontal 1 Buah IDR 1.000.000,00 IDR 1.000.000,00

26
19 Momentary Tactile Switch Push Button with Cap Hat 8 Buah IDR 2.000,00 IDR 16.000,00
20 Rotary Encoder Push Button Switch 2 Buah IDR 50.000,00 IDR 100.000,00
21 Peltier Thermoelektrik Elemen 12V 4 Buah IDR 30.000,00 IDR 120.000,00
22 Heat Shink 1 Buah IDR 100.000,00 IDR 100.000,00
23 Dimmer PWM Module Arduino 2 Buah IDR 80.000,00 IDR 160.000,00
24 Relay Module 5V 4 Buah IDR 10.000,00 IDR 40.000,00
25 Kabel Jumper 20 cm male to male 80 Buah IDR 500,00 IDR 40.000,00
26 Kabel Jumpur 22AWG 20 Meter IDR 2.500,00 IDR 50.000,00
27 Power Supply 5V-12V-24V 1 Buah IDR 200.000,00 IDR 200.000,00
28 Beardboard 2 Buah IDR 20.000,00 IDR 40.000,00
29 Dana Tak Terduga - - IDR 948.600,00 IDR 948.600,00
TOTAL IDR 10.434.600,00

27
4.2. Jadwal Pelaksanaan
Waktu
2019 2020
No Kegiatan
November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
2 Membuat Proposal
3 Desain dan Perhitungan Alat
4 Pengadaan Material
5 Fabrikasi Alat
6 Uji Coba Alat
7 Troubleshooting dan Analisa Produk
8 Pembuatan Laporan Tugas Akhir
9 Sidang Tugas Akhir

28
BIODATA MAHASISWA

1. Nama : Ni’am Sukron Ramadhan


NIM : 6517010101
Jurusan : Pengolahan Gas
Tempat, tgl lahir : Magelang, 24 Desember 1998
Alamat : PC 6C nomor 114C Perum. PT Badak NGL, Bontang
E-mail : ramadhanniam456@gmail.com

2. Nama : Rizky Wahyudi


NIM : 6517010123
Jurusan : Listrik dan Instrumentasi
Tempat, tgl lahir : Cilacap, 22 Agustus 1999
Alamat : PC 6C 115B Perum. PT Badak NGL, Bontang
E-mail : rizkywahyudi@aol.com

3. Nama : Salsadila Puspitaningsih


NIM : 6517010145
Jurusan : Mekanikal dan Rotating
Tempat, tgl lahir : Magelang, 1 Juni 1999
Alamat : PC 6C 136C Perum. PT Badak LNG, Bontang
E-mail : salsadilaa@gmail.com

29
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lestari, Puspita F. dkk, Makalah Methanol, Semarang: Universitas
Diponegoro, 2011.
[2] Cook, T.M dan D.J. Cullen, Industri Kimia Operasi Aspek-Aspek Keamanan
dan Kesehatan, Jakarta: Terjemahan, PT. Gramedia, 1986.
[3] Geankoplis, C.J., Transport Process and Unit Uperation, 2nd ed., Boston:
Allynd Bacon, Inc., 1983.
[4] Guenther, E., Minyak Atsiri, Jilid I, Jakarta: Terjemahan, S. Keteren. UI –
Press, 1987.
[5] Geankoplis, C.J., Transport Processes and Unit Operations, 4th ed., Tokyo:
Prentice – Hall International, 2003.
[6] Sinnot, Ray, Chemical Engineering Design, 4th ed, British: Butterworth-
Heinemann, 2015.
[7] Henley, E. and Kumamoto, H., Reliability Engineering and Risk Assessment,
Upper Saddle River: Prentice Hall. 1981.
[8] Christyananta, Evaluasi Kinerja Ethylene Fractionator Unit Cold Section di
Ethylene Plant PT Chandra Asri Pertrochemical Tbk., Bandung: Politeknik
Negeri Bandung, 2012.
[9] https://en.wikipedia.org/wiki/Methanol, Diakses pada 30 November 2019.
[10] http://www.separationprocesses.com/Distillation/DT_Chp04f.htm, Diakses
pada 4 Desember 2019.

30

Anda mungkin juga menyukai