Anda di halaman 1dari 25

BAB I

GEJALA ALAM BIOTIK DAN ABIOTIK

Kompetensi Dasar
3.1 Memahami gejala alam biotik dan abiotik
4.1 Mengklasifikasikan gejala alam biotik dan abiotik

Komponen biotik adalah makhluk hidup yang ada di sekitar kita dan sangat
beranekaragam. Sedangkan komponen abiotik merupakan benda-benda yang tak hidup yang
ada di lingkungan makhluk hidup

a. Gejala Alam Biotik


Gejala alam biotik sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan bisa kita
amati. Disekitar tempat tinggal atau lingkungan terdapat suatu danau, kolam, waduk, sungai,
parit atau perairan air tawar lainnya. Sering kali di permukaan air ditumbuhi oleh tumbuhan
eceng gondok. Tumbuhan eceng gondok dapat tumbuh subur karena lingkungan sangat cocok
untuk hidupnya. Zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh eceng gondok tersedia berlimpah
diperairan tersebut.
Eceng gondok merupakan tumbuhan yang memperoleh makanan melalui proses
fotosintesis. Untuk proses fotosintesis tumbuhan eceng gondok mengambil air dan zat-zat
mineral yang terlarut dalam air serta karbondioksida di udara untuk diolah untuk menjadi
makanannya.
Tumbuhan eceng gondok merupakan gulma. Gulma adalah tumbuhan liar
pengganggu tanaman. Jadi, terlihatlah bahwa salah satu cirri makhluk hidup membutuhkan
makanan. Sebagai makhluk hidup, tumbuhan eceng gondok juga melakukan
perkembangbiakan, akibatnya tumbuhan di perairan akan terus bertambah banyak jumlahnya.
Kecepatan perkembangbiakan eceng gondok diiringi dengan ketersediaan zat-zat mineral yang
ada dalam perairan. Ini merupakan salah satu contoh gejala alam biotik karena menunjukkan
bahwa suatu perairan telah tercemar akibat ditumbuhi oleh zat-zat yang dapat menyebabkan
pertumbuhan eceng gondok.
Seperti halnya eceng gondok serangga juga merupakan makhluk hidup yang
membutuhkan makanan. Bila makanan tersedia banyak, yaitu tanaman pertanian, serangga
juga akan berkembang biak dengan cepat, sehingga jumlah serangga makin bertambah
banyak. Ledakan hama yang menyerang ladang pertanian juga merupakan contoh gejala alam
biotik.
Contoh gejala alam biotik yang sering diamati dalam kegiatan biologi :
 Cirri-ciri makhluk hidup
 Bentuk atau susunan tubuh makhluk hidup
 Bagian-bagian dari tubuh suatu makhluk hidup
 Fungsi bagian-bagian tubuh
 Cara kerja bagian tubuh suatu makhluk hidup
 Reaksi makhluk hidup terhadap suatu rangsangan tertentu

b. Gejala Alam Abiotik


Beberapa gejala alam abiotik (benda tak hidup) dapat kita amati di sekitar kita. Asap
merupakan komponen abiotik. Adanya asap yang sangat berlebihan di udara dapat
mempengaruhi makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Asap dapat berkumpul di atmosfer
sehingga menyebabkan berkurangnya cahaya matahari ke bumi, selain asap, air juga
merupakan komponen abiotik karena diperlukan oleh makhluk hidup.
Contoh gejala alam abiotik yang sering diamati dalam kegiatan biologi :
 Suhu
 Kelembaban udara
 Tekanan udara
 Curah hujan
 Intensitas cahaya matahari
 Komposisi udara
 Kadar garam
 Derajat keasaman
 Kemiringan suatu tempat
 Iklim
 Cuaca
 Arah dan kecepatan angin
 Tingkat erosi tanah tanah
 Tekanan arus air
BAB II
MITIGASI BENCANA ALAM

Kompetensi Dasar
3.2 Menerapkan prosedur mitigasi bencana alam
4.2 Melakukan simulasi mitigasi bencana alam yang terjadi di lingkungan sekitar

A. Bencana Alam
Bencana alam merupakan rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gaya endogen
dan gaya eksogen yang mungkin terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan yang dapat
mengakibatkan timbulnya kerusakan di muka bumi. Akibat gaya endogen yang dapat
menyebabkan bencana alam geologis. Munculnya perubahan cuaca mendadak yang dapat
mengakibatkan bencana alam klimatologis. Gejala runtuh atau matinya benda angkasa dan
jatuh ke permukaan bumi mengakibatkan bencana alam ekstra terestial. Hal lain yang
berkaitan dengan bencana yang disbabkan oleh ulah atau tindakan manusia yang
mengakibatkan bencana alam erosi air atau angin yang merusak lingkungan hidup. Kerusakan
di muka bumi ini berkaitan dengan perubahan yang mengarah pada kerugian baik, kematian,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan sebagainya.
Tabel berikut memperlihatkan gambaran terjadinya bencana di alam semesta ini
akibat gaya endogen, perubahan cuaca mendadak, jatuhnya benda angkasa dan akibat ulah
manusia.
No Jenis Penyebab Bencana Contoh Peristiwa di Bumi Kerugian yang terjadi
Alam
1 Gaya endogen yang Gempa bumi, letusan Kematian, rusaknya sarana
menyebabkan bencana alam gunung, tsunami, tanah prasarana jalan, bangunan,
geologis longsor, tanah ambles pertanian, kerugian harta
benda
2 Perubahan cuaca mendadak Banjir, erosi besar, angin Kematian, rusaknya sarana
dapat mengakibatkan topan/puyuh/badai tropis, prasarana jalan, bangunan,
bencana alam klimatologis kekeringan kebakaran hutan pertanian, kerugiab harta
bukan akibat ulah manusia benda
3 Runtuh atau matinya benda Meteor jatuh ke bumi Kematian, kerusakan
angkasa dan jatuh ke mengenai daerah hunian lingkungan sebagai akibat
permukaan bumi atau tempat lain yang hantaman benda angkasa
mengakibatkan bencana terdapat kehidupan
alam ekstra terestial
4 Ulah/tindakan manusia yang Kebakaran hutan, semburan Kematian, rusaknya sarana
mengakibatkan bencana lumpur dari pengeboran prasarana umum, jalan,
alam tanah, tanah longsor, banjir bangunan, pertanian,
akibat hutan gundul, kerugian harta benda dan
pencemaran air, tanah dan sebagainya
udara

Bencana alam dapat terjadi secara perlahan-lahan atau tiba-tiba.Bencana alam yang
umumnya terjadi secara tiba-tiba antara lain gempa, termasuk gempa tektonik, vulkanis dan
robohan, tsunami, banjir bandang, badai tropis dan letusan gunung berapi serta tanah lingsor.
Bencana-bencana tersebut sulit diantisipasi terjadinya, karena di Indonesia pada umumnya
bersifat tiba-tiba dan sulit sekali diramalkan sebelumnya.

