Anda di halaman 1dari 3

Team building games

Ice Breaking

Permainan yang sangat dikenal di dunia pelatihan (training), outbound, workshop dan sejenisnya ini,
terdiri atas pencanangan komitmen kegiatan (goal setting), pembagian kelompok, juga soliditas
kelompok. Seperti namanya, yang berarti pemecah kebekuan, permainan ini berguna untuk
menghilangkan ketegangan peserta. Tujuannya adalah menstimulus antusiasme (pemanasan) bagi
peserta, agar siap mengikuti seluruh kegiatan berikutnya. Ice breaking biasanya diisi dengan beberapa
permainan yang mengundang tawa, namun tetap mengajak pesertanya untuk berkonsentrasi mengikuti
arahan dari instruktur.

Dragon Ball

Dalam permainan ini, peserta yang sudah terbagi dalam kelompok, memasukkan air ke dalam pipa
berlubang yang berisi bola. Karena terdapat banyak lubang pada pipa, air pasti akan keluar melalui
lubang tersebut. Tugas peserta lain adalah menutup lubang-lubang itu dengan tangan, supaya air dapat
cepat penuh dan bola bisa keluar. Permainan ini berguna untuk menjalin kekompakkan untuk
membangun kerja sama tim dalam menyelesaikan tantangan, belajar bertanggung jawab pada tugas
masing-masing, serta rela berkorban untuk tercapainya tujuan bersama.

Spider Web

Permainan bertipe strategic game ini bermanfaat menambah inovasi dan kreativitas tim dalam
mencapai target, serta mengajarkan disiplin pada setiap para peserta — karena adanya sejumlah aturan
di dalamnya. Dalam Spider Web, setiap peserta harus berpindah dari satu sisi ke sisi lain dengan cara
melewati celah di jaring laba-laba raksasa. Perpindahan dilakukan dengan dibantu rekan yang lain.
Selama permainan berlangsung, para peserta tidak boleh melalui lubang jaring yang sudah dilalui, badan
dan pakaian tidak boleh menyentuh tali, tiang atau pohon tempat tali diikat, serta tidak diperbolehkan
melakukan lompatan.

Mencari Bola Mas

Permainan yang berguna memupuk rasa saling percaya terhadap teman serta meningkatkan soliditas
tim ini, menggunakan banyak bola berwarna-warni yang diletakkan dalam arena berbentuk persegi
empat dan dibatasi oleh tali. Beberapa peserta dalam setiap kelompok ditutup matanya dan mengikuti
instruksi untuk mengambil bola dengan warna tertentu. Sementara teman-teman lainnya menggerakkan
letak bola yang akan diambil. Perlu ketegasan instruktur, agar para peserta dapat bermain sportif,
karena permainan ini rawan kecurangan. Peserta yang ditutup matanya bisa saja mengintip dari balik
penutup mata untuk mengambil bola yang diinstruksikan.

Menara Air

Dalam permainan menara air, setiap kelompok diminta untuk tidur diatas pasir dengan menyatukan
kedua kaki yang diangkat lurus ke atas, membentuk satu titik. Di atas kaki mereka diletakkan sebuah
ember besar. Setelah ember diisi air dan sejumlah bola, para peserta harus mengambil kembali bolanya
satu per satu dengan tangan. Saat bola sudah habis, ember harus dibawa kembali ke bawah, tanpa
tumpah. Permainan ini melatih konsentrasi, kekompakkan dan kerja sama tim untuk mempertahankan
kekuatan kaki, agar ember yang berisikan air tetap dalam posisinya.

Tarik Tambang Lumpur

Cara memainkan permainan ini sama dengan tarik tambang yang biasa dilakukan. Hal yang
membedakannya adalah tempat bermainnya di dalam lumpur sehingga tingkat kesulitannya pasti lebih
besar. Selain perlu kekompakan masing-masing tim, menjaga keseimbangan juga sangat penting karena
jika terjatuh pasti akan masuk dalam lumpur berbau.

