Anda di halaman 1dari 5

SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR

BIASA (SKD-KLB)
Pendahuluan

Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan bahan berbahaya
lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan jatuhnya
korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran yang besar dalam upaya
penanggulangannya, berdampak padasektor ekonomi, pariwisata serta berpotensi menyebar luas
lintaskabupaten/kota, provinsi, regional bahkan internasional yang membutuhkan koordinasi dan
penanggulangan.

Penanggulangan KLB/wabahpenyakit menular diatur dalam UU No.4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit menular, Permenkes no 949 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan SKD KLB
dan PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah pusat dan provinsi sebagai daerah
otonom yang berpengaruh terhadap penyelenggaran penggulangan KLB/wabah serta peraturan
terkait lainnya yang berhubungan dengan SKD KLB.

Dampak KLB : KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan
kematian yang besar sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan oleh semua pihak yang
terkait. Kejadian-kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan
tepat, perlu diidentifikasi ancaman KLB agar dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan KLB/wabah.

Pengertian KLB : (1) Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB adalah kewaspadaan terhadap
penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan
teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap
kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB yangcepat dan tepat; (2)
Peringatan kewaspadaan dini KLB adalah pemberian informasi adanya ancaman KLB pada suatu
daerah dalam periode waktu tertentu; (3) Deteksi dini KLB adalah kewaspadaan terhadap
kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus
menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB dan perubahan kondisi
rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini terjadinya KLB; (3) Kondisi rentan KLB adalah
kondisi masyarakat, lingkungan, perilaku dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
merupakan faktor risiko terjadinya KLB.

Ruang Lingkup : Kegiatan SKD KLB meliputi kajian epidemiologi secara terus menerus dan
sistematis terhadap penyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB, peringatan kewaspadaan
dini KLB dan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan sarana dan prasarana kesehatan
pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya KLB/wabah.

Tujuan penyelenggaraan Kegatan SKD KLB : Terselenggaranya kewaspadaan dan


kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB, seperti  (1) Teridentifikasinya adanya
ancaman KLB; (2)Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB; (3)Terselenggaranya
kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB; (4) Terdeteksinya secara dini adanya
kondisi rentan KLB; (4) Terdeteksinya secara dini adanya KLB; (5) Terselenggaranya
penyelidikan dugaan KLB.

Penyelenggaraan SKD KLB : Dalam penyelenggaraan SKD KLB dapat dilakukan dengan : (1)
Pengorganisasian, Sesuai dengan peran dan fungsinya maka setiap unit pelayanan kesehatan,
Dikes kab./kota, provinsi dan Depkes RI wajib menyelenggarakan SKD KLB dengan
membentuk unit pelaksana yang bersifatfungsional atau struktural; (2) Sasaran, sasaran SKD
KLB meliputi penmyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB; (3) Kegiatan SKD KLB.

Secara umum kegiatan SKD KLB meliputi :

Kajian Epidemiologi, Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka dilakukan kajian secara
terus menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi KLB dengan
menggunakan kajian. Kajian tersebut diantaranya adalah : Data surveilans epidemiologi penyakit
berpotensi KLB; Kerentanan masyarakat spt status gizi yang buruk, imunisasi yang tdk lengkap,
personal hygiene yang buruk dll; Kerentanan lingkungan spt sanitasi dan lingkungan yang jelek;
Kerentanan pelayanan kesehatan spt sumberdaya, sarana dan prasarana  yang rendah atau kurang
memadai; Ancaman penyebaran penyakitberpotensi KLB dari daerah lain; Sumber data lain
dalam jejaring surveilans epidemiologi.Sumber data surveilans epidemiologi penyakit adalah
:Laporan KLB/wabah dan hasil penyelidikan KLB, Data epidemiologi KLB dan upaya
penanggulangannya, Surveilans terpadu penyakit berbasis KLB, Sistem peringatan dini KLB di
rumah sakit.Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi adalah :Data surveilans
terpadu penyakit, Data surveilans khusus penyakit berpotensi KLB, Data cakupan program. Data
cakupan program tersebut diantaranya adalah  Datalingkungan pemukiman, dataperilaku
masyarakat, data pertanian, data meteriologi dan fisika;Informasi masyarakat sebagai laporan
kewaspadaan dini; Data terkait lainnya.

Peringatan Kewaspadaan, Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan
KLB pada daerah tertentu dibuat untuk jangka pendek (periode 3 – 6 bulan yang akan datang)
dan disampaikan kepada semua unitterkait di Dikes kab./kota, provinsi dan Depkes RI, sektor
terkait dan masyarakat sehingga mendorong peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
terhadap KLB di unit pelayanan kesehatan dan program terkait serta peningkatan kewaspadaan
masyarakat perorangan dan kelompok.Peringatan kewaspadaan dini KLB dapat juga dilakukan
terhadap penyakit berpotensi KLB dalam jangka panjang (periode 5 tahun yangakan datang)
agarterjadi kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat dijadikan acuan perumusan perencanaan
strategis program penanggulangan KLB.