B. Macam-macam Bencana Alam


1. Tsunami
Bencana alam gelombang pelabuhan mula-mula dikenal di Jepang,sehingga istilah
ini berasal dari penghuni di pantai daratan Jepang. Istilah tsunami berasal dari bagian
frase kata tsu yang diartikan pelabuhan. Nami artinya gelombang. Jadi tsunami berarti
pasang laut yang besar yang terjadi di pantai atau di pelabuhan. Secara lengkap
dedeskripsikan sebagai gelombang laut periode panjang yang ditimbulkan oleh
gangguan spontan pada medium laut. Penyebab tsunami antara lain gempa bumi yang
besar yang sumber gempanya ada di lautan, erupsi vulkanik atau longsoran/patahan di
lautan.
2. Gempa Bumi
Bencana gempa bumi dapat melanda berbagai tempat, perkantoran, pemukiman
penduduk, daerah industri, daerah pesisir dan daerah rawarawa serta daerah-daerah
lainnya. Gempa bumi umumnya terjadi akibat pergerakan batuan kerak bumi di
sepanjang daerah patahan. Akibat pergerakan patahan dan pergerakan lempengan kerak
bumi ini dapat menimbulkan energi. Jika enegi yang telah terkumpul dalam kerak bumi
melampaui batas kekutanannya terjadilah pelepasan energi secara tiba-tiba. Gejala
semacam ini akan menghasilkan gerakan kerak bumi yang disebut gempa bumi.
Gempa yang dihasilkan oleh peristiwa semacam inilah yang dinamai gempa
tektonik. Bergetarnya bumi yang disebabkan oleh gelombang pada bagian atas dan
bagian bawah pemukaan bumi dapat menyeabkan keretakan permukaan, goncangan,
dan bila terjadi di tengah laut sering dapat menghasilkan gejala tsunami, gempa bumi
serta tanah longsor. Gempa bumi mengakibatkan susunan batuan bergeser satu dengan
yang lain. Lewat celah-celah yang ada dalam lapisan bumi ini magma dapat mengalir
ke permukaan bumi higga terjadilah gejala erupsi gunung seperti tampak pada Gambar
3.5.
Gambar 3.5 proses terbentuknya gempa bumi

Gambaran tentang gerakan gempa dapat dilukiskan dalam bentuk perambatan


gelombang yang merambat ke segala arah. Pada daerah tertentu yang memiliki lapisan
berbeda massa jenisnya akan memberikan arah reaksi yang berbeda. Gambar 3.6.
berikut memperlihatkan gerakan gempa bumi. Badan Meteorologi dan Geofisika dapat
memperkirakan terjadinya gempa bumi, namun saat yang tepat terjadinya gempa bumi
tidak dapat ditetapkan atau diramalkan sebelumnya. Peramalan didasarkan pada pada
pemonitoran aktivitas seismik, pengamatan dan sejarah terjadinya gempabumi di
Indonesia dan kawasan sekitarnya.

Gambar 3.6 : Pusat Gempa Bumi Menghasilkan


Gelombang yang Merambat
Selain gempa tektonik, dikenal juga gempa yang bersumber dari aktivitas gunung
berapi. Gempa yang bersumber dari aktivitas gunng berapi disebut gempa vulkanik.
Jenis gempa lain yang lebih kecil getarananya dan lebih kecil kekuatan dibandingkan
dengan gempa vulkanik dan tektonik disebut gempa robohan. Gempa ini terjadi di
daerah pegunungkan kapur akibat pergerakan dan pergeseran lapisan batu kapur.
Gerakan dan pergeseran ini menghasilkan robohan permukaan batu kapur. Gejala ini
disebut gempa robohan.
3. Bencana Gunung Berapi
Gunung berapi jika meletus, dapat mengeluarkan magma yang di dalamnya
banyak terlarut gas-gas. Magma yang keluar dari gunung berapi tersebut melalui
lubang vulkanik. Di samping itu jika kekuatan aliran cukup kuat dan melampaui
puncak lubang vulkanik, maka magma dapat mengalir cukup jauh di permukaan tanah.
Magma yang mengalir di atas permukaan tanah inilah yang disebut lava. Lava berisi
bermacam-macam materi dan partikel yang disebut tephra. Di samping magma,
gunung api yang meletus juga mengeluarkan debu dan panas.
Kerusakan yang timbul akibat letusan gunung api dapat berasal dari lava yang
mengalir, gelombang panas dan debu. Gelombang panas ini lah yang sering
menghasilkan awan panas. Awan panas di lereng merapi di Daerah Istimewa
Yogyakarta disebut wedhus gembel (Bahasa jawa yang artinya domba, karena awan
panas yang muncul mirip bentuknya dengan bulu domba).
Dalam letusan gunung berapi, seperti gambar 3.7 dan 3.8 di samping lava yang
mengalir ikut serta pula puing-puing kerusakan yang dilewati lava yang mengalir dari
puncak gunung tersebut. Gambar 3.7 dan 3.8 tersebut ini adalah gambaran kerusakan
akibat aliran lahar dingin. Di sini tampak lahan pertanian tertutup oleh material yang
berupa pasir, koral dan berbagai ukuran kerikil dan batu-batuan yang dibawa oleh
aliran lahar dingin tersebut.

Gambar 3.7 : Gejala Letusan Gunung Berapi Gambar

3.8 : Bencana Alam Aliran Lahar Dingin


4. Bencana badai atau Angin Topan
Kondisi geografis wilayah pesisir pantai dan pulau kecil di Indonesia cukup rentan
terhadap bencana badai atau angin topan. Angin topan dapat mencapai kecepatan 200
km/jam dengan tekanan sampai 200 kg/m2 mampu merobohkan bangunan rumah dan
pepohonan. Beberapa kasus angin topan yang terjadi saat pergantian musim, atau angin
puting beliung di Bengkulu, angin Bohorok di Sumatera Utara, angin Gending dan
Cleret tahun di Jawa Timur dan Lesus di Jawa Tengah dan sebagainya merupakan
beberapa contoh bencana badai atau angin topan. Gambar 3.9 menjelaskan salah satu
akibat munculnya angina topan. Kerusakan yang sering menyertai munculnya bencana
badai antara lain banyaknya bangunan perumahan yang roboh, pohon-pohon tumbang,
debu berterbangan yang menganggu kesehatan mata, serta kerusakan lain yang
menyertainya. Bencana semacam ini hampi terjadi setiap tahun saat pergantian musim.

Gambar 3.9 : Beberapa pekerja sedang


memperbaiki rumah yang roboh akibat
badai
5. Peristiwa di Bumi yang berkaitan dengan Gejala Erosi
Berbeda dengan manusia primitif, yang menghubungkan berbagai bencana
tersebut dikaitkan dengan tahayul, dan gejala mistis, maka saintis memandang gejala
alam yang berupa bencana sebagai bagian dari upaya bumi untuk mendapatkan
keseimbangannya. Misalnya gempa bumi yang terjadi ada hubungannya dengan
pengubahan struktur lapisan bumi. Hal ini didasarkan pada teori bahwa saat terjadi
gempa bumi terjadi pelepasan energi yang luar biasa besarnya. Pelepasan energi yang
besar ini dirasakan sebagai goncangan yang hebat yang mampu merobahkan bangunan
rumah, saran dan prasarana lainnya. Di balik peristiwa tersebut yang patut menjadi
perhatian adalah apakah kita mampu untuk mengatasi dan mencari pemecahan terbaik
dalam menghadapi gejala yang sama di kemudian hari.
Sebagai gambaran, masyarakat Jepang yang sudah terbiasa menghadapi gejala
gempa bumi, menganggap bahwa gejala tersebut dapat diatasi dengan teknologi.
Pandangan inilah yang mendorong kemajuan di bidang teknologi bagi masyarakat
Jepang.
Berbagai bencana di atas sebagian besar disebabkan oleh gaya yang berasal dari
dalam bumi. Di sini peran gaya endogin dalam merusak sarana prasarana sangat besar,
sehingga manusia berusaha mensiasati dalam perencanaan sarana dan prasarana
dengan mempertimbangkan gejala yang penah dialaminya. Sebaliknya terdapat pula
gejala yang disebabkan oleh gaya eksogen atau gaya yang berasal dari luar bumi,
misalnya erosi, pengendapan, gejala pasang-surut lautan dan sebagainya. Terkait
dengan bencana tersebut Cuvier (1830) mengungkapkan teori yang disebut Catastropic
Theory yakni teori tentang bencana alam secara rasional. Ia menyatakan bahwa gejala
alam yang muncul dengan tiba-tiba akan menghasilkan bencana. Lyell (1930) dengan
menggunakan pandangan Hieton menyatakan bahwa peristiwia yang terjadi sekarang
atau produk gejala yang terjadi di bumi sekarang dapat dimanfaatkan untuk
menerangkan peristiwa masa lalu. Dengan demikian masa sekarang sebagai kunci
masa lalu. Pernyataan di atas memberikan wacana bahwa dengan adanya bencana
alam, maka daerah yang banyak muncul gempa bumi perlu ada pengawasan yang
cermat. Tujuannya adalah agar dapat memberikan informasi yang benar dan akurat
dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi bencana-bencana tersebut.
6. Bencana Tanah Longsor
Gejala tanah longsor merupakan pergerakan tanah dari daerah yang lebih tinggi ke
tempat yang lebih rendah. Longsoran yang berupa gerakan tanah ini disertai dengan
campuran batu, kerikil dengan sejumlah massa tanah umumnya bergerak dari lereng
gunung, atau pegunungan yang tanhanya labil jika terkena air hujan. Penyebab
terjadinya gejala tanah longsor terutama karena peristiwa alam. Misalnya hujan yang
deras pada daerah yang kondisi topografinya miring kondisi geologinya labil.
Kondisi ini menjadi lebih parah manakala dipicu oleh perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab, menebangi pohon pelindung tanah di bukit atau puncak gunung
atau pegunungan, membangun rumah di lereng pegunungna yang tanahnya labil, dan
melakukan penimbunan material di lereng atau tebing. Perilaku yang demikian ini
dapat menyebabkan kemampuan tanah menyerap air berkurang, tanah tebal menjadi
lembek. Dengan kondisi tanah yang tebal dan lembek, batu-batuan yang kurang kuat,
maka dengan adanya hujan yang deras dapat menyebabkan getaran yang berakibat
tanah longsor. Gambar 3.10 di samping adalah munculnya tanah longsor akibat ulah
manusia.
Gambar 3.10 : Tanah Longsor Akibat Ulah
Manusia
Upaya mengatasi yang perlu dilakukan dalam rangka konservasi lahan dan
menangani tanah yang gersang antara lain dengan menanam kembali tanah yang rusak.
Kerusakan tanah akibat eksplorasi mineral yang tidak memperhatikan lingkungan
dapat dihijaukan dengan tanamantanaman penahan angin dan menutup lahan yang
gundul. Tujuannya adalah menghindarkan terjadinya erosi karena air maupun erosi
angin. Gambar 3.11 di samping memperlihatkan upaya konservasi mineral dengan
tanaman penghijauan di lahan kritis.

Gambar 3.11 :Konservasi Flora dan Fauna


7. Bencana Kekeringan
Musim kemarau yang panjang, yang dapat terjadi sepanjang tahun, atau dalam
waktu tak menentu akan mengakibatkan bencana alam kekeringan. Dalam hal
demikian ketersediaan air bagi hidup dan kehidupan sulit diperoleh. Di samping itu
berbagai tingkah laku manusia yang mengekploitasi air secara berlebihan dapat
menyebabkan bencana alam kekeringan menjadi semakin parah. Jadi bencana alam
kekeringan ini dapat didefinisikan sebagai ketersediaan air tidak mencukupi untuk
kebutuhan hidup dan kehidupan.
Kekeringan yang disebabkan oleh berkurangnya curah hujan disebut kekeringan
meteorologis, sedangkan kekeringan yang disebabkan oleh berkurangnya sumber daya
air disiebut kekeringan hidrologis.

Gambar 3.12 : Aliran Udara di Alam


8. Erosi
Erosi banyak disebabkan oleh aliran air, aliran angin dan cara mengelola lahan
yang kurang tepat. Di Indonesia, erosi banyak terjadi di daerah pantai, di pegunungan
dan daerah lain yang pada umumnya permukakan tanahnya memiliki kemiringan. Erosi
karena air dan angin ada hubungannya dengan kejadian bencana banjir, sehingga erosi
merupakan fungsi dari iklim, tanah, topofrafi, vegetasi dan manusia. Erosi kaitannya
dengan iklim berkaitan erat dengan perubahan musim. Di Indonesia yang mengeanl
musim kemarau dan hujan, akan memberikan peluang perubahan cuaca yang berubah
setiap setengah tahunan. Masalah banjir berkait erat dengan musim. Banjir yang terjadi
di berbagai daerah umumnya terjadi pada musim penghujan. Curah hujan yang banyak
mengakibatkan air tak dapat ditampung dan akan masuk ke sungai. Dengan ulah
manusia membuang sampah sembarangan, mengakibatkan saluran tak dapat berfungsi
dengan baik sehingga airnya meluap ke berbagai tempat, muncullah banjir. Aliran air
ini akan membawa partikel atau lapisan tanah dari hulu ke hilir, dan pada hilir sungai
muncullah lapis-lapisan material, tanah yang baru.
Erosi dalam hubungannya dengan tanah, dapat dijelaskan bahwa ikatan tanah di
permukaan tidak terlalu kuat untuk bertahan, maka lapisan tanah paling atas mudah
dibawa oleh aliran air atau aliran angin. Akibatnya partikel penyusun tanah pada
lapisan paling atas merupakan lapisan yang terbawa oleh aliran angin maupun aliran
air. Daerah terbuka mengakibatkan ikatan tanah kurang kuat akibatnya bila sewaktu-
waktu terjadi aliran angina atau aliran air maka lapisan tersebut terbawa ke hilir.
Kejadian ini berlangsung secara berulang sehingga di bagian hilir akan terbentuk
lapisan tanah yang selalu tumbuh dari waktu ke waktu.
Kejadian inilah yang menimbulkan gejala vegetasi. Kemiringan tanah bergantung
pada kondisi topografi di tempat itu. Dengan partikel di permukaan tanah yang tak
terikat dengan kuat, maka begitu ada aliran angin atau aliran air memungkinkan lapisan
tersebut mengalami erosi. Keadaan topografi yang miring memungkinkan mudahnya
terjadi erosi. Hal lain yang menyebabkan erosi adalah ulah manusia. Kebiasaan
membuang sampah sembarangan, mengekploitasi sumber daya alam yang tak
memperdulikan lingkungan akan banyak mengakibatkan terjadinya erosi.
Dalam upaya mengatasi erosi ini antara lain, dilakukan dengan melindungi daerah
terbuka dengan menanam tanaman pada setiap jengkal tanah yang kosong. Tujuannya
agar tanah dapat diikat kuat oleh tanaman, sehingga sewaktu hujan tidak mengalami
erosi yang berlebihan. Upaya yang lain adalah mengurangi kemiringan tanah, agar laju
aliran air dapat dihambat. Mengurangi kemiringan dapat dilakukan dengan membuat
terasteras dengan tanaman sehingga ikatan tanah menjadi lebih kuat sehingga tak
mudah tererosi oleh air maupun angin.
Pendidikan lingkungan bagi warga masyarakat perlu digalakkan. Lewat
pendidikan lingkungan yang benar, maka ekosistem menjadi terjamin kelestariannya,
sehingga penghuni alam semesta menjadi tenang.
9. Bencana Banjir
Banjir pada umumnya disebabkan oleh keadaan alam, cuaca dan ulah manusia.
Pada saat pergantian bulan laut dapat mengalami gejala pasang. Apabila permukaan
pantai rendah memungkinkan air laut ke darat.
Gambar 3.13 di samping memperlihatkan air laut dalam suasana pasang. Apabila
dapat dikendalikan maka dapat bermanfaat bagi manusia, namun bila tak dapat
dikendalikan akan memunculkan banjir di daratan di musim kemarau. Pemecahan
masalah teknis akan melibatkan penataan lingkungan dan penataan mental manusia.
Banjir terjadi di musim penghujan. Apabila curah hujan tinggi, dapat mengakibatkan
air tak tertampung di saluran irigasi. Di sampng itu banjir juga dapat terjadi akibat
munculnya gejala pasang naik air laut yang secara tak langsung dapat meningkatkan
frekuensi dan intensitas banjir di daratan. Pertumbuhan hunian di sepanjang daerah
aliran sungai yang tak terkendali juga dapat menjadi penyebab daerah resapan menjadi
berkurang. Kebiasan membuang sampah di saluran air dapat menyebabkan daya
dukung saluran air berkurang sehingga sewaktu hujan muncul banjir. eklamasi pantai
dan rawa-rawa yang terjadi di kota besar akan berakibat hilangnya daerah pantai dan
rawa sebagai daerah penampung air. Akibatnya aliran air menjadi tak terkendali
sehingga muncul banjir. Demikianlah banjir juga menjadi penyumbang terbesar bagi
gejala erosi, sehingga perlu penanganan yang sebaikbaiknya. Berikut ini gambaran
bencana banjir yang terjadi di tengah perkotaan. Pada Gambar 3.14. tampak betapa
repotnya benerapa kendaraan melewati jalan raya yang tergenang oleh aliran air yang
tak tertampung di selokan, atau sungai di dekatnya.

Gambar 3.13 : Laut pasang Dapat menyebabkan


Banjir

Gambar 3.14 : Bencana Banjir dan Akibatnya


C. Cara Menanggulangi Bencana Alam
No Jenis Bencana Penyebab Cara berlindung
1 Tsunami Pasang laut akibat gempa Mencari lokasi yang tinggi di
tektonik yang sumber gempa tanah yang terbuka. Bila
ada di tengah lautan terjebak di dalam bangunan
berupaya keluar dan mencari
tempat yang tinggi dana man
2 Gempa bumi Pergerakan kerak bumi, Mencari tempat yang aman di
menghasilkan patahan tempat terbuka, bila terjebak
dalam rumah berupaya
berlindung di bawah meja
atau tempat tidur yang kuat,
atau berada di bawah pintu
kayu
3 Letusan gunung Aliran magma yang keluar Menjauh dari sumber magma,
berapi dari gunung berapi berlindung di tempat yang
terlindung
4 Badai dan angina Angin dengan kecepatan Keluar dari rumah mencari
topan tinggi saat pergantian musim tempat yang aman
atau perubahan cuaca
mendadak
5 Gejala erosi Gaya endogen dan eksogen Mengurangi daerah yang
miring, menutup tanah
terbuka dengan tanaman
pelindung pengaturan aliran
air lewat saluran tersier, dan
sebagainya
6 Tanah longsor Tanah miring di lereng Menghindari untuk tidak
pegunungan membuat bangunan di lereng,
reboisasi dan menutup
permukaan yang kosong
dengan tanaman
7 Kekeringan Perubahan musim dengan Pengaturan pemanfaatan air,
musim kemarau lebih panjang pembuatan tendon air,
daripada musim hujan resapan yang dapat
menampung air hujan
8 Banjir Perubahan cuaca di musim Pemetaan lingkungan,
hujan penghijauan, pengaturan
daerah aliran sungai yang
terhindar dari erosi
BAB III
MATERI DAN PERUBAHANNYA

A. Kompetensi Dasar
3.3 Menganalisis materi dan perubahannya
4.3 Melakukan percobaan perubahan materi
B. Klasifikasi Zat
Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Semua
materi di sekitar kita, termasuk semua makhluk hidup tergolong materi karena menempati
ruang dan memiliki massa. Contohnya besi, air, dan udara. materi di alam dapat berupa
zat tunggal (murni) dan dapat juga berupa campuran. Zat murni hanya tersusun dari satu
jenis zat, dan sering disebut dengan “zat”, sedangkan campuran merupakan materi yang
tersusun dari dua atau lebih zat. dapat diklasifikasikan dengan dua cara, a) berdasarkan
keadaannya (wujudnya), dan b) berdasarkan komposisinya.
Semua materi memiliki sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat materi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia. Sifat fisika adalah sifat yang
dapat diukur dan diteliti tanpa mengubah komposisi atau susunan dari zat tersebut,
contohnya wujud, warna benda, massa jenis, titik leleh, titik didih atau sifat lainnya.
Sedangkan sifat kimia adalah sifat suatu materi yang dapat diketahui jika materi tersebut
bereaksi dengan materi lainnya. Misalnya bensin, zat ini mudah terbakar jika disulut
dengan api. Olehnya itu dapat dikatakan bahwa sifat kimia bensin adalah mudah terbakar.
Contoh lain sifat kimia adalah mudah berkarat dan mudah meledak.
1. Klasifikasi Materi Berdasarkan Keadaannya
Materi dapat berada dalam tiga wujud yaitu padat, cair, dan gas yang didasarkan
pada cara atom-atom dan molekul-molekul tersusun di dalamnya. Dalam padatan,
atom atau molekul terikat erat satu sama lain sehingga menciptakan keadaan yang
rigid/ kaku. Setiap atom atau molekul dikurung oleh atom atau melekul
tetangganya menyebabkan tidak bisa berpindah. Akibatnya, zat padat memiliki
bentuk dan volume tertentu. Contoh padatan berlian, logam dan es. Dalam cairan,
atom-atom atau molekul-molekul tidak terikat erat seperti dalam padatan, sehingga
atom atau molekul dapat bergerak bebas di sekitarnya. Dalam hal ini, di antara
atom atau molekul dalam cairan masih mengalami gaya Tarik menarik tapi tidak
sekuat padatan. Cairan memiliki volume yang pasti tetapi bentuknya tidak pasti
bergantung pada bentuk wadahnya. Karena fleksibilitasnya, sehingga cairan dapat
dituangkan dari satu wadah ke wadah lainnya pada suhu kamar. Contoh air, bensin,
dan alcohol. Dalam gas, atom-atom atau molekul-molekul jauh terpisah karena
tidak dibatasi sama sekali, berarti antara atom-atom atau molekul-molekul tidak
memiliki kekuatan tarik-menarik. Oleh karena itu, zat dalam wujud gas menempati
volume yang besar. Gas tidak memiliki bentuk atau volume sendiri tetapi
diasumsikan memiliki bentuk dan volume wadahnya. Misalnya oksigen, hydrogen,
dan helium pada suhu kamar. Susunan atom atau molekul dalam keadaan padat,
cair, dan gas ditunjukkan pada Gambar 4.1.

2. Klasifikasi Materi Berdasarkan Komposisinya


Materi terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu substansi murni dan substansi
tidak murni (campuran). Zat murni memiliki sifat yang berbeda dengan zat lainnya.
Misal, unsur hidrogen hanya tersusun dari atom-atom hidrogen saja. Unsur oksigen
hanya tersusun dari atom-atom oksigen saja. Sifat oksigen dan hidrogen tidak
tampak pada zat yang dibentuk dari keduanya, misal air (H2O). Substansi murni
terbagi dua, yaitu unsur dan senyawa. Selanjutnya, unsur terbagi menjadi logam,
non logam, dan metalloid. Campuran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran dapat dipisahkan menjadi
substansi murni dengan cara fisika. Struktur klasifikasi materi disajikan pada
Gambar 4.2.