Psychological self awareness exercises

Pertama, blind spot. Kita tidak mungkin mengenali diri kita seutuhnya. Ada bagian dari diri kita yang
tidak bisa kita kenali tanpa orang lain yang melihatnya. Ini karena sebagian besar perilaku kita bersifat
otomatis, sering kali kita tidak sadar dengan apa yang kita lakukan.

Kedua, feel-good effect. Kita merasa bahagia saat melihat sisi positif diri kita. Sehingga kita cenderung
fokus hanya pada hal-hal positif dari diri kita sendiri.

Ketiga, cult of self. Mengkultuskan diri sendiri. Ini adalah akibat dari popularitas yang tercipta dengan
adanya media sosial. Kita merasa hebat, merasa keren, merasa mampu padahal kenyataannya kita tidak
sehebat, sekeren, dan semampu yang kita kira.

Tasha Eurich menyarankan tiga cara berikut untuk meningkatkan kesadaran diri kita.

Pertama, ambil keputusan.

Ambil keputusan untuk mengenali diri Anda yang sebenarnya. Putuskan untuk menemukan kebenaran,
sepahit apapun rasanya. Pertimbangkan untuk mengenal diri Anda secara internal maupun eksternal
(ISA dan ESA).

Kedua, dapatkan feedback (masukan; umpan balik) dari orang lain.

Mengapa banyak orang yang “sudah berpengalaman” berhenti bertumbuh? Karena mereka berhenti
menerima feedback. Mereka yang “sudah berpengalaman” sering overestimate mengukur kemampuan
mereka sendiri. Pengalaman menciptakan kepercayaan diri semu tentang kemampuan diri sehingga kita
berhenti belajar, tidak mau berlatih, tidak pernah mempertanyakan asumsi yang kita buat sendiri.
Alasannya sederhana, semakin berpengalaman seseorang, semakin sedikit orang yang berani
memberikan feedback kepada mereka.

Maka, salah satu cara untuk meningkatkan Self-Awareness adalah menemukan seseorang yang mau
memberikan feedback kepada kita. Tentu saja, jangan minta feedback dari semua orang. Ini akan
membuat Anda bingung dan kewalahan. Mintalah kepada satu dua orang yang dengan ruthlessly
compassionate mau memberikan constructive feedback kepada kita.

Ajukan dua pertanyaan berikut ini:

“Apa yang sudah saya lakukan yang mendukung kesuksesan tim kita?”

“Apa yang sudah saya lakukan yang menghambat kesuksesan tim kita?”

Ketiga, lakukan introspeksi diri secara tepat.

Caranya adalah dengan go wide (meluas) bukan go deep (mendalam). Go deep adalah terlalu banyak
bertanya “mengapa” sementara go wide adalah dengan banyak bertanya “apa.” Terlalu banyak bertanya
“mengapa” membuat Anda berpikir mendalam. Pertanyaan “mengapa” menghasilkan pembenaran di
balik pikiran, perasaan dan perilaku Anda. Ini adalah cara yang tidak tepat dalam melakukan introspeksi
diri.

“Mengapa saya lebih menyukai pekerjaan A?”

“Mengapa saya suka bekerja dengan B?”

“Mengapa saya melakukan C?”

“Mengapa saya gagal melakukan D?”

“Mengapa perusahaan lebih memilih E?”

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak membuat Anda menemukan kebenaran. Apa yang
akan Anda temukan adalah pembenaran di balik sikap dan perilaku Anda.

Alih-alih bertanya “mengapa” ajukanlah pertanyaan “apa.”

“Apa yang mampu saya lakukan?”

“Apa pilihan yang saya miliki?”

“Apa peluang yang saya miliki?”

Kemudian lihatlah pola dalam sebaran jawaban Anda.

Termasuk introspeksi diri yang tepat adalah mengajukan tiga pertanyaan berikut di akhir hari Anda:

“Apa yang berjalan dengan baik hari ini?”

“Pelajaran apa yang saya dapatkan? Apa yang dapat saya lakukan secara berbeda?”

“Perspektif (opini; sudut pandang) siapa yang bisa saya dapatkan saat saya memiliki tantangan
tertentu?”

Anda mungkin juga menyukai