Anda di halaman 1dari 12

KONSEP K3 DALAM KEPERAWATAN

PENGERTIAN, TUJUAN, MANFAAT, ETIKA DAN RUANG LINGKUP

OLEH KELOMPOK:

CHRISTIANA ANGEL BOJOH

KEZYA RUMENGAN

ROSDIYANA UMANAHU

PRODI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MANADO

2020
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan
baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan
pekerja yang kurang memadai.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan untuk mencegah
terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan melalui suatu sistem
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI, 2006).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan kerja perawat untuk mendorong dirinya sendiri
sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan peningkatan prosuktifitas kerja melalui
upaya kesehatan kerja

2. Tujuan khusus
a) terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
b) meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
c) menurunnya kejadian tak diharapkan(KTD)
d) terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD
dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini.
Dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini, setiap rumah sakit
wajib melaksanakan sistem keselamatan pasien melalui upaya- upaya sebagai
berikut:
1) Akselerasi program infeksion control prevention (ICP)
2) Penerapan standar keselamatan pasien dan pelaksanaan 7 langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Dan di evaluasi melalui akreditasi rumah
sakit.
3) Peningkatan keselamatan penggunaan darah (blood safety).
4) Dievaluasi melalui akreditasi rumah sakit.
5) Peningkatan keselamatan pasien di kamar operasi cegah terjadinya wrong
person, wrong site, wrong prosedure (Draft SPM RS:100% tidak terjadi
kesalahan orang, tempat, dan prosedur di kamar operasi)
6) Peningkatan keselamatan pasien dari kesalahan obat.
7) Pelaksanaan pelaporan insiden di rumah sakit dan ke komite keselamatan
rumah sakit.
C. Manfaat
1. Adanya kecenderungan “Green Product” produk yang aman di bidang industri lain
seperti halnya menjadi persyaratan dalam berbagai proses transaksi, sehingga suatu
produk menjadi semakin laris dan dicari masyarakat.
2. Rumah Sakit yang menerapkan keselamatan pasien akan lebih mendominasi pasar jasa
bagi Perusahaan-perusahaan dan Asuransi-asuransi dan menggunakan Rumah Sakit
tersebut sebagai provider kesehatan karyawan/klien mereka, dan kemudian di ikuti oleh
masyarakat untuk mencari Rumah Sakit yang aman.
3. Kegiatan Rumah Sakit akan lebih memukuskan diri dalam kawasan keselamatan pasien.
D. Etika

E. Etika Ahli Kesehatan


Kerja merupakan
seperangkat perilaku
anggota
F. profesi Ahli Kesehatan
Kerja dalam hubungannya
dengan klien/ pasien,
G. teman sejawat dan
masyarakat pekerja serta
merupakan bagian dari
H. keseluruhan proses
kesehatan kerja ditinjau dari
segi norma dan nilai moral.
I. Masalah-masalah
kecelakaan, penyakit
akibat kerja, keluhan-
keluhan
J. tenaga kerja, kehilangan
waktu bekerja, banyaknya
angka absensi,
K. menurunnya angka
produktifitas tenaga kerja,
dan sebagainya,
memerlukan
L. perhatian penuh pihak
profesi Ahli Kesehatan
Kerja, hukum, agama dan
M. masyarakat luas.
N. Sebagai pemberi
pelayanan yang
berhubungan dengan
bidang kesehatan
O. dan keselamatan kerja
maka mudah dipahami
bahwa seseorang Ahli
P. Kesehatan Kerja
memerlukan etika tenaga
kesehatan karena harus
bekerja
Q. sama dengan bidang-
bidang lain yaitu
misalnya dokter, ahli
higiene
R. Etika Ahli Kesehatan
Kerja merupakan
seperangkat perilaku
anggota
S. profesi Ahli Kesehatan
Kerja dalam hubungannya
dengan klien/ pasien,
T. teman sejawat dan
masyarakat pekerja serta
merupakan bagian dari
U. keseluruhan proses
kesehatan kerja ditinjau dari
segi norma dan nilai moral.
V. Masalah-masalah
kecelakaan, penyakit
akibat kerja, keluhan-
keluhan
W. tenaga kerja, kehilangan
waktu bekerja, banyaknya
angka absensi,
X. menurunnya angka
produktifitas tenaga kerja,
dan sebagainya,
memerlukan
Y. perhatian penuh pihak
profesi Ahli Kesehatan
Kerja, hukum, agama dan
Z. masyarakat luas.
AA. Sebagai pemberi
pelayanan yang
berhubungan dengan
bidang kesehatan
BB. dan keselamatan
kerja maka mudah
dipahami bahwa seseorang
Ahli
CC. Kesehatan Kerja
memerlukan etika tenaga
kesehatan karena harus
bekerja
DD. sama dengan bidang-
bidang lain yaitu
misalnya dokter, ahli
higiene
1. Otonomi (Autonomi)
2. Beneficience (Berbuat Baik)
3. Justice (Keadilan)
4. Non-Malaficience (Tidak merugikan)
5. Veracity (kejujuran)
6. Fidelity (Menepati janji)
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
8. Accountability (Akuntabilitas)

E. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup upaya kesehatan kerja
Ruang lingkup upaya kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerja dan lingkungan kerjanya balik secara fisik maupun psikis dalam cara/
metode kerja.
a. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
 Sarana dan prasarana
 Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja dan paramedic perusahaan)
 Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja).

b. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.


 Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
 Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
 Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat resiko
yang diterima).
 Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun)
c. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).
d. Pelaksanaan Gizi Kerja.
 Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari 200
tenaga kerja wajib menyediakan kantin Perusahaan).
 Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.
 Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.
 Pengelola dan Petugas Katering.
e. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.
 Prinsip Ergonomi:
 Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
 Efisiensi Kerja.
 Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
 Faktor Manusia dalam Ergonomi.
f. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dan Penyakit Akibat Kerja)
DAFTAR PUSTAKA

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/5c73d18b3282a47bf1561050272e912b.pdf

https://www.scribd.com/document/392582995/Keselamatan-Pasien-Dan-Keselamatan-
Kesehatan-Kerja-Dalam-Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai