Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


A. Definisi
Isolasi juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat di dorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negatif atau mengancam (Nanda-I, 2011 ).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,
2012).
B. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep (2009), tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial
sebagai berikut:
a. Gejala subyektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2) Klien merasa tidak aan berada dengan orang lain.
3) Respon verbal kurang dan sangat singkat.
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
5) Klien merasa tidak berguna
6) Klien merasa ditolak.
b. Gejala obyektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
2) Banyak berdiam diri dikamar.
3) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat.
4) Klie tampak sedih, ekpresi datar dan dangkal.
5) Kontak mata kurang.
6) Apatis.
7) Rendah diri.
8) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
9) Kurang spontan
10) Ekspresi wajah kurang berseri.
( Damaiyanti dan Iskandar, 2012 & Kusnadi Jaya, 2015 )
a. Data Objektif
1) Klien Kurang spontan
2) Klien Apatis
3) Ekspresi wajah klien kurang berseri (ekspresi bersedih), afek tumpul
4) Klien tidak merawat dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5) Komunikasi verbal klien menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-
cakap, kontak mata tidak ada bahkan selalu menunduk
b. Data Subjektif
1) Klien ingin menyendiri, pasien tampak memisahkan diri dari orang lain
2) Harga diri klien rendah
3) Klien menolak hubungan dengan orang lain
4) Posisi klien seperti janin saat tidur
5) Klien Cemas
6) Klien sulit dalam mengambil keputusan
C. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri


Otonomi Depedensi Manipulasi
Bekerjasama Curiga Impulsive
Interdependen Narkisisme
a. Menyendiri /solitude, respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran , perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama/ mutualisme, kemampuan individu yang saling membutuhkan
satu sama lain untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling ketergantungan, saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Merasa sendiri/ kesepian, merupakan keadaan individu yang merasa sendiri
dan terasingkan dari lingkungnnya.
f. Dependen/ketergantungan, hubungan terpusat pada masalah pengendalian
orang lain, dan individu cenderung berorientasi, pada diri sendiri atau
tujuan , bukan pada oranglain.
g. Curiga, individu gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain
h. Menarik diri/ isolasi sosial, individuyang mengalami kesulitan dalam
membinan hubungan secara terbuka dengan orang lain.
i. Manipulasi, individu tidak mampu membina hubungan secara mendalam.
j. Impulsive, individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian buruk.
k. Narkisisme, pada individu narkisisme mempunyai harga diri yang rapuh,
secara terus menrus menginginkan pujian, sikap egosentrik, pencemburu,
marah jika orang lain tidak mendukung.

( Damaiyanti dan Iskandar, 2012 &Yosep dan Sutini, 2016 )

D. Faktor Predisposisi
a. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada
kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah
58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada
struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
a. Faktor Psikologis
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, kehangatan dari ibu akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya diri. Rasa tidak percaya tersebut dapat membentuk perilaku curiga
pada orang lainMaupun lingkungan.
b. Faktor sosial budaya
Mengasingkan diri dari lingkungan menjadi faktor pendukung
terjadinya gangguan hubungan dapat juga disebabkan oleh norma-norma
budaya yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif
yang diasingkan dari lingkungansosial.
( Damaiyanti dan Iskandar, 2012 &Yosep dan Sutini, 2016 )
E. Faktor Presipitasi
Menurut Direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial, meliputi :
1. Stressor sosial budaya
Sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang
yang di cintai, kehilangan pasangan disusia tua, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat dirumah sakit atau di penjara, semua dapat menimbulkan
isolasi sosial.
2. Stressor biokimia
a. Tori dopamine, kelebihan dopamine pada mesokortikaldan
mesolimbic serta tractus saraf dapatmerupakan indikasi terjadinya
skizofrenia
b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi), didalam darah akan
meningkatkan dopamine dalam otak, karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine, maka menurunnya
MAO dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
c. Faktor ekdoktrin, jumlah FSH dan LH yang rendah di temukan pada
pasien skizofrenia, demikian pula prolactin yang mengalami
penurunan karena dihambat.
3. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.
F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
a. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emoasi
kepada orang lain karena kesalahan yang dilakukan sendiri.
b. Regresi, menghindari stress, kecemasan dengan menampilkan perilaku
kembali seperti pada perkembangan anak.
c. Represi, menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau
konflik atau ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat
mekanisme ego.
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
Menurut Yosep (2009) berikut proses terjadinya masalah isolasi sosial :

Pattern of Ineffective coping Lack of Stressor internal


parenting (pola (koping individu development task and external (stress
asuh keluarga) tidak efektif) (gangguan tugas internal dan
perkembangan) eksternal)
Missal : pada anak Misal : saat Misal : kegagalan Misal : stress
yang kelahirannya individu menjalin hubungan terjadi akibat
tidak dikehendaki menghadapi intim dengan ansietas yang
(unwanted child) kegagalan sesama jenis atau berkepanjang dan
akibat kegagalan menyalahkan orang lawn jenis, tidak terjadi bersamaan
KB, hamil diluar lain, mampu mandiri dan dengan
nikah, jenis ketidakberdayaan, menyelesaikan keterbatasan
kelamin yang tidak menyangkal tidak tugas, bekerja, kemampuan
diinginkan, bentuk mampu bergaul, sekolah, individu untuk
fisik kurang menghadapi menyebabkan mengatasinya.
menawan kenyataan dan ketergantungan Ansietas terjadi
menyebabkan menarik diri dari pada orang tua, akibat berpisah
keluarga lingkungan, terlalu rendahnya dengan orang
mengeluarkan tingginya self ideal ketahanan terhadap terdekat, hilangnya
komentar- dan tidak mampu berbagai kegagalan. pekerjaan atau
komentar negative, menerima realitas orang yang dicintai
merendahkan, dengan rasa syukur.
menyalahkan anak.

Harga Diri Rendah


Kronis

Isolasi Sosial
III. KEMUNGKINAN DATA FOKUS PENGKAJIAN
Format/ data fokus pada pengkajian Isolasi Sosial (Keliat, 2012)

HUBUNGAN SOSIAL

1. Orang yang paling berarti bagi klien:………..


2. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat:……….
3. Hambatan berhubungan denganorang lain:………..

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

IV. MASALAH KEPERAWATAN

Isolasi sosial ( Damaiyanti dan Iskandar, 2012 )

V. ANALISA DATA

Data Masalah
Data Subjektif Isolasi Sosial
 Klien menceritakan perasaan
kesepian atau ditolak oleh
orang lain
 Klien merasa tidak aman
berada dengan orang lain
 Klien merasa bosan dan
lambat dalam menghabiskan
waktu
 Klien tidak mampu
berkonsentrasi dan sulit
membuat keputusan
 Klien merasa tidak berguna
 Klien tidak yakin dapat
melangsungkan hidup

Data Objektif
 Klien tampak diam dan tidak
mau bicara
 Tidak mengikuti kegiatan
 Banyak berdiam di kamar
 Klien menyendiri dan tidak
mau berinteraksi dengan
orang terdekat
 Klien tampak sedih, ekspresi
datar dan tumpul
 Kontak mata kurang
 Kurang spontan
 Apatis (acuh terhadap
lingkungan )
 Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan
 Masukan makanan dan
minuman terganggu
 Mengisolasi diri
 Aktivitas menurun
 Kurang energi (tenaga)
(Yosep dan Sutini, 2016 )

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi sosial (Towsend, 2010)

Anda mungkin juga menyukai