a. Unsur
Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat lain yang
lebih sederhana baik dengan cara fisika maupun dengan cara kimia. Bagian
terkecil dari suatu unsur disebut dengan atom. Unsur hanya terdiri dari satu
jenis atom, yang dapat bergabung atau tidak bergabung membentuk molekul
atau struktur yang lebih besar. Olehnya itu, ada unsur yang eksis sebagai atom
(misalnya Argon) ada juga dalam bentuk molekul (misalnya nitrogen, N2).
Unsur dikelompokkan menjadi tiga (3) bagian, yaitu unsur logam, non logam,
dan metalloid.
1) Unsur logam
Secara umum unsur logam memiliki sifat berwarna putih mengkilap,
mempunyai titik lebur rendah, dapat menghantarkan arus listrik, dapat
ditempa dan dapat menghantarkan kalor atau panas. Pada umumnya
logam merupakan zat padat, namun terdapat satu unsur logam yang
berwujud cair yaitu air raksa. Beberapa unsur logam yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari–hari, antara lain:
a) Besi (Fe) Merupakan logam yang paling murah, sebagai campuran
dengan karbon menghasilkan baja untuk konstruksi bangunan, mobil
dan rel kereta api.
b) Tembaga (Cu) Tembaga banyak digunakan pada kabel listrik,
perhiasan, dan uang logam. Campuran tembaga dengan timah
menghasilkan perunggu sedangkan campuran tembaga dengan seng
menghasilkan kuningan.
c) Seng (Zn) Seng dapat digunakan sebagai atap rumah, perkakas rumah
tangga, dan pelapis besi untuk mencegah karat.
d) Platina (Pt) Platina digunakan pada knalpot mobil, kontak listrik, dan
dalam bidang kedokteran sebagai pengaman tulang yang patah.
e) Emas (Au) Emas merupakan logam sangat tidak reaktif, dan
ditemukan dalam bentuk murni. Emas digunakan sebagai perhiasan
dan komponen listrik berkualitas tinggi. Campuran emas dengan perak
banyak digunakan sebagai bahan koin.
2) Unsur non logam
Pada umumnya unsur non logam memiliki sifat tidak mengkilap,
penghantar arus listrik yang buruk, dan tidak dapat ditempa. Secara
umum non logam merupakan penghantar panas yang buruk, namun
terdapat satu unsur non logam yang dapat menghantarkan panas dengan
baik yaitu grafit. Beberapa unsur non logam yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari–hari, antara lain:
a) Fluor (F) Senyawa fluorid yang dicampur dengan pasta gigi berfungsi
menguatkan gigi, freon – 12 sebagai pendingin kulkas dan AC.
b) Yodium (I) Senyawa yodium digunakan sebagai antiseptik luka,
tambahan yodium dalam garam dapur, dan sebagai bahan tes amilum
(karbohidrat) dalam industri tepung.
3) Unsur semi logam (Metaloid)
Unsur semi logam memiliki sifat antara logam dan non logam. Beberapa
unsur semi logam yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, antara
lain :
a) Silikon (Si), senyawa silikon banyak digunakan dalam peralatan
pemotong dan pengampelasan, untuk semi konduktor, serta bahan
untuk membuat gelas dan keramik.
b) Germanium (Ge), germanium merupakan bahan semikonduktor, yaitu
pada suhu rendah berfungsi sebagai isolator sedangkan pada suhu
tinggi sebagai konduktor.
b. Senyawa
Senyawa adalah zat-zat yang tersusun atas dua unsur atau lebih yang
bergabung secara kimia dengan perbandingan massa tertentu. Senyawa
merupakan zat yang dengan reaksi kimia dapat diuraikan menjadi zat yang
lebih sederhana (unsur), tetapi tidak bisa dengan cara fisika. Senyawa
memiliki sifat yang berbeda dari unsur penyusunnya. Senyawa yang terbentuk
melalui ikatan kovalen (menggunakan elektron secara bersama di antara atom-
atom yang berikatan), contohnya Air (H2O) dan karbon dioksida CO2.. Air
berwujud cair pada tekanan dan suhu kamar, memiliki sifat yang berbeda dari
dua unsur penyusunnya, hidrogen (H2) dan oksigen (O2). Air tersusun dari
atom H dan atom O dengan perbandingan massa 2:16 atau 1: 8. Perbandingan
massa unsur C dan O dalam CO2 adalah 12: 32 atau 3:8. Senyawa dapat pula
terbentuk melalui ikatan ionic (serah terima electron di antara atom-atom yang
berikatan), contohnya adalah garam dapur, NaCl. Garam dapur sifatnya asin,
dan memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari atom unsur penyusunnya.
c. Campuran
Campuran adalah materi yang tersusun oleh dua macam zat atau lebih yang
tidak terikat secara kimia dan dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika.
Campuran ada dua macam, yaitu campuran homogen dan campuran
heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang setiap bagiannya serba
sama, baik warna, rasa serta perbandingan zat-zat tercampur juga sama, serta
tidak memiliki bidang batas antara komponen-komponennya. Contoh larutan
garam dalam air dan larutan gula dalam air. Campuran heterogen adalah
campuran yang setiap bagian-bagiannya tidak sama, baik warna, rasa serta
perbandingan zat-zat tercampurnya tidak sama dan satu komponen dengan
komponen lainnya terdapat bidang batas, sehingga kita dapat membedakan
satu dengan yang lainnya. Misalnya, campuran minyak dengan air dan
campuran kopi dengan air.
Campuran homogen dan campuran heterogen dapat dipisahkan menjadi
komponen-komponennya berdasarkan sifat-sifat fisis komponen penyusunnya,
misalnya wujud zat, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat magnetic,
kelarutan, dan lain sebagainya.
Beberapa metode pemisahan campuran, yaitu:
1) Filtrasi (penyaringan), yaitu metode pemisahan yang digunakan untuk
memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan menggunakan
penyaring (filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Contoh
menyaring air yang bercampur pasir. Teknik penyaringan dapat dilihat
pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Teknik Penyaringan