Suatu wilayah tertentu dinyatakan KLB apabila memenuhi kriteria sbb : (a) Angka kesakitan dan
atau angka kematian di suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan) menunjukkan kenaikan
yang mencolok (bermakna) selama 3 kali masa observasi berturut-turut (Harian atau Mingguan),
(b) Jumlah penderita dan atau jumlah kematian di suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan)
menunjukkan 2 kali atau lebih dalam periode waktu tertentu (Harian, MIngguan, Bulanan)
dibandingkan dengan rata-rata dalam satu tahun terakhir, (c) Peningkatan CFR (case fatality
rate) pada suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan) dalam waktu satu bulan dibandingkan
CFR bulan lalu, (d) Peningkatan jumlah kesakitan atau kematian dalam periode waktu
(Mingguan, Bulanan) di suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan) dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun yang lalu.

Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB. Kewaspadaan dan peningkatan


kesiapsiagaan terhadap KLB meliputi peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini kondisi
rentan KLB, peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB, penyelidikan epidemiologi
adanya dugaan KLB, kesiapsiagaan menghadapi KLB dan mendorong segera dilaksanakan
tindakan penggulangan KLB.

Deteksi dini kondisi rentan KLB. Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan
terhadap timbulnya kerentanan masyarakat, kerentanan lingkungan, perilaku dan kerentanan
pelayanan kesehatan terhadap KLB dengan menerapkan cara-cara surveilans epidemiologi atau
PWS kondisi rentan. Dalam penerapan cara surveilans epidemiologi terhadap KLB, dapat
dilakukan dengan : (1) Identifikasi kondisi rentan KLB, (2) Mengidentifikasi secara terus-
menerus perubahan kondisi lingkungan, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, kondisi
status kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan KLB di daerah, (3) Pemantauan
wilayah setempat kondisi rentan KLB. Setiap sarana pelayanan kesehatan merekam data
perubahan kondisi rentan KLBmenurut desa/kelurahan atau lokasi tertentu lainnya, menyusun
tabel dan grafik PWS kondisi rentan KLB. Setiap kondisi rentan KLB dianalisis terus-menerus
dan secara sistematis untuk mengetahui secara dini adanya ancaman KLB, (4) Penyelidikan
dugaan kondisi rentan KLB. Penyelidikan tersebut dapat dilakukan : Di Sarkes secara aktif
mengumpulkan informasi kondisi rentan KLB dari berbagai sumber termasuk laporan perubahan
kondisi rentan oleh masyarakat,perorangan atau kelompok; Di Sarkes petugas meneliti dan
mengkaji data kondisi rentan KLB, data kondisi kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat,
status kesehatan masyarakat,status pelayanan kesehatan; Petugas kesehatan mewawancarai
pihak-pihak terkait yang patut diduga mengetahui adanya perubahan kondisi rentan KLB;
Mengunjungi daerah yangdicurigai terdapat perubahan kondisi rentan.

Deteksi dini KLB. Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya KLB dengan
mengidentifikasi kasus berpotensi KLB, pemantauan wilayah setempat terhadap penyakit-
penyakit berpotensi KLB dan penyelidikan dugaan KLB : (1) Identifikasi kasus berpotensi KLB.
Setiap kasus berpotensi KLB yang datang ke UPK diwawancarai kemungkinan adanya penderita
lain disekitar tempat tinggal kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan kasus; (2) PWS penyakit
berpotensi KLB. Setiap UPK melakukan analisis adanya dugaan peningkatan penyakit dan faktor
risiko yang berpotensi KLB diikuti penyelidikan kasus; (3) Penyelidikan dugaan KLB.
Penyelidikan dugaan KLB dilakukan dengan cara : Di UPK setiap petugas menanyakan kepada
setiap pengunjung UPK tentang kemungkinan adanya peningkatansejumlah penderita yang
diduga  KLB pada lokasi tertentu; Di UPK setiap petugas meneliti register rawat jalan dan rawat
inap khususnya yang berkaitan dengan alamat penderita, umur dan jensis kelamin atau
karakteristiklain; Petugas kesehatan mewawancarai kepala desa atau pihak yang terkait yang
mengetahui keadaan masyarakat tentang adanya peningkatan kasus yang diduga KLB; Membuka
pos pelayanan di lokasi yangdiduga terjadi KLB; Mengunjungi rumah-rumah penderita yang
dicurigai memunculkan KLB.

