Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Syahdila Syukarbi

Kelas : 2A Keperawatan

Materi : Gizi dan Diet

Pertemuan I :

I. Sejarah Perkembangan Gizi dan Diet

Perkembangan Ilmu Gizi. Titik tolak perkembangan ilmu gizi dimulai pada
masa manusia purba dan pada abad pertengahan sampai pada masa munculnya ilmu
pengetahuan pada abad ke-19 dan ke-20. Pada masa manusia purba ilmu gizi
dinyatakan sebagai suatu evolusi. Disini para peneliti menggambarkan manusia
sebagai pemburu makanan dan dikenal sebagai Todhunter, perkembangan ilmu gizi
sebagai suatu evolusi.
Bagi manusia purba, fungsi utama dan mungkin fungsi satu-satunya dari
makanan adalah untuk mempertahankan hidup. Untuk itu aktifitas utama dari
manusia purba adalah mencari makanan dengan berburu. Fungsi utama makanan
untuk mempertahankan hidup, meskipun bukan fungsi satu-satunya. Makanan untuk
mempertahankan hidup ini juga masih sering atau berlaku bagi sebagian penduduk
modern sekarang.
Di abad-abad sebelum masehi filosof Junani bernama Hippocrates (460-377
SM), yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran, dalam salah satu tulisannya
berspekulasi tentang peran makanan dalam “pemeliharaan kesehatan dan
penyembuhan penyakit” yang menjadi dasar perkembangan ilmu dietetika yang
belakangan dikenal dengan “Terapi Diit’
Memasuki abad ke-16 berkembang doktrin bukan saja pemeliharaan
kesehatan yang dapat dicapai dengan pengaturan makanan tetapi kemudian
berkembang juga tentang hubungan antara makanan dan panjang umur.
Misalnya Cornaro, yang hidup lebih dari 100 tahun (1366-1464) dan Francis Bacon
(1561-1626) berpendapat bahwa “makan yang diatur dengan baik dapat
memperpanjang umur”. Memasuki abad ke-17 dan ke-18, tercatat berbagai
penemuan tentang sesuatu yang dimakan (makanan) yang berhubungan dengan
kesehatan semakin banyak dan jelas, baik yang bersifat kebetulan maupun yang
dirancang yang kemudian mendorong berbagai ahli kesehatan waktu itu untuk
melakukan berbagai percobaan.
Pada Abad ke-18 berbagai penemuan ilmiah dimulai, termasuk ilmu-ilmu yang
mendasari ilmu gizi. Satu diantaranya yang terpenting adalah penemuan adanya
hubungan antara proses pernapasan yaitu proses masuknya O2 ke dalam tubuh
dan keluarnya CO2, dengan proses pengolahan makanan dalam
tubuh oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794).
Lavoisier bersama seorang ahli fisika Laplace merintis untuk pertama kalinya
penelitian kuantitatif mengenai pernapasan dengan percobaan binatang (kelinci). Oleh
karena itu Lavoisier selain sebagai Bapak Ilmu Kimia, dikalangan ilmuwan gizi
dikenal juga sebagai Bapak Ilmu Gizi Dunia.

II. Masalah Gizi di Indonesia

Masalah gizi di Indonesia yang sudah terkendali

1. Kurang vitamin A (KVA)


2. GAKI
3. Anemia

Masalah gizi di Indonesia yang belum terselesaikan

1. Gizi kurang

Tubuh kurus akibat gizi kurang sering kali dinilai lebih baik daripada tubuh gemuk
akibat gizi lebih, padahal kenyataannya tidak. Sama seperti obesitas, anak maupun
remaja dengan gizi kurang memiliki risiko pada kesehatannya. Nah, Anda bisa
mengukur kategori status gizi Anda melalui kalkulator BMI ini.

Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) umumnya akan mengalami
kehidupan masa depan yang kurang baik. Pasalnya, kebutuhan zat gizi yang tidak
terpenuhi dalam masa pertumbuhan balita akan meningkatkan kerentanannya
terhadap penyakit infeksi pada awal-awal kehidupannya dan berlangsung hingga ia
dewasa. Beberapa risiko gizi kurang di antaranya sebagai berikut:

a. Malnutrisi, defisiensi vitamin, atau anemia

b. Osteoporosis

c. Penurunan fungsi kekebalan tubuh

d. Masalah kesuburan yang disebabkan oleh siklus menstruasi yang tidak teratur

e. Masalah pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada anak dan remaja

2. Stunting

Stunting merupakan kondisi malnutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama, umumnya karena pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru
terlihat saat anak berusia dua tahun. Gejala-gejala stunting di antaranya:

a. Postur anak lebih pendek dari anak seusianya

b. Proporsi tubuh cenderung normal, tetapi anak tampak lebih muda atau kecil
untuk usianya

c. Berat badan rendah untuk anak seusianya

d. Pertumbuhan tulang tertunda


Pada tahun 2013, sebanyak 37,2 persen balita di Indonesia mengalami stunting.
Kondisi ini seringkali dianggap normal karena alasan keturunan.
Padahal, stunting dapat memengaruhi perkembangan otak, mengurangi produktivitas
seseorang di usia muda, dan meningkatkan risiko pengembangan penyakit tidak
menular di usia lanjut. Stunting juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko
diabetes, hipertensi, obesitas, dan kematian akibat infeksi.

Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah mulai dari awal kehamilan hingga dua
tahun pertama kehidupan anak. Oleh karena itu, kebutuhan gizi ibu hamil harus
terpenuhi untuk mengoptimalkan perkembangan janin. Selain itu, pemberian ASI
eksklusif dan gizi seimbang pada balita perlu menjadi perhatian khusus agar anak
tidak tumbuh pendek atau stunting.

III. Definisi Gizi dan Diet

1. Pengertian Gizi

Gizi adalah persediaan bahan-bahan atau makanan yang dibutuhkan


organisme maupun sel-sel untuk bertahan hidup. Sementara dalam bidang
ilmu pengetahuan dan medis, gizi dapat merujuk pada ilmu atau praktik
konsumsi serta penggunaan makanan.

Tak hanya tentang metabolisme, gizi pun berbicara mengenai bagaimana


penyakit yang dapat dicegah atau diminimalkan dengan makanan yang sehat.
Dengan demikian, pengertian gizi juga berfokus pada bagaimana cara kita
mengenali proses munculnya penyakit yang disebabkan oleh faktor bahan
pangan. Mulai dari pola makan yang buruk, intoleransi terhadap makanan,
hingga alergi makanan.
2. Pengertian Diet

Diet merupakan pola makan dengan mengonsumsi makanan yang cara dan
sumber makanannya diatur. Gunanya adalah untuk menjaga kesehatan tubuh
secara keseluruhan. Selain itu, diet juga bertujuan untuk mencapai atau menjaga
berat badan yang terkontrol. Meski begitu, tidak semua diet dilakukan untuk
menurunkan berat badan, beberapa orang melakukan diet atas dasar anjuran
dokter karena mengidap penyakit tertentu yang memaksanya untuk mengatur
segala nutrisi yang akan masuk ke tubuhnya.

IV. Zat Gizi


Zat gizi merupakan unsur yang terkandung dalam makanan yang memberikan
manfaat bagi kesehatan manusia.Masing-masing bahan makanan yang dikonsumsi
memiliki kandungan gizi yang berbeda. Zat gizi yang terkandung dalam makanan
tersebut berbeda-beda antara makanan yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan
tersebut dapat berupa jenis zat gizi yang terkandung dalam makanan, maupun
jumlah dari masing-masing zat gizi.
Satu janis zat gizi tertentu kemungkinan terkadung/ terdapat pada jenis bahan
pangan, namun bisa dimungkinkan zat gizi tersebut tidak terdapat pada bahan
pangan yang lain. Untuk satu jenis zat gizi tertentu, mungkin saja banyak
terkandung pada satu jenis makanan, namun bisa saja tidak terdapat sama sekali
pada makanan yang lainnya.
Kelompok Zat Gizi
Zat gizi dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, yaitu berdasarkan fungsi,
berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tubuh dan berdasarkan sumbernya:
1. Berdasarkan fungsi
Setiap zat gizi memiliki fungsi yang spesifik. Masing-masing zat gizi tidak
dapat berdiri sendiri dalam membangun tubuh dan menjalankan proses
metabolisme. Namun zat gizi tersebut memiliki berbagai fungsi yang berbeda.
Zat gizi sebagai sumber energy
Sebagai sumber energi zat gizi bermanfaat untuk menggerakkan tubuh dan
proses metabolisme di dalam tubuh. Zat gizi yang tergolong kepada zat yang
berfungsi memberikan energi adalah karbohidrat , lemak dan protein. Bahan
pangan yang berfungsi sebagai sumber energi antara lain : nasi, jagung, talas
merupakan sumber karbohidrat; margarine dan mentega merupakan sumber lemak;
ikan, daging, telur dan sebagainya merupakan sumber protein.
Ketiga zat gizi ini memberikan sumbangan energi bagi tubuh. Zat-zat gizi tersebut
merupakan penghasil energi yang dapat dimanfaatkan untuk gerak dan aktifitas
fisik serta aktifitas metabolisme di dalam tubuh. Namun penyumbang energi
terbesar dari ketiga unsur zat gizi tersebut adalah lemak.
Zat gizi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh
Zat gizi ini memiliki fungsi sebgai pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh
manusia. Jika kekurangan mengkonsumsi zat gizi ini maka pertumbuhan dan
perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu zat gizi ini juga berfungsi untuk
menggantikan sel-sel tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein, lemak, mineral dan
vitamin. Namun zat gizi yang memiliki sumber dominan dalam proses
pertumbuhan adalah protein.
Zat gizi sebagai pengatur/ regulasi proses di dalam tubuh
Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi
keseimbangan. Untuk itu diperlukan sejumlah zat gizi untuk mengatur
berlangsungnya metabolisme di dalam tubuh. Tubuh perlu keseimbangan, untuk
itu proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh perlu di atur dengan baik.
Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur proses metabolisme di dalam tubuh adalah
mineral, vitamin air dan protein. Namun yang memiliki fungsi utama sebagia zat
pengatur adalah mineral dan vitamin.
2. Berdasarkan jumlah
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh zat gizi terbagai atas dua,
yaitu:
a. Zat gizi makro
Zat gizi Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan
satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah
karbohidrat, lemak dan protein.
b. Zat gizi mikro
Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil
atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat
gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan
mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin.
3. Berdasarkan Sumber
Zat gizi dapat dikelompokkan berdasarkan sumbernya. Ber- dasarkan
sumbernya zat gizi terbagi dua, yaitu nabati dan hewani

Anda mungkin juga menyukai