Pencatatan Dan Penyimpanan
Pencatatan Dan Penyimpanan
ARSIP NIKAH
I. Pendahuluan
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal satu (1) disebutkan bahwa
Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
4. Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 1 Tahun 1995, tentang Kutipan Akta Nikah.
5. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, tentang pelaksanaan UU. No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan.
II. Perumusan Masalah
Adapun Perumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, antara lain:
III. Pembahasan Masalah
1. Pendaftaran nikah
Setelah berkas Nikah dari kelurahan atau desa yang terdiri atas: N 7,
N 1, N 2, N, 3, N 4 dan data-data pendukung lainnya telah lengkap, kemudian
didaftarkan pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan melalui Pembantu
Penghulu (PP) pada masing-masing kelurahan atau desa, maka petugas
menerima pendaftran Kehendak Nikah tersebut dan mencatat pada buku
pendaftran nikah.
Buku kutipan Akta Nikah terdiri dari dua helai, satu berwarna coklat
untuk suami, sedangkan satuinya berwarna hijau untuk istri.
B. Tata Cara Penyimpanan Arsip Nikah
2. Untuk model N, Dimasukkan ke dalam file box sesuai dengan urut tahun
pelaksanaan nikah.
3. Tanda terima kutipan Akta Nikah (Cibir), Dijilid dengan cara berurutan menurut
bulan pelaksanaan atau dimasukkan dalam Daftar pemeriksaan nikah (Model
NB )
4. Semua berkas tersebut di atas di simpan pada tempat yang memadai dalam
arti aman, rapi dan mudah di ambil ketika dibutuhkan, dengan mengacu pada
kaidah kaidah penyimpanan arsip.
IV. Rekomendasi
1. Bahwa dalam rangka untuk memperoleh kepastian hukum tentang proses nikah,
maka setiap peristiwa nikah harus dilakukan pencatatan pada institusi yang
berwenang.
V. Penutup