2) Evaporasi, metode yang digunakan untuk memisahkan zat padat yang
terlarut dari larutannya dengan cara pemanasan. Contoh memisahkan
garam dari larutan garam dengan penguapan secara perlahan untuk
menghasilkan kristal garam. Gula dapat dipisahkan dari larutan gula
dengan cara penguapan. Selain pemisahan campuran yang berwujud,
dapat pula dilakukan pemisahan campuran padatan. Contoh campuran
padatan iodium dengan pasir dapat dipisahkan dengan menguapkan
campuran tersebut. Hasilnya iodium akan mengalami sublimasi.
3) Destilasi, metode pemisahan campuran zat cair dari larutannya
berdasarkan perbedaan titik didih. Jika larutan dipanaskan, maka
komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu. Misalnya pemisahan alkohol dari air, pemisahan komponen
minyak bumi. Skema alat destilasi dapat dilihat pada Gambar 4.4
Gambar 4.4 Skema Alat Destilasi

4) Corong pisah, adalah metode pemisahan campuran dua jenis zat cair yang
tidak saling melarutkan. Contoh pemisahan campuran air dan minyak.
5) Kromatografi, merupakan metode pemisahan campuran yang terjadi
karena perbedaan kelarutan zat-zat dalam pelarut serta perbedaan
penyerapan (adsorpsi) kertas terhadap zat-zat yang akan dipisahkan. Zat
yang terlebih dahulu larut dalam pelarut dan kurang terabsorpsi pada
kertas akan bergerak lebih cepat. Misalnya pemisahan komponen-
komponen tinta.
6) Sublimasi, merupakan metode pemisahan campuran sesame zat padat
berdasarkan perubahan wujud zat. Zat padat yang menyublim (berubah
wujud menjadi gas atau sebaliknya) dapat dipisahkan dengan
campurannya dengan zat padat yang tidak dapat menyublim
menggunakan metode sublimasi. Misalnya, campuran iodin dengan
garam dapat dipisahkan dengan pemanasan.
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat dibagi menjadi dua, yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan listrik, contoh larutan garam dapur dalam air, larutan natrium hidroksida
dalam air. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik, contoh larutan gula dalam air dan larutan alkohol.
C. Asam, Basa, dan Garam
Berdasarkan sifatnya, materi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu asam, basa, dan
garam. Uraian tentang asam, basa, dan garam akan dipaparkan secara singkat sebagai
berikut:
a. Asam adalah zat yang rasanya masam. Menurut Teori Asam Basa Arrhenius, asam
adalah zat yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion H +. Zat yang bersifat
asam memiliki pH (derajat keasaman) < 7. Contoh asam adalah asam klorida
(HCl), asam asetat (CH3COOH), asam sulfat (H2SO4), dan asam nitrat (HNO3).

Gambar 4.5 Lemon yang bersifat asam


b. Basa adalah zat yang rasanya pahit. Menurut Teori Asam basa Arrhenius, basa
adalah zat yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-. Zat yang bersifat
basa memiliki pH >7. Contoh senyawa basa adalah natrium hidroksida (NaOH),
barium hidroksida (Ba(OH)2, ammonium hidroksida (NH4OH).

Gambar 4. Beberapa Bahan-Bahan Kebutuhan Rumah Tangga yang Bersifat Basa


c. Garam bersifat netral, tidak menghasilkan ion H+ dan ion OH- dalam air. pH
garam tergantung pada komponen penyusunnya. Garam yang dibentuk oleh asam
kuat dan basa lemah akan bersifat asam (pH< 7), misalnya ammonium klorida
(NH4Cl). Garam dapur, NaCl terbentuk dari reaksi antara natrium hidroksida,
NaOH dengan asam klorida, HCl. Garam dapur mempunyai pH 7. Bahan-bahan
rumah tangga yang bersifat netral contohnya adalah air, garam dapur, larutan gula,
dan minyak goreng.
Berikut adalah peta indra perasa lidah. Lidah dapat mengenal rasa manis, asin, asam,
dan basa pada bagian-bagian tertentu dari lidah.
Gambar 4. … Peta indra perasa lidah
Ada beberapa jenis indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat asam
dan basa serta netralitas suatu larutan, antara lain indikator lakmus (lakmus merah dan
lakmus biru) dan indicator penolftalein (pp). Perubahan warna indicator lakmus merah,
lakmus biru atau warna larutan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Perubahan warna indikator lakmus merah dan lakmus biru dapat dilihat pada Gambar
4.3.