Deteksi dini KLB dapat dilakukan melalui : pelaporan kewaspadaan KLB oleh masyarakat,
Perorangan dan organisasi yang wajib membuat laporan kewaspadaan KLB antara lain : Orang
yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit berpotensi KLB; Petugas
kesehatan yang memeriksa penderita yangberpotensi KLB; Kepala instansi yangterkait seperti
kepala pelabuhan, kepala stasiun kereta api, kepala bandara udara dll serta UPK lainnya;
Nahkoda kapal, pilot dan sopir.

Kesiapsiagaan menghadapi KLB. Kesiapsiagaan menghadapi KLB dilakukan terhadap SDM,


sistem konsultasi dan referensi, sarana penunjang, laboratorium dan anggaran biaya, strategi dan
tim penanggulangan KLB serta jejaring kerja tim penanggulangan KLB kabupaten/kota, provinsi
dan pusat.

Tindakan Penanggulangan KLB yang Cepat dan Tepat. Setiap daerah menetapkan
mekanisme agar setiap kejadian KLB dapat terdeteksi dini dan dilakukan tindakan
penanggulangan dengan cepat dan tepat. Tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat
dilakukan dengan : Advokasi dan Asistensi Penyelenggaran SKD KLB Advokasi dan asistensi
tujuannya agar SKD KLB berjalan secara terus menerus dengan dukungan daripihak yang
terkait;  Pengembangan SKD KLB Darurat. Untuk menghadapi ancaman terjadinya KLB
penyakit tertentu yang sangat serius dapat dikembanghkan dan atau ditingkatkan SKD KLB
penyakittertentu dalam periode waktu terbatas dan wilayah terbatas.

Peran Unit SKD KLB dan Mekanisme Kerja. Masing masing unit yang ada dijajaran
kesehatan dapat berperan sebagai berikut : (1)Peran Dinas Kesehatan Provinsi : Kajian
Epidemiologi Ancaman KLB; Peringatan Kewaspadaan Dini KLB; Peningkatan Kewaspadaan
dan Kesiapsiagaan Terhadap KLB; Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD KLB,(2)
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota: Kajian Epidemiologi Ancaman KLB, Peringatan
Kewaspadaan Dini KLB, Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Terhadap KLB,
Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD KLB, Pengembangan SKD KLB Darurat; (3)
Peran Puskesmas : Kajian Epidemiologi Ancaman KLB, Peringatan Kewaspadaan Dini KLB,
Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Terhadap KLB, (4) Peran Masyarakat
(perorangan, kelompok dan masyarakat): Peningkatan kegiatan pemantauan perubahan kondisi
rentan; Peningkatan kegiatan pemantauan perkembangan penyakit dengan melapor kepada
puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai laporan kewaspadan dini; Melaksanakan
penyuluhan serta mendorong kewaspadaan KLB di tengah masyarakat; Melakukan identifikasi
penderita, pengenalan tatalaksana kasus dan rujukan serta upaya pencegehan dan pemberantasan
tingkat awal

Indikator Kinerja : Indikator kinerja SKD KLB adalah : (1) Kajian dan peringatan
kewaspadaan dini KLB secara teratur setidak-tidanya setiap bulan dilaksanakan oleh Dikes
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Depkes RI; (2) Terselenggaranya deteksi dini KLB penyakit
berpotensi KLB prioritas di puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium, (3) Kegiatan
penyelidikan dan penanggulangan KLB yangcepat dan tepat terlaksana kurang dari 24 jam sejak
teridentifikasi adanya KLB atau dugaan KLB, (4) Tidak terjadi KLB yang besar dan
berkepanjangan.

 
Oleh : Ni Nyoman Kristina, SKM, MPH, WIDYAISWARA MUDA UPT BPKKTK DINAS
KESEHATAN PROV. BALI

Informasi
 Artikel
 Berita
 BIDANG
o Bidang Kesehatan Masyarakat
 Download(Kesmas)
o Bidang Pelayanan Kesehatan
 Info Yankes
 Layanan ijin Mendirikan Rumah Sakit
o Bidang Pengkajian dan Pengembangan
 Info JIBANG
 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
 Profil Kesehatan
 Download
 Landasan Hukum
 Latar Belakang
 Peraturan dan Kebijakan
 Program Kerja dan Kegiatan
 Staf dan Petugas
 Struktur Organisasi
 Tugas Pokok dan Fungsi
 UPT
o UPT BPKKTK
 Sejarah BPKKTK
 VISI DAN MISI BPKKTK
o UPT JKMB
 INFORMASI DAN LAYANAN UPT JKMB
o UPT LABKES
 INFORMASI DAN LAYANAN LABKES
 SEJARAH LABKES
 STRUKTUR ORGANISASI LABKES
 TUPOKSI LABKES
 VISI DAN MISI LABKES

Anda mungkin juga menyukai