Gambar 4.5 Perubahan Warna Indikator Lakmus Biru dalam Asam (A) dan Lakmus Merah
dalam basa (B)
Ringkasan sifat asam, basa, dan garam disajikan pada peta konsep Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Peta Konsep Asam, Basa, dan Garam
D. Sifat-sifat Zat
Setiap zat memiliki sifat tertentu, sehingga dapat dirasakan dan diamati oleh panca
indra kita. Sifat-sifat zat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat ekstensif dan sifat
intensif.
1) Sifat Ekstensif
Sifat ekstensif merupakan zat yang bergantung pada jumlah dan ukuran zat.
Misalnya volume dan massa. Semakin besar ukuran suatu zat maka semakin besar
volume zat tersebut. Semakin banyak jumlah suatu zat maka semakin besar massa
zat tersebut.
2) Sifat Intensif
Sifat intensif merupakan sifat zat yang tidak bergantung pada jumlah maupun
ukuran zat. Sifat intensif dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sifat fisika dan sifat
kimia.
a. Sifat Fisika
Sifat fisika adalah sifat yang berhubungan dengan perubahan fisik zat. Sifat
fisika dapat digunakan untuk menerangkan penampilan suatu zat. Sifat-sifat
yang tergolong sifat fisika yaitu: warna, bau, rasa, kerapatan, titik didih, titik
lebur, titik beku, daya hantar, kemagnetan, kelarutan, dan kekerasan.
b. Sifat Kimia
Sifat kimia adalah sifat yang menunjukkan kemampuan suatu zat untuk
melakukan reaksi kimia, atau sifat yang menyatakan interaksi antar zat. Sifat-
sifat yang tergolong sifat kimia antara lain:\
1) Mudah-tidaknya suatu terbakar. Contoh alcohol, spiritus, bensin
2) Kestabilan, mudah-tidaknya suatu zat terurai oleh pengaruh panas. Contoh
air.
3) Kereaktifan, mudah-tidaknya suatu zat untuk bereaksi dengan zat lain.
Contoh asam mudah bereaksi dengan basa membentuk garam.
4) Perkaratan, mudah-tidaknya zat membentuk karat. Contoh besi mudah
berkarat pada tempat yang lembab.
E. Perubahan Zat
Perubahan zat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan fisika dan perubahan
kimia
1) Perubahan Fisika
Perubahan fisika adalah perubahan zat yang tidak menghasilkan zat baru. Ciri-ciri
perubahan fisik adalah: 1) tidak terbentuk zat jenis baru; 2) zat yang mengalami
perubahan dapat kembali ke bentuk semula; 3) perubahan yang terjadi hanya
diikuti perubahan sifat fisik. Perubahan fisika dapat kembali kembali ke asalnya.
Beberapa contoh perubahan fisik adalah:
a. Perubahan bentuk. Misalnya selembar kertas digunting-gunting menjadi
potongan-potongan kertas kecil, maka potongan kecil ini masih tetap memiliki
sifat yang sama dengan kertas semula, masih tetap kertas. Yang berubah adalah
bentuk dan ukuran kertas. Beras ditumbuk menjadi tepung, batu dipecah
menjadi kerikil, kayu dipotong-potong menjadi bahan kursi.
b. Perubahan wujud. Jika suatu zat dipanaskan maka akan mengalami kenaikan
suhu, perubahan wujud, atau pemuaian. Demikian pula jika suatu zat cair
didinginkan, maka akan mengalami penurunan suhu dan mengalami
pembekuan. Contoh es batu mencair, air menjadi es, iodium yang menyublim,
dan kamfer menyublim. Contoh semangkok air dapat membeku ketika
didinginkan dan dapat kembali mencair ketika dipanaskan. Jika gula dilarutkan
dalam air menghasilkan air gula, ini adalah perubahan fisika. Tabel 4.2 berikut
menunjukkan proses yang menyertai perubahan wujud zat
Perubahan Wujud Zat Proses
Padat menjadi cair Meleleh
Cair menjadi gas Menguap
Cair menjadi padat Membeku
Gas menjadi cair Kondensasi
Padat menjadi gas Menyublim
Jika panas diberikan kepada suatu zat, seperti pada proses meleleh, menguap,
dan sublimasi, prosesnya adalah endoterm. Dalam hal ini, meningkatnya panas
suatu zat menyebabkan kecepatan molekul bergerak lebih cepat. Jika panas
dikeluarkan dari suatu zat, seperti dalam proses meleleh dan kondensasi,
prosesnya disebut eksoterm. Dalam hal ini, berkurangnya panas menyebabkan
kecepatan bergerak lebih lambat.
2) Perubahan Kimia
Perubahan kimia adalah perubahan suatu zat yang menghasilkan zat jenis baru.
Perubahan kimia sifatnya kekal. Ciri-ciri perubahan kimia adalah: 1) terbentuk zat
jenis baru; 2) zat yang berubah tidak dapat kembali ke bentuk semula; 3) selama
terjadi perubahan kimia, massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama; 4) perubahan
yang terjadi diikuti oleh perubahan sifat kimia melalui reaksi kimia. Ciri-ciri yang
menyertai terjadinya reaksi kimia, yaitu:

a. Terjadi perubahan warna, contoh: perubahan warna pepaya yang belum masak
berwarna hijau menjadi kuning saat sudah masak. Perubahan warna ini
menunjukkan adanya perubahan komposisi zat dalam buah pepaya muda dan
yang sudah masak. Kristal gula pasir yang berwarna putih jika dibakar menjadi
caramel/arang yang berwarna coklat hitam dan rasanya berubah dari manis
menjadi pahit.
b. Terjadi perubahan suhu, contoh jika larutan asam klorida dalam tabung reaksi
ditambahkan larutan natrium hidroksida, maka akan terjadi perubahan suhu
larutan dalam gelas kimia yang menjadi hangat.
c. Timbulnya gas, contoh jika sekeping batu marmer dimasukkan dalam gelas
kimia yang berisi asam klorida maka akan muncul gelembung-gelembung gas.
Kertas dibakar akan terjadi perubahan warna dari putih menjadi abu-abu. Selain
itu, juga terjadi gas hasil pembakaran.
d. Terbentuknya endapan, contoh larutan perak nitrat (AgNO3) direaksikan
dengan asam klorida (HCl) akan menghasilkan perak klorida (AgCl) berupa
endapan putih. Reaksi pembentukannya sebagai berikut:
𝐴𝑔𝑁𝑂3(𝑎𝑞) +𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) → 𝐴𝑔𝐶𝑙(𝑠) +𝐻𝑁𝑂3(𝑎𝑞)

LATIHAN SOAL
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada
huruf a, b, c, atau d!
1. Zat tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat lain dengan reaksi kimia biasa
disebut…
a. Senyawa
b. Unsur
c. Campuran
d. Larutan
e. Materi
2. Unsur hydrogen tersusun dari atom-atom….
a. Oksigen
b. Hydrogen
c. Karbon
d. Air
e. Udara
3. Zat tunggal yang tersusun dari beberapa unsur dengan perbandingan massa tetap
disebut…
a. Unsur
b. Senyawa
c. Materi
d. Campuran
e. Larutan
4. Sifat unsur penyusun senyawa adalah….
a. Sama dengan senyawa yang terbentuk
b. Berbeda dengan senyawa yang terbentuk
c. Bergantung pada reaksi yang terjadi
d. Ditentukan oleh kecepatan reaksi
e. Tergantung luas penampang
5. Contoh senyawa yaitu….
a. Emas, oksigen, dan hydrogen
b. Asam asetat, soda kue, dan sukrosa
c. Asam asetat, emas dan sukrosa
d. Aspirin, udara, dan soda kue
e. Aseton, minyak, dan oksigen
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan tepat!
1. Jelaskan yang dimaksud unsur!
2. Jelaskan perbedaan campuran homogen dan heterogen!
3. Sebutkan 4 saja perbedaan senyawa dan campuran!
4. Sebutkan masing-masing 3 yang termasuk contoh perubahan fisika dan perubahan
kimia!
5. Jelaskan dan beri contoh sifat fisika dan sifat kimia!

Anda mungkin juga menyukai